BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan BAB II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan

MEMPERKUAT HAK-HAK MELALUI TERWUJUDNYA PERATURAN DAERAH UNTUK PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA YOGYAKARTA

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas yang tidak menyadari dengan potensi yang mereka miliki. Sudah

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

Martina Navratilova, Pelatih dan Pemain Tenis Stephen Hawking, Fisikawan Christopher Reeve, Aktor, Sutradara, Produser Film, dan Penulis Skenario

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada

BAB I PENDAHULUAN. Kota-kota di Indonesia tengah mengalami perkembangan populasi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Aktivitas kegiatan seorang

BAB I PENDAHULUAN. cara mengucap rasa syukur, merawat, menjaga, dan. mengembangkan potensi yang dimiliki semaksimal mungkin. Karena diluar sana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. sudah memberikan perlindungan yang dimasukkan dalam peraturan-peraturan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang diinginkan serta tujuan pembentukan pemerintahan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melimpah. Sumber daya ini harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas tempat duduk. 1. prioritas pelayanan di terminal; menyediakan fasilitas untuk penyandang

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang di maksudkan untuk

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (penyandang cacat). Pusat rehabilitasi yang diciptakan pun menjadikan

SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS

2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

halnya lansia yang bekerja di sektor formal. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan juga

SIARAN PERS 1/6. Komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta dalam Pembangunan yang Inklusif dengan Melibatkan Penyandang Disabilitas dan Kelompok Rentan

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 MINAT SISWA PENYANDANG TUNANETRA UNTUK BERKARIR SEBAGAI ATLET

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. negara menyatakan kewajibannya untuk menghormati (to respect), melindungi (to

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian, adil dan merata, serat pengutamaan dan manfaat dengan

BAB I PENDAHULUAN. persepsi negatif dan mengarah pada diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS 1/6. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Sepakati Musrenbang Inklusif dengan Lebih Melibatkan Penyandang Disabilitas dan Kelompok Rentan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

keluarga lainnya yang pada akhirnya bisa menimbulkan depresi. Ganguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian (Notoatmojo, 2003).

Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendengaran merupakan sensori terpenting untuk perkembangan bicara

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia saat ini dapat dikatakan memiliki angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

KAPASITAS LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah sebuah permasalahan yang diyakini dapat menghambat cita-cita bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konsideran huruf a Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai rupa yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat 400% menjadi 1 banding 625 (Mash & Wolfe, 2005). Tahun 2006,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) tentang. Penyandang Disabilitas mengatur bahwa;

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menghormati,

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

Partisipasi Penyandang Cacat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

Standar Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Disabilitas (Convention On the Rights of Persons with Disabilities) dengan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat dari tugas akhir yang

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENANGANAN TERHADAP anak dengan disabilitas (anak berkebutuhan khusus) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH 1

Kata Kunci : Pendidikan Inklusi, Sekolah Inklusi, Anak Berkebutuhan Khusus.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah penyandang disabilitas atau sering kali disebut difabel tergolong sangat banyak. Berdasarkan hasil pendataan atau survey Pusdatin Depsos (2012) menunjukkan bahwa jumlah penyandang difabel sebanyak 299.203 jiwa dan 10,5% (31.327 jiwa) merupakan penyandang cacat berat yang mengalami hambatan dalam kegiatan sehari hari (activity daily living /ADL). Jumlah penyandang cacat laki-laki lebih banyak dari perempuan sebesar 57,96%. Dari kelompok umur, usia 18-60 tahun menempati posisi tertinggi. Kecacatan yang paling banyak dialami adalah cacat kaki (21,86%), mental retardasi ( 15,41%) dan bicara (13,08%). Sekitar 67,33% penyandang cacat dewasa tidak mempunyai ketrampilan dan pekerjaan. Sebagai warga negara, penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama dengan masyarakat pada umumnya termasuk dalam bidang ketenagakerjaan. Penyandang disabilitas mempunyai hak dan perlakuan yang sama sebagai warga negara Indonesia. Undang - Undang No 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat menyatakan bahwa Penyandang cacat berhak mendapatkan keamanan perlakuan dan aksesibilitas dalam segala aspek penghidupan. Menurut UU No 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on The Rights of Person With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) mengemukakan bahwa Pemerintah harus dapat menciptakan langkah yang tepat untuk melindungi akses penyandang disabilitas dalam hal pelayanan publik atas dasar keamanan hak sebagai warga negara seperti sistem informasi, transportasi, lingkungan hidup. Sesuai pasal 4 UU No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik disebutkan bahwa Asas pelayanan publik diantaranya persamaan hak, persamaan perlakuan atau tidak diskriminatif, dan pelayanan yang menyediakan fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan. Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 dan 27 ayat 2 mengemukakan bahwa Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pekerjaan commit to yang user layak. Hal tersebut mendukung 1

2 adanya kesamaan perlakuan bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan akses pelayanan publik bidang ketenagakerjaan. Pada pasal 4 Undang-Undang No 4 tahun 1997 tentang hak penyandang disabilitas menyatakan bahwa: Setiap perusahaan yang mempekerjakan pegawai di atas 100 orang harus mewajibkan mempekerjakan pula minimal 1 orang dengan keterbatasan (difabel). Pemerintah mewajibkan setiap perusahaan wajib mempekerjakan 1 orang difabel. Jika itu tidak dilakukan maka perusahaan tersebut akan terkena sanksi dari pemerintah. Kota Surakarta merupakan kota kecil yang mendapat sebutan kota ramah difabel dimana perbandingan jumlah penyandang disabilitasnya dengan jumlah penduduknya tergolong cukup banyak. Berdasarkan data BPS Kota Surakarta (2011) jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2011 mencapai 501.650 jiwa dengan penyandang disabilitas di kota Surakarta pada tahun 2011 mencapai 1398 jiwa. Jumlah penyandang disabilitas tersebut memang tidak mencapai 1% dari jumlah penduduk kota Surakarta. Akan tetapi jika melihat dari jumlahnya melebihi 1000 jiwa jumlah tersebut tergolong cukup banyak. Dari jumlah penyandang disabilitas tersebut terdiri dari berbagai macam jenis kecacatan. Jumlah penyandang cacat di Kota Surakarta dari tahun ke tahun berdasarkan jenis kecacatan sebagai berikut: Tabel 1. Data Penyandang Cacat di Kota Surakarta Tahun Cacat Tubuh Tunanetra Tunamenta Tunarungu Jumlah 2011 459 310 327 302 1398 2010 434 25 196 225 880 2009 514 112 59 224 909 2008 498 278 489 199 1464 2007 773 307 729 364 2173 Sumber: Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Surakarta 2011

3 Pemerintah Kota Surakarta memberikan perhatian yang lebih mengingat banyaknya penyandang disabilitas yang ada di kota Surakarta. Sejalan dengan pemerintahan pusat kota Surakarta mengeluarkan Peraturan Daerah No.2 tahun 2008 tentang kesetaraan kaum difabel. Inti dari perda tersebut adalah suatu keadilan di segala bidang mengingat kaum penyandang disabilitas merupakan warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga Negara Indonesia. Di dalam Perda No 2 Tahun 2008 tentang penyandang cacat pasal 20 ayat 1 menyebutkan bahwa Peran serta pembangunan merupakan bagian dari kesetaraan difabel yang pada prinsipnya untuk memperluas keikutsertaan dalam pembangunan daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga dalam hal ini kaum difabel memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pembangunan negara seperti di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Hal tersebut berkaitan dengan prinsip Civic Skill Partisipatory atau ketrampilan partisipatif yang dimiliki oleh warga Negara Indonesia. Dalam hal ini mengandung makna bahwa kaum difabel berhak memiliki ketrampilan untuk mempengaruhi jalannya pemerintahan, pengambilan keputusan publik, berkoalisi, mengelola konflik dan sebagainya. Salah satu dari itu adalah pengambilan keputusan publik dimana mereka berhak mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak agar bisa ikut andil dalam pemerintahan. Pada kenyataannya masih ada penyandang difabel yang masih belum mendapatkan haknya sebagaimana yang dimaksud dalam Perda No.2 Tahun 2008 tentang penyandang cacat pasal 20 ayat 1. Keinginan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak seperti manusia pada umumnya tidak terpenuhi seutuhnya. Di dalam salah salah satu surat kabar menyatakan bahwa Perusahaan perusahaan yang ada di Surakarta khususnya sebagian besar memiliki syarat yang menegaskan bahwa calon pegawai atau karyawan harus tidak cacat fisik maupun non fisik. (Solopos, 3 September 2013) Padahal secara garis besar kesuksesan kota Surakarta menerapkan aksesibilitas dalam hal pelayanan publik khususnya bidang ketenagakerjaan

4 merupakan tolak ukur kota Surakarta menjadi kota yang ramah penyandang disabilitas. Pada semua aspek aksesibilitas baik yang fisik maupun non fisik. Dukungan dari masyarakat juga sangat diperlukan untuk mewujudkan kota Surakarta menjadi kota ramah penyandang disabilitas. Sikap dan tanggapan masyarakat juga sangat diperlukan untuk mewujudkan kesetaraan bagi penyandang disabilitas. Adanya hubungan antara penyandang disabilitas dengan masyarakat sekitar, serta ketrampilan mereka untuk berpartisipasi dalam pembangunan negara atau yang disebut Civic Skill Partisipatory merupakan aspek penelitian terutama di bidang ketenagakerjaan. Maka dari itu ketertarikan penulis akan hal tersebut, memicu penulis untuk membuat sebuah skripsi yang berjudul AKSESIBILITAS PENYANDANG DISABILITAS PADA BIDANG KETENAGAKERJAAN (Studi Kasus di Kota Surakarta) B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas maka dapat penulis identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya peran pemerintah kota Surakarta terhadap aksesibilitas penyandang disabilitas dalam bidang ketenagakerjaan. 2. Rendahnya penyediaan faslitas umum bagi penyandang disabilitas. 3. Rendahnya peran masyarakat untuk mewujudkan kesetaraan bagi penyandang disabilitas. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan peneliti agar penelitian lebih terarah terfokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Dari sekian permasalahan yang sebagaimana tersebut di atas. Peneliti membatasi masalah nomor 1, yaitu rendahnya peran pemerintah kota Surakarta terhadap aksesibilitas penyandang disabilitas dalam bidang commit ketenagakerjaan. to user

5 Agar mengarah pada permasalahan yang diteliti, di bawah ini dikemukakan pembatasan sebagai berikut: 1. Subyek Penelitian Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah perusahaan yang menerima pekerja kaum disabilitas dan perusahaan yang tidak menerima pekerja kaum disabilitas di kota Surakarta. Sehingga peran kaum disabilitas di sini adalah sebagai tenaga kerja. 2. Obyek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian ini adalah peran pemerintah Surakarta terhadap aksesibilitas penyandang disabilitas pada bidang ketenagakerjaan. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka peneliti merumuskan masalah: Bagaimana aksesibilitas penyandang disabilitas pada bidang ketenagakerjaan di kota Surakarta? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui aksesibilitas penyandang disabilitas pada bidang ketenagakerjaan di kota Surakarta. F. Manfaat Penelitian Di dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap pelayanan publik khususnya di bidang ketenagakerjaan bagi penyandang disabilitas di kota Surakarta.

6 b. Sebagai bahan masukan, pertimbangan dan bantuan pemikiran bagi pihakpihak terkait dalam pelaksanaan pelayanan di bidang ketenagakerjaan bagi penyandang disabilitas. 2. Manfaat Praktis a. Bagi BBRSBD Prof. Dr. Soeharso sebagai sarana untuk memperbaiki mutu pembembelajaran dan pelatihan bagi kaum disabilitas, sehingga nantinya kaum disabilitas tersebut telah teruji kemampuannya saat terjun di lapangan. b. Bagi Dinsosnakertrans kota Surakarta sebagai saran atau masukan untuk lebih memberikan kesempatan bagi penyandang diasabilitas di bidang ketenagakerjaan di kota Surakarta. c. Bagi instansi perusahaan di kota Surakarta sebagai masukan akan pentingnya pemenuhan hak kaum disabilitas agar senantiasa diperhatikan dan didukung dengan adanya lapangan kerja untuk mereka. d. Bagi masyarakat, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam aksesibilitas penyandang disabilitas di bidang ketenagakerjaan.