BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB II LANDASAN TEORI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

Metode dan Pengukuran Kerja

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

Perbandingan Metode-Metode Evaluasi Postur Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

BAB I PENDAHULUAN. kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian. Faktor pekerjaan

TUGAS AKHIR PENILAIAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA PENGGULUNGAN TEH DI PT. RUMPUN SARI KEMUNING I DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA (RAPID UPPER LIMB

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Universitas Indonesia

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

Ergonomi dan K3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FTP UB 2016

UNIVERSITAS INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI

Prosiding Teknik Industri ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kata lelah (fatigue) menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Konsep ergonomi telah muncul lama berselang bahkan bentuk-bentuknya sudah ada sejak jaman Mesir kuno, tetapi bagi sebagian besar orang, istilah ergonomi masih terdengar asing. 2.1.1 Definisi Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa yunani, yaitu ergon yang berarti kerja (work), pengertian kerja secara sempit ialah kegiatan untuk mendapatka upah, dan pengertian secara luas ialah semua gerakan manusia meski tidak mendapatkan upah. Nomos yang artinya hukum (natural laws). Ergo (= gerak/ kerja) yang nomos (=alamiah) adalah gerakan yang efektif, efisien, aman, tidak menimbulkan kelelahan dan kecelakaan sesuai kemampuan tubuh tetapi mendapatkan hasil kerja yang lebih optimal. Oleh karena itu ergonomi memerlukan keseimbangan antara kemampuan tubuh dan tugas kerja. (Santoso, 2004). Ergonomi atau dalam bahasa inggrisnya disebut ergonomic adalah bidang keilmuan dalam merancang pekerjaan, peralatan, mencakup pula lingkungan tempat bekerja yang nyaman bagi para pekerja (Sulianta, 2010). 9

Sebuah organisasi bernama The International Ergonomics Association (IEA), federasi dari empat puluh dua organisasi individu bidang ergonomi di seputar dunia menjadi akselerasi bagi kemajuan bidang ilmu ergonomi. Tujuan utamanya untuk meningkatkan kualitas hidup dan memberikan kontribusi bagi masyarakat dengan berbagai kemajuan di bidang ergonomika. The International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan kata ergonomics sebagai berikut : 1. Bidang keilmuan yang mempelajari interaksi manusia dengan elemenelemen sistem. Berbagai teori dan metode diterapkan dalam mengoptimalkan kinerja dan perfomansi sistem secara keseluruhan. 2. Ergonomi diterapkan untuk memenuhi dua tujuan utama, yaitu : kesehatan dan produktivitas. Jadi ergonomi tidak terlepas dengan pekerja, aktifitas pekerja, dan juga pekerjaannya, ketiga komponen ini menjadi unsur penting dalam rancangan ergonomi. Menurut Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. 10

Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai definisi ergonomi, dapat ditarik definisi inti dari ergonomi yaitu ilmu menyesuaikan kemampuan tubuh manusia atau pekerja terhadap pekerjaanya. 2.1.2 Tujuan Ergonomi Menurut Santoso (2004), tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini tercapai apabila terjadi kesesuaian antara pekerja dan pekerjaannya. Pendekatan ergonomi mencoba untuk mencapai kebaikan bagi pekerja dan pimpinan institusi. Hal ini dapat tercapai dengan cara memperthatikan 4 tujuan utama ergonomi, yaitu : 1. Memaksimalkan efisiensi karyawan 2. Memperbaiki keselamatan dan kesejahteraan kerja 3. Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman, dan bersemangat 4. Memaksimalkan performa kerja yang meyakinkan. Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan sesuatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem manusia dengan mesin yang optimal. Kegunaan dari penerapan ergonomi adalah untuk: 1. Memperbaiki performasi kerja (menambah kecepatan kerja, keakuratan, keselamatan kerja dan mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi kelelahan) 11

2. Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan keterampilan yang diperlukan. 3. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan paralatan yang disebabkan human error. 4. Memperbaiki kenyamanan manusia dalam kerja. Ergonomi menjadi penting karena disiplin ergonomi adalah membuat keserasian yang baik (standar) antara manusia dengan mesin dan lingkungan. 2.1.3 Aplikasi atau Penerapan Ergonomi Berdasarkan Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI dijelaskan aplikasi dan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut : 1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. 2. Proses Kerja, Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur. 3. Tata letak tempat kerja, Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata. 4. Mengangkat beban, Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu 12

berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. a. Menjinjing beban Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO (international labour Organization) sbb: - Laki-laki dewasa 40 kg - Wanita dewasa 15-20 kg - Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg - Wanita (16-18 th) 12-15 kg b. Organisasi kerja Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara : - Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun - Frekuensi pergerakan diminimalisasi - Jarak mengangkat beban dikurangi - Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi. - Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan. c. Metode mengangkat beban Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetic dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip : - Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung 13

- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan. Metoda ini termasuk 5 faktor dasar : - Posisi kaki yang benar - Punggung kuat dan kekar - Posisi lengan dekat dengan tubuh - Mengangkat dengan benar - Menggunakan berat badan d. Supervisi medis Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. - Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya - Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan. - Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur. 2.1.4 Ruang Lingkup Ergonomi Ruang lingkup ergonomi sangat luas dan tidak terbatas pada industry atau aplikasi lainnya. Konteks untuk praktek ergonomi cukup beragam (IEA). Berdasarkan Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi : - Tehnik - Fisik 14

- Pengalaman psikis - Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian - Anthropometri - Sosiologi - Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot. - Desain, dll 2.2 Myalgia (Nyero Otot) Kata myalgia mungkin sangat asing dan jarang kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Namun, secara tidak sadar mungkin kita pernah atau bahkan sering mengalami myalgia. Kata myalgia erat hubungannya dengan kata nyeri. Nyeri yang timbul terus-menerus dapat membuat frustrasi bagi penderita karena menghambat aktivitas sehari-hari sehingga menurunkan kualitas hidup penderita yang akhirnya menyebabkan penderita akhirnya mengonsumsi obat penghilang rasa sakit dalam jangka panjang. Menurut Tommy (2013), Myalgia ialah nyeri pada otot atau dalam jaringan otot yang dapat dialami sesaat (misalnya keram otot), beberapa hari, beberapa bulan, bahkan menahun terus-menerus dengan intensitas yang berfluktuasi. Sedangkan nyeri sendiri yaitu sensasi yang dipicu oleh sistem saraf dalam menanggapi kerusakan jaringan atau kerusakan lainnya pada tubuh. Penyebab umum myalgia yaitu: cedera langsung atau trauma (keseleo, memar, cedera tekan) 15

ketegangan, penggunaan otot yang salah kelelahan pekerjaan yang berlangsung dalam waktu lama Namun, myalgia juga bisa disebabkan oleh penyakit, gangguan, obatobatan, atau sebagai respons terhadap vaksinasi. Rasa tak nyaman ini biasanya dipicu jika seseorang duduk dalam jangka waktu lama terutama pada pekerja yang diharuskan duduk / berdiri berjam-jam, mengangkat beban terlalu berat, kurang olahraga, salah posisi tubuh dalam melakukan aktivitas fisik, atau akibat ketegangan emosi. Nyeri di otot yang dipicu oleh kelelahan dipercaya akibat kerusakan mikroskopis di dalam otot (microscopic tears) yang biasanya bisa sembuh dengan sendirinya. Ada beberapa jenis nyeri otot (myalgia) yang kerap terjadi, yaitu : 1. Fibromyalgia, atau yang sering disebut dengan rematik otot ialah suatu penyakit yang ditandai dengan gejala nyeri otot yang luas, yang biasa terjadi pada daerah tengkuk, punggung, dan pinggang. 2. Myofascial Pain, yaitu suatu penyakit yang mirip fibromyalgia, tetapi perbedaannya terletak pada myofascial pain ditemukan titik nyeri yang lebih sedikit. Penyebab penyakit ini terutama disebabkan karena kesalahan postur atau posisi tubuh dalam waktu lama dan ketegangan emosi. 3. Post Exercise Muscle Soreness (nyeri otot pasca latihan), yaitu suatu keluhan yang terjadi sesudah melakukan olah raga. 4. Overuse Injury (nyeri otot akibat penggunaan yang berlebihan), Nyeri otot terjadi akibat beberapa hal, yaitu: penggunaan berulang (repetitif) dalam waktu lama, digunakan dalam posisi yang salah dalam waktu lama, akibat 16

getaran atau akibat penggunaan dengan kekuatan yang besar, seperti mengangkat benda yang berat. 2.3 Faktor-faktor Risiko Ergonomi Terhadap Mialgya Myalgia (nyeri otot) dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko ergonomi yaitu faktor lingkungan, faktor individu, faktor kerja. 1.Faktor Lingkungan, terlepas dari penggunaan alat produksi ataupun tidak, lingkungan nyaman adalah keharusan. banyak faktor ketidaknyamanan yang bisa saja muncul jika tidak ditangani dengan tepat. Masalah paling umum ketidaknyamana ditempat kerja, antara lain : pencahayaan, temperature, kebisingan, getaran, desain tempat kerja (Sulianta, 2010) 2.Faktor individu, mencakup usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, cacat tubuh/ riwayat risiko, kebiasaan merokok (Nurmianto, 2008). Faktor individu menurut Cole and Rivilis (2006) adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Faktor individu terjadinya myalgia No Faktor Individu Potensi Dampak 1 Jenis kelamin Pembedaan peluang kerja dan pembagian luas kapasitas kerja dan reaksi terhadap tekanan 2 Usia Terakumuasinya pajanan 3 Work style Perbedaan pajanan biomekanis 4 tinggi dan berat badan Ketidak sesuaian antara ukuran tubuh dan peralatan kerja 5 Aktifitas fisik, hobi dan olahraga Bertambahnya pajanan eksternal 6 Riwayat gangguan musculosceletal Lebih rendahnya toleransi tubuh 7 stress dan depresi Berubahnya biokimia dalam tubuh dan perbedaan presepsi tentang rasa nyeri (Sumber: Cole and Rivilis, 2006) Pada usia 20-29 tahun kekuatan otot berada dalam kondisi terbaik. Kekuatan otot akan menurun sebanyak 22% pada 10 tahun berikutnya, 26% pada 20 tahun 17

berikutnya, 42% pada 30 tahun berikutnya. Pada usia 60 tahun atau lebih kekuatan otot akan menurun hingga 53% (Bridger, 2003) 3. Faktor kerja, Menurut Nurmianto (2008) beberapa faktor yang berpengaruh dalam pekerjaan yang dapat mengakibatkan risiko ergonomi, yaitu : - postur tubuh yang janggal, sikap atau posisi bagian tubuh yang menyimpangan dari posisi netral atau normal. Adanya deviasi yang signifikan ini akan meningkatkan beban kerja otot sehingga dibutuhkan tenaga yang lebih besar. - Postur statis, postur kerja fisik dalam posisi sama (peregangan otot) secara terus menerus dan pergerakannya sangat minimal. Kondisi ini dapat meningkatkan beban otot dan tendon, terhalangnya aliran darah pada otot, menyebabkan kelelahan dan menyebabkan nyeri. - aktifitas berulang (frekuensi), suatu kegiatan yang dilakukan berulangulang dalam satu hari/ suatu aktifitas dimana frekuensi yang tinggi atau gerakan yang berulang dengan sedikit variasi dapat menimbulkan dan ketegangan pada otot. - durasi, yaitu lama waktu bekerja yang dihabis kan oleh pekerja (masa kerja). - beban kerja, beban yang harus diangkat pekerja, dan beban kerja yang berat saat melakukan pekerjaan dapat menimbulkan kelelahan otot atau bahkan kerusakan otot. 18

2.4 Tools Penilaian Ergonomi 2.4.1 OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) Merupakan sebuah prosedur untuk mengkaji kualitas postur, terutama saat menggunakan kekuatan. Metode ini dikembangkan pada tahun 1992, dan metode ini mengidentifikasi postur, tenaga, siklus kerja, dan postur dimana pengguna kekuatan meningkatkan risiko cedera. Bagian tubuh yang dinilai dalam OWAS, yaitu punggung, lengan, dan kaki. Selain itu OWAS juga menilai beban kerja atau penggunaan tenaga. Metode OWAS memiliki beberapa keterbatasan, antara lain : - Kategori postur tubuh dan bahu tergolong terlalu luas - Tidak ada informasi tentang durasi postur - Metode ini memisahkan antara tangan kiri dan tangan kanan - Metode ini tidak memberikan informasi untuk siku dan pergelangan tangan. 2.4.2 BRIEF Survey Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF) Survey, merupakan initial screening untuk mengidentifikasi risiko ergonomi pada suatu pekerjaan. Survei ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi 6 bagian tubuh untuk faktor risiko, yaitu : leher, bahu (kanan dan kiri), tangan dan pergelangan tangan (kanan dan kiri), siku (kanan dan kiri), punggung dan kaki. Faktor risiko ergonomi yang dinilai, yaitu postur janggal, beban, durasi, dan frekuensi. 19

Metode BRIEF survey memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Kriteria risiko ergonomi kurang mendetail, seperti postur janggal twisting, backward, sideway tidak ada ukuran besaran sudut penyimpangan. Semua bernilai sama yaitu 1. 2. Pemberian skor pada BRIEF survey kurang rinci, range untuk kriteria penyimpangan terlalu kecil, misalnya postur janggal membungkuk sebesar 21 atau 90, tetapi diberi nilai sama yaitu 1. Penambahan tenaga, durasi, frekuensi tetap penambahan skor 1. Sehingga dengan nilai BRIEF yang sama, hasil analisis tidak dapat membedakan tinggi rendahnya tingkat risiko ergonomi suatu pekerjaan. 2.4.3 RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Rapid Upper Limb Assesment (RULA) merupakan metode penilaian faktor risiko ergonomi di tempat kerja, yang memungkinkan terhadap terjadinya myalgia. RULA mengkaji risiko postur pada leher dan anggota tubuh atas. Metode RULA dikembangkan oleh Dr. E. Nigel Corlett dan Dr. Lynn McAtamney. Metode ini memberikan penilaian pada postur, tenaga, dan gerakan yang dibutuhkan. Keterbatasan RULA: 1. Tidak dapat mengkaji kegiatan manual material handling, atau pekerjaan dengan pergerakan yang signifikan. 20

2. Tidak sesuai untuk mengkaji pekerjaan dengan postur yang tidak beraturan, atau dengan variasi task yang berbeda jauh. 3. Digunakan untuk mengkaji postur bagian kiri atau kanan tubuh secara terpisah, dan tidak ada metode untuk menggabungkan hasil skor keduanya. 4. Digunakan untuk mengamati postur kerja pada suatu waktu, atau pada kondisi teburuk saja. 5. Tidak memperhitungkan efek kumulatif dari rangkaian task secara keseluruhan. 6. Tidak memperhitungkan durasi waktu task yang diamati. 7. Hasil berupa tingkatan risiko secara umum, tidak dapat memastikan injury pada pekerja. 8. Tidak memperhitungkan faktor risiko individu, seperti umur, jenis kelamin dan riwayat kesehatan pekerja. 2.4.4 REBA (Rapid Entire Body Assesment) Rapid Entire Body Assessment (REBA), (Hignett and Mc. Atamney, 2000), dikembangkan untuk mengkaji postur kerja di industri pelayanan kesehatan. REBA mengkaji faktor risiko ergonomi : Seluruh tubuh yang sedang digunakan Postur statis, dinamis, kecepatan perubahan, atau postur yang tidak stabil Pengangkatan yang sedang dilakukan, dan seberapa sering frekuensinya 21

Modifikasi tempat kerja, peralatan, pelatihan atau perilaku pekerja REBA hanya alat analisis untuk menilai animasi load handling. Gambar 2.1 REBA Worksheet (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) Prosedur atau tahapan melakukan pengkajian risiko ergonomi menggunakan metode REBA yaitu: 1. Observasi pekerjaan, meliputi: Identifikasi faktor risiko ergonomi Desai tempat kerja Lingkungan kerja Penggunaan peralatan kerja Perilaku atau sikap bekerja 2. Pemilihan postur yang dikaji, meliputi: Postur yang sering dilakukan Postur dimana pekerja lama dengan posisi tersebut Postur yang membutuhkan banyak tenaga atau aktivitas otot Postur yang menyebabkan tidak nyaman 22

Postur ekstrim janggal, tidak stabil (khususnya yang menggunakan kekuatan) Postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh intervensi, control, atau perubahan lainnya. 3. Penilaian dan pemberian skor pada postur, postur yang dinilai dalam REBA adalah: Postur leher Gambar 2.2 Kriteria Skor Postur Leher REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) Postur Batang Tubuh Gambar 2.3 Kriteria Skor Postur Batang Tubuh REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) Postur Kaki Gambar 2.4 Kriteria Skor Postur Kaki REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) 23

Postur Lengan Atas Gambar 2.5 Kriteria Skor Postur Lengan Atas REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) Postur Lengan Bawah Gambar 2.6 Kriteria Skor Postur Lengan Bawah REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) Postur Pergelangan Tangan Gambar 2.7 Kriteria Skor Postur Pergelangan Tangan REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) 4. Proses Penilaian dan Penghitungan Skor a. Memasukkan skor postur leher, batang tubuh, dan kaki kedalam tabel A untuk memperoleh posture score A. 24

Tabel 2.2 Tabel A (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) b. Menjumlahkan posture score A dengan beban kerja untuk memperoleh skor A Gambar 2.8 Kriteria Skor Badan REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) c. Memasukkan skor postur lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan kedalam tabel B untuk memperoleh posture score B. Tabel 2.3 Tabel B REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) 25

d. Menjumlahkan posture score B dengan skor coupling untuk memperoleh skor B Gambar 2.9 Kriteria Skor Coupling REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) e. Memasukkan Skor A dan Skor B kedalam Skor C Tabel 2.4 Tabel C REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) f. Menunjukkan skor C dengan skor aktifitas untuk memperoleh skor akhir REBA Gambar 2.10 Kriteria Skor Aktifitas REBA (Sumber: Hignett and Mc. Atamney, 2000) 26

Adapun klasifikasi skor REBA sebagai berikut : KELAS I (skor 1) = Tidak ada risiko KELAS II (skor 2-3) = Risiko rendah KELAS III (skor 4-7) = Risiko sedang KELAS IV (skor 8-10) = Risiko tinggi KELAS V (skor 11-15) = Risiko sangat tinggi 2.5 Nordic Body Map Questioner Nordic Body Map Questioner adalah sistem pengukuran keluhan sakit pada tubuh atau merupakan data yang digunakan untuk menunjukkan bagian spesifik yang tidak nyaman dari tubuh dengan penggunaan body map yang telah dibagi menjadi beberapa segmen (low back, neck, shoulder, dan keluhan umum), akan tetapi tools ini tidak dapat digunakan menjadi diagnosis klinis. Gambar 2.11 Nordic Body Map (sumber : Savitri, et al, 2012) 27

Gambar 2.12 Nordic Body Map Questioner (Sumber: Neuman, 2006) 2.6 Pengukuran dan Data Antropometri Orang Indonesia 2.6.1 Pengukuran Antropometri Menurut Antropometri Indonesia (2013), berikut ini merupakan pengukuran antropometri yang diberikan berupa gambar gambar berikut : 28

29

30

Gambar 2.13 Pengukuran Antropometri (Antropometri Indonesia, 2013) 2.6.2 Data Antropometri Orang Indonesia Dibawah ini merupakan tabel data antropometri dari orang Indonesia. Tabel 2.5 Data Antropometri Orang Indonesia 31

(Antropometri Indonesia, 2013) 32