FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KECAMATAN PANAKKUKANG KOTA MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

1

ANALISIS PENGARUH ASPEK HUKUM, PERAN BIDAN DAN HAK ANAK TERHADAP PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bnadung 2

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA CATURTUNGGAL DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2015

Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIUWUNG KOTA TANGERANG TAHUN 2014

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI PUSKESMAS PAKUALAMAN YOGYAKARTA

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

The Correlation of Knowledge Level About Exclusive Mother s Milk with Mother s Milk Deliverance To The Baby

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF. Risa Devita Akademi Kebidanan Aisyiyah Palembang

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUANG KEBIDANAN DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

ABSTRAK PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KECAMATAN PANAKKUKANG KOTA MAKASSAR Factors That Influence The Exclusive Breastfeeding In Tamamaung Village Panakkukang District Makassar City Isnaini Agam 1 Aminuddin Syam 1 Citrakesumasari 1 1 Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS (nay_cikouw@yahoo.co.id/081355388337) ABSTRAK Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang bayi yang baik. Karena ASI mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya dan mengandung zat antibodi untuk kekebalan tubuh bayi. Seringkali ibu tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya dengan baik disebabkan oleh banyak faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif di Kelurahan Tamamaung. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu di Kelurahan Tamamaung. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive dengan jumlah sampel 68 bayi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,185). Tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,954). Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan ASI eksklusif (p = 0,317). Tidak terdapat hubungan antara status gizi ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,227). Tidak terdapat hubungan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,9393). Tidak terdapat hubungan antara penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,985). Tidak terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,271). Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ibu menyusui, peneliti dan bagi Puskesmas sehingga dapat meningkatkan dan memberikan penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif. Kata Kunci: ASI eksklusif, Faktor-Faktor ABSTRACT Exclusive breastfeeding is one of the treatment to approach a good infant progress. Because breastmilk contain the whole important nutrition that need for the infant to grow, and also contain antibody substance for their invulnerability. Usually mothers can t feed breastmilk to their children exclusively, because of so many reasons. The aim of this research is to understand factors that influence the exclusive breastfeeding in Tamamaung Village. The population of this study are all mothers in Tamamaung Village. Type of research used is analytics research with cross sectional study planning, using secondary data of Magang Gizi Kesehatan Masyarakat in 2011, where got 68 infants samples. The analysis of data using chi-square test. The result of this research shown theres no relation between mother s age and exclusive breastfeeding (p = 0.185). There s no relation between mother s educational background and exclusive breastfeeding (p = 0.954). There s no relation between mother s occupation and exclusive breastfeeding (p = 0.317). There s no relation between mother s nutrition status and exclusive breastfeeding (p = 0.227). There s no relation between early initiative breastfeeding and exclusive breastfeeding (p = 0.9393). There s no relation between childbed helper and exclusive breastfeeding (p = 0.985). There s no relation between family income and exclusive breastfeeding (p = 0.271). By the result of this research, will be useful for the feeding mother, researcher and for Puskesmas staff to enhance and giving socialization about the feeding of exclusive mother s milk. Keyword: Exclusive breastfeeding, Factors 1

PENDAHULUAN Di negara berkembang, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat ditekan salah satunya adalah dengan menyusui, karena Air Susu Ibu (ASI) sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Found (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar anak sebaiknya disusui hanya ASI selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI seharusnya dilanjutkan sampai umur dua tahun (WHO, 2005). Program ASI eksklusif merupakan program promosi pemberian ASI saja pada bayi tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Tahun 1990, pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PPASI) yang salah satu tujuannya adalah untuk membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi dari lahir sampai usia 4 bulan. Tahun 2004, sesuai dengan anjuran WHO, pemberian ASI eksklusif ditingkatkan menjadi 6 bulan sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.450/MENKES/SK/VI/2004. Kegagalan pemberian ASI disebabkan karena kondisi bayi (BBLR, trauma persalinan, infeksi, kelainan kongenital, bayi kembar dll) dan kondisi ibu (pembengkakan, abses payudara, cemas/kurang percaya diri, anggapan yang salah tentang nilai susu botol, ingin bekerja, ibu kurang gizi, dll). Selain itu penyebab kegagalan menyusui adalah karena inisiasi yang terhambat, ibu belum berpengalaman, paritas, umur, status perkawinan, merokok, pengalaman menyusui yang gagal, tidak ada dukungan keluarga, kurang pengetahuan, sikap dan keterampilan, faktor sosial budaya dan petugas kesehatan, rendahnya pendidikan laktasi saat prenatal dan kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung laktasi (Brown, 2002). Kegagalan menyusui juga disebabkan karena faktor status gizi ibu sebelum hamil, selama hamil dan selama menyusui. Hal ini terjadi karena selama menyusui, terjadi mobilisasi lemak tubuh ibu untuk memproduksi ASI dan simpanan lemak ibu dengan status gizi kurus lebih rendah dari simpanan lemak tubuh pada ibu normal. Status gizi ibu selama menyusui merupakan efek dari status gizi ibu sebelum hamil dan selama hamil (peningkatan berat badan selama hamil). Pertambahan berat badan ibu selama hamil tergantung pada status gizi ibu sebelum hamil. Ibu yang memiliki status gizi baik selama hamil, cadangan lemak tubuhnya cukup untuk menyusui selama 4 6 bulan, tetapi ibu dengan status gizinya kurang cadangan lemak tubuhnya kemungkinan tidak cukup untuk menyusui bayinya 4 6 bulan (Irawati, 2003). 2

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 persentase pola menyusui pada bayi umur 0 bulan adalah 39,8% menyusui eksklusif, 5,1% menyusui predominan, dan 55,1% menyusui parsial. Persentase menyusui eksklusif semakin menurun dengan meningkatnya kelompok umur bayi. Pada bayi yang berumur 5 bulan menyusui eksklusif hanya 15,3%, menyusui predominan 1,5% dan menyusui parsial 83,2% (Riskesdas, 2010). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dianggap perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. BAHAN DAN METODE Lokasi penelitian merupakan tempat Magang Gizi Kesmas Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas Angkatan 2007, di Kelurahan Tamamaung, Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, untuk melihat hubungan antara umur, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status gizi ibu, inisiasi menyusu dini, penolong persalinan, pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu yang ada di Kelurahan Tamamaung. Sampel adalah ibu yang mempunyai balita 6 12 bulan yang memenuhi kriteria dengan variabel yang akan dianalisis dan dipilih secara purposive dengan jumlah sampel sebanyak 68 bayi. Data yang digunakan merupakan data sekunder hasil Magang Gizi Kesmas Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas Angkatan 2007, yang dilakukan pada bulan Januari Februari 2011. Instrumen yang digunakan berupa timbangan BB dan pengukur TB. Analisis uji statistik menggunakan metode chi square dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil uji statistik umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,185, p > α (0,05) yang menandakan tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji statistik pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,954, p > α (0,05) yang menandakan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji statistik pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,317, p > α (0,05) yang menandakan tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji statistik status gizi ibu dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,227, p > α (0,05) yang menandakan tidak ada hubungan antara status gizi ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji statistik IMD dengan pemberian 3

ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,939, p > α (0,05) yang menandakan tidak ada hubungan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji statistik penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,985, p > α (0,05) yang menandakan tidak ada hubungan antara penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji statistik pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p = 0,271, p > α (0,05) yang menandakan tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Pembahasan Hasil analisis dengan menggunakan uji chi square diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian Anggrita (2009) di Medan bahwa tidak didapatkan hubungan bermakna antara umur ibu terhadap pemberian ASI eksklusif. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Utami (2012) di Bangka Tengah bahwa ditemukan hubungan yang tidak signifikan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu waktu hamil baik untuk kepentingan si ibu maupun janin dalam pembentukan ASI. Usia 16 20 tahun dianggap masih berbahaya meskipun lebih kurang resikonya dibanding umur sebelumnya, namun secara mental psikologis dianggap masih belum cukup matang dan dewasa untuk menghadapi kehamilan dan kelahiran. Umur 20 35 tahun adalah kelompok umur yang paling baik untuk kehamilan sebab secara fisik sudah cukup kuat juga dari segi mental sudah cukup dewasa. Umur > 35 tahun dianggap sudah mulai bahaya lagi, sebab secara fisik jika jumlah kelahiran sebelumnya cukup sudah mulai menurun kesehatan reproduksinya apalagi banyak atau lebih dari tiga, dan kemampuan ibu untuk menyusui yang usianya lebih tua, produksi ASI-nya lebih rendah daripada yang usianya lebih muda (Depkes, 1999). Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian Anggrita (2009) di Medan bahwa tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardeyanti (2007) di Yogyakarta bahwa didapati hubungan antara pendidikan ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif dan disimpulkan bahwa tingkat pendidikan ibu yang rendah meningkatkan risiko ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang umumnya berpengaruh pada tingkat pendapatan keluarga sebagai faktor ekonomi. Pendidikan juga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, 4

semakin tinggi jumlah ibu tidak memberikan ASI pada bayinya. Hal ini mungkin disebabkan karena ibu bependidikan tinggi biasanya mempunyai banyak kesibukan di luar rumah, sehingga cenderung meninggalkan bayinya. Sedangkan ibu berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menyusui bayinya (Depkes, 2001). Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh dalam pola pemberian ASI, makin tinggi tingkat pendidikan ibu makin rendah prevalensi menyusui secara eksklusif. Dalam penelitian Wahyuni (1998) di Medan diperoleh kecenderungan ibu-ibu berpendidikan sekolah lanjut atas untuk tidak lagi memberikan ASI pada bayinya. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa ibu yang bekerja maupun tidak bekerja cenderung tidak memberikan ASI eksklusif. Dalam hal ini mungkin yang mempengaruhi adalah tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Sejalan dengan penelitian Sulistyoningsih (2005) di Tasikmalaya bahwa dalam penelitiannya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliani (2009) di Medan dimana ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Bagi ibu yang bekerja, upaya pemberian ASI eksklusif sering kali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan. Sebelum pemberian ASI eksklusif berakhir secara sempurna, dia harus kembali bekerja. Kegiatan atau pekerjaan ibu sering kali dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, terutama yang tinggal di perkotaan (Prasetyono, 2009). Hasil uji chi square, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Di Indonesia status gizi ibu kurang diperhatikan hal ini disebabkan karena menganggap bahwa status gizi ibu kurang baik (KEK), ibu akan tetap mampu menyusui bayinya sama dengan ibu yang status gizi normal. Walaupun sebenarnya komposisi ASI tetap sama tetapi volume ASI yang dikeluarkan ibu status gizi kurang dengan status gizi normal berbeda. Sehingga hal inilah yang dapat menyebabkan lamanya memberikan ASI berbeda (Arisman, 2004). Penelitian Fikawati (2010) menunjukkan hubungan yang bermakna antara status gizi ibu dengan persepsi ketidakcukupan ASI. Disimpulkan bahwa persepsi ketidakcukupan ASI dialami oleh ibu menyusui selama hamil tidak mencapai kenaikan BB yang direkomendasikan menyebabkan ibu berhenti memberikan ASI eksklusif. Selain itu penelitian Trisnawati (2010) menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status gizi ibu dengan persepsi 5

kemampuan laktasi. Soetjiningsih (1997) memaparkan bahwa gizi ibu yang jelek akan menghambat pengeluaran prolaktin, yang mana hormon prolaktin ini pada akhir kehamilan memegang peranan penting untuk membuat kolostrum dan untuk membuat air susu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa status gizi ibu selama hamil berpengaruh terhadap produksi ASI. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara inisiasi menyusu dini dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa ibu yang melakukan IMD maupun tidak melakukan IMD cenderung tidak memberikan ASI eksklusif. Dalam hal ini mungkin yang mempengaruhi adalah kurangnya peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi tentang menyusui maupun pemberian ASI segera setelah melahirkan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fikawati di Wilayah Puskesmas Jagakarsa Jakarta Selatan yang melaporkan bahwa IMD berpengaruh nyata terhadap pelaksanaan ASI eksklusif. Peran tenaga kesehatan dalam IMD adalah penting. Dengan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI-nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan/minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa nyaman menempel pada payudara ibu segera setelah lahir (Fikawati, 2009). Penelitian lain yang dilakukan di pedesaan Vietnam tahun 2002 dan perkotaan Nepal tahun 2005 yang menunjukkan bahwa immediate breastfeeding (early initiation) pada < 1 jam pertama berhubungan dengan pemberian ASI secara eksklusif. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa ibu yang persalinannya ditolong tenaga medis maupun tidak ditolong tenaga medis cenderung tidak memberikan ASI eksklusif. Hal ini kemungkinan terjadi karena penolong persalinan kurang memberikan informasi tentang praktek pemberian ASI eksklusif sehingga ibu menyusui kurang memahami manfaat dan keuntungan ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian Utami (2012) di Bangka Tengah yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penolong persalinan dengan praktek pemberian ASI eksklusif. Namum penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2007) di Sumedang yang menyatakan dimana proporsi ibu yang ditolong oleh tenaga kesehatan dinyatakan ada hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI secara eksklusif pada bayi. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan 6

oleh Juliani (2009) dimana tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif. Tingkat ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan pola pemberian ASI. Di daerah pedesaan keadaan ini cukup nyata, makin tinggi tingkat ekonomi makin berkurang prevalensi menyusui. Namun di negara-negara industri frekuensi menyusui lebih tinggi di kalangan tingkat sosial atas (Purnamawati, 2003). Menurut penelitian Afifah (2007) faktor pendapatan sangat mendukung pemberian ASI eksklusif, keluarga dengan pendapatan yang rendah cenderung melakukan pemberian ASI eksklusif. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif, tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif, tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif, tidak terdapat hubungan antara status gizi ibu dengan pemberian ASI eksklusif, tidak terdapat hubungan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif, tidak terdapat hubungan antara penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif, tidak terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Disarankan kepada ibu agar meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada bayi. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya mengkaji faktor lain yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. DAFTAR PUSTAKA Afifah, D. N. 2007. Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktek Pemberian ASI Eksklusif. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Anggrita, K. 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Tahun 2009. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Brown, J. E. et.al. 2002. Nutrition Trought the Life Cycle. International Student Edition, 3rd, Thomson Wardsworth. Depkes. 2001. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI). Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes. 1999. Indonesia Sehat 2010 Visi, Misi, Kebijakan Strategi Pembangunan Kesehatan, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Fikawati, S. 2009. Praktik Pemberian ASI Eksklusif, Penyebab-Penyebab Keberhasilan dan Kegagalannya. Jurnal Kesmas Nasional; 4(3): 120-131. 7

Harsono, A. 1999. Kesehatan Anak untuk Perawat, Petugas Kesehatan dan Bidan Desa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Irawati A, dkk. 2003. Pengaruh Status Gizi Selama Kehamilan dan Menyusui terhadap Keberhasilan Pemberian ASI. Penelitian Gizi dan Makanan (PGM); 26 (2): 10-19. Juliani, S. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Mardeyanti. 2007. Hubungan Faktor Pekerjaan dengan Kepatuhan Ibu Memberikan ASI Eksklusif di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana. Fakultas Kedokteran. Universitas Gadjah Mada. Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif, Pengenalan Praktek dan Kemanfaatannya. Jogyakarta: Diva Press. Purnamawati, S. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI pada Bayi Usia Empat Bulan (Analisis Data Susenas 2001). Badan Litbang Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar. 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Setiawati, E. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Anak Umur 6 24 Bulan di Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang Tahun 2007. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Sulistyoningsih, H. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2005. Utami, H. S. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Praktek Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2012. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Wahyuni. 1998. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan Ibu dan Pendapatan Keluarga dengan Praktek Pemberian ASI Eksklusif. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. WHO. 2005. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding: The Optimal Duration of Exlusive Breastfeeding, 54 th WHA. 8

DAFTAR TABEL Tabel 1. Distribusi Hubungan Antara Variabel dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakkukang Kota Makassar Pemberian ASI Eksklusif Total Variabel Tidak Ya p n % n % n % Kelompok Umur < 20 tahun 6 85,7 1 14,3 7 100 20 35 tahun 34 68 16 32 50 100 > 35 tahun 5 45,5 6 54,5 11 100 0,185 Pendidikan Ibu Rendah 14 66,7 7 33,3 21 100 Tinggi 31 66 16 34 47 100 0,954 Pekerjaan Ibu Bekerja 8 80 2 20 10 100 Tidak bekerja 37 63,8 21 36,2 58 100 0,317 Status Gizi Ibu Kekurangan BB tingkat berat 5 100 0 0 5 100 Kekurangan BB tingkat ringan 4 80 1 20 5 100 Normal 29 67,4 14 32,6 43 100 0,227 Kelebihan BB tingkat ringan 3 42,9 4 57,1 7 100 Kelebihan BB tingkat berat 4 50 4 50 8 100 Inisiasi Menyusu Dini Melakukan 20 66,7 10 33,3 30 100 Tidak melakukan 25 65,8 13 34,2 38 100 0,939 Penolong Persalinan Tenaga medis 43 66,2 22 33,8 65 100 Tenaga non medis 2 66,7 1 33,3 3 100 0,985 Pendapatan Keluarga Rendah 11 78,6 3 21,4 14 100 Tinggi 34 63 20 37 54 100 0,271 Sumber: Data Sekunder, 2011 9