BAB IV PROSES PEMBUATAN DESIGNER TOYS KERAMIK. Proses produksi karya akhir memanfaatkan hasil studi terpilih, baik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PROSES PRODUKSI. Perubahan terjadi seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat

BAB III GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA

BAB III PROSES BERKARYA

BAB III METODELOGI PENELITIAN Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

KERAMIK. Oleh : B Muria Zuhdi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Teknik Penciptaan Boneka Pertunjukkan Keramik Tokoh Tokoh

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing.

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BUBUT) ABSTRAK

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BUBUT)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

KISI-KISI UKG 2015 KRIYA KERAMIK

Proses Manufaktur (TIN 105) M. Derajat A

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan. Proses Pengecoran. Hasil Coran. Analisis. Pembahasan Hasil Pengujian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan

BAB II METODE PERANCANGAN

MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR

Bab III Metode Penelitian

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BEBAS) ABSTRAK

PROSES MANUFACTURING

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi zaman sekarang berkembang sangat cepat dan pesat,

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Finishing Bumper

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat dicor dalam cetakan yang rumit dengan mudah. kali memproduksi komponen alat pertanian. Pada tahun 1850 di Inggris

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN

METODOLOGI PENELITIAN

XI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA. Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar

V. KEGIATAN BELAJAR 5 PASIR CETAK. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan macam, sifat, dan pengujian pasir cetak.


Bab 3 Perbaikan Proses Pembuatan Pola Volute Casing Pompa Sentrifugal

Merencanakan Pembuatan Pola

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

Analisis Sifat Fisika Bahan Baku Keramik: Penyusutan Total dan Pengisapan Air Pada Tanah Lempung (Clay)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

Standar Kompetensi guru

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan

BAB 3. PENGECORAN LOGAM

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengertian Keramik. Teori Keramik

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : Laboratorium Material Universitas Lampung.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB II METODE PERANCANGAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun cara ilmiah yang dimaksud adalah

BAB IV KENDALA YANG DIALAMI SELAMA PROSES PERANCANGAN PANEL DINDING RINGAN BERBAHAN BOTOL PLASTIK

LAKUKAN SENDIRI APLIKASI PEREDAM SUARA MOBIL ACOURETE PAINT

Menyiapkan Pasir Cetak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

BAB V PONDASI TELAPAK

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

TINJAUAN TEKNIS KERAMIK SEBAGAI ALAT SAJI BUBUR TRADISIONAL ABSTRAK

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

BAB IV PEMBAHASAN. diolah dan dianalisa. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan dan analisa data

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TUNGKU PELEBURAN LOGAM DENGAN PEMANFAATAN OLI BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKAR

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Pembuatan, Pemasangan dan Pengoperasian Tungku Perlakuan Panas untuk Pande Besi. Laporan Teknis Pemasyarakatan Teknologi

LAPORAN KEMAJUAN. I b PE KERAJINAN HANDICRAFT DAN TOYS DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DAN KLATEN

BAB II A. ORISINALITAS

RANCANG BANGUN DAN ANALISA SISTEM SALURAN TERHADAP CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD 450 DENGAN MENGGUNAKAN PASIR CETAK KERING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang

BAB III METODE PENELITIAN

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan

Penyiapan massa Cetak Tuang keramik. Abstrak

Transkripsi:

BAB IV PROSES PEMBUATAN DESIGNER TOYS KERAMIK Proses produksi karya akhir memanfaatkan hasil studi terpilih, baik dari bentuk maupun material. Berikut ini adalah proses produksi designer toys keramik. 4.1 PEMBUATAN MODEL Pembuatan model dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Untuk bentuk dasar yang memiliki bentuk bulat, diperlukan material yang cukup kuat agar dapat menjadi sebuah fondasi dasar untuk kemudian ditambahkan dengan material lain untuk mendapatkan bentuk yang lebih rumit. Untuk ini digunakan bubutan kayu berbentuk bola dengan diameter 8cm. 2. Untuk menambahkan bentuk pada bubutan kayu tersebut, digunakan material sterofoam agar dapat lebih mudah mendapatkan bentukbentuk tambahan yang diperlukan 3. Sterofoam yang sudah selesai diolah dilapisi dengan lem fox putih untuk menjadi lapisan dasar. Setelah lem kering, permukaan model secara keseluruhan dilapisi dengan dempul. Tingkat kerapihan dari hasil dempul dapat diperoleh dengan cara dihamplas secara bertahap, mulai dari hamplas kasar hingga hamplas halus. 28

4. Model yang sudah selesai dihamplas dapat diberi cat dasar dengan menggunakan cat surfacer, untuk mendapatkan permukaan yang jauh lebih halus dan kuat. Selain itu surfacer dapat membantu menemukan permukaan-permukaan yang belum rata dan masih kasar. Gambar 31 Gambar 32 Gambar 33 Model kayu Penambahan volume - Penyempurnaan - menggunakan sterofoam bentuk Gambar 34 Gambar 35 Gambar 36 Pelapisan dempul Selesai dihaluskan Pelapisan akhir 29

4.2 PEMBUATAN CETAKAN GIPS Tahap-tahap yang dilakukan untuk membuat sebuah cetakan gips : 1. Pembagian sisi pada model untuk menentukan jumlah bagian cetakan gips yang diperlukan, sesuai dengan bentuk model. 2. Pemasangan cottle dan penempatan model yang sesuai dengan jumlah bagian cetakan gips yang sudah direncanakan. 3. Penutupan satu sisi permukaan model didalam cottle untuk menjadi sisi alas, yang nantinya akan dituangkan massa cair gips. Membuat bentuk cone untuk lubang masuk massa cor. 4. Pemberian separator. 5. Penuangan massa cair gips. 6. Setelah menunggu gips mengeras, cetakan dibalik untuk membuat sisi gips yang lainnya, dan mengulangi tahap pembuatan dinding pembatas hingga mendapatkan sisi cetakan gips yang berikutnya seperti yang dijelaskan sebelumnya. Jangan lupa untuk membuat kuncian gips sebelum membalikkan cetakan gips yang sudah mengeras. 4.3 PEMBUATAN MASSA COR Tanah yang masih berupa bubuk ditambahkan dengan sejumlah waterglass dan air, sesuai dengan jumlah komposisi yang diperlukan hingga mendapatkan massa cor yang cukup keencerannya. Penambahan silica diperlukan untuk mengurangi resiko penyusutan hasil cetakan secara perlebihan. Setelah selesai dicampurkan, massa cor disaring dengan menggunakan saringan 100mess, untuk mendapatkan massa cor yang bersih. 30

Gambar 37 Proses penyaringan massa cor 4.4 PROSES PENGECORAN Pengecoran dilakukan dengan cara menuangkan massa cor kedalam cetakan gips. Dalam waktu 1 hingga 5 menit, massa cor sudah dapat dikeluarkan kembali dari dalam cetakan gips, dan akan didapatkan sebuah permukaan massa cor yang sudah mengendap dan membentuk sebuah permukaan kulit di dalam cetakan gips tersebut. Dalam waktu 60 menit, cetakan sudah dapat dibuka untuk mendapatkan hasil cor yang mulai sedikit mengeras. Gambar 38 Penuangan massa cor kedalam cetakan gips 4.5 PROSES MODIFIKASI Modifikasi dilakukan setelah hasil coran sudah dalam kondisi leather hard, untuk mengantisipasi resiko deformasi saat hasil cetakan sedang dimodifikasi. Modifikasi yang dilakukan sesuai dengan desain modifikasi yang ada. Dapat menggunakan teknik potong, tekan, ukir, atau penambahan bentuk dengan teknik handbuilding atau dari modul lain yang juga dicor. 31

Setelah modifikasi selesai dilakukan, model dapat diberikan stempel / signature dengan menggunakan toyobo. Gambar 39 Gambar 40 Gambar 41 Proses modifikasi Pengukiran motif yang - Modul telah selesai - sudah dibentuk dimodifikasi 4.6 PROSES PENGERINGAN Sebelum dilakukan proses pembakaran, keadaan tanah harus benarbenar kering. Proses pengeringan tanah memakan waktu kurang lebih dua hinga empat hari. Gambar 42 Proses pengeringan 4.7 PROSES PEMBAKARAN Proses pembakaran merupakan suatu proses yang mengubah material tanah liat menjadi keramik yang memiliki sifat keras dan kuat. Proses 32

pembakaran karya dilakukan secara single firing. Pengukuran suhu menggunakan pyrometic cone sesuai dengan suhu yang diperlukan. Tahap proses pembakaran : Sebelum dilakukan proses pengaplikasian glasir, terlebih dahulu benda sudah benar-benar dikeringkan. Pengaplikasian glasir pada permukaan keramik dilakukan dengan menggunakan teknik semprot, yaitu dengan menggunakan spray gun. Kondisi glasir ini harus dalam kekentalan yang cukup serta telah melalui proses penyaringan. Hal ini untuk menghindari terjadinya gumpalan glasir yang menyumbat spray gun dan menghambat proses penyemprotan glasir. Resep dasar glasir yang digunakan adalah : Base Glaze G2320 100% Stain 3%, 6%, dan 10% Dengan suhu pembakaran 1180 C. Pembakaran yang terlalu cepat dapat menyebabkan kandungan karbon dalam permukaan keramik sulit untuk keluar karena permukaan sudah berubah strukturnya seperti struktur kaca. Akibatnya selama pembakaran glasir, apabila bodi terlalu panas karbon akan mencoba keluar dan dapat menyebabkan lubang pada permukaan atau glasir. 33

Gambar 43 Gambar 44 Gambar 45 Pengglasiran Penyusunan karya di dalam tungku Gambar 46 Foto karya 34

GRAFIK PEMBAKARAN Tabel 3 SUHU 1300 1200 1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 W A K T U 35