Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (570) :

dokumen-dokumen yang mirip
Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (22):

EFEK INTERAKSI PEMBERIAN SILIKAT DAN MIKORIZA PADA ANDISOL TERHADAP P-TERSEDIA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

SKRIPSI OLEH : DESI SIMANJUNTAK

SKRIPSI. Oleh : YULI SAGALA/ ILMU TANAH

APLIKASI MIKROBA PELARUT FOSFAT DAN SUMBER BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KENTANG

Campuran Tulang Sapi Dengan Asam Organik Untuk Meningkatkan P- Tersedia dan Pertumbuhan Tanaman Jagung di Inceptisol

Pemberian Bahan Organik Kompos Jerami Padi dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung

SKRIPSI OLEH : SAMUEL T Z PURBA AGROEKOTEKNOLOGI ILMU TANAH

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

Coressponding author : ABSTRACT

SKRIPSI. Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH SYA BI AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH

EFISIENSI PEMUPUKAN P TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH ANDISOL DAN ULTISOL SKRIPSI OLEH

Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Bahan Organik untuk Meningkatkan Serapan P dan Pertumbuhan Kentang Pada Andisol Terdampak Erupsi Gunung Sinabung

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PEMBERIAN FERMENTASI URIN MANUSIA SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG DI TANAH INSEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Soilrens, Volume 14 No.2 Tahun 2016

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

UJI METODE PENGUKURAN Al dd EKSTRAKTAN KCl DAN LaCl 3 DALAM MENETAPKAN KEBUTUHAN KAPUR DI TANAH ULTISOL MASAM SKRIPSI OLEH :

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT PEMBERIAN KOMBINASI BAHAN ORGANIK DAN SP 36 PADA TANAH ULTISOL LABUHAN BATU SELATAN

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (551) :

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

PENGARUH PENGAPURAN DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merril

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.2: , Maret 2015

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.3, Juli 2017 (81):

RESPONS PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK ORGANIK CAIR

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : Vol.2, No.3. Desember (38) :

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

Urea fertilizer and goat manure application for increasing N Total on Inceptisol Kuala Bekala and corn growth ( Zea mays L. )

OLEH : REZEKI AYU CITRA UTAMA ILMU TANAH

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

SKRIPSI. Oleh : ERNIKA SEPTYMA BR PARDEDE/ AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG DIBERI PUPUKKANDANG AYAM DENGAN KERAPATAN TANAM BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

SKRIPSI OLEH : RIRI AZYYATI / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.2, No.2 : , Maret 2014

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM POLA TUMPANG SARI SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Umum Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI(Glycine max.l Merill) KANDANG AYAM SKRIPSI

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH TERHADAP BAHAN ORGANIK Tithonia diversifolia DAN PUPUK SP-36 ABSTRACT

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L,) VARIETAS KUNING TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS KASCING DAN PUPUK NPK

JurnalAgroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.6.No.1, Januari 2018 (3): 14-19

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NPK

BAHAN METODE PENELITIAN

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L. Lam) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS JERAMI PADI SKRIPSI OLEH:

570. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

PENGARUH PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA BEBERAPA VARIETAS KENTANG (Solanum tuberosum L.) SKRIPSI

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI

EKSPLORASI DAN POTENSI JAMUR PELARUT FOSFAT PADA LAHAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. TOBA PULP LESTARI SEKTOR PORSEA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PHOSPAT DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BENGKUANG (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa Jarak Tanam

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kasa, Laboratorium Kesuburan dan

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (578) :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFISIENSI PEMUPUKAN P TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH ANDISOL DAN ULTISOL ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L. ) PADA BERBAGAI TINGKAT PEMBERIAN AIR SKRIPSI

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP BEBERAPA KOMPOSISI KOMPOS KULIT BUAH KAKAO DENGAN SUBSOIL ULTISOL DAN PUPUK DAUN

PENGARUH RIZOBAKTERI DAN PUPUK FOSFAT DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TETUA BETINA JAGUNG HIBRIDA

Respons Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae var. acephala)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SKRIPSI OLEH :

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine Max L. (MERILL)) DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI OLEH : MARIA MASELA S. SITANGGANG/ AGROEKOTEKNOLOGI

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) TERHADAP KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN AIR KELAPA SKRIPSI OLEH :

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Terhadap Pemberian Pupuk Bokashi dan Frekuensi Pembumbunan

SKRIPSI OLEH: KARTIKA SRY NINGSIH AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA (Mucuna bracteata D.C) SECARA STEK PADA MEDIA TANAM LIMBAH KELAPA SAWIT DAN MIKORIZA SKRIPSI OLEH :

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.2, April 2017 (33):

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSIUBI JALAR (Ipomoea batatas L.) TERHADAP TINGGI BEDENGAN DAN DOSIS PUPUK KANDANG AYAM SKRIPSI OLEH :

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Medan Pada Tanah Terkena Debu Vulkanik dengan Pemberian Bahan Organik

Transkripsi:

Pengaruh Pelarut Fosfat, Dan Pupuk Fosfat Untuk Meningkatkan Ketersediaan Dan Serapan P Tanaman Kentang Pada Andisol Terdampak Erupsi Eeffect of Solvent Fungi, Application Period And Phosphate Fertilizer In Increasing Absorption And Availlablity P of Potato In Eruption Impact of Andisol Dilly Pratikto Suandi, T. Sabrina*, Mariani Sembiring Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU Medan 20155 *Corresponding author: tdjunita14@yahoo.co.id ABSTRACT Andisol consist of total P in a huge amount however it is in unavailable form for plant to uptake. One of the treatment to increase phosphate available on soil by using fungi. The objective of research was to determine the effect from penicillium inoculum, the time of inoculum application and SP-36 fertilizer dosage in the growth of potato and soil P availability. The experiment design used was randomized block design with three factors and three replications. The first factor was the penicillium inoculum with three stages (10, 20 and 30 ml), the second factor was the application period with two stages (1 and 2 week after plant growth) and the third factor was SP-36 fertilizer dosage with three dosages (50, 75 and 100%) from dosage used by local farmer. The parameters were microorganism population, ph, total P, P available, shoot dry weight and P uptake by plant. The result showed that penicillium inoculum was able to increase total P, P available and shoot dry weight of potato. The interaction between 30 ml of penicillium inoculum, time of application inoculum at 2 week after plant growth and 50% dosage of phosphate produce the highest potatoes shoot dry weight. Keywords: Andisol, Penicillium inoculum, Time of application inoculum, Dosage SP-36. ABSTRAK Andisol merupakan tanah yang memiliki kandungan fosfat yang cukup tinggi namun tidak seluruhnya bisa diserap oleh tanaman. Salah satu upaya untuk meningkatkan fosfat terlarut dalam tanah yaitu memanfaatkan jamur yang dapat melarutkan P menjadi bentuk tersedia. Tujuan penelitian untuk mengukur pengaruh inokulum penicillium dengan waktu aplikasi inokulum penicillium dan dosis pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan tanaman kentang dan ketersediaan P pada tanah andisol. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama inokulum penicillium dengan 3 taraf (10, 20 dan 30 ml). Faktor kedua adalah waktu aplikasi inokulum (1 dan 2 minggu setelah tumbuh). Faktor ketiga adalah dosis pupuk SP-36 dengan 3 taraf (50, 75 dan 100%) dari dosis petani. Parameter yang diukur adalah populasi mikroorganisme, ph, P-total, P-tersedia, berat kering tajuk dan serapan P. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulum jamur mampu meningkatkan P-total tanah, P-tersedia tanah serta berat kering tajuk tanaman kentang. Interaksi antara inokulum penicillium 30 ml, waktu aplikasi 2 minggu setelah tumbuh dan pupuk fosfat 50% menghasilkan berat kering tajuk tanaman kentang yang tertinggi. Kata kunci: Andisol, inokulum penicillium, aplikasi inokulum, Dosis SP-36. 1777

PENDAHULUAN Kentang merupakan tanaman umbiumbianyang tumbuh baik pada suhu 16-18 C dan tumbuh di daerah pegunungan. Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang subur, mempunyai drainase yang baik, tanah liat yang gembur, debu berpasir, ph 5,0-6,5. Di daerah sumatera utara umumnya tanaman kentang ditanam di dataran tinggi karo, disekitaran gunung Sinabung. Tanah yang terletak di sekitar kaki gunung Sinabung didominasi oleh tanah Andisol. Andisol memiliki beberapa sifat yang menjadi kendala utama bagi pertumbuhan tanaman, yaitu retensi fosfat yang cukup tinggi (>85%) (Mukhlis, 2011). Sebagian besar P yang diberikan dalam bentuk pupuk diserap oleh bahan amorf menjadi tak tersedia bagi tanaman. Fosfor (P) tanah baru dapat tersedia oleh perakaran tanaman atau mikroba tanah melalui sekresi asam organik oleh akar atau mikroba. Mikroba yang dapat melarutkan P memegang peranan penting dalam sistem pertanian. Semua P berasal dari bahan induk, dan kebanyakan tidak larut kecuali pada kondisi tertentu. Enzim fosfatase digunakan mikroba dan tanaman untuk memperoleh P dari bentuk organik (Hanafiah et al, 2009). Hasil penelitian Fatmala (2015) diperoleh 4 genus JPF yang ditemukan pada tanah Andisol terdampak erupsi gunung Sinabung yaitu Aspergillus sp., Trichoderma sp., Penicillium sp.1 dan Penicillium sp.2 dan JPF yang mampu bertahan hidup hingga ketebalan Abu >8cm adalah Aspergillus sp. Berdasarkan hasil uji potensi media padat dan tanah Andisol Penicillium sp.2 memiliki kemampuan paling baik dalam melarutkan fosfat. Mikroorganisme pelarut fosfat dapat berupa bakteri (BPF), jamur (JPF), aktinomisetes atau khamir (Premono, 1998). Pada penelitian ini peneliti terfokus pada penggunaan jamur pelarut fosfat karena jamur pelarut fosfat dapat tumbuh optimum dibanding bakteri dan aktinomisetes pada kondisi masam (Ginting, 2006). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penggunaan jamur pelarut fosfat yang dikombinasikan dengan pemupukan P pada tanah Andisol terdampak erupsi gunung Sinabung pada tanaman kentang. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo dengan ketinggian tempat ± 800 meter di atas permukaan laut, pada bulan juli sampai oktober 2014. Bahan yang digunakan adalah Bibit kentang varietas Granola, jamur Penicillium sp pupuk SP-36 dan bahan pendukung lainya. Alat yang digunakan adalah cangkul, kantong pelastik, timbangan analitik, label dan alat pendukung lainya. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 faktor. Faktor pertama adalah inokulum jamur Penicillium sp (10, 20 dan 30 ml), faktor kedua adalah waktu aplikasi inokulum (1 minggu dan 2 minggu setelah tanaman tumbuh) dan faktor ketiga adalah dosis pupuk SP-36 (50, 75 dan 100%) dengan 3 kali ulangan. Data dianalisis dengan analisis ragam, jika terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan lahan dari segala jenis gulma dan membentuk bedengan berukuran 1 x 2 m. menyiapkan bahan tanam kentang varietas granola dan melakukan analisis awal tanah yang telah di ayak dengan ayakan 20 mesh, penanaman umbi dilakukan pada lubang tanam yang telah dibuat sebelumnya dengan kedalaman 3-5 cm. Setelah tanaman tumbuh aplikasi pupuk dasar dilakukan N (7.8g/tanaman), K (10g/tanaman) sesuai dengan dosis rekomendasi pemupukan dasar dan pupuk P sesuai dosis perlakuan. Pemberian faktor inokulum jamur penicillium 10, 20, dan 30 ml (18x10 9 CFU/mL) dilakukan pada 1 minggu setelah tanaman tumbuh bersamaan dengan pemupukan dasar dan perlakuan pupuk P (50, 75, dan 100%), lalu diaplikasikan kembali jamur pelarut 1778

fosfat pada minggu ke 2 setelah tanaman tumbuh dan pada minggu ke 3 setelah tumbuh aplikasi pupuk kembali dilakukan sesuai dengan perlakuan. Pemanenan dilakukan sampai masa vegetatif yaitu umur 45-50 hari, dengan mengambil bagian tajuk tanaman yang selanjutnya dilakukan pengovenan pada suhu 60-70 o C serta mengabil sampel tanah, penentuan pengambilan sampel dilakukan secara acak. Parameter yang diamati yaitu populasi total mikroorganisme tanah, ph tanah, P-total tanah, P-tersedia tanah, berat kering tajuk tanaman dan serapan P tanaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi Mikroorganisme Hasil dari populasi total mikroorganisme tanah dapat dilihat bahwa pemberian pupuk fosfat SP-36 berpengaruh nyata terhadap populasi mikroorganisme tanah, sedangkan pemberian inokulum jamur Penicillium sp dan waktu aplikasi serta ketiga interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap populasi mikroorganisme tanah (Tabel 2). Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian inokulum jamur penicillium sp 10 dan 20 ml, waktu aplikasi 2 minggu setelah tanaman tumbuh dan dosis pupuk SP-36 75% memberikan populasi total mikroorganisme yang paling tinggi yaitu 3.04x10 7 CFU/mL, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Adapun kecenderungan populas total mikroorganisme pada perlakuan 2 minggu setelah tanaman tumbuh mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari pada perlakuan 1 minggu setelah tanaman tumbuh. Tabel 1. Populasi total mikroorganisme pada perlakuan inokulum jamur penicillium sp, waktu aplikasi dan dosis pupuk SP-36 yang berbeda (10 7 ) A1 0.78 1.34 2.19 2.20 A2 1.80 3.04 2.08 3.46 A1 1.21 2.58 2.58 2.12 A2 2.37 3.04 2.08 2.50 A1 2.37 2.71 2.70 2.60 A2 2.58 2.71 2.58 2.63 Tabel 2. Dwi kasta rataan waktu aplikasi dan pupuk SP-36 P1 (50%) P2 (75%) P3 (100%) A1 1.45 2.21 2.49 2.06 A2 2.25 2.93 2.24 2.47 1.86 b 2.57 a 2.36 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat pemberian perlakuan dosis pupuk SP-36 secara statistik memberikan pengaruh yang nyata terhadap populasi total mikroorganisme tanah, dimana jumlah populasi total tertinggi yaitu pada perlakuan dosis pupuk SP-36 75% (2.57x10 7 CFU/mL) dan yang terendah pada dosis pupuk SP-36 50% (1.86x10 7 CFU/mL). Penambahan pupuk fosfat SP-36 75% (P2), mampu meningkatkan jumlah populasi total mikroorganisme pada tanah, ini dikarenakan jamur dapat berkembang dengan cepat apabila berada pada kondisi yang 1779

diinginkannya. Tanah Andisol merupakan jenis tanah yang memiliki ph masam yang dikehendaki jamur tersebut. Peningkatan ini terjadi karena jamur pelarut fosfat dapat tumbuh dan berkembang secara optimum dibandingkan bakteri dan aktinomisetes pada kondisi masam (Ginting et al,2006). ph Tanah Dari hasil sidik ragam pada parameter ph tanah, pemberian inokulum jamur Penicillium sp, waktu aplikasi dan dosis pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan ph tanah (Tabel 3). Tabel 3. ph tanah terhadap pemberian volume inokulum jamur Penicillium sp, waktu aplikasi dan dosis pupuk SP-36 yang berbeda. J1 (10mL) J2 (20mL) J3 (30mL) A1 3.86 4.09 5.09 4.34 A2 4.88 4.28 4.22 4.46 A1 4.40 4.70 5.12 4.74 A2 5.04 4.76 4.34 4.71 A1 4.79 4.26 4.00 4.35 A2 4.26 4.22 4.48 4.32 Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa ph tanah tertinggi pada perlakuan pemberian inokulum jamur Penicillium sp 30 ml, waktu aplikasi 2 minggu setelah tumbuh dan dosis pupuk SP-36 100% yakni 5.12, sedangkan ph terendah pada perlakuan pemberian inokulum jamur Penicillium sp 10 ml, waktu aplikasi 1 minggu setelah tumbuh dan dosis pupuk SP-36 50% yakni 3.86. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk P dapat meningkatkan ph tanah, walaupun ph tersebut tidak menunjukkan pengaruh yang nyata secara statistik.. Pemberian jamur pinicillium sp, waktu aplikasi dan dosis pupuk SP-36 yang berbeda sama sekali tidak mempengaruhi ph tanah secara statistik. Goenadi et al (1993) menyatakan bahwa fungi pelarut fosfat yang dominan di tanah adalah Penicillium dan Aspergillus dan fungipelarut fosfat yang dominan ditemukan di tanah masam Indonesia ialah Aspergillus niger dan Penicillium. Ini karena jamur tumbuh optimum pada ph tanah yang cendrung masam, tanah Andisol memiliki ph yang masam sehingga jamur tersebut dapat tumbuh baik dan tidak mempengaruhi ph tanah tersebut. P-Total Tanah Dari hasil perlakuan dan sidik ragam P- total tanah dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian inokulum jamur Penicillium sp berpengaruh nyata terhadap P- total tanah sedangkan waktu aplikasi, dosis pupuk SP-36 serta interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap P- total tanah (Tabel 4). 1780

Tabel 4. P- total tanah (ppm) terhadap pemberian volume inokulum jamur waktu aplikasi dan dosis pupuk SP-36 yang berbeda. A1 2965.51 3021.86 3042.05 3009.81 A2 2851.86 2660.10 2686.29 2732.75 Penicillium sp, 2871.28a A1 2585.31 2534.66 2681.72 2600.56 A2 2549.70 2423.32 2843.41 2605.48 2603.02b A1 2715.82 2958.15 2758.61 2810.86 A2 2833.62 2765.04 2787.83 2795.50 2803.18a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan inokulum jamur Penicillium sp memberikan hasil yang nyata terhadap nilai P- total tanah. Pemberian jamur Penicillium sp sebanyak 10 ml memberikan nilai P- total tertinggi yaitu 2871.28 ppm, dan nilai P- total yang terendah pada pemberian jamur Penicillium sp sebanyak 20 ml yaitu 2603.02 ppm. Pada pemberian dosis pupuk fosfat SP-36 mampu meningkatkan P- total tanah, seiring dengan meningkatnya dosis pupuk yang diberikan, dimana P- total tanah tertinggi yakni pada pemberian dosis pupuk SP-36 100% (P3) sebesar 3042.05 ppm dan yang terendah sebesar 2423.32 ppm pada dosis pupuk SP-36 75% (P2). Hal ini disebabkan adanya pemberian pupuk fosfat kedalam tanah yang mengakibatkan jumlah fosfat dalam tanah semakin meningkat seiring dengan pemberian jamur Penicillium sp kedalam tanah yang memiliki peran dalam menguraikan P dalam tanah menjadi tersedia. Hal ini sesuai pada penelitian Ginting et al (2006) menyatakan bahwa mikroorganisme pelarut fosfat yaitu mikroorganisme yang dapat melarutkan fosfat tidak tersedia menjadi tersedia dengan melepaskan asam-asam organik dan enzim fosfatase sehingga fosfat dapat diserap oleh tanaman. P-Tersedia Tanah Dari hasil perlakuan dan sidik ragam P-tersedia tanah dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian inokulum jamur Penicillium sp berpengaruh nyata terhadap P- tersedia tanah sedangkan waktu aplikasi dan dosis pupuk SP-36 serta interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap P- tersedia tanah (Tabel 5).

Tabel 5. P- Tersedia tanah (ppm) terhadap volume inokulum jamur Penicillium sp, waktu aplikasi dan dosis pupuk SP-36 yang berbeda A1 108.85 137.51 128.29 124.88 A2 120.41 89.45 98.97 102.94 113.91a A1 75.73 95.80 102.96 91.49 A2 88.37 85.37 117.70 97.14 94.32b A1 100.61 109.91 105.06 105.19 A2 96.05 118.38 132.37 115.60 110.39a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa perlakuan inokulum jamur Penicillium sp memberikan hasil yang nyata terhadap nilai P- tersedia tanah. Pemberian jamur Penicillium sp sebanyak 10 ml memberikan nilai P- tersedia yang tertinggi yaitu sebesar 113.91 ppm, dan nilai P- tersedia yang terendah terdapat pada perlakuan jamur Penicillium sp sebanyak 20 ml yaitu 94.32 ppm. Pemberian jamur Penicillium sp mampu meningkatkan P-tersedia, dimana P- tersedia tanah tertinggi yakni 113.91 ppm, pada pemberian jamur 10 ml (J1) dan yang terendah yakni 94,32 ppm pada perlakuan jamur 20 ml (J2). Hal ini disebabkan adanya peran dari jamur Penicillium sp yang dapat melarutkan P dalam tanah yang terjerap menjadi tersedia dalam tanah. Penelitian Hasanudin dan Gonggo (2004) bahwa pelarutan fosfat dalam tanah dapat ditingkatkan dengan adanya jamur pelarut yang dapat melepaskan asam-asam organik dan enzim fosfatase. Pada pemberian jamur 10 ml (J1) ternyata lebih efektif dalam meningkatkan P-tersedia dalam tanah dibandingkan pemberian 20 ml (J2) dan 30 ml (J3) hal ini dipengaruhi oleh proses metabolisme jamur dalam menguraikan P- tersedia dimana semakin kecil jumlah jamur yang diberikan maka cenderung mempercepat proses mineralisasi sehingga pelepasan fosfat akan meningkat seiring dengan peningkatan pada ph tanah pada pemberian jamur 10 ml. penelitian Soepardi (1983) menyatakan bahwa aktivitas mikroorganisme pelarut fosfat tergantung pada nilai ph yang sesuai bagi metabolisme mikroorganisme dan pelepasan fosfat akan meningkat dengan meningkatnya nilai ph dari asam ke netral. Berat Kering Tajuk Tanaman Dari hasil perlakuan dan sidik ragam berat kering tajuk tanaman dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian jamur Penicillium sp, waktu aplikasi dan dosis pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk tanaman (Tabel 6).

Tabel 6. berat kering tajuk tanaman (g) terhadap pemberian volume inokulum jamur Penicillium sp, waktu aplikasi dan dosis pupuk SP-36 A1 22.09b 19.65b 21.04b 20.92 A2 18.00b 10.71b 17.26b 15.32 A1 14.34b 16.94b 20.47b 17.25 A2 9.89c 15.16b 22.61b 15.88 A1 18.65b 22.70b 20.99b 20.78 A2 34.57a 20.24b 16.79b 23.86 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom dan baris yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT tumbuh (A2) dan dosis pupuk SP-36 50% Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa berat kering tajuk tanaman pada perlakuan jamur Penicillium sp 30 ml, waktu aplikasi 2 minggu setelah tumbuh dan dosis (P1) sedangkan yang terendah yaitu 9,89 g/tanaman yakni pada pemberian jamur Penicillium sp 20 ml (J2), waktu aplikasi 2 minggu setelah tumbuh (A2) dan dosis pupuk pupuk SP-36 50% nyata lebih tinggi SP-36 50% (P1). Faktor pemberian jamur dibandingkan dengan perlakuan lainnya yakni sangat berpengaruh meningkatkan berat 34.57 g/tanaman. Berat kering tajuk tanaman pada perlakuan jamur Penicillium sp 20 ml, kering tajuk tanaman kentang dibandingkan faktor waktu aplikasi dan dosis pupuk SP-36 waktu aplikasi 2 minggu setelah tumbuh dan yang diberikan. Pemberian jamur yang dosis pupuk SP-36 50% nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya yakni 9.89 g/tanaman. Jika inokulum jamur Penicillium sp diberikan pada 1 minggu pertama setelah berperan dalam meningkatkan P tersedia tanah, sehingga P tersebut dapat memenuhi kebutuhan P yang dibutuhkan tanaman, kemampuan jamur pelarut fosfat dalam meningkatkan P yang tidak tersedia menjadi tanaman tumbuh maka sebaiknya tersedia bagi tanaman melalui enzim fosfatase menggunakan jamur (10 ml) agar yang dihasilkannya yang dapat memutus mendapatkan hasil berat kering tanaman yang tertinggi. Namun jika jamur Penicillium sp itu diberikan pada 2 minggu setelah tanaman fosfat yang terikat oleh senyawa-senyawa organik sehingga meningkatkan serapan P oleh tanaman. tumbuh maka jamur Penicillium sp yang Mikroba pelarut fosfat dapat diberikan sebaiknya sebesar 30 ml agar mensubstitusi sebagian atau keseluruhan mendapatkan hasil berat kering tanaman yang tertingg. Berat kering tanaman yang diperoleh kebutuhan tanaman akan pupuk P. Unsur fosfat merupakan salah satu unsur makro pada 2 minggu setelah tumbuh dengan yang dibutuhkan oleh tanaman dalam peningkatan volume cenderung lebih tinggi mendukung pertumbuhannya pada fase dari pada pengaplikasian 1 minggu setelah tumbuh. Berdasarkan data berat kering tajuk vegetatif sehingga dapat meningkatkan bobot pada tanaman (Fitriatin et al, 2009). Hasil penelitian Goenadi dan Saraswati (1993) tanaman, berat kering tanaman kentang menunjukan kemampuan tiap tertinggi yaitu 34.57 g/tanaman yakni pada mikroorganisme pelarut fosfat selain interaksi pemberian jamur Penicillium sp 30 mengassimilasi fosfat yang dibebaskan, ml (J3), waktu aplikasi 2 minggu setelah dengan pelarutan fosfat oleh

mikroorganisme tersebut, maka fosfat dalam tanah meningkat dan dapat diserap oleh akar tanaman yang merupakan salah satu unsur makro yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan pada fase vegetatif tanaman. Serapan P Dari hasil sidik ragam pada parameter serapan P tanaman, pemberian inokulum jamur Penicillium sp, waktu aplikasi dan dosis pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap serapan P tanaman (Tabel 7). Tabel 7. serapan P tanaman (g/tanaman) terhadap pemberian inokulum jamur Penicillium sp, waktu aplikasi dan dosis pupuk fosfat SP-36 yang berbeda (MST) P3 P1(50%) P2 (75%) (100%) A1 4.53 3.85 5.23 4.53 A2 3.51 2.96 3.34 3.27 A1 3.41 3.14 4.53 3.69 A2 2.13 2.97 5.22 3.44 A1 4.34 5.45 4.57 4.78 A2 5.68 4.55 3.40 4.54 Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat serapan P tanaman kentang tertinggi pada perlakuan pemberian inokulum jamur Penicillium sp 30mL, waktu aplikasi 2 minggu setelah tumbuh dan dosis pupuk fosfat SP-36 50% yakni 5.68 g/tanaman, sedangkan yang terendah pada perlakuan pemberian inokulum jamur Penicillium sp (10 ml), waktu aplikasi 1 minggu setelah tumbuh dan dosis pupuk fosfat SP-36 (50%) yakni 2.13 g/tanaman. Pemberian jamur Penicillium sp, waktu aplikasi dan dosis pupuk SP-36 yang berbeda sama sekali tidak mempengaruhi terhadap serapan P tanaman secara statistik. Kemungkinan jamur Penicillium sp untuk menghasilkan enzim fosfatase juga di pengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitarnya, dimana kondisi tersebut tidak menguntungkan karena pada saat tersebut banyak terdapat debu-debu hasil erupsi sehingga jamur tidak bisa memproduksi enzim seperti yang diharapkan. Walaupun pada hakikatnya jamur mampu melepaskan ikatan P yang ada di tanah, ini dikarenakan tanah Andisol memiliki retensi P yang cukup tinggi (Mukhlis, 2011) dibandingkan dengan jenis tanah lainya. SIMPULAN Pemberian jamur Penicillium sp mampu meningkatkan P-total tanah, P-tersedia tanah, dan berat kering tajuk tanaman. aplikasi 2 minggu setelah tumbuh (A2) dan pupuk SP-36 sebesar (75%) meningkatkan jumlah populasi total mikroorganisme pada tanah dan Interaksi antara jamur Penicillium sp 30 ml (J3), waktu aplikasi 2 minggu setelah tumbuh (A2) dan dosis pupuk SP-36 (50%) menunjukkan hasil terbaik dalam berat kering tajuk tanaman sebesar 34.57 g/tanaman. DAFTAR PUSTAKA Fatmala, Viki. 2015. Eksplorasi dan Potensi Pelarut Fosfat pada Andisol Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung dengan Beberapa Ketebalan Abu di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo. J. Agroekoteknologi 3(3):11643-1168. Fitriatin, B. M., A. Yuniarti., O. Mulyani., F. S. Fauziah., dan M. D. Tiara. 2009. Pengaruh Mikroba Pelarut Fosfat dan

Pupuk P terhadap P Tersedia, Aktivitas Fosfatase, P Tanaman dan Hasil Padi Gogo pada Ultisol. J. Agric.20(3):210-215.Balit Sunge Putih. 2013. Intercropping Sorgum dan Kedelai untuk Mendukung Produktivitas Lahan dan Pendapatan Usahatani Karet..PT Riset Perkebunan Nusantara Balai Penelitian Sungei Putih.Galang. Ginting, R. C., Badia, R. Saraswati dan E. F. Husen. 2006. Mikroorganisme Pelarut Fosfat. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. 144-146 p. Goenadi, D.H., dan R. Saraswati. 1993. Kemampuan Melarutkan Fosfat dari Beberapa Isolat Fungi Pelarut Fosfat. Menara Perkebunan. 61(3):61-66. Hanafiah, A. S, T. Sabrina dan H. Guchi. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. Fakultas Pertanian. USU Hasanudin, dan Gonggo B, M. 2004 Pemanfaatan Mikroba Pelarut fosfat dan Mikorizha Untuk Perbaikan Fosfor Tersedia, Serapan Fosfor Tanah (Ultisol) Dan Hasil Jagung. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 6(1):8-13. Mukhlis. 2011. Tanah Andisol: Genesis, Klasifikasi, Karakteristik, Penyebaran dan Analisis. USU Press, Medan. Premono, E. M. 1998. Ulas Balik: Mikroba Pelarut Fosfat untuk Mengefisienkan pupuk Fosfat dan Prospeknya di Indonesia (Enchancement of Phosphate Fertilizer Efficiency by Phosphate Solubilizing Microbes and Its Prospect in Indonesia). J. Hayati.5(4):89-94. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.