BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

PENETAPAN DAN KETETAPAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 5/PJ/2011 TENTANG

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

(Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000. (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang 55,000,000

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Obyek Penelitian. 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Karanganyar

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kertas Kerja Pemeriksaan, Laporan Hasil Pemeriksaan, dan Nota Penghitungan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

SE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA

2015, No MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NO MOR 16/PMK.03/2011 TENTANG T

TATA CARA PEMBERITAHUAN KEPADA WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK

Keputusan Dirjen Pajak KEP-537/PJ./2000 tgl 29 Desember 2000

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

Pemeriksaan. Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 31 UU KUP)

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

MANAJEMEN PERPAJAKAN

1.4. Jenis Pemeriksaan

BAB II LANDASAN TEORITIS

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara.

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK : KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap :

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil dari pembangunan

NPWP dan Pengukuhan PKP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

DAFTAR BLANKO/FORMULIR YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PSL PPN & PPn BM

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan

L2

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

No. SOP: 16/TMPB/2016. Revisi Ke - Tanggal Penetapan 7 Desember Tanggal Revisi: -

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NO. Jenis Formulir Kode Formulir Ukuran Rangkap I. PPh Badan/Orang Pribadi F F F

2 Mengingat Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga; : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Penghitungan dan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Laporan Praktek Kerja Lapangan. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

PETUNJUK PENGISIAN SURAT KONFIRMASI (Lampiran 1)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK 3)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

A. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut

24 Maret STIE Widya Praja Tanah Grogot

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 a. Latar Belakang Kondisi Perusahaan Sejak didirikan pada tahun 2003 PT. Kuei Meng Chain Indonesia terus mengalami perkembangan usaha yang ditandai dengan semakin banyaknya pelanggan yang dimiliki oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia sehingga hasil penjualan yang diperoleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun serta semakin baiknya jalinan kerjasama antara PT. Kuei Meng Chain Indonesia dengan para supplier dari luar negeri dalam hal penyediaan barang dagangan sehingga dapat memenuhi permintaan dan memberikan kepuasan bagi para pelanggan. Adanya peningkatan hasil penjualan yang diperoleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia dan semakin meningkatnya biaya usaha yang harus dikeluarkan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia menyebabkan perusahaan harus dapat lebih cermat dan bijak dalam mengambil keputusan menyangkut aktifitas perusahaan yang dijalankan.perusahaan selalu berusaha untuk mencari solusi terbaik dalam hal mengatasi dampak ketidakstabilan kondisi perekonomian pada saat sekarang ini agar perusahaan dapat terus menjalankan usahanya.

b. Terjadi Peningkatan Pembelian dari Luar Negeri (Impor) Selama tahun 2009 perusahaan mengalami peningkatan penjualan yang diperoleh dibandingkan dengan tahun 2008 yang berakibat pada meningkatnya pembelian dari luar negeri (impor) sebagai persediaan barang dagangan oleh perusahaan dalam laporan keuangan perusahaan pada tahun 2009. Adanya peningkatan pembelian (impor) sebesar 43% dari tahun sebelumnya yang dihasilkan dalam laporan keuangan tahun 2009 secara otomatis akan menyebabkan pajak penghasilan pasal 22 (impor) yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2009 akan lebih besar dibandingkan dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2009 dan hal ini menyebabkan adanya kelebihan pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2009. c. Peningkatan Penjualan dan Biaya Usaha Adanya Peningkatan yang signifikan pada Penjualan tahun 2009 sebesar Rp 17.293.610.205 atau sebesar 67% dari tahun 2008, dengan demikian meningkat pula Biaya Usaha Perusahaan sebesar Rp 156.360.520 atau sebesar 12% dibandingkan tahun lalu yang dapat mempengaruhi dalam pelaporan SPT Tahunan pada Laporan Keuangan Perusahaan. Dengan meningkatnya Penjualan dan Biaya Usaha tersebut otomatis Penghasilan Netto dan PPh Terutang pada tahun berjalan menjadi lebih kecil sehingga dalam SPT Tahunan PPh yang lebih dipotong / dipungut juga menjadi lebih besar sehingga menyebabkan adanya kelebihan pembayaran pajak.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perusahaan mencari solusi dan jalan keluar terbaik yang salah satu alternatif yang dapat ditempuh perusahaan yaitu dengan memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah berupa pengajuan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 29 berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-7/PJ/2011 yang berisi tentang Tata Cara Pengembalian kelebihan Pembayaran Pajak dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2011 yang berisi tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak. Alternatif tersebut dinilai cukup efisien untuk mengurangi beban perusahaan dalam kelancaran kegiatan usaha bagi Perusahaan dan dapat melunasi hutang pajak dengan cara mengkompensasikan hutang pajak penghasilan pasal 21 dan pajak penghasilan pasal 23 dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) tahun pajak 2009. 2. Prosedur Pengajuan Permohonan Pengembalian kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 Oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia a. Membuat Surat Pemberitahuan Tahunan dan Laporan Keuangan Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 07 /PJ/2011 bahwa Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29pada tahun 2009 dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan pengajuan kelebihan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 kepada Direktur Jenderal Pajak sebelum tanggal 30

April 2010, maka langkah awal yang ditempuh oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia untuk dapat mengajukan surat pemberitahuan tahunan permohonan kelebihan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 tersebut adalah dengan mempersiapkan Surat Pemberitahuan Tahuanan serta laporan laba rugi selama tahun 2009 yang diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak yang dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui nilai lebih bayar Pajak Penghasilan Pasal 29pada Tahun 2009 dikarenakan Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2009 PT. Kuei Meng Chain Indonesia baru disampaikan pada tanggal 30 April 2010. Laporan laba rugi yang dibuat oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia memperkirakan bahwa selama tahun 2009 penjualan yang diperoleh bertambah jika dibandingkan dengan penjualan yang diperoleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 25.906.759.461 menjadi Rp 43.200.369.666 atau sebesar 67% dengan bertambah pula biaya usaha yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan tersebut pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar Rp1.320.774.617 menjadi Rp 1.477.135.317 atau sebesar 12% begitu pula untuk Harga Pokok Penjualan sendiri terutama pembelian dari tahun 2009 bertambah dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar Rp 27.317.593.797 menjadi Rp 36.128.055.816 atau sebesar 43% sehingga Kredit Pajak dalam negeri dalam hal tersebut adalah PPh Pasal 22 pada tahun 2008 sebesarrp 606.738.896 bertambah menjadi Rp 978.205.844 atau sebesar 61%. Berdasarkan Laporan rugi laba tersebut menjelaskan kondisi perusahaan akan mengalami kelebihan pembayaran pajak dalam laporan laba rugi pada tahun 2009, sehingga alternatif yang ditempuh oleh PT. Kuei Meng Chain

Indonesia adalah dengan mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tahun 2009. Berikut merupakan kutipan perbandingan laporan laba rugi yang dibuat oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia : Tabel 4.1 Perbandingan Laporan Laba Rugi Fiskal PT. XYZ Tahun 2008-2009 Keterangan 2008 2009 Peredaran Usaha 25.906.759.461 43.200.369.666 Harga Pokok Penjualan (21.575.085.253) (40.130.546.469) Biaya Usaha Lainnya (1.320.774.617) (1.477.135.137) Penghasilan Neto 3.010.899.592 1.592.687.880 Penghasilan Dari Luar Usaha 118.175.168 60.783.653 Biaya Dari Luar Usaha (36.070) (276.989.686) Penghasilan Neto Dari Luar Usaha 118.139.098 (216.206.033) Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri 3.129.038.690 1.376.481.847 Penghasilan Neto Komersial Luar Negeri - - Jumlah Penghasilan Neto 3.129.038.690 1.376.481.847 Penghasilan yang dikenakan PPh Final (116.151.110) (58.849.829) Penyesuain Fiskal Positif / Negatif 219.153.287 285.824.602 Penghasilan Neto Fiskal 3.232.040.867 1.603.456.620 Kompensasi Kerugian Fiskal - - Penghasilan Kena Pajak 3.232.040.000 1.603.456.620 PPh Terutang 952.112.000 424.025.245 Sumber: Laporan laba rugi fiskal PT. Kuei Meng Chain Indonesia tahun 2008-2009

Tabel 4.2 Perbandingan Surat Pemberitahuan Tahunan PT. XYZ Tahun 2008-2009 Keterangan 2008 2009 Penghasilan Neto Fiskal 3.232.040.867 1.603.456.000 Kompensasi Kerugian Fiskal - - Penghasilan Kena Pajak 3.232.040.867 1.603.456.000 PPh Terutang 952.112.000 424.025.245 Pengurangan Kredit Dalam Negeri - - Jumlah PPh Terutang (952.112.000) (424.025.245) Kredit Pajak dalam negeri 606.738.896 978.205.844 Kredit pajak luar negeri - - Jumlah (606.738.896) (978.205.844) PPh yang harus dibayar sendiri / 345.373.104 - PPh yang lebih dipotong / dipungut - (554.180.599) PPh Ps. 25 bulanan dibayar sendiri (340.978.485) (275.253.401) PPh yang kurang dibayar / 4.394.619 - PPh yang lebih dibayar - (829.434.000) Sumber: Laporan laba rugi fiskal PT. Kuei Meng Chain Indonesia tahun 2008-2009 Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa laba yang diperoleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia pada tahun 2009 secara otomatis akan lebih kecil dibandingkan dengan laba yang diperoleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia pada tahun 2008, hal ini mengakibatkan Penghasilan Kena Pajak yang dilaporkan dalam laporan laba rugi fiskal tahun 2009 menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan Penghasilan Kena Pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2008 sementara dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang dilaporkan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia pada Tahun 2009 dapat dilihat

untuk kredit pajak dalam negeri tersebut lebih besar dibandingkan dengan kedit pajak dalam negeri pada tahun 2008 sehingga dengan adanya perubahan keadaan usaha yang tercermin dari laporan laba rugi dan Surat Pemberitahunan Tahunan diatas, maka PT. Kuei Meng Chain Indonesia mengalami lebih bayar pada Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 yang dilaporkan pada tahun 2009 sebesar Rp 829.434.000. b. Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 Adanya Kredit pajak dalam negeri yang lebih besar dari hutang pajak dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tahun 2009 yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi PT. Kuei Meng Chain Indonesia untuk mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 29 yang disertai pula dengan perbandingan laporan laba rugi fiskal dan Surat Pemberitahuan Tahuan selama tahun 2008 dan tahun 2009 dengan format berdasarkan lampiran yang ada pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 7 /PJ 2011. Dalam surat pemberitahuan tahunan tersebut dilampirkan Bukti Potong dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berupa Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam rangka Impor (SSPCP) yang harus dibayar oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia untuk masa pajak January sampai dengan Desember 2009.

c. Melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan Sebagai Pengajuan Permohonan Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 Setelah Surat Pemberitahuan tahunan Tahun 2009selesai dibuat dan telah ditandatangani oleh Direktur PT. Kuei Meng Chain Indonesia serta telah dilampiri dengan SSCP masa January sampai dengan Desember 2009, maka Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut beserta lampirannya kemudian dilaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak PMA (Penanaman Modal Asing) 6 tempat PT. Kuei Meng Chain Indonesia terdaftar. d. Menyiapkan Dokumen dokumen pendukung Setelah dilakukan Pelaporan surat pemberitahuan tahunan sebagai pengajuan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 29, PT. Kuei Meng Chain Indonesia mendapatkan surat pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan yang selanjutnya menerima surat permintaan peminjaman buku, catatan dan dokumen perusahaan berdasarkan dengan pelaksanaan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak Nomor : Prin 00110/WPJ.07/KP.0905/RIK.SIS/2010 tanggal 03 Agustus 2010, maka langkah selanjutnya yang harus ditempuh oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia yaitu mempersiapkan dokumen dokumen yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan pajak dilapangan. Sebelum dilakukan pemeriksaan oleh petugas dari Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam, perusahaan harus benar benar mempersiapkan dokumen yang diminta oleh kantor pajak yang mana dalam pemeriksaan tersebut PT. Kuei Meng Chain Indonesia memberikan kuasa kepada Konsultan Pajak

dalam rangka permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tahun 2009. 3. Kesesuaian Prosedur Pengajuan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku serta membandingkan Daftar Temuan Pemeriksaan Pajak dengan bukti pendukung Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 07 /PJ/2011 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak menyebutkan bahwa Wajib Pajak wajib membuat Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2009 dan laporan laba rugi fiskal tahun 2009 beserta lampirannya dalam surat pemberitahuan pengajuan permohonan kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 29. PT. Kuei Meng Chain Indonesia telah melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2009 pada tanggal 30 April 2010, sehingga kelebihan pembayaran pajak penghasilan untuk tahun 2009 sudah diketahui. Setelah itu, kemudian PT. Kuei Meng Chain Indonesia mengajukan permohonan kelebihan pembayaran pajak penghasilan tahun 2009 sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam peraturan.

a. Melakukan pemeriksaan atas buku, catatan dan dokumen - dokumen Prosedur pemeriksaan buku, catatan dan dokumen merupakan prosedur yang selanjutnya dilakukan oleh pemeriksa karena prosedur ini merupakan inti dari tahapan pelaksanaan pemeriksaan pajak. Prosedur ini dilakukan dalam rangka untuk meyakinkan kebenaran angka angka yang dicantumkan dalam SPT Tahunan Wajib Pajak serta untuk menentukan apakah angka angka yang dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT telah sesuai dengan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku. Prosedur atas pemeriksaan buku, catatan dan dokumen yang dilakukan dan dilaksanakan oleh Pemeriksa dapat memperlihatkan adanya beberapa temuan atau koreksi yang dilakukan terhadap SPT yang dilaporkan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia. b. Konfirmasi kepada pihak ketiga Konfirmasi merupakan suatu permintaan informasi kepada pihak ketiga tentang sesuatu hal yang perlu diklarifikasi kebenarannya. Klarifikasi atas kebenaran ini dapat mencakup mengenai pajak yang telah dilakukan pemotongan oleh pihak ketiga seperti PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 4 ayat (2) untuk mengecek apakah telah disetorkan dan dilaporkan atas pajak yang telah dipotong oleh Wajib Pajak tersebut. Selain itu, konfirmasi yang rutin biasanya dilakukan terhadap PPN yaitu untuk mengecek kebenaran pajak masukan dan pajak keluaran yang dilaporkan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia.

Konfirmasi dalam Pemeriksaan pajak biasanya dilakukan baik antar instansi Direktorat Jenderal Pajak sendiri yaitu antar Kantor Pelayanan Pajak ataupun melalui kepada pihak lainsepeti kepada Bank Persepsi. Konfirmasi digambarkan sebagai penerimaan jawaban tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen dalam memverifikasi akurasi informasi yang telah diminta oleh pemeriksa. Permintaan untuk menjawab konfirmasi biasanya dibatasi oleh jangka waktu sesuai dengan surat permintaan konfirmasi tersebut, tetapi pada kenyataannya banyak konfirmasi yang dijawab oleh pihak ketiga tersebut melebihi waktu yang ditentukan atau dalam jangka waktu yang sangat lama sehingga proses pemeriksaan akan menjadi terhambat. c. Pemberitahuan hasil pemeriksaan oleh KPP Prosedur ini diberitahukan oleh Pemeriksa kepada Wajib Pajak yang mana merupakan salah satu prosedur yang harus dilakukan oleh pemeriksa.hal ini dilakukan karena pemberitahuan hasil pemeriksaan merupakan hak Wajib Pajak yang juga merpakan kewajiban pemeriksa atas hasil pemeriksaan yang telah dicapai oleh pemeriksa dalam kegiatan yang telah dilakukannya.pemberitahuan hasil pemeriksaan disampaikan dari KPP Penanaman modal enam berupa Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) beserta lampiran daftar temuan yang telah diperoleh pemeriksa. Berdasarkan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) nomor SPHP.00104/WPJ.07/KP.0905/RIKSIS/2011 Pemeriksa mendapatkan beberapa temuan hasil pemeriksaan diantaranya sebagai berikut :

Tabel 4.3 Daftar Hasil Temuan Pemeriksaan Pajak Sumber: daftar temuan pemeriksaan pajak Berdasarkan dengan temuan hasil pemeriksaan diatas, Fiskus memberikan kesempatan untuk menanggapi atas hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 ( tujuh) hari sejak diterimanya surat pemberitahuan hasil pemeriksaan tersebut. Tanggapan yang dapat diberikan oleh Wajib Pajak

dapat berupa menyetujui hasil pemeriksaan, menerima sebagian ataupun menolak seluruh hasil pemeriksaan. Dan tanggapan dari PT. Kuei Meng Chain Indonesia atas hasil pemeriksaan tersebut diantaranya: 1. Koreksi pemeriksa terhadap HPP sebesar Rp 912.805.582, tidak setuju karena berdasarkan kontrak perusahaan pihak pembeli memiliki perhitungan atas potongan pembelian tersebut sebagaimana terlampir. 2. Pengurang Penghasilan Bruto a) Setuju dengan koreksi sebesar Rp 35.750.004 atas biaya sewa diatas berdasarkan perjanjian sewa. b) Setuju dengan koreksi sebesar Rp 2.820.300 atas biaya pembelian dokumen, karena perusahaan tidak dapat menemukan dokumen atas pengeluaran biaya tersebut. c) Tidak setuju dengan biaya lain lain sebesar Rp 13.947.667 karena biaya tersebut merupakan pembelian aqua dan makanan didalam kantor untuk karyawan (dokumen terlampir dalam biaya pengeluaran kas). 3. PPh Pasal 21 Perusahaan tidak setuju dengan koreksi sebesar Rp 20.029.201 karena perusahaan telah menghitung dan memotong seluruh obyek PPh Pasal 21 terutang sesuai dengan pengeluaran kas dan pembayaran kepada seluruh karyawan dan perorangan yang menerima penghasilan sesuai SPT yang telah dilaporkan.

4. Obyek PPh Pasal 23 Perusahaan tidak setuju atas koreksi Obyek PPh Pasal 23 sebesar Rp 160.491.821 karena: d. Sidang Penutup (Closing conference) Pembahasan akhir hasil pemeriksaan merupakan pembahasan yang dilakukan antara pemeriksa pajak dengan Wajib Pajak atas temuan selama pemeriksaan, dan hasil pembahasan tersebut baik yang disetujui maupun tidak disetujui dituangkan kedalam berita acara pembahasan akhir hasil pemeriksaan yang ditanda tangani oleh pemeriksa dan Wajib Pajak disertai lampiran yang menyebutkan jumlah koreksi dan jumlah pajak terutang yang disetujui oleh pemeriksa dan Wajib Pajak. Tujuan melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah sebagai upaya memperoleh pendapat yang

sama dengan Wajib Pajak atas temuan pemeriksaan dan koreksi fiskal terhadap seluruh jenis pajak yang diperiksa. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dilakukan ketika Wajib Pajak menyampaikan tanggapan atas SPHP yang telah diterima.tanggapan atas SPHP tersebut harus dibahas oleh Tim Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak yang hasil pembahasannya dituangkan dalam Risalah Pembahasan.Apabila masih terdapat perbedaan antara hasil pembahasan dengan pendapat Wajib Pajak maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak ataupun dapat dilanjutkan sampai tingkat Kantor Wilayah. Atas prosedur pembahasan akhir pemeriksaan yang dilakukan terhadap pemeriksaan PT. Kuei Meng Chain Indonesia telah dilakukan oleh Pemeriksa Pajak. Adapun Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir sebagai berikut : Tabel 4.4 Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir Sumber: Data Pemeriksaan Pajak

e. Kendala dalam melaksanakan prosedur pemeriksaan Setiap prosedur pemeriksaan yang dijalankan dan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak terhadap pemeriksaan PT. Kuei Meng Chai Indonesia tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan. Banyak kendala atau hambatan yang harus dihadapi ketika Pemeriksa Pajak tidak dapat melaksanakan prosedur pemeriksaan tersebut. Kendala yang dihadapi oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia tersebut terkait dengan prosedur pemeriksaan dapat berupa : a) Kendala dari internal Kendala dari internal perusahaan sendiri sebagai Wajib Pajak yang tidak ingin merasa dirugikan baik dari segi tenaga dan waktu,ingin semua pemeriksaan ini segera terselesaikan dan dilihat dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia dalam memberikan peminjaman buku, catatan dan dokumen yang dipinjamkan ke KPP tidak semua data yang diminta oleh KPP di penuhi oleh perusahaan yang mengakibatkan pemeriksaan menjadi agak lama karena ada beberapa prosedur pemeriksaan yang tidak dijalankan. b) Kendala dari eksternal 1. Volume untuk melakukan pemeriksaan yang berlebihan Banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan oleh pemeriksa membuat pemeriksa tidak dapat menjalankan prosedur pemeriksaan

terhadap PT. Kuei Meng Chain Indonesia secara lebih rinci atas pemeriksaan yang dilakukan.volume pemeriksaan yang banyak tidak sebanding dengan jumlah tenaga pemeriksa yang ada.hal ini membuat pemeriksaan menjadi kurang lebih mendalam karena tenaga dan pikiran pemeriksa menjadi terpecah untuk beberapa Wajib Pajak. 2. Terbatasnya jangka waktu pemeriksaan Jangka waktu yang sangat terbatas membuat pemeriksa pajak tidak menjalankan beberapa prosedur pemeriksaan yang harus dilakukan. Pemeriksa seringkali mengalami kekurangan waktu untuk melakukan pemeriksaan akibat penugasan pemeriksaan yang baru diterimanya sementara jangka waktu untuk menyelesaikannya tersebut sudah mau jatuh tempo. 3. Kurangnya koordinasi disetiap tim pemeriksa Koordinasi yang kurang diantara tim pemeriksa dapat membuat beberapa prosedur pemeriksaan menjadi tidak dijalankan. Baik supervisor ataupun ketua tim tidak memeriksa secara lebih mendetail mengenai prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan penuangannya kedalam kertas kerja Pemeriksaan.

4. Mengidentifikasi Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas Pengajuan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak penghasilan Pasal 29 serta menganalisis tentang perbedaan antara mekanisme secara teori dengan pelaksanaan dilapangan a. Mengidentifikasi Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan pajak yang dibuat oleh Pemeriksa Pajak pada akhir pelaksanaan pemeriksaan yang berisikan atas semua ikhtisar dan semua penuangan hasil pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Laporan hasil pemeriksaan pajak merupakan suatu pertanggungjawaban atas suatu pemeriksaan dan sebagai sarana bagi pihak pihak lain untuk mengetahui berbagai hal tentang pemeriksaan yang dilakukan tersebut. Penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan yang baik haruslah dapat bersifat informatif. Oleh karena itu, suatu Laporan Hasil Pemeriksaan harus disusun dengan suatu sistematika yang baik, teratur dan terstandarisasi. Atas pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Pemeriksa terhadap SPT Tahunan Lebih Bayar, baik pemeriksa maupun Wajib Pajak telah menjalankan prosedur dan Pemeriksa juga telah mengeluarkan Surat Ketetapan Pajaknya. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, SKP yang diterbitkan oleh Pemeriksa terhadap Wajib Pajak PT. Kuei Meng Chain Indonesia terdiri atas beberapa SKP sebagai berikut:

Tabel 4.5 Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan atas Pemeriksaan PT. Kuei Meng Chain Indonesia No. Jenis SKP Jenis Pajak Jumlah 1 SKPLB PPh Pasal 29 Rp 815.545.744 2 SKPKB PPh Pasal 21 Rp 1.301.898 3 SKPKB PPh Pasal 23 Rp 53.394 4 SKPN PPh Pasal 4 ayat (2) NIHIL 5 SKPKB PPN 0 Sumber: Seksi Pemeriksaan Sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang dikeluarkan oleh Pemeriksa atas Pemeriksaan PT. Kuei Meng Chain Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa pelaporan yang diajukan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku dan telah di kabulkan oleh Direktorat jenderal Pajak meskipun pada jenis pajak tertentu (PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23) terdapat pajak terutang yang langsung akan dikompensasikan pada pengembalian kelebihan pembayaran pajak dalam Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) atas SPT yang disampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak dalam hal ini adalah PT. Kuei Meng Chain Indonesia merasa puas dengan hasil keputusan tersebut yang mana dari jumlah yang diajukan sebesar Rp 829.434.000 dan

dikabulkan sebesar Rp 814.190.452 atau sebesar 50% dari Penghasilan Netto tahun 2009. b. Menganalisis Perbedaan mekanisme pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 29 secara teori dengan pelaksanaan di lapangan Berdasarkan gambar 2.1 terdapat beberapa perbedaan mekanisme pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan secara teori dengan prosedur yang dilaksanakan dilapangan dalam hal ini dilakukan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia diantaraya : 1. Pemeriksaan Direktur Jenderal pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain dari WP dengan kegiatan tertentu harus menerbitkan SKP paling lambat 12 bulan sejak surat permohonan diterima. Dalam hal ini baik teori dan praktek yang dijalankan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia sama atau tidak ada perbedaan yang mana PT. Kuei Meng Chain Indonesia mengajukan pada bulan april 2010 dan menerima SKPLB pada bulan april 2011. Namun dalam pemeriksaan dibutuhkan permintaan buku, catatan dan dokumen dari KPP dan diantara 18 dokumen WP / Perusahaan yang diminta oleh KPP hanya 13 dokumen WP / Perusahaan yang dipinjamkan oleh perusahaan dan menurut teori seharusnya pemeriksaan terhadap dokumen perusahaan dilakukan ditempat WP tetapi dalam hal ini pihak

Fiskus hanya meminjam buku, catatan dan dokumen perusahaan tanpa melakukan pemeriksaan dilapangan tapi dalam hal ini KPP tidak mempersalahkan hal tersebut dan pemeriksaan dapat terus berjalan. Sehingga dapat diketahui bahwa dalam suatu kasus tertentu tidak sepenuhnya harus mengikuti sesuai dengan mekanisme / teori yang berlaku dengan kata lain KPP masih dapat mengambil kebijakan yang tentunya tidak merugikan antara WP dengan Fiskus. 2. Hasil Pemeriksaan Hasil pemeriksaan terhadap SPT atau terhadap permohonan keberatan dapat menghasilkan pajak yang lebih bayar, yang dapat dibedakan seperti berikut ini : a. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atas hasil pemeriksaan terhadap SPT PPh yang lebih bayar, kurang bayar atau nihil dapat diterbitkan SKPLB. Dalam hal ini permohonan yang diajukan oleh PT. Kuei Meng Chain mendapatkan tanggapan oleh Direktorat Jenderal Pajak sehingga memungkinkan bagi WP untuk mendapatkan kembali kelebihan pembayaran pajak penghasilan yang diajukan. b. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak SKPKPP adalah surat keputusan untuk menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak untuk PKP

tertentu. Dalam hal ini PT. Kuei Meng Chain Indonesia tidak termasuk kedalam PKP dengan kriteria tertentu sehingga tidak diterbitkan SKPPKP. 3. Penelitian Utang Pajak Pada Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pembayaran kembali kelebihan pembayaran pajak harus terlebih dahulu memperhitungkan adanya utang pajak yang dimiliki WP, dalam hal ini benar terdapat beberapa hutang pajak yang masih terutang pada PT. Kuei Meng Chain Indonesia yaitu PPh Pasal 21 dan Pasal 23 yang langsung dikompensasikan dalam jumlah kelebihan pajak penghasilan yang diajukan. 4. Surat Keputusan Pengembalian Pembayaran Kelebihan Pajak Penghasilan (SKPKPP) Hasil pemeriksaan berupa SKPLB dan SKPPKP akan dilakukan penelitian atas utang utang WP untuk diterbitkannya SKPKPP paling lama 1 bulan setelah diterbitkannya SKPLB maupun SKPKB. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia yang mana SKPLB diterbitkan pada April 2011 dan SKPKPP diterbitkan pada Mei 2011.

5. Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) Atas dasar SKPKPP tersebut, kepala KPP berdasarkan permohonan WP menerbitkan SPMKP kepada Kepala KPPN per jenis pajak dan per masa/ tahun pajak dan dapat diperoleh pada hari yang sama. Dalam hal ini PT. Kuei Meng Chain Indonesia mendapatkan SPMKP tepat pada hari yang sama setelah diterbitkannya SKPKPP. 6. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Berdasarkan SPMKP, KPPN menerbitkan SP2D paling lama 2 harikerja sejak SPMKP diterima. Dalam hal tersebut WP menerima SP2D tanggal 11 Mei 2011, dengan kata lain lebih cepat dari batasan waktu yang dijanjikan dalam teori.