Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur
Latar Belakang Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Latar Belakang dan Tujuan 1. Dalam rangka Kebijakan Satu Peta, verifikasi validasi sebaran Satuan Pendidikan dan Cagar Budaya menggunakan peta RBI 2016. 2. Membangun satu Master Referensi Pendidikan, Kebudayaan, dan Bahasa yang terintegrasi 3. Membangun Informasi Pendidikan, Kebudayaan dan Bahasa yang terintegrasi Batasan Verifikasi Validasi 1. Verval Warisan Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Waktu Pelaksanaan: Tgl 22 s/d 25 November 2016 Yang Terlibat 1. Tim Pusat a. Ismail Yusuf(PDSPK Kemendikbud) b. Astri Arsita K (Praktisi) 2. Operator Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Sumba Barat Daya
PASOLA
Pasola (Pendahuluan) Pasola memiliki arti dalam Bahasa daerahnya adalah menaiki kuda dengan gembira dengan saling berlempar lembing atau tombak. Seringkali dilambangkan sebagai bentuk syukur atas hasil panen. Walaupun tidak ada panen namun kenyataanya budaya ini masih tetap dilaksanakan, karena nilai budaya ini sudah bergeser bukan hanya sebagai bentuk syukur atas panen tetapi juga sebagai ajang silaturahim dan reuni bersama keluarga dan masyarakat sekitar.
Pasola (Sejarah) Cerita rakyat dari Pasola seperti yang dituturkan oleh budayawan lokal adalah saat terjadi musim gagal, dan rakyat kelaparan. Lalu datanglah pertolongan dari Dewi Nyale (Ratu Pantai Selatan) dengan memberi satu butir beras yang kemudian dimasak dan menghasilkan nasi yang berlimpah dan tidak habishabis, sehingga nasi tersebut digunakan untuk ajang saling lempar.
Pasola (Ritual) Pasola merupakan puncak dari ritual adat, adapun ritual-ritual dari rangkaian acara pasola adalah: 1. Kawoking (Tarian) dilaksanakan malam hari sebelum Pasola. 2. Hangapung, ziarah ke makam leluhur dengan menaruh sirih pinang diatas makam leluhur, dilaksanakan pagi hari. 3. Tunu Manu Nyale, menjamu tamu. 4. Muyi Ngaga Hari, memakan nasi hasil panen yang disatukan dalam wadah. 5. Detong Nale, perorangan atau keluarga berkunjung ke salah satu kampong adat untuk dijamu. 6. Pico Nale, mengambil cacing nyale.
Pasola (Waktu, Lokasi dan Alat) Waktu pelaksanaan pasola tidak dapat ditentukan dengan tanggal kalender masehi, karena perhitungannya ditentukan oleh Imam Marapu (ketua adat) 7 malam dari bulan purnama di bulan Februari atau bulan Nale Bokolo oleh masyarakat adat sekitar. Tempat pelaksanaan dilapangan Rara Winyo Kampung Kodi (Sumba Barat Daya) Peralatan yang digunakan Lembing tumpul (Karanggi), dan dihiasi dengan garis-garis hasil pembakaran, berkuda dan menggunakan pakaian adat.
Wulla Podu
Wulla Podu (1) Setiap tahun pada bulan November, beberapa suku di Sumba Barat Daya melakukan tradisi Wulla Podu, yang secara harfiah dapat diartikan sebagai Bulan Pahit, tetapi dalam arti yang sesungguhnya adalah Bulan yang disucikan. Selama bulan ini terdapat larangan dan pantangan, seperti masyarakat adat melaksanakan pesta adat, pernikahan ataupun pembangunan rumah, bahkan meratapi kepergian keluarga yang meninggalpun tidak boleh. Masa ini adalah waktu yang dipercaya tepat untuk refleksi diri dan bersyukur kepada Marapu sebelum musim tanam tiba.
Wulla Podu (2) Akhir dari kegiatan Wulla Podu ditandai dengan upacara berburu babi hutan dan dilanjutkan dengan menyembelih ayam, lemak babi hutan dan darah ayam dipersembahkan untuk Marapu dan arwah para leluhur. Seluruh warga suku berkumpul dan saling berbagi cerita dan makanan, sehingga acara ini juga sebagai waktu yang tepat untuk silaturahmi dan berdamai satu sama lain.
Wulla Podu (3) Tahapan kegiatan Wulla Podu: 1. Menggowo, menjaring ikan dengan cara membendung sungai terlebih dahulu. Filosofinya adalah membersihkan diri di sungai. 2. Pajurra, Tinju tradisional. Filosofinya adalah mencari anak muda laki-laki dengan emosi yang stabil 3. Main Topeng, Merebut Haknya.
Terima Kasih