BAB I PENDAHULUAN. Dewan Mahasiswa dan Majelis Mahasiswa merupakan lembaga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Golden Terrayon Press 194., hlm Masa konsolidasi awal ( ) merupakan fase-fase dalam orde baru.

BAB I PENDAHULUAN. dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan

BAB II SEJARAH TERBENTUKNYA ORGANISASI KEMAHASISWAAN DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Terbentuknya Persatuan Mahasiswa Sumatera Utara (MSU)

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan merupakan komunitas hidup dinamik

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin

BAB III METODE PENELITIAN. Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

METODE PENELITIAN. suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor yang

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.3

III. METODE PENELITIAN. yang menyatakan bahwa metode merupakan suatu cara atau jalan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nisa Rizkiah, 2014 Pers Mahasiswa Indonesia Pada Akhir Pemerintahan Orde Baru

III METODELOGI PENELITIAN. Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengkaderan, perjuangan ataupun pergerakan. Bila ditelusuri, kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. organisasi-organisasi pergerakan yang lain. Budi Utomo, disamping dikenal

BAB I PENDAHULUAN. namun juga membahas keadaan sosial, ekonomi, politik dan yang terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah salah satu partai yang berjaya pada masa

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan sebaik-baiknya

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Historis karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. oleh masyarakat menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi negara yang telah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus,

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

FORMAT POLITIK ORDE BARU DAN KEBIJAKAN FUSI PARTAI POLITIK TAHUN 1973 SKRIPSI. Oleh: M. Iqbal Ibrahim Hamdani NIM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I Pendahuluan. pada masa Orde Baru , (Yogyakarta: FIB UGM, 2013), hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sosial. Setidaknya ini dapat kita lihat sejak awal abad ke-20, yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Museum disebut sebagai pengawal warisan budaya. Pengawal warisan budaya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia 71 tahun. Pencapaian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki awal abad ke 20, mulai muncul sebuah trend baru mengenai

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEWAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

2.1 Gerakan Mahasiswa Pada Masa Orde Baru: Sebuah Tinjauan Singkat dari Tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan yang akan datang akan dicatat dalam peristiwa sejarah. Dengan ketiga cakupan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewan Mahasiswa dan Majelis Mahasiswa merupakan lembaga kemahasiswaan tingkat universitas pertama kali dikenalkan sekitar 1952 pada jamannya Kusnadi Hardjosoemantri dan Emil Salim. Dewan Mahasiswa ini sangat independen, dan merupakan kekuatan yang cukup diperhitungkan sejak awal kemerdekaan hingga masa Orde Baru berkuasa. Ketua Dewan Mahasiswa selalu menjadi kader pemimpin nasional yang diperhitungkan pada jamannya. Dewan Mahasiswa berfungsi sebagai lembaga eksekutif, sedangkan yang menjalankan fungsi legislatifnya adalah Majelis Mahasiswa. Di fakultas-fakultas dibentuklah Komisariat Dewan Mahasiswa (KODEMA), atau di beberapa perguruan tinggi disebut Senat Mahasiswa. Para Ketua Umum KODEMA atau Ketua Umum Senat Mahasiswa ini secara otomatis Mewakili Fakultas dalam Majelis Mahasiswa. Keduanya dipilih secara langsung dalam pemilu badan keluarga mahasiswa untuk masa jabatan tertentu. Sedangkan Ketua Umum Dewan Mahasiswa dipilih dalam Sidang Umum Majelis Mahasiswa. Begitu juga halnya di, setelah diresmikan sebagai Perguruan Tinggi Negeri tahun 1957 oleh Presiden Soekarno, secara resmi penggunaan Dewan Mahasiswa sebagai organisasi kemahasiswaan tingkatan universitas. DEMA memerankan sebagai pusat gerakan mahasiswa di tingkatan 13

universitas untuk memobilisasi gerakan Mahasiswa USU. Sebagai gerakan internal kampus, DEMA juga melakukan gerakan politiknya mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak populis. Peranan Dewan Mahasiswa sedikit banyak mempengaruhi proses pengambilan kebijakan baik di kampus maupun di tingkatan Provinsi Sumatera Utara. Dilibatkannya DEMA USU dalam kancah gerakan mahasiswa nasional dalam menyikapi isu-isu nasional adalah sebagai bentuk apresiasi DEMA universitas lain terhadap DEMA USU untuk memperkuat isu gerakan yang dibangun sebagai representasi wilayah Sumatera Utara. Gerakan Malari 1974 adalah salah satu isu nasional. DEMA USU ikut menyuarakan penolakan mahasiswa terhadap kedatangan PM Jepang ke Indonesia dalam rangka membicarakan proyek investasi Jepang dibidang industry otomotif. Masa Dewan Mahasiswa dan juga Majelis Mahasiswa di Indonesia berakhir pada tahun 1978-an ketika pemerintah memberangus aksi kritis para mahasiswa dan Dewan Mahasiswa dibekukan. Kegiatan politik di dalam kampus juga secara resmi dilarang. Kebijakan itu dikenal dengan nama kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan pengganti lembaga tersebut adalah Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) buntut dari diberlakukannya kebijakan NKK/BKK adalah pembubaran Dewan Mahasiswa, sehingga beberapa fungsionaris Dewan Mahasiswa 14

USU dijerat di pengadilan dengan dalih melakukan tindakan makar sebab terlibat dalam gerakan Malari. 1 Pemerintah dalam hal ini melalui Pangkopkamtib Soedomo melalui SK bernomor SKEP/02/KOPKAMTIB/I/1978 melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa, dan selanjutnya tindakan pemerintah terhadap kampus diserahkan kepada menteri P&K Dooed Yusuf yang dilantik 29 Maret 1978 dalam kesempatan itu pula mengeluarkan Kebijakan No.0156/U/1978 mengenai NKK yang resmi diberlakukan 19 April 1978. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. sebagai gantinya pemerintah membentuk struktur keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. 2 Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama 1 Tempo, 10 Februari 1979. 2 Hariyadhie, Perspektif Gerakan Mahasiswa 1978 dalam Percaturan Politik Nasional, Jakarta: PT. Golden Terrayon Press, 1994, hlm. 151. 15

pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan. 3 Melihat hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai latar belakang terjadinya perubahan sistem pemerintahan mahasiswa di USU sebagai obyek penelitian sejarah ilmiah. Penelitian ini dapat dilakukan karena terdapatnya sumber-sumber yang bisa dijadikan data penunjang dalam melakukan penelitian. Sumber-sumber yang dimaksud berupa informasi tentang sistem pemerintahan mahasiswa yang terdapat dalam buku, skripsi ataupun artikel artikel dalam media masa baik lokal ataupun nasional. Selain itu sumber lisan juga masih memungkinkan dicari. Atas dasar pemikiran diatas maka penelitian ini diberi judul DARI DEWAN MAHASISWA HINGGA KE PEMERINTAHAN MAHASISWA Perubahan Organisasi Kemahasiswaan (1958-1999). Alasan Pembatasan periodesasi penelitian dari tahun 1958-1999 dikarenakan tahun 1958 adalah awal lahirnya organisasi kemahasiswaan. 1.2 Rumusan Masalah Keobyektifan suatu penelitian tidak terlepas dari pemilihan topik tertentu sebagai acuan pembahasan. Pemilihan topik tersebut harus dibatasi dan dikonsep dalam rumusan masalah yang nantinya menjadi alur dalam penulisan. Adapun 3 Ibid.,hlm. 152 16

rumusan masalah dari penelitian DARI DEWAN MAHASISWA HINGGA KE PEMERINTAHAN MAHASISWA Perubahan Organisasi Kemahasiswaan (1958-1999) adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk organisasi kemahasiswaan sebelum terbentuknya Dewan Mahasiswa tahun 1958? 2. Bagaimana perkembangan Dewan Mahasiswa sejak terbentuknya tahun 1958 hingga beralih menjadi Senat Mahasiswa Fakultas 1981? 3. Bagaimana perkembangan organisasi kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara sejak Senat Mahasiswa Fakultas tahun 1981 hingga terbentuknya Pemerintahan Mahasiswa 1999? 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian Setelah merumuskan masalah yang menjadi landasan pembahasan oleh penulis. Maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah mentukan tujuan dan manfaat dari penelitian. Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bentuk organisasi kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara sebelum terbentunya Dewan Mahasiswa 1958. 2. Untuk mengetahui perkembangan Dewan Mahasiswa sejak terbentuknya tahun 1958 hingga beralih menjadi Senat Mahasiswa Fakultas 1981. 17

3. Untuk mengetahui perkembangan organisasi kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara sejak Senat Mahasiswa Fakultas tahun 1981 hingga terbentuknya Pemerintahan Mahasiswa 1999. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah perbendarahan khazanah sejarah khususnya sejarah oraganisasi mahasiswa. 2. Sebagai bahan acuan perbandingan antar sistem lembaga pemerintahan mahasiswa di USU demi tercapainya kemajuan oraganisasi mahasiswa. 3. Diharapkan melalui penulisan ini dapat menjadi sebuah acuan pengembagan organisasi mahasiswa. 1.4 Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian ilmiah tentu tidak terlepas dari tinjauan pustaka yang berguna sebagai informasi dalam menentukan sumber-sumber yang relevan dengan obyek penelitian. Sumber-sumber ini bisa berupa karya ilmiah,buku-buku, ataupun dokumen-dokumen terkait. Adapun buku yang digunakan serta yang penulis anggap membantu adalah sebagai berikut: yang pertama buku yang berjudul Patah Tumbuh Hilang Berganti: Sketsa Gerakan Mahasiswa dalam Politik dan Sejarah Indonesia (1908-1998 ) karya Adi Suryadi Culla. Buku ini merupakan kajian mengenai sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia. Didalam buku ini juga banyak penjelasan tentang kondisi sosial politk gerakan mahasiswa mulai dari awal mula organisasi modern 18

pertama di Indonesia, juga membicarakan peristiwa yang terjadi dalam gerakan mahasiswa, juga banyak terdapat analisis mengenai kondisi gerakan mahasiswa yang tentunya membantu penulis untuk memahami kajian organisasi terutama organisasi mahasiswa. Buku yang kedua buku karangan Francois Railon yang berjudul Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia: Pembentukan dan Konsolidasi Orde Baru 1966-1974 yang memberikan banyak analisa mengenai kondisi gerakan mahasiswa pasca Orde Lama (masa Soekarno) hingga sampai pada masa Orde Baru (masa Soeharto), buku ini juga menyajikan penjelasan suasana dinamika dunia kampus sepanjang masa tansisi kekuasaan. Tentunya buku ini akan sangat membantu penulis untuk memahami kondisi organisasi mahasiswa pada awal kejatuhan Sukarno yang digagas oleh mahasiswa serta perlawan organisasi mahasiswa pengusung paham Soekarnois. Buku ketiga adalah karangan Hariyadhie yang berjudul Perspektif Gerakan Mahasiswa 1978 dalam Percaturan Politik Nasional, dalam buku tersebut gambaran kondisi gerakan mahasiswa setelah pecahnya gerakan Malari 1974, juga menuliskan hubungan gerakan mahasiswa dengan pemerintah hingga menjelaskan reaksi mahasiswa setelah diberlakukannya kebijakan NKK/BKK. Tentunya buku ini sangat akan membantu penulis dalam memahami kondisi gerakan mahasiswa khususnya gerakan mahasiswa intra kampus dalam hal ini dewan mahasiswa. 19

1.5 Metode Penelitian Dalam setiap penelitian ilmiah memiliki metodologi, demikian juga dengan penelitian sejarah. Dimana metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kitis rekaman peninggalan masa lampau. 4 Adapun Tahaptahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah sebagai berikut: 1. Heuristik, yaitu tahap awal untuk mencari data-data melalui berbagai sumber dan relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik sumber data dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu : Studi lapangan (field research). Data-data dapat diperoleh melalui wawancara. Wawancara dilakukan secara terbuka dengan berbagai informan baik itu secara perorangan maupun lembaga. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan diharapkan penelitian ini akan lebih mendalam dan objektif. Maka dalam melakukan wawancara penulis akan mendaftar informan-informan yang penulis anggap berkompeten, seperti M. Yusuf Hanafiah (MSU), Daniel Ismet Nasution (aktivis DEMA USU), drg. Syaiful Anwar(Aktivis SMF), Yosrizal (aktivis SMF), Rasyid Assyaf Dongoran (aktivis SMF), Ridwan Hanafiah (aktivis SMF),Elvi Sumanti (aktivis SMPT), Hamdan (aktivis SMPT), Khairul Munadi (Aktivis SMPT), 4 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm. 32. 20

Eko Maulijar (aktivis PEMA), Syafrizal Helmi Nasution (aktivis PEMA) dan lain-lain lagi, yang penulis harapkan melalui informan-informan di atas dapat menuntun penulis kepada informan-informan baru nantinya. Studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan informasi diperoleh dengan membaca berbagai buku, dokumen, arsip, dan lain sebagainya yang mendukung penulisan ini. Buku-buku yang digunakan berasal dari Perpustakaan, dan Perpustakaan Daerah Sumatera Utara sedangkan arsip ataupun dokumen diperoleh melalui Biro Rektor itu sendiri. 2. Verifikasi, merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran data sehingga dapat menjadi penelitian yang objektif (fakta), verifikasi terdiri dari intern (kredibilitas) serta ekstern (autensitas dan originalitas). 3. Interpretasi, yaitu tahap dimana peneliti berusaha untuk menghubungkan fakta-fakta sehingga menimbulkan pemahaman dan penafsiran. Melaui pemahaman dan penafsiran inilah melahirkan suatu karya dalam bentuk penulisan sejarah. 4. Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Dimana peneliti menuliskan fakta-fakta sejarah yang telah ditemukan serta telah melewati tahap selanjutnya lalu disusun dan ditempatkan dalam suatu urutan kronologis dalam merekontruksi peristiwa. 21