BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi

BAB II LANDASAN TEORI. Standar Auditing (PSAP No. 01; 2011) dan Kode Etik Akuntan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. mengenai seberapa banyak usaha yang dilakukan dalam situasi atau tugas tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan kajian teoretis dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang digunakan harus mampu mencapai maksud penelitian. Teori utama

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009). Pendapat auditor mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat mengharuskan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Kantor Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak

TIME BUDGET PRESSURE MEMODERASI PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi

STUDI EMPIRIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

BAB 5 PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokus kendali eksternal berpengaruh positif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diaudit didasarkan atas evaluasi terhadap bukti-bukti audit yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theory.

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kasus yang menimpa beberapa Kantor Akuntan Publik seperti kasus Enron, telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling tahun 1976

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume..., Nomor..., Tahun 2012, Halaman...

Lampiran 2 (Lanjutan) 79. Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR SEBAGAI ANTESEDEN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Teori ini mengacu pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

By: Meilda Wiguna Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia

BABI PENDAHULUAN. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada. umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerja perusahaan demi mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Era transparansi menjadikan jasa auditor semakin dibutuhkan di masa

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini terdiri atas kerangka berpikir yang menjelaskan secara teoritis

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSI AUDIT PADA UNIT ORGANISASI TNI ANGKATAN LAUT

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan

ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu sendiri (Anthony

BAB II TINJAUAN TEORITIS. kerja, yaitu teori-teori; kebutuhan, harapan, dan keadilan (Wijono, 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik mempunyai peran penting dalam penyediaan informasi

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola sektor publik, karena dengan audit dapat dilakukan penilaian obyektif

(Empirical Study on Representation of Auditor at Pekanbaru and Padang) By: Meilda Wiguna

BAB I PENDAHULUAN. jasa audit di Indonesia pun meningkat. Faktor-faktor yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan penilaian atas kewajaran dari laporan keuangan. khususnya, memperoleh infomasi keuangan yang andal sebagai dasar

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TIME BUDGET PRESSURE, LOCUS OF CONTROL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendasari penelitian, auditing dan prosedur audit, dysfunctional audit

ANALISIS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR: SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motif atas perilaku mereka. Teori atribusi yaitu teori yang mempelajari. alasan atas perilaku seseorang (Robbins, 2008).

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajad S-2 Magister Sains Akuntansi. Diajukan oleh : Nama : Provita Wijayanti NIM : C4C005146

BAB I PENDAHULUAN. apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal

atas laporan keuangan yang diaudit (Rikarbo, 2012). Reckers et al. (1997)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2009:105) dalam

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. auditor yang berkualitas, dapat diandalkan, dipercaya dan mampu menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Perusahaan wajib menyajikan laporan keuangan perusahaan agar para

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, LOCUS OF CONTROL DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT PADA PENERIMAAN UNDERREPORTING OF TIME

PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL DALAM AUDIT (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bandung)

BAB IV METODE PENELITIAN. mencapai tujuan penelitian. Pembahasan diawali dengan menjelaskan rancangan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengalaman auditor terhadap audit judgment membutuhkan kajian teori

LOCUS OF CONTROL, TIME BUDGET PRESSURE DAN PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT. Nadirsyah. Intan Maulida Zuhra ABSTRACT

ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDITOR Kiryanto Ayu Ning Tyas Universitas Islam Sultan Agung Semarang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga mengakibatkan mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh akuntan publik adalah sumber daya akuntan publik yang tersedia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan keandalan pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. antara fakta dan teori. Keputusan tersebut merupakan penafsiran dari hal-hal

ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan kepada masyarakat pemodal, perlu adanya ketentuan untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 1.1.1 Teori U Terbalik (Inverted U Theory) Teori kurva U terbalik adalah model yang paling banyak digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tekanan dan kinerja. Menurut Robbins (2006), logika yang mendasari teori U terbalik adalah bahwa stres pada tingkat rendah sampai sedang merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuan bereaksi. Tetapi sebaliknya, apabila tingkat stres dianggap berlebihan maka akan menempatkan tuntutan yang tidak dapat dicapai, yang mengakibatkan kinerja menurun. Auditor yang berada dalam posisi mengalami tekanan yang berhubungan dengan waktu sering kali dalam tingkat tertentu justru akan memberikan dorongan motivasi, tetapi pada tingkat yang melebihi batas tekanan waktu justru akan menyebabkan tingginya tingkat stres sehingga dapat mengganggu kualitas audit yang dihasilkan. Menurut Otley dan Pierce (dikutip oleh Marfuah, 2011), model teori U terbalik banyak mendapat kritik dari para peneliti karena tidak ditemukan bukti hubungan kurva U terbalik, sedangkan Pierce dan Sweeney (2004) menyebutkan bahwa dengan hasil penelitian yang dilakukan menemukan adanya hubungan yang linier antara anggaran tekanan waktu dan perilaku disfungsional. 10

Robbins (2006) juga menyebutkan bahwa model ini tidak mendapatkan banyak dukungan secara empiris. Tetapi, teori U terbalik dinyatakan sesuai dengan kondisi ketika auditor berada dalam suatu tekanan anggaran waktu. Hal ini relevan dengan tekanan anggaran waktu sangat besar akan menyebabkan tingkat stres yang tinggi yang berpengaruh terhadap karakteristik personal auditor sehingga melakukan perilaku disfungsional audit. Sebaliknya jika tekanan anggaran waktu yang rendah berpengaruh terhadap penurunan kemungkinan terjadinya perilaku disfungsional audit. 1.1.2 Karakteristik Personal Auditor Personal auditor adalah sekumpulan karateristik dan pandangan seseorang yang menetukan cara hidup dan perbedaan diantara orang lain. Karateristik personal auditor adalah ciri atau watak seorang auditor dengan sifat yang dimiliki dan dipengaruhi keadaan lingkungannya maupun dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan audit (Septiani, 2009). Karakteristik personal mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri seseorang yang menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespon lingkungannya (Ikhsan,2007). Sedangkan menurut Robbin (2006) karakteristik personal adalah nilai yang bersifat luas dengan mencakup serangkaian luas permasalahan, tahap perkembangan moral secara khusus merupakan ukuran kemandirian terhadap pengaruh dari luar. Menurut Ikhsan (2007) penentu kepribadian disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya: 1) Keturunan, Pendekatan keturunan 11

berargumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari kepribadian seorang individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak dalam kromosom. 2) Lingkungan, di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah budaya di mana seseorang dibesarkan, pengkondisian dini, norma-norma di antara keluarga, teman-teman dan kelompok-kelompok sosial, serta pengaruh lain yang dialami. 3) Situasi, faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan memunculkan aspek-aspek yang berlainan dari kepribadian seseorang. 1. Locus of Control Locus of control memainkan peranan penting dalam kinerja dalam akuntansi seperti pada anggaran partisipatif (Brownel, 1982; Frucot dan Shearon,1991). Locus of control juga mempengaruhi dysfunctional audit behavior, job satisfaction, komitmen organisasi dan turnover intentions (Reed et al., 1994; Donnelly et al., 2000). Locus of control individual mencerminkan tingkat keyakinan seseorang tentang sejauhmana perilaku atau tindakan yang mereka perbuat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang mereka alami. Lefcourt (1982) menyatakan individu dengan locus of control internal meyakini bahwa keberhasilan atau kesuksesan dalam hidupnya berada dalam kontrol mereka. Sebaliknya, individu dengan locus of control eksternal meyakini bahwa keberhasilan atau kesuksesan dalam hidupnya di luar kontrol mereka. Dengan demikian, cara pandang dan tindakan yang dipilih 12

individu dalam menghadapi suatu kondisi yang identik dapat berbeda bergantung pada locus of control individu yang bersangkutan. Locus of control berperan dalam motivasi, locus of control yang berbeda bisa mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerja yang berbeda. Internal akan cenderung lebih sukses dalam karir mereka daripada eksternal, mereka cenderung mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi yang lebih cepat, dan mendapatkan uang yang lebih. Sebagai tambahan, internal dilaporkan memiliki kepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu menahan stress daripada eksternal (Baron dan Greenberg, 1990). Kontrol eksternal berhubungan dengan faktor-faktor yang memfasilitasi yang mana ada di luar individual. Individu dengan locus of control ekternal percaya bahwa kejadian dalam hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan, dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya (Nadirsyah dan Zuhra, 2009:104). Harini et al., (2010:10) berpendapat bahwa seorang auditor yang memiliki locus of control eksternal lebih dapat terlibat dalam perilaku disfungsional karena perilaku disfungsional disini dipandang sebagai alat atau cara yang digunakan untuk meraih tujuan. Pendapat ini sejalan dengan hasilpenelitian yang dilakukan oleh Nadirsyah dan Zuhra (2009) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki locus of control eksternal cenderung menerima penyimpangan perilaku dalam audit. 13

2. Turnover Intention Turnover intention (keinginan berpindah kerja atau berhenti kerja) adalah keinginan individu secara sadar untuk meninggalkan organisasi (Pujaningrum dan Sabeni, 2012). Keinginan berhenti kerja dapat terjadi karena adanya konflik pada organisasi atau profesi. Selain itu turnover intention juga bias disebabkan oleh adanya ketidakpuasan di tempat kerja atau karena mendapatkan pekerjaan yang lebih baik (Panggabean, 2002:121). Keinginan berpindah kerja mengacu pada hasil evaluasi individu mengenai kelanjutan hubungannya dengan organisasi dan belum diwujudkan dalam tindakan pasti dan nyata untuk meninggalkan organisasi. Turnover dapat terjadi secara sukarela (voluntary) dan (involuntary) tidak sukarela (Fitriyani et al.,, 2010). Pengujian mengenai turnover intentions ini mendapatkan perhatian penting ketika penelitian-penelitian sebelumnya menyarankan bahwa variabel turnover intentions merupakan prediktor signifikan atas turnover aktual (Hom,Katerberg dan Hulin, 1979 dalam Agustini, 2005). Turnover intentions juga dipengaruhi oleh skill dan ability, dimana kurangnya kemampuan seseorang (auditor) bisa mengurangi keinginannya untuk meninggalkan organisasi (Aranya dan Ferris, 1984). Job satisfaction dan performance berhubungan terbalik dengan turnover intention. Berdasarkan penelitian Fitriany dkk. (2010), auditor yang dissatisfied (low satisfaction) dan dianggap memiliki prestasi yang rendah (poor performers) oleh 14

atasannya, cenderung memiliki tingkat turnover yang tinggi, dan sebaliknya. 3. Kinerja Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2002:67). Menurut T.B. Sjafri Mangkuprawira (2007), performance adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Kinerja menurut Fahmi (2011) adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu. Faktor yang mendorong kinerja adalah perilaku. Perilaku adalah tentang bagaimana individu bertindak. Perilaku adalah cara seseorang bertindak atau melakukan sesuatu. Karena dapat menentukan apa yang dikerjakan dalam setiap situasi maka individu dapat menentukan kinerjanya (Wibowo, 2012:87). Faktor yang memengaruhi kinerja menurut Mangkunegara (2002:68) dikatakan adalah kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). 15

Pujaningrum dan Sabeni (2012) dalam hasil penelitiannya menjelaskan dan memberikan bukti empiris bahwa kinerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan dysfunctional audit behaviour. Auditor yang mempunyai kinerja yang tinggi cenderung memiliki penerimaan perilaku disfungsional audit yang rendah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan auditor atas perilaku disfungsional akan lebih tinggi apabila auditor memiliki persepsi kinerja yang rendah atas dirinya. Hal ini terjadi karena seorang auditor yang memiliki persepsi kinerja di bawah standar merasa bahwa dirinya tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam organisasi atau tidak mampu untuk mencapai tujuan individual maupun kelompok melalui usaha sendiri. Oleh karena itu, ia cenderung melakukan perilaku disfungsional untuk mencapai tujuannya. Sedangkan auditor yang memiliki kinerja yang baik cenderung bertahan karena kinerjanya tersebut membantu dalam pencapaian tujuan pribadi maupun organisasi serta cenderung mendapatkan penghargaan (reward) dari organisasi tempat ia berkerja. 1.1.3 Time Budget Pressure Standar pekerjaan lapangan butir pertama mensyaratkan auditor untuk merencanakan dan mengendalikan pekerjaannya secara efektif (IAI,2001). Untuk memenuhi standar tersebut, salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan anggaran waktu audit. Time budget pressure (tekanan anggaran waktu) merupakan suatu kondisi di mana auditor 16

dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun dan terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat. Tekanan anggaran waktu sangat diperlukan bagi auditor dalam melaksanakan tugasnya untuk dapat memenuhi permintaan klien secara tepat waktu dan menjadi salah satu kunci keberhasilan karir auditor di masa depan (Outley dan Pierce, 1996). Jika Time budget yang direncanakan oleh auditor semakin singkat dan sulit untuk dicapai maka akan membawa tingkat tekanan yang besar bagi auditor sehingga auditor akan melakukan segala perilaku yang dianggapnya dapat menyelesaikan tugasnya tepat pada waktunya. Perilaku inilah yang dapat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan (Suprianto, 2009). DeZoort dan Lord dalam (Adek,2012), menyebutkan ketika menghadapi batasan waktu atau time budget pressure, auditor akan memberikan respon dengan dua cara, yaitu; fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-baiknya, hal ini sesuai juga dengan pendapat yang dikemukakan oleh Glover dalam (Adek,2012), yang mengatakan bahwa anggaran waktu atau batasan waktu diidentifikasikan sebagai suatu potensi untuk meningkatkan penilaian audit (audit judgment) dengan mendorong auditor lebih memilih informasi yang relevan dan menghindari penilaian yang tidak relevan. Tekanan anggaran waktu atau time budget pressure yang dirasakan auditor dalam pelaksanaan program audit dapat mempengaruhi perilaku 17

auditor dalam pelaksanaan program audit. Akers dan Eton (2003) mengemukakan jika auditor merasakan terdapat time budget pressure dalam pelaksanaan tugas audit, maka auditor mungkin bertindak dengan salah satu cara berikut: a) Melaksanakan proses audit sebagai mana mestinya dan melaporkan waktu aktual yang digunakan dalam pelaksanaan tugas tersebut. Dalam hal ini auditor menanggulangi kendala time budget pressure dengan cara fungsional. b) Melaksanakan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi memanipulasi catatan waktu dengan tidak melaporkan waktu aktual yang digunakan untuk pelaksanaan tugas audit. Dalam hal ini auditor menanggulangi waktu dengan melakukan perilaku URT. c) Tidak melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi auditor mengklaim bahwa mereka telah melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya. Dalam hal ini auditor menanggulangi keandalan dengan perilaku RKA. Meskipun auditor dapat menanggulangi kendala time budget pressure dengan cara fungsional (misalnya dengan meminta tambahan waktu), bukti empiris dari hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan auditor kadang-kadang merespon kendala time budget pressure dengan melakukan audit disfungsional yaitu melakukan perilaku RKA atau URT (Coram, 2003; Pierce et al, 2004). Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa time budget pressure mengakibatkan auditor cenderung melakukan perilaku disfungsional audit. Penelitian Christina (2003) menemukan bahwa tekanan anggaran waktu memungkinkan munculnya perilaku 18

disfungsional yang tercermin dari perilaku premature sign-off, underreporting of time, dan audit quality reduction behavior, hasil yang serupa juga dikemukakan oleh Silaban (2009) dan Suprianto (2009) yang menyebutkan bahwa tekanan anggaran waktu yang dirasakan berhubungan positif signifikan dengan perilaku audit disfungsional (RKA dan URT). 1.1.4 Perilaku Disfungsional Audit (Dysfunctional Audit Behavior) Perilaku (behaviour) adalah tindakan (action) atau reaksi dari suatu objek atau organisma. Perilaku dapat berupa sadar (conscious) atau tidak sadar (unconscious), terus terang (overt) atau diam-diam (covert), sukarela (voluntary) atau (involuntary) tidak sukarela (HM, 2007:11). HM (2007:26) menjelaskan lebih jauh bahwa menurut Theory of Reasoned Action (TRA), perilaku (behaviour) dilakukan karena individual mempunyai minat atau keinginan untuk melakukannya (behavioral intention). Menurut Sunyoto (2012:11) perilaku seseorang dipengaruhi dan dirangsang oleh keinginan, pemenuhan kebutuhan serta tujuan dan kepuasannya. Rangsangan timbul dari dalam dan dari luar. Rangsangan ini menciptakan dorongan pada seseorang untuk melakukan aktivitas. SAS No 82 dalam Kartika dan Provita, (2007) menyatakan bahwa sikap auditor menerima perilaku disfungsional merupakan indikator perilaku disfungsional aktual. Dysfunctional audit behavior merupakan reaksi terhadap lingkungan (Donnelly et al., 2003). Beberapa perilaku disfungsional yang membahayakan kualitas audit yaitu: Underreporting of time, premature sign-off, altering/ replacement of audit procedure. 19

Underreporting of time menyebabkan keputusan personel yang kurang baik, menutupi revisi anggaran, dan menghasilkan time pressure untuk audit di masa datang yang tidak diketahui. Premature sign-off merupakan suatu keadaan yang menunjukkan auditor menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam prosedur audit tanpa menggantikan dengan langkah yang lain (Irawati et al.,, 2005). Graham (1985) menyimpulkan bahwa kegagalan audit sering disebabkan karena penghapusan prosedur audit yang penting dari pada prosedur audit yang tidak dilakukan secara memadai untuk beberapa item. Sedangkan altering/ replacing of audit procedure adalah penggantian prosedur audit yang seharusnya yang telah ditetapkan dalam standar auditing. Paino et al., (2012) dari hasil penelitiannya menyimpulkan perilaku disfungsional audit merupakan masalah yang diterima berkaitan dengan penurunan kualitas audit. 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Karakteristik Personal Auditor terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perbedaan penerimaan auditor atas penyimpangan perilaku dalam audit, diantaranya adalah karakteristik personal auditor. Karakteristik personal yang mempengaruhi penerimaan penyimpangan perilaku diantaranya yaitu locus of control, turnover intention, dan kinerja (Donnelly et al.,2003; Hidayat Widi, 2012; 20

Irawati, 2005; Nadirsyah dan Zuhra, 2009; Pujaningrum dan Sabeni, 2012). Locus of control internal maupun eksternal memiliki pengaruh terhadap penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit, dimana individu yang memiliki internal locus of control berhubungan negatif dengan dysfunctional audit behaviour. Sedangkan seseorang yang cenderung memiliki locus of control eksternal berhubungan positif dengan dysfunctional audit behaviour. Individu dengan internal locus of control yang kuat cenderung memiliki level kerja yang lebih tinggi dan cenderung lebih sukses dibandingkan dengan eksternal (Greenberg dan Baron,1993:34). Pujaningrum dan Sabeni (2012) mengatakan bahwa individu akan terdorong oleh kepuasan dari kinerja mereka. Seseorang akan cenderung termotivasi ketika menyadari bahwa hasil kerjanya diterima dengan baik oleh orang lain dan dengan demikian akan mendorong mereka untuk terus berusaha meningkatkan kinerja. Perilaku disfungsional dapat terjadi pada individu dalam situasi dimana seseorang merasa dirinya kurang mampu untuk mencapai tujuan pribadi maupun organisasi dengan kinerja yang dihasilkannya sendiri (Gable dan Dangello, 1994 dalam Donnely et. al., 2003), sehingga hal ini mendorong individu tersebut untuk melakukan penyimpangan perilaku demi mencapai tujuannya. Auditor yang memiliki tingkat turnover yang tinggi cenderung memiliki penerimaan perilaku disfugsional audit yang tinggi pula. Tingkat 21

turnover juga dapat dikaitkan dengan kinerja. Seseorang yang berkinerja baik cenderung bertahan dalam organisasi dibandingkan dengan yang berkinerja kurang memuaskan. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh adanya penghargaan untuk individu yang memiliki kinerja bagus dan tekanan untuk individu dengan kinerja kurang baik atau di bawah standar. Salah satu teori yang direkomendasikan (Siegel dan Marconi,1989 dalam Fatimah, 2012 ) dalam memprediksi sikap dan perilaku adalah Theory of attitude change yang terdiri atas berbagai macam teori yang dinaunginya, contohnya Dissonance Theories dan Functional Theory. Dissonance theory menjelaskan bahwa ketidaksesuaian memotivasi seseorang untuk mengurangi atau mengeliminasi ketidaksesuaian tersebut. Implikasinya ketika seorang auditor memiliki ketidaksesuaian tuntutan terhadap tekanan ataupun keadaan yang berlawanan (banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan padahal terdapat keterbatasan sumber daya yang dimiliki), auditor tersebut akan berupaya mengeliminasi ketidaksesuaian tersebut mungkin dengan membuat prioritas dan menghilangkan sesuatu yang dianggap tidak begitu penting. Sedangkan teori fungsional dari perubahan sikap menyatakan bahwa sikap berlaku untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Seorang auditor dapat melakukan tindakan apapun termasuk perilaku menyimpang untuk memenuhi kebutuhan akan kesesuaian tuntutan yang diperolehnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawati, dkk (2005) melakukan penelitian terhadap auditor di kantor akuntan publik di DKI 22

Jakarta. Penelitian tersebut membuktikan bahwa karakteristik personal auditor berhubungan positif dengan penerimaan dysfunctional audit behavior. Selain Irawati, dkk (2005) penelitian yang dilakukan oleh Harini et al., (2010); Nadirsyah dan Zuhra (2009); Fittriany et al., (2010); Kartika dan Wijayanti (2007); Pujaningrum dan Sabeni (2012); Hidayat Widi (2012); Paino et al., (2011); dan Yuniarti rita (2012) juga memberikan bukti empiris adanya hubungan karakteristik personal auditor terhadap perilaku disfungsional audit. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis : H 1 : Karakteristik personal auditor berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. 2.2.2 Pengaruh Time Budget Pressure terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit Dalam kondisi normal, estimasi penyediaan jumlah waktu yang dialokasikan untuk suatu proses audit harus tersedia karena hal tersebut akan dijadikan dasar untuk estimasi biaya audit, alokasi pekerjaan personal staf dan untuk evaluasi kinerja staf auditor. Keterbatasan dalam waktu yang telah ditetapkan untuk penugasan akan menyebabkan auditor bekerja di bawah tekanan waktu sehingga pekerjaannya akan dilakukan lebih cepat, menyebabkan kemungkinan auditor mengabaikan beberapa proses audit dan hanya menyelesaikan yang penting-penting saja. Tekanan anggaran waktu merupakan gambaran normal dari sistem pengendalian auditor. Tekanan yang dihasilkan oleh anggaran waktu yang sangat ketat 23

secara konsiten berhubungan dengan penyimpangan perilaku (Christina, 2003). Menurut Robbins (2006), logika yang mendasari teori U terbalik adalah bahwa stres pada tingkat rendah sampai sedang merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuan bereaksi. Tetapi sebaliknya, apabila tingkat stres dianggap berlebihan maka akan menempatkan tuntutan yang tidak dapat dicapai, yang mengakibatkan kinerja menurun.teori U terbalik dinyatakan sesuai dengan kondisi ketika auditor berada dalam suatu tekanan anggaran waktu. Hal ini relevan dengan tekanan anggaran waktu sangat besar akan menyebabkan tingkat stres yang tinggi yang berpengaruh terhadap penerimaan prilaku disfungsional audit. Sebaliknya jika tekanan anggaran waktu yang rendah berpengaruh terhadap penurunan kemungkinan terjadinya perilaku disfungsional audit. Menurut Suprianto, 2009 dalam penelitiannya menyatakan ketika time budget pressure meningkat, maka perilaku disfungsional audit juga akan meningkat. Misalnya, tekanan waktu yang berkaitan dengan tenggang waktu dan hasil anggaran di premature sign-off dari langkahlangkah program audit (Alderman dan Deitrick, 1982) Menurut Svanberg dan Ohman, 2013, penilaian risiko dan ukuran sampel berkurang ketika auditor berada dalam tekanan waktu. Berdasarkan penjabaran penelitianpenelitian terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar peningkatan time budget pressure maka akan meningkatkan penerimaan 24

perilaku disfungsional audit. Jadi hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H 2 : Time budget pressure berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. 2.2.3 Time Budget Pressure Memoderasi Pengaruh Karakteristik Personal Auditor terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit Tekanan anggaran waktu yang dihadapi oleh auditor profesional dalam bidang pengauditan dapat menimbulkan stress yang tinggi dan mempengaruhi sikap, niat, dan perilaku auditor. Para auditor cenderung untuk memilih berusaha keras untuk mencapai anggaran yang ditetapkan daripada memilih profesionalisme kerja ketika dihadapkan pada anggaran yang ketat dan sukar dicapai. Hal tersebut karena pentingnya pencapaian anggaran oleh seorang auditor sebagai evaluasi kinerja dalam melaksanakan tugasnya yang sangat berpengaruh terhadap karirnya (Christina, 2003). Auditor terkadang melakukan eksploitasi beragam penyimpangan perilaku untuk mencapai anggaran yang telah ditetapkan. Pada kondisi dimana anggaran waktu dirasakan tidak dapat dicapai, frekuensi perilaku audit disfungsional berada pada level tertinggi. Teori kurva U terbalik adalah model yang paling banyak digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tekanan dan kinerja. Menurut Robbins (2006), logika yang mendasari teori U terbalik adalah bahwa stres pada tingkat rendah sampai sedang merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuan bereaksi. Tetapi sebaliknya, apabila tingkat stres dianggap 25

berlebihan maka akan menempatkan tuntutan yang tidak dapat dicapai, yang mengakibatkan kinerja menurun. Hal ini relevan dengan tekanan anggaran waktu sangat besar akan menyebabkan tingkat stres yang tinggi yang berpengaruh terhadap karakteristik personal auditor sehingga melakukan perilaku disfungsional audit. Hasil penelitian Lautania (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi time budget pressure, maka kinerja auditor juga semakin buruk. Christina (2003) juga membuktikan bahwa tekanan anggaran waktu memungkinkan munculnya perilaku disfungsional. Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini diprediksi semakin meningkat tekanan anggaran waktu yang dirasakan, maka akan dapat mengubah karakteristik personal auditor yang dimiliki sehingga dapat meningkatan perilaku audit disfungsional dalam pelaksanaan program audit. Sesuai dengan prediksi tersebut, hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: H 3 : Time budget pressure memperkuat pengaruh karakteristik personal auditor terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. 26