III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai bulan Februari

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode observasi. odorata dilakukan pada 3 lokasi yang berbeda berdasarkan bentuk lahan,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. telah disinggung di atas. Tahap pertama dilaksanakan di PT Great Giant

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea (Gambar 1).

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. tiga tipe kebun kakao di Desa Cipadang. Secara administratif, Desa Cipadang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan pertanaman tebu di PT. Gunung Madu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITAN

III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit PTPN 7 Unit Usaha

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Studi Rehabilitasi Tanah yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

III. METODE PENELITIAN. zona intertidal pantai Wediombo, Gunungkidul Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Februari 2014 di Pekon

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

BAB 2 BAHAN DAN METODA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

BAB III METOE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

III. BAHAN DAN METODE

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Perkebunan pisang PT Nusantara Tropical Farm (NTF) terletak di

BAB III METODE PENELITIAN. segala cara untuk menetapkan lebih teliti atau seksama dalam suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu

BAHAN DAN METODE. Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV ED100 VHS (b)

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

Transkripsi:

23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai bulan Februari 2014 di perkebunan kopi rakyat yang menanam spesies Coffea robusta di Pekon Ngarip, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus dan Pekon Gunung Terang, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat bekerjasama dan di bawah program World Wide Fund for Nature-Indonesia (WWF-Indonesia). Identifikasi jenis-jenis semut yang telah dikoleksi dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian dan Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. a. Kondisi Umum Wilayah Penelitian 1. Pekon Ngarip Pekon Ngarip merupakan wilayah penelitian yang berada di Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung dengan luas wilayah 3.600 ha. Wilayah penelitian sebagian besar merupakan 23

24 dataran tinggi yang berada pada ketinggian 850-1.200 m di atas permukaan laut (Gambar 3). Skala 1:200.000 Gambar 3. ( ) Lokasi Penelitian Pekon Ngarip Ulu Belu. Sumber: World Wide Fund for Nature, 2013. Lahan di Pekon Ngarip terdiri dari lahan perkebunan, lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, dan lahan hutan, dengan luas dan produktivitas lahan Pekon Ngarip yang beragam (Tabel 1).

25 Tabel 1. Luas penggunaan dan produktivitas lahan Pekon Ngarip Lahan Luas (ha) Produktivitas (ton/ha) Kopi 1.400 0,8 Lada 2,5 0,5 Kakao 10 0,6 Sawah 62 3 Hutan 1,837 - Hkm 1.446,88 Belum tercatat Keterangan: Hkm = Hutan kemasyarakatan Sumber: Monografi Pekon Ngarip, 2010. 2. Pekon Gunung Terang Pekon Gunung Terang merupakan wilayah penelitian yang berada di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung dengan total luas wilayah perkebunan kopi 580 ha. Perkebunan kopi organik di Pekon Gunung Terang baru diterapkan pada 28,55 ha sejak tahun 2004 setelah selama ± 20 tahun (1985-2003) digunakan pestisida sintetik yang berakibat pada penurunan kualitas biji kopi yang disebabkan oleh tingginya residu yang terdapat pada biji kopi yang dihasilkan (Monografi Pekon Gunung Terang, 2011). Wilayah penelitian di Pekon Gunung Terang sebagian besar merupakan dataran tinggi yang berada pada ketinggian 850-1.200 m di atas permukaan laut. Secara Administratif Pekon Gunung Terang berbatasan dengan : - Sebelah Barat : Pekon Sinar Jaya - Sebelah Timur : Pekon Gedung Surian Kec. Gedung Surian - Sebalah Utara : Pekon Sinar Jaya

26 - Sebelah Selatan : Pekon Rigis Jaya Lahan di Pekon Gunung Terang terdiri dari lahan perkebunan, lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, dan lahan hutan (Gambar 4). Gambar 4. Peta penggunaan lahan Pekon Gunung Terang. Sumber: Monografi Pekon Gunung Terang, 2011.

27 B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu neraca Ohauss yang digunakan untuk menimbang pakan alternatif, gunting dan pisau untuk memotong tali rafia yang digunakan untuk mengikat sarang buatan ke batang atau cabang tanaman kopi, tali rafia untuk mengikat serasah ke batang kopi, kain putih berukuran 1m untuk menadah semut, botol film yang digunakan sebagai wadah untuk semut yang berhasil dikoleksi, lup (kaca pembesar) dan Mikroskop Stereo SZ51 yang digunakan untuk mengamati bagian-bagian tubuh semut dan membantu dalam proses identifikasi semut, cawan petri yang digunakan untuk meletakkan semut agar mempermudah proses pengambilan semut, pinset yang digunakan untuk memisahkan semut, jarum pentul digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian semut selama proses identifikasi. Adapun bahan yang digunakan yaitu serasah yang berasal dari daun kopi sebagai sarang buatan, susu, keju, nasi, dan kepala ikan yang digunakan sebagai pakan alternatif semut, alkohol 70% yang digunakan untuk mengawetkan semut dan kapas yang digunakan untuk meletakkan susu ke dalam sarang.

28 C. Prosedur Kerja 1. Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pada 4 tipe kebun kopi yaitu kebun kopi organik dengan naungan, kebun kopi organik tanpa naungan, kebun kopi anorganik dengan naungan, dan kebun kopi anorganik tanpa naungan dan masing-masing kebun dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Pada setiap tipe kebun kopi yang digunakan diambil 10% dari jumlah pohon dalam 1 ha luas kebun yaitu 25 pohon sampel yang ditetapkan secara purposive sampling berdasarkan kemelimpahan semut pada kanopi kopi yang teramati secara visual. 2. Cara Kerja Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan kerja, yaitu: a. Tahap Persiapan Tahap persiapan terdiri atas penelitian pendahuluan, penyediaan sarang, dan penyiapan umpan. 1). Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan dan menandai pohon yang digunakan berdasarkan tipe kebun kopi.

29 2). Penyediaan sarang Sarang terbuat dari daun kopi kering yang banyak terdapat di areal kebun kopi. Pembuatan sarang dilakukan dengan cara melipat dan menggabungkan 7 daun kopi kering membentuk kerucut, kemudian diikat secara menggantung pada cabang pertama pohon kopi dengan tali rafia. Sarang dipasang secara acak pada 20 pohon kopi. 3). Pembuatan umpan Umpan dibuat menggunakan susu kental manis sebanyak 5 ml, kepala ikan 5 gr, nasi 5 gr dan keju 5 gr. Pemberian pakan ini dengan menggunakan kapas yang kemudian diletakkan pada sarang yang telah disiapkan. Untuk kepala ikan tidak diletakkan tepat di dalam sarang melainkan diletakkan menumpang dan diikat di atas sarang yang telah dibuat hal ini dilakukan agar kepala ikan tidak membusuk di dalam sarang yang lembab. b. Tahap Koleksi Semut Pengoleksian semut dilakukan pada 4 tipe kebun kopi yaitu kebun kopi organik naungan milik Bapak Muhasin, Bapak Ujang dan Bapak Aryanto, kebun kopi organik tanpa naungan milik Bapak Yusril, Bapak Suyuti dan Ibu Minarni, kebun kopi anorganik naungan milik Bapak

Sugito, Bapak Kiban, dan Bapak Marsono serta kebun kopi anorganik tanpa naungan milik Bapak Sugiarto, Bapak Kupit, dan Ibu Sri. 30 Tahap koleksi sampel semut menggunakan 2 teknik yaitu: 1. Teknik pasif dengan menggunakan umpan (bait). 2. Teknik aktif dengan menggunakan beating sheet (Yamane dan Magata, 1989; Agosti et al., 2000; Gullan dan Cranston, 2005). 1. Teknik Pasif Teknik pasif dilakukan dengan pemberian umpan yang diletakkan pada cabang pohon. Umpan diletakkan pada 20 pohon kopi dan masing-masing umpan diletakkan pada pohon yang berbeda dan berdasarkan tipe kebun yang digunakan dalam penelitian. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan spesimen semut yang tertarik pada umpan. Sarang dan umpan diambil kembali setelah 3 hari. Semut yang berhasil didapatkan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol film yang sudah berisi alkohol 70 %. 2. Teknik Aktif Teknik aktif ini menggunakan penadah dengan cara beating sheet. Penggunaan penadah dilakukan dengan menaruh kain putih berukuran 1 m 2 di cabang pertama kemudian ranting digoyang atau dipukul-pukul menggunakan kayu selama 3 menit pada pagi hari pukul 08.00, siang hari pada pukul 12.00, dan sore hari pada pukul 16.00. Banyaknya pohon kopi yang digunakan pada teknik ini yaitu

31 5 pohon kopi pada setiap tipe kebun. Semut yang berhasil dikoleksi kemudian dimasukkan ke dalam botol film yang sudah berisi alkohol 70 %. c. Tahap Identifikasi Semut Identifikasi semut dilakukan dengan menggunakan lup atau kaca pembesar di lapangan dan menggunakan Mikroskop Stereo SZ51 di laboratorium. Semut yang di identifikasi merupakan semut-semut yang berhasil dikoleksi baik pada teknik pasif dengan umpan (bait) maupun teknik aktif dengan beating sheet. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi jenis-jenis semut yang telah didapatkan yaitu diambil semut yang telah dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah terdapat tisu dan dibasahi dengan alkohol 70%, dilihat bagian petiole dan postpetiole menggunakan mikroskop, lup, atau kaca pembesar (Hasmi et al., 2006), dilihat bagian alat mulut (mandibula, klipeus, dan palpus), antena, mata, dan lobus frontal (Agosti et al., 2000), dilihat bagian tungkai yang meliputi ruas-ruas coxa, femur, tibia, dan tarsus (Bolton, 2003) kemudian dilakukan identifikasi semut menggunakan buku panduan identifikasi semut yaitu Hashimoto (2003) sampai dengan tingkat genus.

32 d. Pengamatan Perilaku Semut Semut yang diamati perilakunya yaitu semut dominan disetiap tipe kebun kopi dan berdasarkan hasil analisis Prominence Value dengan menggunakan rumus (Norton, 1978) yaitu: a). Frekuensi Frekuensi Absolut (FA) (FA) = Frekuensi Relatif (FR) = b). Densitas (Kelimpahan) Kelimpahan Absolut (KA) = jumlah individu pada setiap sampel Kelimpahan Relatif (KR) KR = c). Prominence Value (PV) PV = KA Keterangan: FA = KA = Kelimpahan Absolut Pengamatan perilaku semut dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 wib sampai sore hari pukul 17.00 wib dan pengamatan dilakukan selama 10 menit di setiap jamnya. Adapun yang ingin diketahui dari studi perilaku ini yaitu aktivitas dan jumlah semut yang bergerak ke arah

33 kanopi dan yang meninggalkan kanopi meliputi aktivitas interaksi (komunikasi), membawa makan, serta pemindahan telur, larva, atau pupa. Pengamatan perilaku semut ini dilakukan dengan urutan kerja yaitu: 1. Melakukan analisis data berdasarkan analisis prominence value untuk mengetahui semut dominan dan diamati perilakunya. 2. Pengamatan perilaku semut dilakukan pukul 07.00-17.00 wib dan dilakukan selama 10 menit untuk setiap jamnya selama 3 hari efektif. 3. Perilaku semut yang diamati berupa aktivitas dan jumlah semut yang bergerak ke arah kanopi dan yang meninggalkan kanopi meliputi aktivitas pemindahan telur, larva, atau pupa, membawa makan, dan interaksi (komunikasi). D. Analisis Data Untuk mengetahui Indeks Keanekaragaman, Indeks Kemerataan, Indeks Dominansi, dan Indeks Kemelimpahan semut di keempat tipe kebun yaitu kebun organik dan anorganik dengan naungan dan tanpa naungan dilakukan analisis data menggunakan rumus: a. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H ) menurut Odum (1993). Pi = Ni/Ntotal

34 Keterangan: H = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener Pi = Proporsi individu spesies Ni = Jumlah individu spesies i Tabel 2. Kriteria Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (Magguran, 1988). No Kriteria Indeks Keanekaragaman Jenis 1. H 1,0 Keanekaragaman jenis rendah, terdapat tekanan yang tinggi sehingga kestabilan ekosistem rendah. 2. 1,0 H 3,32 Keanekaragaman jenis sedang, terdapat tekanan yang sedang dan kestabilan ekosistem masih dikatakan cukup baik. 3. H 3,32 Keanekaragaman Tinggi,tidak terdapat tekanan yang berarti sehingga kestabilan ekosistem masih tetap tinggi. b. Indeks Kemelimpahan (Di) menurut Odum (1993). Di = Keterangan: ni = Jumlah individu dari spesies ke-i A = Luas area pengambilan contoh Adapun data perilaku yang meliputi aktivitas pemindahan telur, larva, pupa, membawa makan, dan interaksi (komunikasi) selanjutnya dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANARA) dan apabila hasil yang diperoleh berbeda nyata maka dilanjut dengan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf signifikansi ( ) 5% dan dilanjutkan dengan pembahasan secara deskriptif.

35 E. Diagram Alir Penelitian Tipe Kebun Kopi Organik - 25 Pohon Kopi Organik Naungan - 25 Pohon Kopi Organik Tanpa Naungan Anorganik - 25 Pohon Kopi Anorganik Naungan - 25 Pohon Kopi Anorganik Tanpa Naungan - Teknik Aktif (Beating sheet) (5 pohon disetiap tipe kebun yang digunakan) Dengan menggunakan kain sebagai penadah dan kayu sebagai alat pengetok - Teknik pasif/umpan (Bait) (5 pohon untuk masing-masing umpan dan pada tipe kebun yang digunakan) - 5 ml susu indomilk - 5 gr nasi - 5 gr keju - 5 gr kepala ikan Identifikasi sampel semut yang telah dikoleksi sampai dengan tingkat genus - Menghitung jumlah masing-masing sampel semut - Analisis Keragaman (H ) dan Kemelimpahan (Di) genus semut di masing-masing tipe kebun - Analisis data berdasarkan analisis Prominence Value Pengamatan perilaku semut pukul 07.00-17.00 dan 10 menit di setiap jamnya selama 3 hari efektif - Mengamati aktivitas semut - Menghitung jumlah semut - Mengetahui masa aktif semut Analisis ANARA pada taraf signifikansi α 5% apabila hasil yang didapatkan berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji BNT