BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan No. C HT tahun 1992 serta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

Public Expose PT Bank Pundi Indonesia, Tbk

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

DAFTAR ISI. Daftar isi Pelaksanaan Good Corporate Governance PD BPR Garut 2

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah singkat PT Bank Syariah Bukopin Tbk. mengakuisisi PT Bank Persyarikatan Indonesi, yakni sebuah bank

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

II. PT. BANK GANESHA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

ANALISIS PERBANDINGAN KENERJA KEUANGAN BANK DKI KONVENSIONAL DAN BANK DKI SYARIAH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadap bank

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

BAB II PROSES BISNIS. 11 Sumber: Dendawijaya, 2005: 55.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang kekurangan dana dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaannya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank Central Asia, Tbk dan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bank Mandiri Tbk ditinjau dari Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

Lampiran 1. Profil Risiko Bank Mutiara tahun Penilaian Profil Risiko Bank Mutiara tahun 2011 Peringkat Risiko Peringkat Kualitas Profil Risiko

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

III. METODE PENELITIAN

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD BPR BKK KANTOR CABANG TIRTOMOYO TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atas dana yang diterima dari nasabah. Sesuai dengan Undang undang RI nomor

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

Jacob Abolladaka Pendidikan Ekonomi, FKIP-Undana Kupang-NTT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB V PENUTUP. terhadap profitabilitas perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada

DAFTAR ISI. Daftar isi 1

Transkripsi:

66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah lahir dengan nama PT Bank Eksekutif Internasional yang berdiri pada tahun 1992 di Jakarta berdasarkan akta yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan No. C2-9246-HT.01.01 tahun 1992 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 103 tanggal 26 Desember 1992, tambahan No. 6651. Pergantian nama tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Bank Indonesia melalui keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 12/58/KEP.GBI/2010 tentang Perubahan Penggunaan Izin Usaha PT Bank Eksekutif Internasional Tbk menjadi pada tanggal 23 September 2010. Sejalan dengan perubahan itu, juga melakukan perubahan strategi bisnis. Jika sebelumnya, lebih fokus pada sektor korporasi, kini mengembangkan pembiayaan di sektor Usaha Mikro serta Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Guna mendukung fokus pembiayaan tersebut, struktur pendanaannya pun diarahkan pada dana-dana ritel (retail funding). Pada tahun 2008-2011, dihadapkan pada kerugian seperti yang tercermin pada laporan keuangan yang dipublikasikan, kerugian ini terjadi akibat meningkatnya kredit bermasalah dan masalah permodalan yang menyulitkan perusahaan mengelola keuangan dan menjalankan kegiatan

67 operasionalnya. Akhirnya pada tahun 2009, bank ini masuk dalam pengawasan khusus Bank Indonesia. Untuk menyelesaikan masalah ini, Bank melakukan peningkatan modal melalui Penawaran Umum Terbatas I ( PUT I ). Pada tanggal 30 Juni 2010, pemegang saham bank menyepakati masuknya PT Recapital Securities sebagai pembeli siaga, dimana PT Recapital Securities mendapat alokasi 61,02% saham, sedangkan IF Services Netherlands BV mendapatkan alokasi 24% saham Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB). Kemudian pada tanggal 26 Juli 2010 secara resmi dalam surat No. 12/84/GBI/DPIP/Rahasia tertanggal 29 Juni 2010, PT Recapital Securities sebagai menjadi pemegang saham pengendali PT Bank Pundi Indonesia Tbk sekaligus mendapatkan suntikan modal sebesar Rp 512,25 miliar. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) meningkat di atas standar yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 8% berarti adanya peningkatan modal setelah akuisisi. Dengan menguatnya permodalan tersebut, diharapkan dapat melakukan pencadangan penuh terhadap aset kredit macet, sehingga rasio Non Performing Loan (NPL) berhasil ditekan hingga dibawah ketentuan maksimum Bank Indonesia yakni sebesar 5%. Sampai akhir 2010 Bank Pundi memiliki 19 kantor yang meliputi 1 Kantor Pusat Operasional dan 18 kantor cabang di 12 kota di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Lampung, Palembang, Medan, Makassar, dan Manado. Untuk mendukung operasional perusahaan, sampai 31 Desember 2010, Bank Pundi memiliki karyawan sebanyak 1500 orang (termasuk

68 Direksi). Sejalan dengan bisnis baru yang tengah dikembangkan, PT Bank Pundi Indonesia Tbk telah membuka 39 kantor cabang baru sampai kuartal pertama tahun 2011 di 14 kota, termasuk Jambi dan Yogyakarta serta didukung oleh lebih dari 3000 karyawan. 4.1.2 Visi dan Misi 1. Visi Berdasarkan Azas profesionalisme, Visi memiliki visi yakni Mewujudkan masa depan gemilang menuju sinergi kemitraan yang menjembatani keragaman dinamika masyarakat Indonesia. 2. Misi Sesuai dengan misinya, ingin menjadi bank ritel terdepan dan mitra terpercaya bagi masyarakat Indonesia melalui: a. Kemitraaan Menjalin berbagai bentuk kemitraan berkelanjutan yang didasari oleh kepedulian, pengabdian yang tulus, dan membangun. Mengupayakan sinergi yang berorientasi kepada keterjangkauan, kenyamananan, dan kemajuan sehingga menjadikan pundi sebagai bank pilihan untuk usaha mikro, UKM, dan individu.

69 b. Keragaman Menyediakan berbagai layanan produk serta layanan finansial yang menjawab kebutuhan masyarakat dengan segala dinamika dan keragamannya. Mengembangkan kompetensi dan keunggulan infastruktur yang senantiasa menunjang keterjangkauan masyarakat (nasabah). c. Kemakmuran Mempertajam potensi, mengupayakan peningkatan kualitas hidup individu yang berorientasi kepada kemakmuran. Mengupayakan kemakmuran dengan membangun landasan kesejahteraan yang mendukung berkembangnya usaha mikro, UKM, dan juga rakyat Indonesia sebagai individu. 4.1.3 Produk dan Jasa Sesuai dengan namanya, berarti pengumpul. Jadi, UMKM bisa berkembang kalau ada pengumpulnya. Berikut produk produk PT Bank Pundi Indonesia Tbk. 1. Produk Simpanan a. Tabungan memberikan bunga yang menarik dengan setoran awal sebesar Rp. 100.000,-. Nasabah dapat melakukan penarikan dana

70 setiap saat di jaringan ATM Bank Pundi, ATM bersama, dan ATM Prima yang jumlahnya mencapai 40 ribu yang tersebar di Seluruh Indonesia. b. Giro Giro pada untuk nama perusahaan atau perorangan dengan pemberian bunga menarik yang diberikan setiap bulan dengan setoran awal minimum Rp. 1.500.000,- untuk perusahaan dan Rp. 1.000.000,- untuk perorangan. c. Deposito Setoran minimum deposito yakni sebesar Rp. 8.000.000,- dengan bunga yang menarik dan memberikan pilihan jangka waktu disesuaikan dengan kebutuhan nasabah yaitu 1, 3, 6, dan 12 bulan yang penarikannnya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh temp sesuai kesepakatan antara deposan dengan pihak bank. 2. Produk Kredit a. Pundi Pundi Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk pembiayaan modal kerja usaha dan investasi dengan plafond kredit antara Rp 5 juta - Rp 50 juta dan jangka waktu antara 6-36 bulan untuk modal kerja dan 12 60 bulan untuk investasi. b. Pundi Emas Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk pembiayaan modal kerja usaha dan investasi dengan plafond kredit mulai Rp 201 juta - Rp 500 juta dan

71 jangka waktu antara 6-36 bulan untuk modal kerja dan 12 60 bulan untuk investasi. c. Pundi Perak Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk pembiayaan modal kerja usaha dan investasi dengan plafond kredit mulai Rp 101 juta - Rp 200 juta dan jangka waktu antara 6-36 bulan untuk modal kerja dan 12 60 bulan untuk investasi. d. Pundi Perunggu Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk pembiayaan modal kerja usaha dan investasi dengan plafond kredit mulai Rp 5 juta - Rp 100 juta dan jangka waktu antara 6-36 bulan untuk modal kerja dan 12 60 bulan untuk investasi. e. Pundi KRK Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk pembiayaan modal kerja usaha dan investasi dengan plafond kredit mulai Rp 25 juta - Rp 100 juta dan jangka waktu maksimal 12 bulan.

72 4.1.3 Struktur Organisasi Risk Management Commitee General Meeting of Shareholders President Director Board of Commissioners Risk Oversight Commitee Remuneration & Nomination Commitee Audit Commitee ALCO Credit Policy Commitee SKAI IT Steering Commitee Compliance Director Operations Director Business Director Finance Director Funding group Head Business Group Head Compliance Head Risk Management Head Human Capital Management Head Human Capital Development Head Operations Head Informati ons & Technolo gy Head General Affairs Head Corporate Secretary Head Legal Head Special Asset Management Head Investor Realtions Head Business Planning & Support Head Regional Funding Head Regional Head Credit policy & Support Head Business Development Head Regional Head Finance Head Corporate Planning & Budget Control Gambar 4.1 Struktur Organisasi

73 Dari gambar 4.1 mengenai struktur organisasi dapat diuraikan berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut: a. Rapat Umum Pemegang Saham (General Meeting of Shareholders) merupakan elemen tertinggi dalam struktur pengelolaan perusahaan. RUPS membahas dan menghasilkan keputusan penting atas masalah-masalah yang sedang atau akan dihadapi. Dalam RUPS tersebut juga dibahas dan diputuskan beberapa hal, diantaranya adalah menerima dengan baik atau menolak laporan pertanggungjawaban Dewan Komisaris atau Direksi, memilih dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta mengevaluasi kinerja dari masing-masing anggota Dewan Komisaris dan Direksi. RUPS diselenggarakan setidaknya sekali dalam setahun. Selain RUPS, atas permintaan pemegang saham, Bank dapat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). b. Direktur utama (Presiden Director) adalah jabatan yang ditunjuk dan memberi laporan kepada Dewan Direksi. Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan pelaksanaan tata-tertib; keadilan dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi secara tepat; menyesuaikan alokasi waktu per item masalah; menentukan urutan agenda;

74 mengarahkan diskusi ke arah konsensus; menjelaskan dan menyimpulkan tindakan dan kebijakan. Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan dunia luar. Mengambil keputusan sebagaimana didelegasikan oleh BOD atau pada situasi tertentu yang dianggap perlu, yang diputuskan, dalam meeting-meeting BOD. Menjalankan tanggung jawab dari direktur perusahaan sesuai dengan standar etika dan hukum c. Dewan Komisaris (Board of Commissioners) merupakan bagian dari pengelola Bank yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: Melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara independen. Mengawasi terselenggaranya pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) di Bank Pundi, antara lain mereview Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi triwulanan pada surat kabar. Mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi melalui rapat-rapat rutin dengan Direksi terkait pelaksanaan kebijakan strategis Menyampaikan pertanggung-jawaban atas tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku kepada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan.

75 Memastikan bahwa Direksi selalu menindaklanjuti temuan SKAI, KAP dan hasil pengawasan Bank Indonesia. Menyempurnakan Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris d. Komite Pemantau Risiko (Risk Oversight Committee) mempunyai tugas dan tanggung Jawab sebagai berikut: Membantu Dewan Komisaris dalam melakukan oversight terhadap kesesuaian kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut dan melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko. Melakukan review atas Perubahan Anggaran Dasar terkait wewenang Direksi e. Komite Remunerasi dan Nominasi (Remuneration & Nomination Committee) mempunyai tugas dan tanggung jawab membantu Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi meliputi: Menyusun prosedur Tata Cara Pengangkatan / Pemilihan Anggota Dewan Komisaris dan Anggota Direksi Menyampaikan rekomendasi calon Komisaris dan Direksi Bank Pundi. Melaksanakan prosedur pengangkatan atas Komisaris dan Direksi baru Bank Pundi. Merekomendasikan pihak independen sebagai anggota Komite Audit Bank Pundi.

76 Melakukan rapat secara berkala dengan Dewan Komisaris untuk membahas kinerja dan rencana strategis Bank Pundi. f. Komite Audit (Audit Committee) mempunyai tugas membantu Dewan Komisaris antara lain meliputi : Memantau dan mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan audit internal. Melakukan review atas laporan hasil audit, Annual Audit Plan pada tahun yang akan datang, me-review Kantor Akuntan Publik yang akan melakukan kaji ulang 3 tahunan terhadap kegiatan SKAI, draft Audit Report. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris atas: Penunjukkan Kantor Akuntan Publik yang memeriksa Laporan Keuangan. Penyelesaian hasil audit tahun bersangkutan. Sosialisasi kelengkapan job description kepada seluruh karyawan Penunjukan vendor dilakukan melalui tender (tidak boleh langsung) Melanjutkan pembukaan Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu Meningkatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) melalui penyaluran kredit UKM Perubahan Struktur Organisasi dengan menambah Divisi/Fungsi Finance, Business Head, Investor Relation, serta Penghapusan Taskforce. Penentuan Direktur pengganti bila ada yang berhalangan/cuti Perubahan Anggaran Dasar tentang wewenang memutus kredit sampai Dewan Komisaris.

77 Melakukan rapat secara berkala dengan Dewan Komisaris untuk membahas kinerja dan rencana strategis Bank Pundi. g. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) melakukan fungsi Audit Internal Bank Pundi selain itu SKAI berperan aktif dalam meningkatkan efektifitas sistem pengendalian intern pada setiap tingkatan manajemen termasuk selalu menindaklanjuti hasil temuan audit intern dan juga melaporkan seluruh temuan hasil pemeriksaan secara berkala kepada Direktur Utama dengan tembusan ke Dewan Komisaris dan Direktur Kepatuhan serta Bank Indonesia atas pokokpokok pelaksanaan audit intern (setiap semester). h. ALCO mempunyai tugas pokok yang diemban adalah mengkaji, menganalisa dan menetapkan kebijakan-kebijakan strategis dalam hal penghimpunan dan penggunaan dana, penetapan harga dan pengendalian risiko sehingga pengelolaan aset dan liabilitas dapat lebih terarah dan optimal. Sehingga tugas pokok ALCO adalah menetapkan kebijakan yang terkait dengan manajemen likuiditas (Liquidity Management), Gapping Management, dan manajemen investasi. i. Komite Kebijakan Kredit (Credit Policy Comitee) mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: Merumuskan penyusunan, pengkajian dan penyempurnaan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) terutama yang terkait dengan penerapan prinsip kehati-hatian. Merumuskan arah, strategi, penetapan dan perbaikan target market kredit.

78 Merekomendasikan kewenangan memutus kredit serta menetapkan kriteria anggota Komite Kredit. Memantau dan mengevaluasi perkembangan, proses dan kualitas portofolio kredit. Memantau kecukupan pemenuhan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Memantau dan mengevaluasi penyelesaian kredit bermasalah. j. Komite Pengarah Teknologi Informasi (IT Steering Comitee) mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: Merencanakan sistem aplikasi yang diperlukan untuk jangka pendek dan panjang agar kinerja pengembangan Teknologi Sistem Informasi dapat lebih ditingkatkan kepada para nasabah dan Stakeholder. Memberikan masukan untuk kebutuhan pengembangan Teknologi Sistem Informasi. Bekerjasama dengan pihak intern dan ekstern dalam melakukan penelitian terhadap masalah atau hambatan dalam Teknologi Sistem Informasi serta melaporkan hasil tersebut kepada manajemen untuk pengambilan keputusan. Melakukan koordinasi dalam lingkungan Teknologi Sistem Informasi maupun dengan bagian-bagian lain dilingkungan Bank Pundi. Perumusan kebijakan dan prosedur TI, pengamanan TI dan manajemen risiko terkait TI.

79 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Kinerja Keuangan Sebelum Akuisisi 4.2.1.1 CAR (Capital Adequacy Ratio) Sebelum Akuisisi CAR merupakan alat ukur yang digunakan untuk menilai kinerja faktor permodalan. Dengan mengukur CAR maka dapat diketahui apakah modal yang dimiliki bank sudah mencukupi untuk melakukan kegiatan operasinya atau belum yakni dengan cara membandingkan rasio yang dihitung dengan standar rasio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 8%. CAR dapat dihitung dengan cara membandingkan modal bank yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap dengan total ATMR. Berikut ini disajikan perhitungan modal sebelum akuisisi pada sebelum akuisisi periode 2006-2009. Tabel 4.1 Perhitungan Modal Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 TAHUN Modal Inti Modal Pelengkap Total Modal 2006 86.733.000.000 31.241.000.000 117.974.000.000 2007 101.143.000.000 31.241.000.000 132.384.000.000 2008 87.089.000.000 19.649.000.000 106.738.000.000 2009 80.787.000.000 5.835.000.000 86.622.000.000 Sumber: Laporan Keuangan (Data Diolah) Setelah melakukan perhitungan modal sebelum akuisisi, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan ATMR. ATMR terdiri dari ATMR untuk risiko kredit, ATMR untuk risiko pasar dan ATMR untuk risiko operasional. Ketentuan mengenai tata cara perhitungan ATMR dapat dilihat pada

80 lampiran. Setelah menghitung masing-masing ATMR tersebut, selanjutnya dijumlahkan. Berikut ini disajikan perhitungan ATMR sebelum akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk yang tertera pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Perhitungan ATMR Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 TAHUN ATMR ATMR untuk ATMR untuk untuk Risiko Risiko Kredit Risiko Operasional Pasar Total ATMR 2006 745.859.000.000 513.202.000.000-1.259.061.000.000 2007 713.512.000.000 406.848.000.000-1.120.360.000.000 2008 832.517.000.000 310.288.000.000-1.142.805.000.000 2009 774.585.000.000 305.490.000.000-1.080.075.000.000 Sumber: Laporan keuangan (Data Diolah) Langkah terakhir untuk menghitung CAR adalah dengan membandingkan total modal yang ada pada tabel 4.1 dan total ATMR yang sudah dihitung pada tabel 4.2. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Perhitungan CAR Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 Kenaikan/ Total ATMR TAHUN Total Modal CAR (penurunan) (%) 2006 117.974.000.000 1.259.061.000.000 9,37% - 2007 132.384.000.000 1.120.360.000.000 11,82% 2,45% 2008 106.738.000.000 1.142.805.000.000 9,34% (2,48%) 2009 86.622.000.000 1.080.075.000.000 8,02% (1,32%) Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah)

81 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa CAR yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk tahun 2006 adalah 9,37%, tahun 2007 meningkat sebesar 2,45% atau menjadi 11,82%. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan modal sebesar Rp. 14.410.000.000,- dari tahun sebelumnya yakni tahun 2006. Peningkatan modal terjadi karena besarnya modal inti yang berasal dari modal disetor dan cadangan tambahan modal yakni sebesar Rp. 101.143.000.000,-, seiring adanya penambahan modal pelengkap yang berasal dari revaluasi aktiva tetap. Selain itu, pada tahun 2007 PT Bank Pundi Indonesia Tbk berhasil menekan ATMR baik ATMR untuk risiko kredit sebesar Rp. 32.347.000.000,- dan ATMR untuk risiko operasional sebesar Rp. 106.354.000.000,- dari tahun 2006. Dengan adanya peningkatan modal dan penurunan ATMR menyebabkan berhasil membukukan laba. Dasar logisnya yakni dengan tercukupinya permodalan bank, maka bank tersebut dapat menjalankan operasinya dengan efisien, sehingga dapat disimpulkan bahwa bank tersebut mempunyai kinerja yang bagus dan berpotensi untuk meminimalisir kerugian yang diderita. Sementara itu penurunan terjadi pada tahun 2008 dan 2009 dimana CAR yang diperoleh menjadi sebesar 9,34% dan 8,02%. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya modal yang dimiliki sebesar Rp. 25.646.000.000,- dan Rp. 20.116.000.000,- dari tahun sebelumnya ditambah lagi dengan peningkatan ATMR karena semakin besar kredit yang disalurkan oleh bank. Semakin besar kredit yang disalurkan oleh bank maka semakin besar pula ATMR bank yang bersangkutan. Besarnya ATMR untuk risiko kredit disebabkan oleh aktiva yang dimiliki belum mampu menekan tingginya kredit bermasalah karena debitur

82 tidak dapat melunasi pinjaman yang diberikan oleh bank dalam waktu yang telah ditentukan. Ini menunjukkan buruknya kinerja dalam mengelola modal yang dimiliki untuk menutupi aktiva tertimbang yang mengandung risiko sehingga mengakibatkan kerugian yang terjadi pada tahun 2008 dan 2009. Inilah yang menjadi salah satu alasan berada dalam pengawasan khusus Bank Indonesia. Jika ditinjau dari SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004, pada tahun 2006, 2007, dan tahun 2008 mendapat peringkat 2 (sehat) karena CAR yang diperoleh 9% - < 12% yakni sebesar 9,37%, 11,82%, dan 9,34%. Sedangkan pada tahun 2008 berada pada peringkat 3 (cukup sehat) karena CAR yang dihasilkan hanya sebesar 8,02%. Untuk lebih jelas mengenai perkembangan CAR sebelum akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk dapat digambarkan sebagai berikut. 14,00% 12,00% 10,00% 8,00% 6,00% 4,00% 2,00% 0,00% 11,82% 9,37% 9,34% 8,02% 2006 2007 2008 2009 CAR Sebelum Akuisisi Gambar 4.2 Grafik Perkembangan CAR Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009

83 4.2.1.2 NPL (Non Performing Loan) Sebelum Akuisisi Kegiatan utama bank selain menghimpun dana juga menyalurkan kredit kepada masyarakat. Dalam melakukan pemberian kredit, bank dihadapkan pada risiko ketidaklancaran pembayaran atau bahkan debitur tidak mampu membayarnya karena berbagai hal sehingga menimbulkan kredit bermasalah. Rasio yang dijadikan indikator dalam kinerja faktor kualitas asset adalah NPL (Non Performing Loan). Menurut Peraturan BI, NPL dapat dihitung dengan cara membandingkan total kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan. Kredit bermasalah terdiri dari kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Sedangkan total kredit yang dimaksud adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain). TAHUN Tabel 4.4 Perhitungan NPL Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 Total Kredit Bermasalah Total Kredit yang diberikan NPL Kenaikan/ Penurunan (%) 2006 67.900.976.243 860.314.669.009 7,89% - 2007 135.837.797.707 888.620.672.013 15,29% 7,40% 2008 145.517.056.244 802.058.440.999 18,15% 2,86% 2009 289.118.983.485 1.016.115.941.965 28,45% 10,30% Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Tabel 4.4 menyajikan perhitungan NPL sebelum akuisisi yakni tahun 2006-2009 (Perhitungan lengkapnya tercantum pada

84 lampiran). Untuk lebih jelas mengenai perkembangannya dapat dilihat pada gambar berikut ini 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% 28,45% 18,15% 15,29% 7,89% 2006 2007 2008 2009 NPL Sebelum Akuisisi Gambar 4.3 Grafik Perkembangan NPL Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 Gambar 4.3 menunjukkan perkembangan NPL sebelum akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2006-2009. NPL terus menerus mengalami peningkatan yang berarti kondisi bank dalam keadaan tidak sehat karena selama kurun waktu empat tahun mencatat hasil NPL yang sangat buruk. Pada tahun 2006, NPL yang diperoleh sebesar 7,89%. Ini terjadi karena besarnya kredit bermasalah yakni sebesar Rp. 67.900.976.243,- yang berasal dari kredit konsumsi, modal kerja, dan investasi. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan NPL menjadi sebesar 15,29% atau meningkat sebesar 7,40% dari tahun sebelumnya yakni tahun 2006. Naiknya NPL pada tahun ini disebabkan karena adanya ketidaksesuaian pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang menyebabkan terjadinya penurunan kolektibilitas kredit misalnya kurang berhati-hati dalam

85 pengawasan kebijakan penelaahan atas kualitas kredit, pengajuan dan persetujuan proposal kredit sehingga menyebabkan bertambahnya kredit macet menjadi sebesar Rp. 55.792.004.748. Pada tahun 2008 tingkat NPL yang diperoleh sebesar 18,15%, ini disebabkan karena tingginya kredit bermasalah yang terjadi pada tahun ini yakni sebesar Rp.145.517.056.244,-. Selain itu, kurang kondusifnya perekonomian negara yang mengakibatkan ketidaklancaran pembayaran kredit oleh debitur berdasarkan waktu yang telah disepakati. Pada tahun 2009 NPL yang diperoleh sebesar 28,45%, angka ini merupakan NPL tertinggi yang diperoleh selama kurun waktu empat tahun yakni tahun 2006-2009. Meskipun pada tahun ini jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp. 1.016.115.941.965 artinya meningkat sebesar Rp. 214.057.500.966,- dari tahun 2008 tidak menyebabkan rasio NPL mengalami penurunan karena tingginya kredit macet yang berasal dari kredit konsumsi, modal kerja, dan investasi dengan jumlah sebesar Rp. 289.118.983.485,-. Melihat kondisi NPL yang terus mengalami peningkatan dari tahun 2006-2009 dan jauh melampaui standar ketentuan BI yakni minimal 5%, ini menunjukkan buruknya kinerja bank dalam mengelola kredit bermasalah. Tingginya rasio NPL dapat menyebabkan menurunnya pendapatan bunga yang berasal dari kredit yang diberikan kepada debitur, turunnya pendapatan akan menyebabkan laba yang diperoleh kurang maksimal atau bahkan mengalami kerugian. Ini terlihat pada laporan keuangan publikasi bahwa tahun 2006, 2008, dan 2009 mengalami kerugian. Bank harus memperbaiki kinerjanya secepat mungkin agar kepercayaan masyarakat meningkat. Akibat dari peningkatan kredit bermasalah

86 yang membelenggu pada ini maka mendapat pengawasan khusus dari Bank Indonesia. 4.2.1.3 ROA (Return on Asset) Sebelum Akuisisi ROA merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk menilai kinerja faktor rentabilitas selain ROE dan BOPO. ROA dapat dirumuskan dengan membandingkan laba sebelum pajak dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Data laba sebelum pajak diperoleh dari laporan laba rugi, sedangkan data total aktiva diperoleh dari neraca. Berikut disajikan cara perhitungan ROA PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum akuisisi yang tertera pada tabel 4.5. TAHUN Laba Sebelum Pajak Tabel 4.5 Perhitungan ROA Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 Total Aktiva ROA Kenaikan/ Penurunan (%) 2006-19.039.395.136 1.339.267.231.761-1,42 % - 2007 1.717.115.851 1.349.719.517.678 0,13 % 1,55% 2008-28.018.102.809 1.492.166.052.606-1,88 % (2,01%) 2009-112.690.649.332 1.425.575.821.141-7,90 % (6,02%) Sumber: Laporan Keuangan (Data Diolah) Tabel 4.5 menyajikan cara perhitungan ROA dengan membandingkan laba sebelum pajak dan total aktiva selama periode 2006-2009. Dalam periode tersebut, laba sebelum pajak mengalami penurunan dan kenaikan. Pada tahun 2006 mengalami kerugian sebesar Rp.-19.039.395.136,-, tahun

87 2007 mengalami kenaikan laba sebelum pajak sebesar Rp.1.717.115.851,-. Namun, kenaikan pada tahun 2007 tidak dapat dipertahankan dengan baik, tebukti pada tahun 2008 dan tahun 2009 secara berturut-turut kembali mencatat kerugian yakni sebesar Rp.-28.018.102.809,-, Rp.-112.690.649.332,-. Hal ini disebabkan karena penurunan laba operasional yang cukup signifikan sehingga mempengaruhi laba sebelum pajak. Secara umum, baik peningkatan maupun penurunan laba sebelum pajak dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi yang kurang kondusif dan kinerja manajemen dalam pengelolaan aktiva yang dimiliki kurang baik. Selanjutnya adalah gambaran mengenai total aktiva yang dimiliki PT Bank Pundi Indonesia Tbk. Pada tahun 2006-2009 total aktiva terus mengalami kenaikan, kecuali pada tahun 2009 yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp. 1.425.575.821.141,-. Total aktiva terendah diperoleh tahun 2006 tercatat sebesar Rp. 1.339.267.231.761,- sedangkan total aktiva tertinggi diperoleh tahun 2011 yakni sebesar Rp. 5.993.639.000.000,-. Peningkatan total aktiva disebabkan karena bertambahnya kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain. Perkembangan laba sebelum pajak akan berpengaruh pada tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba. Salah satu indikator untuk mengukur kinerja dalam kemampuannya untuk menghasilkan laba dengan aktiva yang dimiliki yakni ROA. Berikut ini disajikan gambaran perkembangan ROA (Return on Asset) pada periode 2006-2009 yang tertera pada gambar berikut ini.

88 1,00% 0,00% -1,00% -2,00% -3,00% -4,00% -5,00% -6,00% -7,00% -8,00% -9,00% -1,42% 0,13% 2006 2007-1,88% 2008 2009-7,90% ROA Sebelum Akuisisi Gambar 4.4 Grafik Perkembangan ROA Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 Berdasarkan gambar 4.4 mengenai perkembangan ROA sebelum akuisisi PT Bank Pundi Indonesia periode 2006-2009 menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan karena ROA mengalami penurunan ke arah negatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 ROA yang diperoleh sebesar -1,42%. Kondisi seperti ini menunjukkan kinerja yang buruk akibat besaran ROA berada dibawah standar ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 1,5% untuk menjadi kategori bank yang sangat sehat. Peningkatan terjadi pada tahun 2007 dengan rasio ROA sebesar 0,13%, ini merupakan ROA tertinggi yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia pada tahun 2006-2011. Namun sayangnya, masih belum cukup memenuhi standar ketentuan Bank Indonesia. Penurunan ROA kembali terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar -1,88%, padahal pada tahun ini terjadi kenaikan aktiva dari tahun 2007 yakni Rp. 1.492.166.052.606,-, namun karena kerugian yang diderita pada tahun yang sama mencapai Rp. -28.018.102.809,-. Pada tahun 2009 PT Bank

89 Pundi Indonesia Tbk kembali mengalami penurunan ROA dari tahun 2008 menjadi - 7,90%. Hal ini disebabkan karena laba sebelum pajak yang dihasilkan sebesar - 112.690 milyar. Angka yang negatif ini menunjukkan bank mengalami kerugian karena tidak mampu mengelola aktiva yang dimilikinya. Aktiva yang dimaksud adalah aktiva produktif yang mampu menghasilkan keuntungan atau sering disebut earning asset. Aktiva produktif terdiri atas kredit, surat berharga, penempatan dan penyertaan. Jika bank mampu mengelola aktiva dengan baik maka akan meningkatkan nilai ROA bank tersebut. Jika ditinjau dari peringkat komposit ROA menurut SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 bahwa pada tahun 2006, 2008, dan 2009 mendapat peringkat 5 (tidak sehat) karena ROA yang diperoleh negatif mencerminkan kondisi bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. Sedangkan pada tahun 2005 mendapat peringkat 4 (Kurang Sehat). Melihat kondisi ini maka bank dtuntut untuk memperbaiki kinerja dengan cara mengelola aktiva secara efektif. 4.2.1.4 ROE (Return on Equity) Sebelum Akuisisi ROE dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan modal sendiri. Data laba bersih diperoleh dari laporan laba rugi sedangkan data modal sendiri diperoleh dari modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan, laba ditahan yang datanya dapat diperoleh dari neraca bagian pasiva. Semakin besar rasio ROE menunjukkan kinerja bank baik, namun sebaliknya jika semakin kecil rasio ROE atau

90 bahkan hasilnya negatif menunjukkan kinerja bank buruk. Berikut disajikan perhitungan ROE sebelum akuisisi pada Sebelum akuisisi periode 2006-2009. Tabel 4.6 Perhitungan ROE Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 TAHUN Laba Bersih Modal Sendiri ROE Kenaikan/ Penurunan (%) 2006-13.626.027.985 115.474.924.097-11,80 % - 2007 713.431.649 116.188.355.746 0,61 % 12,41% 2008-32.012.458.087 88.175.897.659-36,31 % (36,92%) 2009-13.487.005.059.675 46.694.162.016-28,83 % 7,48% Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa laba bersih yang dihasilkan PT Bank Pundi Indonesia Tbk selama tahun 2006-2009 berada dalam kondisi yang buruk akibat kerugian yang diderita selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2006 mengalami kerugian sebesar Rp. -13.626.027.985,-. Pada tahun 2007 menunjukkan adanya peningkatan karena mendapatkan laba bersih sebesar Rp.713.431.649. Prestasi yang diraih pada tahun 2007 tidak dapat dipertahankan dengan baik karena pada tahun 2008 sampai tahun 2009 kembali mengalami kerugian yakni sebesar Rp. - 32.012.458.087,- dan Rp. -13.487.005.059.675,-. Sedangkan modal PT Bank Pundi Indonesia Tbk tahun 2006-2009 cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 modal yang dimiliki sebesar Rp. 115.474.924.097,- pada tahun 2007 meningkat sebesar Rp. 713.431.649,- atau menjadi Rp. 116.188.355.746,- namun

91 pada tahun 2008 dan tahun 2009 mengalami penurunan kembali menjadi Rp. 88.175.897.659 dan Rp. 46.694.162.016,-. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan gambaran perkembangan ROE (Return on Equity) pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2006-2009 yang tampak pada gambar 4.5. 10,00% 0,00% -10,00% -20,00% -30,00% -40,00% 0,61% -11,80% 2006 2007 2008 2009-36,31% -28,83% ROE Sebelum Akuisisi Gambar 4.5 Grafik Perkembangan ROE Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat perkembangan ROE PT Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2006-2009. Selama periode tersebut ROE yang dihasilkan menunjukkan kecenderungan menurun, karena hampir semua ROE yang dihasilkan negatif. Pada tahun 2006 ROE yang diperoleh sebesar -11,8%. Peningkatan terjadi pada tahun 2007 dengan rasio ROE sebesar 0,16%, ini merupakan ROE tertinggi yang diperoleh selama periode sebelum akuisisi. Namun nilai ROE ini masih belum cukup memenuhi standar ketentuan Bank Indonesia antara > 5% - 12,5%. Penurunan ROE kembali terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar -36,31% dan merupakan ROE terkecil yang dihasilkan oleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk pada periode 2006-2009. Hal ini disebabkan karena adanya

92 penurunan modal sebesar Rp. 28.012.458.087,- dari tahun lalu yakni tahun 2007 sebesar Rp. 116.188.355.746,- dan besarnya kerugian yang diderita pada tahun yang sama. Kemudian pada tahun 2009 mengalami kenaikan ROE menjadi -28,83% dari tahun sebelumnya. Kenaikan ROE ini disebabkan oleh adanya penurunan rugi bersih sebesar Rp. 18.525 milyar dari tahun sebelumnya. Namun ROE yang dihasilkan masih dibawah standar ketentuan BI karena ROE yang dihasilkan negatif. Jika ditinjau dari peringkat komposit ROE menurut SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004, pada tahun 2006. 2008, dan 2009 mendapat peringkat 5 karena ROE yang dihasilkan 0% artinya bank dalam keadaan tidak sehat. Sedangkan pada tahun 2007 mendapat peringkat 4 (bank dalam keadaan kurang sehat) artinya bank sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan. Sehingga dengsn kondisi tersebut, bank harus melakukan tindakan berupa perbaikan untuk menghindari kesulitan yang akan mengakibatkan investor enggan menanamkan investasinya di perusahaan. 4.2.1.5 BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional) Sebelum Akuisisi Perhitungan BOPO dilakukan dengan membandingkan total beban operasional yang dikeluarkan dengan total pendapatan operasional yang dihasilkan perusahaan. Informasi mengenai beban operasional didapat dari laporan laba rugi yang dipublikasikan pada bank yang bersangkutan, sementara pendapatan operasional dapat dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan bunga dan pendapatan

93 operasional lainnya kemudian dikurangkan dengan beban bunga. Berikut ini disajikan perhitungan BOPO sebelum akuisisi pada periode 2006-2009. Tabel 4.7 Perhitungan BOPO Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 Total Beban Total Pendapatan Tahun Operasional Operasional BOPO 2006 72.895.265.214 46.326.592.144 157,35 % 2007 71.676.372.078 83.283.491.207 86,06 % 2008 91.309.758.603 82.065.046.316 111,27 % 2009 100.524.777.691 93.054.382.426 108,03 % Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Pada tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa pada tahun total beban operasional yang dikeluarkan selama 4 tahun yakni tahun 2006-2009 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 beban operasional yang dikeluarkan sebesar Rp. 72.895.265.214,- pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar Rp. 1.218.893.136,- atau menjadi Rp. 71.676.372.078,- kemudian pada tahun 2008 dan 2009 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 91.309.758.603,- dan Rp. 100.524.777.691,-. Peningkatan beban operasional ini disebabkan karena meningkatnya beban umum dan administrasi serta beban tenaga kerja dan tunjangan. Kemudian dalam untuk total pendapatan yang diperoleh tahun 2006 sebesar Rp. 46.326.592.144,-, pada tahun 2007 meningkat menjadi sebesar Rp. 83.283.491.207,- pada tahun 2008 menurun tipis sebesar Rp. 1.218.444.891,- atau menjadi Rp. 82.065.046.316. Hal ini

94 disebabkan karena meningkatnya beban bunga sebesar Rp. 2.922.864.598,-atau menjadi Rp. 100.940.538.031,- dan pada tahun 2009 kembali meningkat menjadi sebesar Rp. 93.054.382.426,-. Hal ini disebabkan karena bertambahnya pendapatan bunga dan pendapatan operasional serta menurunnya beban bunga sebesar Rp. 454.856.390,- dari tahun lalu atau menjadi Rp. 100.505. 681.641,-. Jika dibuat dalam bentuk grafik BOPO sebelum akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk akan tampak seperti berikut. 200,00% 150,00% 100,00% 50,00% 0,00% 157,35% 86,06% 111,27%108,03% 2006 2007 2008 2009 BOPO Sebelum Akuisisi Gambar 4.6 Grafik Perkembangan BOPO Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 Dari grafik BOPO sebelum akuisisi di atas menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan karena semakin besar rasio BOPO yang diperoleh. Semakin besar rasio yang diperoleh menggambarkan buruknya kinerja bank dalam melakukan efisiensi terhadap beban-beban yang dikeluarkan perusahaan. Standar ketentuan yang ditetapkan BI adalah 96%. Pada tahun 2006 BOPO yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebesar 157,35%, pada tahun 2007 menurun sebesar 71,29% atau menjadi 86,06%. Menurunnya rasio ini karena meningkatnya pendapatan operasional

95 sebesar Rp. 35.956.899.063,- dari tahun sebelumnya yang berasal dari pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya, seiring dengan menurunnya beban operasional pada tahun ini sebesar Rp. 1.218.893.136,- dari tahun sebelumnya yang terdiri dari beban umum dan administrasi serta beban tunjangan dan tenaga kerja. Pada tahun 2008 mengalami peningkatan kembali BOPO menjadi 111,27% yang disebabkan karena meningkatnya beban umum dan adminsitrasi menjadi sebesar Rp. 62.519.504.422,- serta beban tenaga kerja dan tunjangan menjadi sebesar Rp. 22.790.254.181,-. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2009 dengan rasio BOPO sebesar 108,03% menurun tipis sebesar 3,24% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena naiknya pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya sehingga menyebabkan total pendapatan operasional meningkat. Jika ditinjau dari peringkat komposit BOPO menurut SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004, pada tahun 2006, 2008, 2009 mendapat peringkat 5 artinya tidak sehat karena BOPO > 97% artinya bank tidak efisien dalam hal beban yang dikeluarkan sehingga pendapatan yang diperoleh tidak maksimal. Sedangkan pada tahun 2007 mendapat peringkat 1 atau sangat sehat karena BOPO yang diperoleh 94% yakni sebesar 86,06%. Ini menunjukkan bahwa adanya efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasinya yakni berhasil menekan besarnya beban-beban yang dikeluarkan perusahaan.

96 4.2.1.6 LDR (Loan on Deposit Ratio) Sebelum Akuisisi LDR merupakan indikator untuk menilai kinerja faktor likuiditas. LDR dapat dihitung dengan membandingkan total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga. Total kredit yang diberikan merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain), sedangkan total dana pihak ketiga mencakup giro,tabungan, dan deposito (tidak termasuk giro dan deposito antar bank). Data total kredit yang diberikan dan total dana pihak ketiga lebih lengkapnya terdapat pada catatan atas laporan keuangan. Berikut disajikan perhitungan LDR PT bank Pundi Indonesia Tbk sebelum akuisisi periode 2006-2009. TAHUN Total Kredit yang diberikan Tabel 4.8 Perhitungan LDR Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 Total Dana Pihak Ketiga LDR Kenaikan/ (Penurunan) (%) 2006 860.314.669.009 1.150.742.921.111 74,76 % - 2007 888.620.672.013 1.147.176.808.384 77,46 % 2,70% 2008 802.058.440.999 1.322.717.899.143 60,64 % 16,82% 2009 1.016.115.941.965 1.308.017.281.603 77,68 % 17,04% Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Dari tabel 4.8 di atas dapat dideskripsikan bahwa total kredit yang diberikan terdiri dari kredit konsumsi, modal kerja, dan investasi. Berikut penjelasannya: a. Kredit konsumsi terdiri dari kredit kendaraan bermotor, kredit pemilikan rumah dan kredit perorangan lainnya.

97 b. Kredit modal kerja terdiri dari kredit berjangka, kredit rekening koran, kredit akseptasi dan cerukan yang diberikan kepada debitur untuk keperluan modal kerja. c. Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan kepada debitur untuk pembelian barang modal. Ketiga jenis kredit tersebut perhitungannya dapat dilihat pada lampiran. Pada tahun 2006 total kredit yang diberikan sebesar Rp. 860.314.669.009,-, tahun 2007 meningkat menjadi Rp. 888.620.672.013,- dan terjadi penurunan pada tahun 2008 sebesar Rp. 86.562.231.014,- atau menjadi sebesar Rp. 802.058.440.999,-. Penurunan ini disebabkan karena menurunnya kredit modal kerja menjadi Rp. 126.786.098.090,- dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 278.216.484.591,-. Peningkatan kembali terjadi pada tahun 2009 dengan total kredit yang diberikan menjadi Rp. 1.016.115.941.965,- hal ini disebabkan karena meningkatnya kredit modal kerja sebesar Rp. 239.628.880.982,- dari tahun sebelumnya atau menjadi Rp. 366.414.979.072,-. Kemudian untuk total dana pihak ketiga terdiri dari giro, tabungan, dan deposito yang masing-masing perhitungan lengkapnya tersedia dalam lampiran. Pada tahun 2006 total dana pihak ketiga diperoleh sebesar Rp. 1.150.742.921.111,- pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar Rp. 3.566.112.727,- atau menjadi Rp. 1.147.176.808.384,- yang disebabkan oleh turunnya deposito yang dihimpun. kemudian pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi Rp. 1.322.717.899.143,- yang disebabkan karena meningkatnya jumlah deposito menjadi sebesar Rp. 1.071.542.471.126,- atau meningkat sebesar Rp. 190.368.650.724,- dari

98 tahun sebelumnya. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2009 dengan total dana pihak ketiga sebesar Rp. 1.308.017.281.603,-. Setelah dideskripsikan mengenai total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga yang hasil perbandingan tersebut dinamakan LDR, untuk lebih jelas mengenai perkembangannya dapat dilihat pada gambar 4.7. 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 74,76% 77,46% 60,64% 77,68% 2006 2007 2008 2009 LDR Sebelum Akuisisi Gambar 4.7 Grafik Perkembangan LDR Sebelum Akuisisi Periode 2006-2009 Jika dilihat pada grafik di atas rasio LDR sebelum akuisisi mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2006 rasio LDR yang diperoleh sebesar 74,75%, pada tahun 2007 sebesar 77,45% atau meningkat sebesar 2,7% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya total kredit yang diberikan bank dalam bentuk kredit modal kerja dan kredit investasi. Pada tahun 2008 rasio LDR menurun menjadi sebesar 60,64% yang disebabkan karena meningkatnya total dana pihak ketiga terutama dalam bentuk deposito berjangka dan menurunnya total kredit yang diberikan sebesar Rp. 86.562.231.014,- dari tahun sebelumnya. Peningkatan kembali terjadi pada tahun

99 2009 dengan rasio LDR sebesar 77,68% artinya meningkat sebesar 17,04% dari tahun 2008. Hal ini disebabkan oleh peningkatan total kredit yang diberikan menjadi sebesar Rp. 1.016.115.941.965,- seiring turunnya total dana pihak ketiga yang terdiri dari tabungan, giro, dan deposito yakni Rp. 1.308.017.281.603,-. Jika ditinjau berdasarkan peringkat komposit LDR menurut SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004, pada tahun 2006 dan 2008 mendapat peringkat 1 artinya sangat sehat karena LDR yang diperoleh 75% yakni sebesar 74,76% dan 60,64%. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2009 mendapat peringkat 2 artinya sehat karena LDR yang diperoleh > 75% - 85% yakni sebesar 77,46% dan 77,68%. Secara keseluruhan LDR yang diperoleh sebelum akuisisi yakni tahun 2006-2009 berada dalam kondisi yang sehat. Hal ini mengindisikan bahwa kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya sangat baik. 4.2.2 Kinerja Keuangan Sesudah Akuisisi 4.2.2.1 CAR (Capital Adequacy Ratio) Sesudah Akuisisi CAR dapat dihitung dengan cara membandingkan modal bank yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap dengan ATMR yang terdiri dari ATMR untuk risiko kredit, ATMR untuk risiko pasar dan ATMR untuk risiko operasional. Untuk mengetahui kinerja keuangan sesudah akuisisi dari sisi permodalan yang diukur dengan rasio CAR, dapat dijabarkan sebagai berikut. Langkah pertama adalah

100 menghitung modal sesudah akuisisi yang disajikan dalam tabel 4.9, namun perhitungan lebih lengkapnya tersedia pada lampiran. Tabel 4.9 Perhitungan Modal Sesudah Akuisisi Periode 2010-2011 TAHUN Modal Inti Modal Pelengkap Total Modal 2010 276.665.000.000 16.569.000.000 293.234.000.000 2011 386.120.000.000 45.780.000.000 431.900.000.000 Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Setelah melakukan perhitungan modal sesudah akuisisi, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan ATMR yang terdiri dari ATMR risiko kredit, risiko operasional, dan risiko pasar seperti yang tercantum pada tabel 4.10 di bawah ini. Tabel 4.10 Perhitungan ATMR Sesudah Akuisisi Periode 2010-2011 TAHUN ATMR ATMR untuk ATMR untuk untuk Risiko Risiko Kredit Risiko Operasional Pasar Total ATMR 2010 597.715.000.000 538.481.000.000-1.136.196.000.000 2011 3.444.052.000.000 345.351.000.000-3.789.403.000.000 Sumber: Laporan keuangan (Data Diolah) Langkah terakhir untuk menghitung CAR yakni dengan membandingkan total modal dan total ATMR yang sudah dihitung. Berikut perhitungan CAR PT Bank Pundi Indonesia Tbk sesudah akuisisi yang disajikan pada tabel 4.11.

101 Tabel 4.11 Perhitungan CAR Sesudah Akuisisi Periode 2006-2009 TAHUN Total Modal Total ATMR CAR 2010 293.234.000.000 1.136.196.000.000 25,80% 2011 431.900.000.000 3.789.403.000.000 11,39% Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa CAR yang diperoleh tahun 2010 adalah 25,80% yang meningkat pesat dibanding tahun sebelum akuisisi, angka ini merupakan angka CAR tertinggi yang diperoleh selama kurun waktu 6 tahun yakni tahun 2006-2011. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya penambahan modal dari proses akuisisi yang dilakukan dengan PT Recapital Securities. Selain itu adanya peningkatan modal pelengkap berupa revaluasi aktiva tetap menjadi sebesar Rp. 14.058.000.000,-. Pada tahun 2011 rasio CAR mengalami penurunan menjadi sebesar 11,39%. Meskipun total modal yang dimiliki baik yang berasal dari modal inti dan pelengkap mengalami peningkatan, namun karena besarnya ATMR untuk risiko kredit yang mencapai Rp. 3.444.052.000.000,- akibat pembayaran atau pelunasan kredit yang tidak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan menjadikan nilai CAR mengalami penurunan. Jika ditinjau dari SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 pada tahun 2010 dan tahun 2011 mendapat peringkat 1 karena CAR yang diperoleh 12% yakni sebesar 25,80% pada tahun 2010 dan 11,39% pada tahun 2011 artinya bahwa modal yang dimiliki mencukupi untuk menunjang aktiva-aktiva

102 yang mengandung risiko. Untuk lebih jelas mengenai perkembangan CAR sesudah akuisisi pada dapat dilihat pada gambar 4.8. 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 25,80% 11,39% 2010 2011 CAR Sesudah Akuisisi Gambar 4.8 Grafik Perkembangan CAR Sesudah Akuisisi Periode 2010-2011 4.2.2.2 NPL (Non Performing Loan) Sesudah Akuisisi Peningkatan kredit bermasalah pada selama kurun waktu empat tahun yakni tahun 2006-2009 sehingga mengakibatkan bank ini masuk ke dalam pengawasan khusus Bank Indonesia. Kemudian pada tahun 2010 melakukan akuisisi dengan PT Recapital Securities. Tabel 4.12 Perhitungan NPL sesudah akuisisi Periode 2010-2011 TAHUN Total Kredit Total Kredit Bermasalah yang diberikan NPL 2010 312.232.000.000 612.751.000.000 50,96% 2011 324.099.000.000 3.554.336.000.000 9,12% Sumber: Laporan Keuangan (Data Diolah)

103 Tabel 4.12 menyajikan perhitungan NPL sesudah akuisisi yakni tahun 2006-2009 (Perhitungan lengkapnya tercantum pada lampiran). Untuk lebih jelas mengenai perkembangannya dapat dilihat pada gambar 4.9 berikut. 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 50,96% 9,12% 2010 2011 NPL Sesudah Akuisisi Gambar 4.9 Grafik Perkembangan NPL sesudah akuisisi Periode 2010-2011 Berdasarkan gambar 4.9 menunjukkan perkembangan NPL sesudah akuisisi pada periode 2010-2011. NPL yang diperoleh pada tahun 2010 sebsar 50,96% dan ini merupakan NPL tertinggi yang diperoleh selama kurun waktu enam tahun yakni tahun 2006-2011. Sehingga pada bulan Juli 2010 bank ini disarankan melakukan akuisisi. Jika ditinjau berdasarkan ketentuan Bank Indonesia maka dapat dikategorikan sangat tidak sehat karena jauh melampaui standar BI yakni sebesar 5%. Hal ini disebabkan oleh menurunnya pendapatan bunga bersih. Kini lebih fokus pada pembiayaan mikro dengan cara melakukan penghentian pencairan kredit selama bulan Maret sampai

104 September. Sedangkan kredit yang diberikan pada tahun lalu, PT Bank Pundi Indonesia akan melakukan penagihan tanpa adanya perpanjangan. Pada tahun 2011 NPL yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia sebesar 9,12%. Mengalami penurunan sebesar 41,84% dari tahun sebelumnya yakni tahun 2010 sebesar 50,96%. Penurunan NPL ini mengindisikan bahwa PT Bank Pundi Indonesia Tbk dapat mengelola kredit bermasalah, walaupun angka ini masih di atas ketentuan Bank Indonesia yakni minimal sebesar 5%. 4.2.2.3 ROA (Return on Asset) Sesudah Akuisisi Perhitungan ROA sesudah akuisisi pada tercantum pada tabel dibawah ini. Tabel 4.13 Perhitungan ROA Sesudah Akuisisi Periode 2010-2011 TAHUN Laba Sebelum Pajak Total Aktiva ROA 2010-166.312.000.000 1.561.622.000.000-10,65% 2011-171.575.000.000 5.993.639.000.000-2,86% Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dideskripsikan bahwa laba sebelum pajak pasca akuisisi yakni tahun 2010-2011 menunjukkan hasil negatif yang berarti bank mengalami kerugian. Rugi sebelum pajak yang diperoleh pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun 2009. Hal ini disebabkan karena mampu menekan rugi operasional sebesar Rp. 14.239 milyar dari rugi operasional

105 tahun 2009 sebesar Rp. 170.562 milyar. Namun, pada tahun 2011 rugi sebelum pajak mengalami kenaikan sebesar RP. -171.575.000.000, ini disebabkan karena naiknya rugi operasional yang mencapai Rp. 169.612 milyar artinya meningkat sebesar Rp. 13.289 milyar seiring meningkatnya beban operasional sebesar Rp. 401.213 milyar dari tahun 2010. Gambaran mengenai total aktiva sesudah akuisisi terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 total aktiva yang dimiliki sebesar Rp. 1.561.622.000.000 meningkat sebesar Rp. 136.047 milyar dari tahun 2009, kemudian pada tahun 2011 total aktiva diperoleh sebesar Rp. 5.993.639.000.000,- dan ini merupakan total aktiva terbesar yang dimiliki periode 2006-2011. Berikut ini disajikan gambaran perkembangan ROA (Return on Asset) pada periode 2010-2011: 0,00% -2,00% -4,00% -6,00% -8,00% -10,00% -12,00% 2010-2,86% 2011-10,65% ROA Sesudah Akuisisi Gambar 4.10 Grafik Perkembangan ROA Sesudah Akuisisi Periode 2010-2011 Pada tahun 2010 ROA mengalami penurunan drastis yakni sebesar -10,65% dan merupakan ROA terendah yang terjadi dalam kurun waktu enam tahun dari tahun

106 2006-2011. Meskipun pada tahun 2011 mengalami kenaikan total aktiva tetapi tidak menjadikan ROA yang dihasilkan diatas standar yang ditetapkan Bank Indonesia yakni sebesar 1,5% karena pada tahun 2011 masih mengalami kerugian sehingga ROA yang dihasilkan negatif. Jika ditinjau dari SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 pada tahun 2010 dan tahun 2011 mendapat peringkat 5 (tidak sehat) karena ROA yang diperoleh negatif. Ini menandakan ketidakefektifan bank dalam mengelola aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba secara keseluruhan. hal ini menunjukan bahwa tidak terwujudnya keinginan ekonomis untuk memperbaiki faktor profitabilitas pasca akuisisi. 4.2.2.4 ROE (Return on Equity) Sesudah Akuisisi Perhitungan ROE sesudah akuisisi pada PT Bank Pundi Indonesia tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 4.14 Perhitungan ROE Sesudah Akuisisi Periode 2010-2011 TAHUN Laba Bersih Modal Sendiri ROE 2010-88.646.000.000 256.563.000.000-34,55 % 2011-147.253.000.000 463.241.000.000-31,79 % Sumber: Laporan Keuangan PT Bank Pundi Indonesia (Data Diolah) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.11 mengenai perkembangan ROE sesudah akuisisi pada.