PENGARUH ARUS DAN WAKTU SPOT WELDING TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN DISSIMILAR AISI 1003 DENGAN AISI 1025

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

Available online at Website

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

BAB 3 METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI SAMBUNGAN SMAW BAJA KARBON RENDAH MENGGUNAKAN 3 JENIS ELEKTRODA Priyo Tri Iswanto 1,a, Mudjijana 1,b, Rela Adi Himarosa 2,a

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK LOGAM DISSIMILAR AL-STEEL

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

STUDI PENGARUH ARUS DAN WAKTU PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK (SPOT WELDING) LOGAM TAK SEJENIS

NASKAH PUBLIKASI STUDI METALOGRAFI PENGARUH ARUS DAN HOLDING TIME PADA PENGELASAN SPOT WELDING MATERIAL STAINLESS STEEL

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

16 Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN

BAB II KERANGKA TEORI

Karakterisasi Material Sprocket

PENGARUH ANNEALING PADA PERUBAHAN SIFAT MEKANIS DAN SIFAT FISIS PADA PENGELASAN BAJA UNTUK CHASIS MOBIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WELDING TIME TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN, SAMBUNGAN LAP BAJA TAHAN KARAT FERITIK AISI 430 DENGAN METODE RESISTANCE SPOT WELDING

Volume 13 No.1 Maret 2012 ISSN :

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Pengaruh Parameter Post Weld Heat Treatment terhadap Sifat Mekanik Lasan Dissimilar Metal AISI 1045 dan AISI 304

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Available online at Website

BAB I PENDAHULUAN. teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat industri. modern. Terbukti dengan terwujudnya standar-standar teknik dalam

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

PERUBAHAN SIFAT MEKANIS DAN BENTUK STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1040 AKIBAT POLARISASI ARUS PADA PENGELASAN SMAW. Rihat Sebayang 1*

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP SAMBUNGAN HASIL LAS TITIK PADA MATERIAL BAJA KARBON RENDAH

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

2.2.9 Definisi Aluminium Klasifikasi Aluminium... 21

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMUNIUM DENGAN METODE SMAW

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

TUGAS AKHIR STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) PADA PENGELASAN DI LINGKUNGAN UDARA DAN DI LINGKUNGAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Peningkatan Kualitas Sambungan Las Baja Karbon Rendah Dengan Metode Taguchi

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

STUDI KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN SPOT WELDING PADA ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

Analisa Kegagalan Sambungan Las Pada Tiang Penyangga Dermaga

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

JURNAL TEKNIK ITS VOL.5, No.2, (2016) ISSN: ( Print)

Pengaruh Temperatur Quenching Terhadap Kekerasan Dan Ketangguhan Hasil Pengelasan Baja Keylos 50

TUGAS SARJANA ANALISIS KEKUATAN LULUH MINIMUM DITINJAU DARI STRUKTUR BUTIRAN LOGAM DASAR-HAZ-LOGAM LAS SAMBUNGAN PIPA GAS

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada

Transkripsi:

PENGARUH ARUS DAN WAKTU SPOT WELDING TERHADAP SIAT MEKANIK SAMBUNGAN DISSIMILAR AISI 1003 DENGAN AISI 1025 Mustakim 1, Ratna Kartikasari 2, BimaWedar Permana 3 JurusanTeknikMesin STTNAS Yogyakarta 123 Jl. Babarsari No.1 Caturtunggal, Depok, Sleman. e-mail: bimawedar@gmail.com Abstrak Salah satu metode pengelasan yang banyak digunakan di industri adalah pengelasan dengan metode Resistance Spot Welding (lastitik). Namun masihditemuikendala utama pada proses pengelasan, yakni benda kerja yang dilas sering kali tidak menempel dengan kuat, pada kasus ini adalahplat SPCC-SD 1,8 (AISI 1003) dan nut weld M6 (AISI 1025). Pada penelitian ini akan dicoba mengkombinasikan waktu dalam rentang 14, 17, 20, 23, 26 cycle dan arus listrik sebesar 49, 52, 55, 58, 61 ampere. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab perilaku kegagalan I (interfacial fracture) dan P (pullout fracture) dalam pengelasan titik logam tak sejenis (dissimilar). Hasil penelitian ini selanjutnya akan digunakan sebagai parameter utama dalam pengelasan di industri yang hingga saat ini belum ditemukan pengaturan yang tepat. Karakterisasi yang dilakukan adalah uji komposisi, uji struktur mikro, uji kekerasan dan uji tarik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi arus dan waktu berpengaruh terhadap kekuatan tarik hasil pengelasan. Semakin tinggi arus dan waktu pengelasan maka kekuatan tarik semakin tinggi. Kata Kunci: Resistance Spot Welding, AISI 1003, AISI 1025, lastitik, fotomikro, kekuatantarik. 1. Pendahuluan Metode pengelasan Resistance Spot Welding (lastitik) muncul seiring dengan energi listrik yang semakin mudah dan murah dipergunakan. Pengelasan titik (resistance spot welding) adalah suatu bentuk pengelasan tahanan dimana suatu las dihasilkan pada suatu titikp ada benda kerja diantara elektroda elektroda pembawa arus, lasakan mempunyai luas yang kira kira sama dengan ujung elektroda, atau sekecil ujung elektroda dari ukuran yang berbeda beda (Kenyon, 1985). Dalam lastitik, pelat yang dilas dijepit pada tempat sambungan dengan sepasang elektroda dari paduan tembaga dan kemudian dialiri arus listrik yang besar dalam waktu yang singkat (Wiryosumarto & Okumura, 1996). Sejauh ini penggunaan las titik dapat ditemui di dunia industri, diantaranya seperti industri otomotif, peralatan rumah tangga, kerajinan, rekayasa pesawat ruang angkasa auto-body, truck kabin, dan hospital equipment. Metode pengelasan titik (spot welding) digunakan dengan alasan memiliki kelebihan mudah dioprasikan karena tidak dibutuhkan keahlian khusus seperti metode pengelasan lainnya, waktu lebih singkat, sehingga akan meningkatkan kecepatan produksi yang berdampak pada efesiensi waktu. Namun dibalik kelebihan ada kendala utama pada proses pengelasan ini yang masih ditemui, yakni benda kerja yang dilas sering kali tidak menempel dengan kuat, kasus ini dialami pada plat AISI 1003 dan nut weld AISI 1025. Hal ini bisa disebabkan karena variasi waktu penekanan dan arus listrik belum mendapatkan pengaturan yang sesuai. Variasi arus dan waktu yang dipilih mungkin terlalu kecil, atau mungkin terlalu besar. Kondisi ini menyebabkan sambungan las titik mempunyai kekuatan terlalu rendah sehingga terjadi kegagalan antar muka (interfacial fracture/i) atau terlalu kuat melebihi kekuatan plat yang disambung sehingga terjadi kegagalan pada plat yang disambung (pullout fracture/p). Selain itu faktor baja karbon rendah yang sangat rawan korosi juga mempengaruhi kekuatan sambungan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perilaku kegagalan antar mukai (interfacial fracture) dan kegagalan pada pelat P (pullout fracture) dalam pengelasan titik logam tak sejenis (dissimilar), dan rawan korosi yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan arus listrik dan waktu pengelasan optimum yang selanjutnya bisa digunakan sebagai parameter utama dalam pengelasan di perusahaan yang hingga saat ini belum ditemukan standarisasinya. 2. Metode Penelitian Pengelasan menggunakan mesin las spot welding UTO CHUO SPOT WELDER milik PT. Mega Andalan Kalasan Yogyakarta. Bahan baku pengelasan menggunakan plat SPCC-SD 1,8 (AISI 1003) dan nut weld M6 (AISI 1025). Perhitungan 968

komposisi dilakukan dengan alat di PT. Itokoh Ceperindo, Klaten, Jawa Tengah. Selanjutnya spesimen dipotong menjadi 2 bagian dengan gergaji manual dan selanjutnya dilakukan pengamplasan, pemolesan, dan etsa untuk selanjutnya dilakukan pengujian struktur mikro (mikroskopoptik dan SEM-EDX), pengujian kekerasan, dan uji ketahanan korosi. oto mikro menggunakan mikroskop optic merk Olympus milik Laboratorium Bahan Teknik Jurusan Teknik Mesin Program D3 UGM serta menggunakan mikroskop electron (SEM) milik LPPT UGM. Uji kekerasan (mikrovickers) dengan alat KARL RANK GMBH, WIENHEIM BIRKENAU type : 38505 milik Laboratorium Bahan Teknik Jurusan Teknik Mesin Program D3 UGM. Uji tarik dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan tarik sambungan dissimilar plat SPCC-SD 1,8 (AISI 1003) dengan nut weld M6 (AISI 1025) dengan menggunakan alat uji tarik merk Controlab model TM-MD (MOTORIZED) milik Laboratorium Bahan Teknik Jurusan Teknik Mesin Program D3 UGM. mikro yang terbentuk akan didominasi oleh struktur ferit dan perlit. No Tabel1. HasilUjiKomposisi Wt (%) UNSUR Pelat Mur 1 e 99.63 98.83 2 S 0.01 0.01 3 Al 0.02 0.02 4 C 0.03 0.25 5 Si 0.01 0.18 6 Cr 0.02 0.03 7 Mn 0.21 0.49 8 P 0.01 0.02 9 N 0.02 0.08 Sumber: PT. ITOKOH CEPERINDO, Klaten Analisis uji komposisi EDX 3. Hasil dan Pembahasan Pengujian komposisi kimia dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur-unsur pada spesimen plat SPCC-SD 1,8 dannut weld M6 (Tabel 1). Tabel 1 menunjukkan bahwa plat mempunyai komposisi karbon (C) sebesar 0,03%, Mn sebesar 0,21%, Si sebesar 0,01%, S sebesar 0,01%, dan P sebesar 0,01%. maka plat ini termasuk dalam klasifikasi baja karbon karena dalam proses pembuatannya unsur seperti Mn, Si, S, P tidak mungkin dihilangkan. Kandungan karbon (C) sebesar 0,03% menunjukkan bahwa plat initer masuk dalam klasifikasi baja karbon rendah karena menurut (Wiryosumarto, 2008) dikatakan baja karbon rendah bila baja tersebut memiliki kandungan kadar karbon kurang dari 0,30%. Sedangkan pada mur terdapat kandungan unsur karbon (C) sebesar 0,25%, Mnsebesar 0,49%, Si sebesar 0,18%, S sebesar 0,01%, P sebesar 0,02% maka ini termasuk dalam klasifikasi baja karbon karena dalam proses pembuatannya unsur seperti Mn, Si, S, P tidak mungkin dihilangkan. Sama halnya dengan plat kandungan karbon (C) pada mur sebesar 0,25% yang mana lebih kecil dari ketentuan bahwa baja karbon rendah adalah baja dengan kandungan kadar karbon dibawah 0,30% maka mur termasuk dalam klasifikasi baja karbon rendah. Dari klasifikasinya baja karbon rendah memiliki struktur kristal BCC yang diharapkan memiliki ketangguhan yang tinggi karena struktur Gambar 1. Komposisi Kimia Weld zone Arus 61 Ampere Gambar 2. Komposisi Kimia HAZ Arus 61 Ampere 969

HAZ 20/58 Gambar 6. Komposisi Kimia HAZ Arus 61 Ampere Gambar 3. Komposisi Kimia Base metal Arus 61 Ampere Dari Gambar 1 3 dapat diketahui hasil pengujian EDX (Energy Dispersive X-ray Spectrometer) untuk sampel spot welding sambungan dissimilar variasi arus 61 Ampere dan waktu 14 cycle terlihat bahwa pada weld zone terlihat struktur ferit batas butir, ferit acicular, serta juga terdapat ferit memiliki kandungan karbon (C) sebesar 7,25% massa, pada daerah HAZ yang didominasi ferit batas butir dan ferit memiki kandungan karbon (C) 6,49% massa, serta daerah base metal yang didominasi oleh fasa ferit memiliki kandungan kadar karbon (C) 7,62% massa. Hasil analisis strukturmikro HAZ 20/58 Gambar 7. Komposisi Kimia HAZ Arus 61 Ampere G Base metal 20/58 Weld zone 20/58 A W Gambar 8. Komposisi Kimia HAZ Arus 61 Ampere Gambar 4. Komposisi Kimia HAZ Arus 61 Ampere Base metal 20/58 Weld zone 20/58 G W Gambar 9. Komposisi Kimia HAZ Arus 61 Ampere Gambar 5. Komposisi Kimia HAZ Arus 61 Ampere Keterangan : Af Wf Gf = Acicular ferrite = Widmanstatten ferrite = Grain Boundary errite Pada peningkatan cycle dan ampere struktur mikro weld zone butiran errite semakin mengecil terlihat pada Gambar 4.4. dengan penyebaran 970

yangmerata pada baja AISI 1025,sedangkan daerah weld zone AISI 1003 berbentuk butiran ferit yang besar dengan penyebaran merata. Jumlah Acicular ferrite dan Widmanstatten ferrite semaikin berkurang seiring peningkatan cycle dan ampere yang tinggi terlihat pada Gambar 4.4. pada baja AISI 1025. Pada pengaturan cycle dan ampere maksimal sampai logam mur meleh semua struktur mikro yang terbentuk butiran errite mengecil berbentuk memanjang pada daerah weld zone terlihat pada Gambar 4.4. AISI 1025, daerah weld zone baja AISI 1003 didominasi sedikit Acicular ferrite dan Grain boundary ferrite pada tengah sambungan antara baja AISI 1025 dan baja AISI 1003 terlihat pada Gambar 4.4. penyebaran butiran tidak merata. Pada daerah HAZ didominasi errite sedikit Acicular ferrite dan Grain Boundary errite dengan penyebaran tidak merata. Pada daerah base metal didominasi errite dengan butiran yang merata, karena daerah ini tidak terpengaruh panas saatpengelasan. Gambar 12. Nilai kekerasan micro vickers variasi 20 AnalisisHasilKekerasan Gambar 13. Nilai kekerasan micro vickers variasi 23 Gambar 10. Nilai kekerasan micro vickers variasi 14 Gambar 14. Nilai kekerasan micro vickers variasi 26 Gambar 11. Nilai kekerasan micro vickers variasi 17 Gambar 10, 11, 12, 13, 14 menunjukkan bahwa pada sambungan dissimilar AISI 1003 dengan AISI 1025 nilai kekerasan tertinggi terjadi pada variasi waktu 23 cycle dan arus 52 ampere sebesar 237,7 VHN. Nilai rata-rata kekerasan akan semakin meningkat seiring meningkatnya waktu penekanan (cycle). 971

AnalisisUji Tarik Gambar 14. Nilai kekerasan micro vickers variasi 26 Hasil uji kekuatan tarik menunjukkan bahwa variasi 26 cycle 58 ampere mempunyai nilai kekuatan tarik sebesar 27,03kg/mm 2 nilai kekuatan tarik ini cukup tinggi jika dibandingkan tarik variasi lainya. Hal ini disebabkan menyatunya semua mur keplat sampai menyebabkan alir rusak. Semakin tinggi cycle dan ampere menyebabkan kemungkinan mur rusak sangat tinggi. spotwelding), Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Kenyon, W., 1985, Dasar dasar pengelasan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Kou, S., 1987, Welding Metallurgy, John Wiles & Sons, Singapore. Tata Surdia, Saito.S., 1999, Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya Paramita, Jakarta. Trethewey, K. R., 1991, Korosi Untuk Mahasiswa dan Rekayasawan, PT. Gramedia, Jakarta Wiryosumarto, Okumura, H. T., 1996, Teknik Pengelasan Logam, Pradnya Paramitha, Jakarta. Yudhyadi, 2007, Karakteristik Hasil Las Titik Berdasarkan Pemilihan Variabel Arus Pada Pengelasan Plat Baja Karbon Rendah, Universitas Mataram, Mataram. Yustiasih Purwaningrum, Pengaruh Tebal Plat dan Tegangan Listrik Terhadap Mode Patah Sambungan Dissimilar Las Titik, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Kesimpulan 1. Logam induk mempunyai struktur mikro ferit, pada daerah HAZ struktur yang terbentuk juga ferit namun terlihat lebih halus dibandingkan dengan logam induk, pada weld zone terdapat struktur acicular ferrite, widmenstatten ferrite, grain boundary ferrite dan semakin tinggi waktu serta arus pengelasan struktur graindboundary semakin mendominasi dan spesimen cenderung terlihat feritik. 2. Nilai kekerasan tertinggi daerah las terjadi pada variasi waktu 23 cycle dan arus 52 ampere. 3. Nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat variasi 26 cycle 58 ampere dengan nilai kekuatan tarik sebesar 27,03 kg/mm 2. DATAR PUSTAKA Anon., Handbook for Resistance Spot Welding, Miller, Appleton, Wisconsin,2005, p.6. ASTM Internasional, 2004, ASTM G31-72: Standart Practice for Laboratory Immersion Corrosion Testing of Metals. United State. ontana, Mars, 1987, Corrosion Engineering, 3 rd ed, Mc Graw Hill Book Company, New York. Haikal dantriyono, 2013, Studi Literatur Pengaruh Parameter Pengelasan Terhadap Sifat isik dan Mekanik pada Las Titik (resistance 972