BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, dimana

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

RANCANGAN SISTEM PARKIR TERPADU BERBASIS SENSOR INFRA MERAH DAN MIKROKONTROLER ATMega8535

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB II LANDASAN TEORI. merealisasikan suatu alat pengawas kecepatan pada forklift berbasis mikrokontroler.

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Ethanol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma.

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

II. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi cuaca pada suatu daerah. Banyak hal yang sangat bergantung pada kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah pembuatan modul maka perlu dilakukan pendataan melalui proses

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5]

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB IV PERANCANGAN. Gambar 4. 1 Blok Diagram Alarm Rumah.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... PERNYATAAN KEASLIAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

ROBOT PENYUSUN BUKU PADA PERPUSTAKAAN DENGAN WEB CAMERA

Sistem Tertanam. Pengantar Atmega328 dan Arduino Uno. Dennis Christie - Universitas Gunadarma

Bab III Perangkat Pengujian

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan.

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB II DASAR TEORI Water Bath. Water Bath merupakan peralatan yang berisi air yang bisa

Nama : Yudhis Thiro Kabul Yunior NRP : Pembimbing I : Ir. Harris Pirngadi, M.T. Pembimbing II : Ir. Tasripan, M.T.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. pada blok diagram tersebut antara lain adalah webcam, PC, microcontroller dan. Gambar 3.1 Blok Diagram

BAB III STUDI KOMPONEN. tugas akhir ini, termasuk fungsi beserta alasan dalam pemilihan komponen. 2. Sudah memiliki Kecepatan kerja yang cepat

BAB III ANALISA SISTEM

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam

TUGAS MATAKULIAH APLIKASI KOMPUTER DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK FINAL REPORT : Pengendalian Motor DC menggunakan Komputer

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TEORI PENUNJANG. dihapus berulang kali dengan menggunakan software tertentu. IC ini biasanya

MENGAKSES MOTOR SERVO

PERANCANGAN MESIN PEMINDAH BARANG BERDASARKAN WARNA DENGAN LOADING SYSTEM

BAB III METODOLOGI PENULISAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard s Risc processor) merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32

APLIKASI WEBCAM UNTUK MENJEJAK PERGERAKAN MANUSIA DI DALAM RUANGAN

Pertemuan 2 Representasi Citra

BAB II DASAR TEORI. pemperbaiki kualitas citra agar mendapatkan hasil citra yang baik dan mudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB III PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan suatu sistem penjejak obyek bergerak. 2.1 Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu obyek. Citra terbagi menjadi dua yaitu citra yang bersifat analog dan citra yang bersifat digital [4]. Sebuah citra digital dapat diwakili oleh sebuah matriks yang terdiri dari M kolom dan N baris, dimana perpotongan antara kolom dan baris disebut piksel (picture element), yaitu elemen terkecil dari sebuah citra. Piksel mempunyai dua parameter, yaitu koordinat dan intensitas atau warna. Nilai yang terdapat pada koordinat (x,y) adalah f(x,y), yaitu besar intensitas atau warna dari piksel di titik itu. Oleh sebab itu sebuah citra digital dapat ditulis dalam bentuk matriks berikut [5][6]. f(0,0) f(0,1) f(x, y) = f(1,0) f(m 1,0) f(m 1,1) f(0, N 1) f(1, N 1) (2.1) f(m 1, N 1) dimana : M = banyaknya baris pada array citra N = banyaknya kolom pada array citra f(x,y) = nilai piksel yang terdapat pada koordinat (x,y) Berdasarkan persamaan tersebut, secara matematis citra digital dapat dituliskan sebagai fungsi intensitas f(x,y), dimana harga x (baris) dan y (kolom) merupakan koordinat posisi dan f(x,y) adalah nilai fungsi pada setiap titik (x,y) yang menyatakan besar intensitas citra atau tingkat keabuan atau warna dari piksel di titik tersebut [5]. 4

Gambar 2.1. Ilustrasi Citra Digital. 2.1.1 Citra RGB Citra RGB disebut juga citra truecolor. Citra RGB merupakan citra digital yang mengandung matriks data berukuran M N 3 yang merepresentasikan warna merah, hijau, dan biru untuk setiap pikselnya. Setiap warna dasar diberi rentang nilai tersendiri. Nilai rentang paling kecil yaitu 0 dan paling besar yaitu 255. Warna dari tiap piksel ditentukan oleh kombinasi dari intensitas merah, hijau, dan biru [7]. Gambar 2.2. Contoh Citra RGB. 2.1.2 Citra Grayscale Citra grayscale merupakan citra yang nilai pikselnya merepresentasikan derajat keabuan. Nilai intensitas paling rendah merepresentasikan warna hitam dan nilai intensitas paling tinggi merepresentasikan warna putih. Pada umumnya citra grayscale memiliki kedalaman piksel 8 bit (256 derajat keabuan) yang dalam hal ini nilai 0 menyatakan warna hitam, nilai 255 menyatakan warna putih, dan 5

nilai di antara 0 sampai 255 menyatakan warna keabuan yang terletak di antara hitam dan putih [5]. Gambar 2.3. Contoh Citra Grayscale. 2.1.3 Citra Biner Citra biner adalah citra yang hanya terdiri atas dua warna, yaitu hitam dan putih. Oleh karena itu, setiap piksel pada citra biner cukup direpresentasikan dengan 1 bit. (a) Gambar 2.4. Contoh Citra Biner : (a) citra biner, (b) representasi citra biner. (b) 2.2 Pengolahan Citra Digital Pengolahan citra (image processing) merupakan proses mengolah pikselpiksel dalam citra digital untuk suatu tujuan tertentu. Salah satu alasan dilakukannya pengolahan pada citra digital adalah untuk memperoleh citra dengan karakteristik tertentu yang dibutuhkan untuk tahapan yang lebih lanjut dalam pemrosesan analisis citra. 6

2.2.1 Mengubah Citra RGB ke Grayscale Untuk mengubah citra berwarna yang mempunyai nilai matriks masingmasing r, g dan b (red, green, blue) menjadi citra grayscale dengan nilai s g, konversi citra RGB ke grayscale dapat dilakukan dengan mengambil rata-rata dari nilai r, g, dan b yang dapat dituliskan melalui persamaan berikut ini. r + g + b s g = 3 (2.2) dimana, s g r g b = nilai grayscale = nilai komponen red = nilai komponen green = nilai komponen blue Gambar 2.5. Contoh Perubahan Citra RGB ke Citra Grayscale. 2.2.2 Frame Differencing Metode frame differencing atau perbedaan frame adalah penghitungan selisih antara frame yang satu dengan frame yang lainnya, dalam hal ini adalah frame sekarang dikurangi frame sebelumnya sehingga didapatkan obyek yang diinginkan [8]. Metode frame differencing dapat ditunjukkan oleh persamaan berikut ini. F (n) = D (n+1) D (n) (2.3) 7

dimana, F (n) = matriks citra hasil frame differencing ke-n D (n+1) = matriks citra ke-(n+1) D (n) = matriks citra ke-n (a) (b) (c) Gambar 2.6. Contoh Frame Differencing : (a) citra pertama, (b) citra kedua, (c) citra hasil frame differencing. 2.2.3 Median Filter atau Tapis Median Median filter merupakan salah satu filter non-linear yang digunakan untuk mengurangi derau (derau pada skripsi ini berupa bintik-bintik piksel) pada citra [9]. Derau berupa bintik-bintik piksel tersebut dinilai dapat mengganggu proses pengolahan citra selanjutnya (penilaian secara subyektif). Median filter terdiri dari suatu window berukuran ganjil (pada skripsi ini digunakan window berukuran 5 5) yang mana window tersebut memuat sejumlah piksel dari suatu citra. Window tersebut digeser pada tiap-tiap titik piksel suatu citra. Nilai piksel pada pusat window akan diganti dengan nilai median dari window tersebut [9]. Cara memperoleh nilai median yaitu dengan melakukan pengurutan (ranking/ordering) terhadap piksel-piksel dalam cakupan window kemudian menghitung nilai mediannya. Nilai median inilah yang digunakan untuk 8

menggantikan nilai piksel pada pusat window. Contoh hasil dari median filtering dapat ditunjukkan sebagai berikut. Gambar 2.7. Contoh Proses Median Filtering. 2.2.4 Thresholding Operasi thresholding pada skripsi ini digunakan untuk mengubah citra grayscale ke citra biner, yang hanya memiliki 2 buah nilai ( 0 atau 1 ). Dalam hal ini, piksel dengan rentang nilai keabuan tertentu diubah menjadi warna hitam dan sisanya menjadi putih, atau sebaliknya. Salah satu operasi thresholding adalah thresholding tunggal yang memiliki sebuah nilai batas ambang. Persamaan fungsi thresholding yang digunakan dapat diperlihatkan sebagai berikut. atau K K 0 0 0, jika = 1, jika 0, jika = 1, jika K K i K K i i i < t t a a t < t dimana K 0 = nilai piksel setelah dilakukan thresholding K i = nilai piksel sebelum dilakukan thresholding t a = nilai threshold a a (2.4) (2.5) Gambar 2.8. Contoh Citra Hasil Thresholding. 9

2.3 Webcam Webcam adalah kamera digital yang dikoneksikan ke komputer, digunakan untuk telekonferensi video atau tujuan lain [10]. Pengoperasian webcam cukup mudah karena webcam memiliki fitur fungsionalitas USB untuk koneksi menggunakan komputer. Gambar 2.9. Contoh Webcam. Sebuah webcam yang sederhana terdiri dari sebuah lensa, dipasang di sebuah papan sirkuit untuk menangkap sinyal citra. Webcam memiliki casing (pelindung/cover) depan dan casing samping untuk menutupi lensa standar dan memiliki sebuah lubang lensa di casing depan yang digunakan sebagai lokasi masuknya sinyal citra. Sebuah webcam biasanya dilengkapi dengan software yang digunakan untuk mengambil citra hasil tangkapan kamera digital secara terus menerus ataupun dalam interval waktu tertentu [10]. Pada perancangan skripsi ini, webcam memiliki fungsi untuk menangkap citra digital dalam suatu ruang. Citra tersebut yang nantinya akan disebut sebagai frame yang akan ditampilkan secara slideshow dengan kecepatan tertentu sehingga membentuk gambar sekuensial. 2.4 Mikrokontroler AVR ATmega8 ATmega8 merupakan salah satu jenis 8-bit mikrokontroler keluarga AVR berdaya rendah (low-power) yang tergolong dalam arsitektur Reduce Instruction Set Computer (RISC) [11]. Dipilihnya mikrokontroler keluarga AVR dikarenakan kecepatan kerja mikrokontroler keluarga AVR lebih cepat dibandingkan dengan mikrokontroler keluarga AT89S51/52. Mikrokontroler keluarga AT89S51/52 memiliki frekuensi kerja seperduabelas kali dari frekuensi osilator, sedangkan pada keluarga mikrokontroler AVR memiliki frekuensi kerja sama dengan frekuensi osilatornya [12]. Berdasarkan jenisnya, ATmega8 dibagi menjadi dua, 10

yaitu : ATmega8 dengan tegangan operasi mulai dari 4,5 V 5,5 V dan ATmega8(L) dengan tegangan operasi mulai dari 2,7 V 5,5 V. ATmega8 memiliki memori flash sebagai memori program sebesar 8 KiloBytes. Sedangkan untuk memori data, ATmega8 memiliki 512 Bytes Electrically Erasable Programmable Read Only Memory (EEPROM) dan 1 KiloBytes Internal Static Random Access Memory (SRAM). Pada dasarnya EEPROM digunakan untuk menyimpan data-data yang bersifat permanen dan SRAM digunakan untuk menyimpan data variabel yang dimungkinkan berubah setiap saat. Berdasarkan kemasannya, ATmega8 dibagi menjadi tiga, yaitu PDIP, TQFP, dan MLF. Perancangan tugas akhir ini digunkan ATmega8 dengan jenis kemasan PDIP untuk bagian mikrokontroler. ATmega8 memiliki beberapa keistimewaan, sebagai berikut: 1. Saluran I/O sebanyak 23 buah, yang terdiri dari Port B (8 buah), Port C (7 buah), dan Port D (8 buah). 2. Dua buah 8-bit timer/counter dengan penyekala terpisah dan salah satunya dengan kemampuan pembandingan. 3. Satu buah 16-bit timer/counter dengan penyekala terpisah, kemampuan pembandingan, dan kemampuan untuk menangkap. 4. Tiga buah saluran Pulse Width Modulation (PWM). 5. Real Time Counter (RTC) dengan osilator terpisah. 6. Enam buah 10-bit ADC. 7. Port Serial USART untuk komunikasi serial. 8. Master/slave penghubung serial SPI. 9. Programmable Watchdog Timer dengan osilator terpisah. 10. Komparator analog. Untuk konfigurasi pin ATmega8 dengan jenis kemasan PDIP ditunjukan pada Gambar 2.10 berikut ini. 11

Gambar 2.10. Konfigurasi Pin ATmega8 Kemasan PDIP. Dari Gambar 2.10. dapat dijelaskan cara kerja fungsional masing masing pin, yaitu : 1. VCC berfungsi untuk masukan catu daya. 2. GND berfungsi untuk ground. 3. Port B (PB0 PB7) berfungsi untuk 8-bit bi-directional I/O dengan resistor pull-up internal. Sebagai input, pin pin pada Port B yang secara eksternal diturunkan akan menghasilkan arus jika resistor pullup aktif. Selain itu Port B juga berfungsi untuk XTAL1/TOSC1 pada PB6 dapat digunakan sebagai input penguat osilator dan input untuk internal clock, dan XTAL2/TOSC2 pada PB7 dapat digunakan sebagai output dari penguat osilator. Hal ini tergantung dari pengaturan clock fuse-nya. 4. Port C (PC0 PC5) berfungsi untuk 7-bit bi-directional I/O dengan resistor pull-up internal. 5. Port C (PB6) berfungsi sebagai I/O jika RSTDISBL pada fuse diprogram. Jika RSTDISBL tidak diprogram, PC6 berfungsi sebagai input reset. 6. Port D (PD0 PD7) berfungsi untuk 8-bit bi-directional I/O dengan resistor pull-up internal. 7. AVCC berfungsi sebagai pin catu daya untuk ADC. 12

8. AREF berfungsi sebagai pin catu daya referensi untuk ADC. 9. RESET berfungsi untuk mereset mikrokontroler. 2.5 Komunikasi Serial Menggunakan IC MAX232 Kegunaan IC MAX232 adalah sebagai driver, yang akan mengonversi nilai tegangan atau kondisi logika TTL dari mikrokontroler agar sesuai dengan tegangan pada komunikasi RS232 yang digunakan pada komputer, begitu pula sebaliknya. IC ini memiliki 2 receiver yang berfungsi mengubah nilai tegangan dari tegangan RS232 ke nilai tegangan Transistor-Transistor Logic (TTL) serta memiliki 2 driver untuk mengubah nilai tegangan dari TTL ke RS232 [13]. IC yang dipakai pada sistem ini memiliki 16 pin yang dapat ditunjukkan sebagai berikut [14]. Gambar 2.11. IC MAX232. 2.6 Motor Servo Motor servo adalah sebuah motor dengan sistem umpan balik tertutup dimana posisi dari motor akan diinformasikan kembali ke rangkaian kontrol yang ada di dalam motor servo. Motor ini terdiri dari sebuah motor DC, serangkaian gear, potensiometer dan rangkaian kontrol. Sedangkan sudut dari sumbu motor servo diatur berdasarkan lebar pulsa yang dikirim melalui kaki sinyal dari kabel servo [15]. Secara umum terdapat dua jenis motor servo yaitu motor servo standard dan motor servo continuous. Motor servo tipe standard hanya mampu berputar 180. Motor servo standard sering dipakai pada sistem robotika misalnya digunakan sebagai penggerak lengan robot (Arm Robot) sedangkan motor servo 13

continuous dapat berputar 360. Motor servo continuous biasanya sering dipakai untuk mobile robot. Gambar 2.12. Contoh Motor Servo. Pengendalian gerakan motor servo standard dilakukan dengan menggunakan metode PWM (Pulse Width Modulation). Teknik ini menggunakan sistem lebar pulsa untuk mengendalikan putaran motor. Sudut dari sumbu motor servo diatur berdasarkan lebar pulsa yang dikirim melalui kaki sinyal dari kabel servo. Tampak pada Gambar 2.13 dengan pulsa 1,5 ms pada periode selebar 20 ms, sudut dari sumbu motor akan berada pada posisi tengah. Semakin sempit pulsa low maka akan semakin besar gerakan sumbu ke arah searah jarum jam dan semakin lebar pulsa low maka akan semakin besar gerakan sumbu ke arah yang berlawanan dengan jarum jam. Gambar 2.13. Sinyal PWM untuk mengatur gerak motor servo. 14

2.7 Modul Sensor PIR Sensor PIR (Passive Infra Red) adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi adanya pancaran sinar infra merah. Sensor PIR bersifat pasif, artinya sensor ini tidak memancarkan sinar infra merah tetapi hanya menerima radiasi sinar infra merah [16]. Sensor ini biasanya digunakan dalam perancangan detektor gerakan. Gerakan akan terdeteksi ketika sumber infra merah dengan suhu tertentu (misalnya: manusia) melewati sumber infra merah yang lain dengan suhu yang berbeda (misalnya: dinding), maka sensor akan membandingkan pancaran infra merah yang diterima setiap satuan waktu, sehingga jika ada pergerakan maka akan terjadi perubahan pembacaan pada sensor [16]. Pancaran infra merah masuk melalui lensa fresnel dan mengenai sensor pyroelektrik. Saat sinar infra merah masuk mengenai sensor, pyroelektrik akan menghasilkan arus listrik. Kemudian sinyal ini akan dikuatkan oleh penguat dan dibandingkan oleh komparator dengan tegangan referensi tertentu [16]. Keluaran dari modul PIR ini berupa sinyal 1-bit ( 0 atau 1 ), sinyal 0 dikeluarkan saat sensor tidak mendeteksi adanya pergerakan pancaran infra merah sedangkan sinyal 1 dikeluarkan saat sensor mendeteksi adanya pergerakan pancaran sinar infra merah. Cara kerja modul sensor PIR dapat ditunjukkan melalui gambar sebagai berikut. Gambar 2.14. Cara Kerja Modul PIR [16]. Sensor PIR didesain dan dirancang untuk mendeteksi pancaran infra merah dengan panjang gelombang 8-14 μm. Manusia memiliki suhu badan yang dapat 15

menghasilkan pancaran infra merah dengan panjang gelombang antara 9-10 μm, panjang gelombang tersebut dapat dideteksi oleh sensor PIR [16]. Gambar 2.15. Contoh Modul Sensor PIR. 16