I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

II. TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PENDAHULUAN. terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor

I. PENDAHULUAN. ketergantungan terhadap tepung terigu, maka dilakukan subtitusi tepung terigu

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang, 1.2. Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. (1995) roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang. makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

BAB I PENDAHULUAN. (APTINDO, 2013) konsumsi tepung terigu nasional meningkat 7% dari tahun

I. PENDAHULUAN. alternatif (Suryana dan Purwoto, 1996). dan serat. Bentuk buah sukun padat dan sering disebut sebagai Bread fruit.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tepung-tepungan lokal atau non terigu saat ini telah menjadi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

I PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sekarang ini, industri kuliner berkembang pesat di dunia, khususnya di

I. PENDAHULUAN. kenyataan menunjukkan bahwa terigu lebih bersifat adaptif dibandingkan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

BAB I PENDAHULUAN. Tepung terigu digunakan untuk pembuatan mie, roti, kue sebagai bahan

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

LOGO BAKING TITIS SARI

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi pendahuluan yang menjelaskan gambaran dan alasan penelitian itu dilakukan. Maka dari itu pendahuluan biasanya membahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian serta waktu dan tempat penelitian. 1.1. Latar Belakang Cookies adalah produk makanan kering yang dibuat dengan memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak dan bahan pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (SNI 01-4445-1998). Cookies dapat dikonsumsi semua umur dari bayi sampai usia dewasa. Cookies bayi harus mengandung berbagai gizi yang dibutuhkan oleh bayi seperti sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Sumber karbohidrat pada pembuatan cookies biasanya bersumber dari tepung beras, untuk mengurangi ketergantungan akan beras bisa digantikan dengan kulit umbi kayu atau kulit singkong yang kemudian diproses menjadi tepung kulit umbi kayu atau tepung kulit singkong. Cookies untuk bayi harus disesuaikan dengan kebutuhan bayi terutama dalam sifat fisiknya seperti diantara lain : kelarutan, daya cerna, tekstur, aroma dan rasa. 1

2 Cookies merupakan jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar protein tinggi, relatif renyah dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat (Matz, 1978). Dalam pembuatan cookies diperlukan bahan-bahan yang secara garis besar digolongkan menjadi dua kategori, yang pertama adalah bahan pengikat seperti tepung, air dan telur serta bahan pelembut seperti gula, lemak, baking powder (leaving agent). Tahapan proses pembuatan cookies meliputi pembuatan atau pencampuran adonan, pencetakan adonan dan pembakaran atau baking. Dalam pembuatan cookies tepung, telur, lemak, dan baking powder atau soda kue adalah komponen yang memegang peranan penting dan berpengaruh dalam sifat-sifat cookies, khususnya sifat fisik dan cita rasa. Sedangkan air, ph dan pengaturan temperature pengaruhnya kecil. Lemak merupakan komponen penting dalam pembuatan cookies, karena berfungsi sebagai bahan pengemulsi sehingga menghasilkan tekstur produk yang renyah. Lemak juga dapat membuat renyah cookies karena lemak melapisi molekul pati dan gluten dalam tepung dan memutuskan ikatannya (Matz, 1978 dalam penelitian Anindita 2008). Pada dasarnya cookies dapat dibuat dari bahan baku yang mengandung pati. Bahan yang umum dan mengandung pati dapat meliputi tepung umbiumbian, tepung kacang-kacangan atau tepung buah-buahan, yang paling banyak dimanfaatkan kandungan patinya salah satu diantaranya adalah singkong. Singkong mudah tumbuh dan banyak ditanam oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Pemanfaatan singkong menyisakan kulit singkong sekitar 10% dari berat perumbinya, dan selama ini belum banyak dimanfaatkan. Kulit singkong

3 akan sangat strategis untuk dimanfaatkan apabila sebelumnya diolah menjadi produk tepung. Tepung kulit singkong memiliki kemungkinan untuk dimanfaatkan sebagai cookies, termasuk cookies untuk bayi. Dalam upaya menyempurnakan kandungan gizi cookies tepung kulit singkong untuk bayi perlu penyesuaian komposisi gizinya. Dari sekian banyak alternative bahan baku, kacang hijau sangat memungkinkan untuk memperkaya kandungan zat gizi cookies karena memiliki kandungan protein dan asam amino yang banyak dan lebih lengkap dibandingkan dengan kacang kedelai. Adanya lemak akan meningkatkan kepadatan kalori makanan balita dan memperbaiki cita rasa. Lemak juga merupakan komponen penting dalam pembuatan cookies yang akan menentukan tekstur produk yang dihasilkan. Terjadinya kerusakan lemak berlangsung dari mulai pengolahan sampai siap dikonsumsi. Terjadinya peristiwa ketengikan tidak hanya berbatas pada bahan pangan berkadar lemak tinggi tetapi juga dapat terjadi pada bahan pangan berkadar lemak rendah. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat identifikasi masalah adalah : (1). Bagaimana mutu cookies dalam setiap perbandingan tepung kulit singkong dan tepung kacang hijau. (2). Bagaimana mutu cookies berkaitan dengan bahan baku tepung kulit singkong dan tepung kacang hijau pada setiap jenis lemak nabati.

4 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari penggunaan lemak nabati, penggunaan perbandingan tepung kulit singkong dan tepung kacang hijau terhadap mutu cookies yang dihasilkan. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diantara lain yaitu 1. Diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat akan adanya makanan tambahan alternatif bagi bayi dan balita berbentuk cookies dari tepung kulit singkong. 2. Diharapkan bagi dunia industri terutama industri makanan bayi dan balita dan dalam rangka penganekaragaman hasil olahan kulit singkong. 3. Untuk mengetahui jenis lemak nabati yang sesuai bagi komponen makanan bayi dan balita. 1.5. Kerangka Pemikiran Menurut SNI Nomor 01-2973-1998 (1998), biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat dengan memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak dan bahan pengembang, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Biskuit dikalsifikasikan menjadi 4 yaitu biskuit keras, creackers, cookies, dan wafer. Mutu cookies meliputi mutu ssecara fisik, kimia dan organoleptik. Untuk kepentingan makaann bayi dari sisi jumlah protein tidak boleh melebihi 10%, sedangkan untuk lemak berkisar 25-30% dari total kalori produk dan untuk

5 karbohidrat memiliki kisaran tidak boleh melebihi 70%. Terkait dengan kualitas fisik untuk makanan bayi minimal makanan tersebut mudah larut dan tidak keras jika dikonsumsi (SNI 01-4445-1998). Penambahan lemak nabati akan memberikan kontribusi meningkatnya kadar lemak dalam cookies. Kandungan lemak dalam cookies biasanya diperoleh dari komponen susu, telur dan lemak yang dikandung oleh bahan baku. Kulit singkong mengandung lemak yang hanya sedikit sekali (0,45%) sehingga dapat dikesampingkan. Bahan baku lain yaitu kacang hijau hanya memiliki kandungan lemak 1,30%. Dengan demikian kandungan lemak yang akan dimiliki oleh cookies akan sangat dipengaruhi oleh jumlah lemak nabati yang akan ditambahkan (Abboud, 2000). Menurut Ketaren (1986) dalam penelitian Lina (2003), minyak jagung mengandung 98,6% lemak, minyak sawit mengandung 94% lemak, sedangkan minyak kelapa mengandung 96% lemak. Terhadap kandungan protein dan karbohidrat dari cookies penambahan lemak nabati tidak akan memberikan kontribusi pengaruh yang signifikan. Menurut Buckle (1987) dalam penelitian Lina (2003), penambahan lemak nabati dalam suatu bahan makanan akan mempengaruhi tekstur demikian juga lemak yang terkandung dalam pembuatan cookies menyebabkan tekstur adonan yang dihasilkan akan lebih halus dan menyebabkan diameter partikel adonan akan melebar atau membesar yang menyebabkan berat massa dari adonan cookies tersebut bertambah dan juga menurut Abboud (2000), tekstur yang baik terjadi tergantung penambahan jenis minyak, karena minyak berfungsi sebagai pelunak,

6 penambah rasa lezat, memberikan nilai gizi, dan membantu pengembangan susunan fisik adonan terutama pada saat pemanggangan. Lemak yang ada berasal dari penambahan telur maupun minyak, dimana lemak ini akan melapisi pati dari gluten dalam tepung dan memutuskan ikatannya, sehingga menghasilkan kerenyahan pada cookies. Menurut Ketaren (1986) dalam penelitian Lina (2003), fungsi lemak dalam adonan sebagai peminyakan untuk pengembangan sel dalam adonan sehingga dapat memperbaiki remah cookies yang dihasilkan. Makanan yang mengandung lemak yang tinggi adalah makanan yang biasanya sangat didambakan, apalagi dengan kombinasi makanan yang berlemak dan manis adalah salah satu makanan yang paling disukai. Orang yang tidak terlatih mengenai sensoriknya terhadap makanan yang berlemak selama 12 minggu menunjukkan penurunan rasa kenikmatan untuk makanan yang mempunyai kadar lemak tinggi. Pada permen coklat terjadi pencampuran antara lemak dan gula sehingga saat permen coklat dikonsumsi akan ada perubahan dari padat menjadi cair saat dimakan dikarenakan memiliki titik leleh yang lebih kecil hampir mendekati suhu tubuh, lemak dan gula dalam suatu makanan juga dapat memperkecil partikel dari adonan atau makanan sehingga daya serapnya terhadap air akan lebih besar (Abboud, 2000). Dalam pembuatan cookies, tepung, telur, lemak dan baking powder atau soda kue adalah komponen yang memegang peranan penting dan berpengaruh terhadap sifat-sifat cookies, khususnya sifat fisik dan cita rasa. Sedangkan air, ph dan pengaturan temperatur pengaruhnya kecil. Lemak merupakan komponen

7 penting dalam pembuatan cookies, karena berfungsi sebagai bahan pengemulsi sehingga menghasilkan tekstur produk yang renyah. Lemak dapat membuat renyah cookies karena lemak melapisi molekul pati dan gluten dalam tepung dan emutuskan ikatannya (Matz, 1978 dalam penelitian Anindita 2008). Pada prinsipnya keadaan makanan tambahan untuk bayi dan makanan balita adalah sama yaitu menghendaki susunan makanan yang kaya gizi, mudah dicerna, praktis penggunaannya, mudah menyimpannya, penerimaannya baik, diproduksi setempat dengan menggunakan bahan-bahan setempat. Saat ini makanan balita telah menjadi salah satu produk yang amat popular diantara produk-produk industry pangan. Macam-macam produk makanan balita dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku yang berbeda-beda diantaranya ialah campuran ubi-ubian, biji-bijian, kacang-kacangan, campuran dengan sayuran, csmpursn protein hewani, dan lain-lain. Begitu pula dengan formulasi dan cara pembuatannya masih terus dikembangkan untuk memperoleh produk yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Winarno, 1995 dalam penelitian Lina 2003). Berdasarkan hasil penelitian Ihfan (2006), perbandingan substitusi yang dilakukan pada tepung ubi jalar dan tepung sukun yaitu 60 : 40 ; 55 : 45 ; dan 50 : 50 berpengaruh nyata terhadap warna, tekstur, kadar air dan kadar protein pada cookies dan produk yang menghasilkan cookies terbaik dengan perbandingan 50 : 50. Adanya lemak akan meningkatkan kepadatan kalori makanan tambahan bayi dan balita. Jumlah lemak yang diberikan sampai mencapai 25% dari total

8 kalori pada makanan tambahan masih dianggap baik (Winarno, 1995 dalam penelitian Lina 2003). Lemak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan pada umumnya lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sehingga lebih mudah diserap oleh anak kecil. Untuk memperbaiki resorpsi dan menyediakan cukup asam lemak esensial, maka lemak susu sapi diganti sebagian atau keseluruhan dengan lemak tumbuhtumbuhan, seperti minyak jagung, cotton seed oil, olive oil atau campuran campuran 2 macam minyak (SGM : minyak kacang tanah dan minyak kelapa) (Pudjiadi, 1983 dalam penelitian Lina 2003). Menurut Sarwono (2005) dalam penelitian Ihfan (2012), campuran 75% tepung terigu dengan 25% tepung sukun menghasilkan cookies dengan tekstur, kerenyahan, dan penampakan yang baik. Penelitian yang dilakukan Hanafi (1999), penggunaan tepung ubi jalar pada cookies mampu memsubstitusi tepung terigu sampai 25% dengan suplementasi tepung kacang hijau sebesar 10%. Penggunaan di atas 30% hasil cookies kurang memuaskan karena warna cookies kurang menarik. Menurut Islamiawati (2008) dalam penelitian Ihfan (2012), dalam formulasi dan optimasi produk biskuit berbahan baku ubi jalar, sagu dan kacang hijau, dari hasil penelitian utama dalam formulasi dan optimasi produk biskuit berbahan baku ubi jalar, sagu dan kacang hijau suhu pemanggangan yang memberikan hasil optimum adalah 180 o C dengan lama pemanggangan 20 menit. Menurut penelitian Oluwamukomi, dkk., (2011), sifat fisikokimia dan sensoris terhadap tepung komposit singkong-gandum yang diperkaya dengan

9 tepung kedelai, dimana tepung terigu yang biasa digunakan digantikan dengan tepung singkong dengan tingkatan 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60 dan 70 % menyebabkan penurunan kandungan protein progresif pada penambahan tepung singkong 40% sedangkan apabila ditambahkan tepung kedelai maka akan mengalami kenaikan kandungan protein pada penambahan tepung kedelai 10%. Menurut penelitian Imran Pasha (2002), penambahan pemanis atau gula diet pada pembuatan cookies akan menurunkan nilai kalori yang dikandung. Pada penambahan 100% sukrosa nilai kalori yang dihasilkan tertinggi yaitu 4398,74 kal/gram sedangkan kalori terendah 3718,31 kal/gram dengan penambahan 75% fruktosa dan 25% sukrosa. Menurut penelitian Falola dkk (2011), penggunaan tepung komposit gaplek dari singkong dengan penambahan tepung biji labu kuning menyebabkan peningkatan kandungan protein yang signifikan dari 2,10 20,05 % dan penurunan kandungan karbohidrat dari 82 55,10 %. 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka diduga bahwa : 1.) Mutu cookies akan berbeda pada setiap perbandingan tepung kulit singkong dengan tepung kacang hijau sebagai bahan bakunya. 2.) Mutu cookies akan berbeda pada setiap penambahan jenis lemak nabati yang berbeda.

10 1.7. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudhi No 193, Bandung. Waktu penelitian dimulai pada bulan Februari sampai dengan selesai.