BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti,

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi industri seperti sekarang ini, persaingan di bidang industri

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini, menuntut perusahaan berlomba-lomba untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB I PENDAHULUAN. Vesta (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. negeri. Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan keselamatan kerja mulai menjadi perhatian di negara-negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era-globalisasi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. akal sehingga dapat merencanakan sesuatu, menganalisa yang terjadi serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. memajukan perusahaan. Setiap karyawan berhak mendapatkan keselamatan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja pada bidang tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang sangat strategis

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Yuda Rizky, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian penting dalam proses produksi (Ramli, 2009). kematian sebanyak 2,2 juta serta kerugian finansial 1,25 Triliun USD.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014) Gambar 1.1 Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pemerintah Indonesia banyak menghadapi tantangan yang tidak dapat dihindari yang mana ditandai dengan perdangan bebas. Meningkatnya teknologi informasi, komunikasi dan transportasi. Sehingga hubungan antar bangsa yang tiada batas melanda seluruh dunia hingga pada saat ini sudah dapat dirasakan dampaknya. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang dimulai awal tahun 2016 merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari persaingan kualitas tenaga kerja ataupun produk dengan negara-negara di dunia. (1) Perdagangan bebas menuntut para praktisi bisnis untuk lebih memperhatikan hal-hal yang terkait dengan penyediaan lingkungan kerja yang sehat, nyaman, dan aman. Tidak hanya bagi para pekerjanya tapi juga semua pihak terkait aktivitas bisnisnya. Tuntutan keselamatan kerja perusahaan harus menyediakan perlengkapan pengaman untuk tenaga kerja dalam setiap pekerjaan yang akan dilakukan di lapangan (2). Kegiatan Industri telah terbukti memberikan kontribusi penting dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi disemua negara di dunia termasuk Indonesia, baik yang di selenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. (3) Menurut permenaker RI no.04 tahun 1993, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang bisa atau wajar dilalui. (4)

Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja terhadap para pekerja adalah unsur penting dalam mencapai kondisi lingkungan kerja yang baik di dalam keseluruhan arus konteks globalisasi ekonomi dewasa ini. Agar tercapai kondisi lingkungan kerja yang baik dan sehat tersebut tentu saja hanya dengan strategi manajemen yang dapat memberikan dorongan kuat untuk dapat melakukan identifikasi, evaluasi, dan pengendalian hazard dan risiko ditempat kerja secara rutin dengan pendekatan holistic, saling terkait dan fleksibel didalam mengintegrasikan bagian dari lingkaran bisnis perusahaan dan seluruh jajaran struktur organisasi yaitu pengusaha, pekerja dan pemerintah. (5) Setiap kejadian kecelakaan kerja ternyata menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, baik berupa kerugian bersifat ekonomi, dalam bentuk kerusakan, hilangnya waktu kerja, biaya perawatan dan pengobatan, menurunnya jumlah mutu dan produksi, maupun kerugian yang berupa penderitaan karena cedera, Cacat atau bahkan kematian. Sesuai dengan persyaratan peraturan pemerintah no. 50 tahun 2012 pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa pengusaha harus menyusun kebijakan dengan melakukan tinjauan awal identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Produk barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan (6, 7) rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai

peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. (8) Menurut World Health Organization (WHO) dan International Labor Organization (ILO), Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja setinggi-tingginya. Sudah pasti setiap perusahaan ingin menghasilkan produktivitas yang tinggi dan menginginkan tenaga kerja yang berprestasi, untuk mewujudkan hasil yang maksimal tentunya perusahaan memerlukan berbagai upaya untuk mengelola risiko dengan baik, dengan menggunakan pendekatan manajemen risiko. (9) Mengenali risiko adalah salah satu upaya untuk meminimalisir kemungkinan kerugian. Setalah kita mengenal risiko maka kita akan mengetahui apa yang harus kita lakukan untuk menghindari risiko tersebut. Salah satu teknik analisa bahaya yang sangat popular dan banyak digunakan dilingkungan kerja adalah dengan metode Job Safety Analysis (JSA). (10) Menurut ILO, Setiap 15 detik seorang pekerja meninggal dari kecelakaan kerja atau penyakit. Setiap 15 detik 153 pekerja mengalami kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Setiap hari 6.300 orang meninggal akibat kecelakaan kerja atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Lebih dari 2,3 juta kematian per tahun. 317 juta kecelakaan terjadi pada pekerjaan per tahun, banyak dari kecelakaan yang mengakibatkan absen panjang dari pekerjaannya. 4 % Gross Domestic Product (GDP) yang artinya US$ 1.251.353 juta hilang oleh karena membiayai cedera, kematian dan penyakit. (11) Menurut data Jamsostek, angka kecelakaan kerja di Indonesia cendrung meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2010 terdapat 98.711, tahun 2011 terdapat

99.491 kasus, tahun 2012 103.074 kasus dan 103.283 kasus kecelakaan kerja pada tahun 2013. Menurut Jamsostek untuk wilayah Sumatera Barat, kasus kecelakaan kerja adalah sebanyak 3.235 kasus kecelakaan kerja pada tahun 2009-2012, dan tahun 2013 bulan Januari hingga Mei sebanyak 451 kasus. Sedangkan jumlah kecelakaan kerja di Kota Padang berjumlah 771 kasus pada tahun 2014 yang terhitung hingga bulan September. Menurut data yang didapatkan dari BPJS Ketenagakerjaan Kota Padang pada bulan Januari terdapat 74 kasus, Februari 77 kasus, Maret 84 kasus, April 94 kasus, Mei 85 kasus, Juni 98 kasus, Juli 79 kasus, (12, 13) Agustus 85 kasus dan September 95 kasus. PT. Batang Hari Barisan (BHB) bergerak pada bidang pengolahan bahan baku getah karet. PT. Batang Hari Barisan (BHB) memproduksi satu jenis produk, yaitu produk SIR.20 dengan total produksi mencapai 21.000 ton per tahun. Produk SIR.20 tersebut dipasarkan ke Negara produsen ban, seperti Jepang, Eropa dan Amerika. Tenaga kerja PT. BHB berjumlah 224 orang yang terbagi dalam 15 bagian, baik shift harian maupun bulanan. Sejak januari 2007 hingga desember 2015 Angka kecelakaan kerja adalah 89 kasus kecelakaan kerja yang telah terjadi dan menyebabkan cacat dan cedera. Bagian yang terjadi kecelakaan kerja adalah bagian cutter 14 kasus, bagian gilingan 16 kasus, bagian press 19 kasus, bagian bengkel 12 kasus, dan timbangan 4 kasus dan selebihnya terjadi di luar pabrik (pada saat karyawan sedang menuju pabrik atau pulang dari pabrik ke rumah) (14). PT. Batanghari Barisan belum memiliki Sertifikasi ISO 14001 (Stadarisasi Manajemen Kesehatan Lingkungan), OHSAS 18001 (Standarisasi Sistem Manajemen K3) dan belum memiliki ahli K3 umum. Namun, sudah memiliki ISO 9001 (Standarisasi Manajemen Mutu) serta telah menetapkan kebijakan dasar tentang keselamatan saat bekerja seperti memakai APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai

dengan bidang pekerjaan tenaga kerja. Tapi walaupun sudah menerapkan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja secara sederhana namun tetap saja masih ada insiden kecelakaan kerja. (15) Peraturan pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja menyebutkan pada pasal 7 ayat 2 salah satu syarat dalam menyusun kebijakan K3 pengusaha paling sedikit harus melakukan tinjauan awal kondisi K3, salah satunya yaitu identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Dalam hal ini PT. Batanghari Barisan belum melakukan tiga hal tersebut. (16) Fakta ini menunjukkan bahwa potensi bahaya serta risiko kecelakaan kerja di PT. Batanghari Barisan belum teridentifikasi secara jelas, oleh sebab itu perlu dilakukan analisis risiko pekerjaan. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja di PT. Batanghari Barisan masih cukup tinggi dan masih perlu dikaji lagi sehingga bisa menemukan upaya dan solusi yang tepat sasaran agar angka kecelakaan kerja tersebut bisa diturunkan, bila perlu mencapai tujuan diterapkannya kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja yaitu zero accident. Dengan demikian, kerugian perusahaan akibat kecelakaan kerja bisa ditekan, efektivitas kerja bertambah dan produktivitas perusahaan akan meningkat. Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk mencari tahu bagaimana gambaran risiko pekerjaan di PT. Batanghari Barisan dengan pendekatan Job Safety Analysis (JSA) (12). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pekerjaan di PT. Batanghari Barisan pada tahun 2016?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pekerjaan di PT. Batanghari Barisan pada tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi potensial bahaya pada masing-masing tahapan pekerjaan di PT. Batanghari Barisan. 2. Menggambarkan penilaian tingkatan risiko kerja pada masing-masing tahapan pekerjaan di PT. Batanghari Barisan. 3. Menemukan upaya pengendalian risiko kecelakaan kerja yang lebih efektif dengan hierarki of control sesuai dengan system dan sumber daya di perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang kesehatan khususnya bidang kesehatan dan keselamatan kerja, khususnya mengenai pekerjaan di bidang pengolahan karet yang memiliki risiko. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Diharapkan dapat memberikan pengalaman dalam meneliti dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah. b. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan masukan untuk penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan keilmuan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja terutama tentang identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.

c. Bagi PT. Batanghari Barisan Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam upaya mengurangi kecelakaan kerja dan menjaga kesehatan pekerja sebelum, selama dan sesudah bekerja sehingga meningkatkan produktivitas perusahaan serta meningkatkan kesejahteraan pekerja. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berjudul identifikasi bahaya, Penilaian dan pengendalian risiko dengan pendekatan Job Safety Analysis (JSA) di PT. Batanghari Barisan tahun 2016. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2016 di 7 bagian Departemen Produksi PT. Batanghari Barisan yaitu Bagian Timbang, Bagian Gilingan, Bagian Ampaian, Bagian Cutter, Bagian Press, Bagian Packing dan Bagian Bengkel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahaya potensial, tingkatan risiko serta upaya pengendalian risiko di PT. Batanghari Barisan tahun 2016. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Kualitatif dalam bentuk Deskriptif. Analisis yang digunakan adalah Job Safety Analysis (JSA) lengkap dengan tabel matriks penilaian risiko untuk mengetahui bahaya potensial, tingkatan risiko serta upaya pengendalian yang disarankan.