APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN BAP PADA TANAMAN PADI SAWAH YANG DITANAM DENGAN METODE SRI (THE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKTIVITAS PADI SAWAH PADA KEPADATAN POPULASI BERBEDA

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

Nalwida Rozen, Aswaldi Anwar, dan Hermansah 2

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

Gontor AGROTECH Science Journal Vol. 3 No. 1, Juni 2017

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

HASIL DAN PEMBAHASAN

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI UMUR SEMAI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN APLIKASI TINGGI MUKA AIR TANAH PADA TANAH INSEPTISOL

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

dwijenagro Vol. 4 No. 1 ISSN :

SISTEM TANAM DAN UMUR BIBIT PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan

KAJIAN PEMUPUPUKAN P PADA LAHAN SAWAH BALAI BENIH INDUK UNTUK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza Sativa L.) Riski Novarma, Nelvia Nelvia, Herman

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

PENGARUH FREKUENSI PENGENDALIAN GULMA SECARA MANUAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN METODE SRI

HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN METODE SRI

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA Ratun Tanaman Padi

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

Kata kunci: padi, SRI, konvensional, pupuk daun, stress air Keywords: rice, SRI, conventional, foliar fertilization, water stress

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan

Pengaruh Jumlah Bibit dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.)


1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pemakaian Pupuk Organik Cair Sebagai Dekomposer dan Sumber Hara Tanaman Padi (Oriza sativa L.)

Hanafi Ansari*, Jamilah, Mukhlis

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PENGARUH JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI GOGO (Oryza sativa L.) KULTIVAR INPAGO 6

PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI SAWAH MELALUI UMUR BIBIT. Acceleration of Lowland Rice Yield through Seedling Age

Achmad Sauki *), Agung Nugroho dan Roedy Soelistyono

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

PENGARUH APLIKASI BIOURINE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI THE EFFECT OF BIOURINE APLICATION TO RICE GOWTH AND YIELD

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK PHONSKA DAN PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L) VARIETAS IR 64

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

IDENTIFIKASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL PADI GOGO DI ACEH BESAR. The Identification Some Upland Rice Superior Varieties in Aceh Besar

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi sebagian besar penduduk

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

Transkripsi:

Aplikasi ZPT Padi Metode SRI APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN BAP PADA TANAMAN PADI SAWAH YANG DITANAM DENGAN METODE SRI (THE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) (Growth and yield of rice in response to NAA and BAP under SRI (The System of Rice Intensification)) Sumardi 1, Kasli 2, A. Syarif 2, N. Akhir 2, M. Kasim 2, dan S. Anwar 3 1 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu 2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang 3 Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT Yield improvement of rice can be accelerated by improving plant growth in the field. This can be managed by cultural technique and application of plant growth substance capable of improving the pattern of assimilates distribution, growth and development of particular organ. SRI (The System of Rice Intensification) is intended to improve plant yield while maintaining the quality and fertility of soil. Similarly, auxin, such as Naphtalene Acetic Acid (NAA) and cytokinin, such as Benzyl Amino Purine (BAP) can be used to improve the performances of stem and head of rice better than other growth substances. The objective of this study was to determine the concentration of plant growth substance that best for rice growth and yield under SRI. The study was conducted from April to July 2006 at Seed Service Center, Semarang, the Province of Bengkulu. The experiment was set up in a randomized complete block design with three replicates. The treatments were no plant growth substance, 60 ppm BAP, 60 ppm NAA, 40 ppm NAA + 60 ppm BAP, and 60 ppm NAA + 60 ppm BAP. Results indicated that BAP at 60 ppm produced the highest LAI (3.57), highest head number (24.12/hill), number of seed per head (128.91), highest 1000 dry grain (26.63 g) and dried seed (8.886 g/12. 5m 2 ). Key words: NAA, BAP, system of rice intensification PENDAHULUAN A khir-akhir ini masalah pangan menjandi isu nasional, dimana ratarata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.49%, sementara laju pertumbuhan beras nasional hanya 1.34%. Oleh karena itu pemerintah harus mengambil keputusan yang bijak dan tepat. Untuk jangka pendek sekalipun sebenarnya bukan merupakan keputusan yang tepat, namun untuk saat ini yang dianggap baik adalah mengimpor beras dari negara tetangga penghasil beras seperti Thailan, China dan Vietnam. Rata-rata volume impor beras nasional setiap tahunnya hingga tahun 2006 sebesar 2-2.5 juta ton beras (Sawit, 2006). Rata-rata produktivitas sawah beririgasi teknis di Indonesia masih tergolong rendah, yakni berkisar 4.66 ton/ha (Las, 2004). Rendahnya produktivitas padi sawah disebabkan antara lain pengelolaan lingkungan tumbuh yang dilakukan belum secara terpadu, sehingga belum memberikan lingkungan tumbuh yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan padi sawah. The System of Rice Intensification (SRI) yang dikembangkan di Madagaskar pada awal 1980-an oleh Father Henri de Laulanié pada dasarnya adalah optimalisasi pengelolaan sub-sub sistem dalam ekosistem tanaman padi sawah. Selanjutnya sub-sub sistem tersebut akan bersinergi membangun dan memanfaatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan. Sub sistem lingkungan tumbuh akar yang diupayakan selalu dalam kondisi aerobik, bertujuan menyediakan suplai O 2 yang cukup untuk respirasi akar dan mikroorganisme tanah. Sub sistem tanaman yang ditanam pada umur pindah bibit muda, bertujuan untuk mengurangi periode stagnasi dan memberikan kesempatan yang panjang untuk menghasilkan anakan secara optimal (Uphoff, 2003). Di Indonesia Balitpa mengembangkan Integrated Crop Management (ICM). ICM menyoroti 3 komponen utama yakni; 1) ISSN 1979-0228 121

Jerami Volume I No. 1, Januari - April 2008 pengelolaan air secara intermitten, 2) pengelolaan nutrisi dan 3) pemindahan bibit pada umur muda. Metode ini mampu menghasilkan rata-rata 6.9 t.ha -1, sedangkan pada tingkat petani produksi rata-rata 5.4 ton per hektar (Wardana et al., 2002). Konsep pengelolaan air secara intermitten pada dasarnya sejalan dengan konsep SRI. Pada SRI secara tegas menyatakan penggunaan air minimal, lahan cukup air untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi namun tidak sampai tergenang memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan yang tergenang secara terus menerus (Uphoff dan Randriamiharisoa, 2002). Dikaitkan dengan hasil penelitian Yang et al. (2002), menunjukkan, perlakuan kekurangan air yang masih pada batas toleransi (air tanah 0.025 Mpa setelah antesis) mengakibatkan remobilisasi karbon dari culm dan sheaths selama periode pengisian biji meningkat 47-61% untuk padi hibrid japonica/indica (J/I) dan 12-26% untuk hibrid indica/indica (I/I). Partisi karbon dari daun bendera ke biji juga meningkat antara 18-28%, dan laju pengisian biji meningkat 0.14-0.36 mg hari -1 biji -1 serta hasil biji meningkat sebesar 4.4-13.3%. Yang at al., (2003), mengemukakan bahwa perlakuan potensi air tanah -0.025 Mpa 9 hari setelah antesis pada dua galur hibrid indica Pei-Ai 645/Yangdao 6 dan Pei-Ai 64 S/E 32, dapat meningkatkan hasil yaitu berturut-turut seesar 10% dan 9% Secara ilmiah terbukti budidaya padi sawah dengan tidak mengenangi secara terusmenerus dapat meningkatkan hasil. Permasalahan lain yang masih menjadi perhatian adalah tingginya spikelet steril. Rata-rata persentase spikelet steril padatan tanaman padi sawah berkisar 24.2%-28.2% (Peng et al, 1999; Peng et al (2000). Upaya untuk mereduksi jumlah spikelet steril (gabah hampa) adalah dengan meningkatkan kekuatan sink, yaitu bagaimana meningkatkan kemampuan semua spikelet yang terbentuk untuk menarik fotosintat yang dihasilkan oleh surce, sehingga sesedikit mungkin spikelet yang telah terbentuk steril. Selanjutnya spikelet yang berada pada ujung malai akan bertambah volumenya sehingga meningkatkan kapsitas isinya (Venkateswarlu dan Visperas, 1987). Pada padi yang tergolong varietas unggul baru memiliki sifat sink limited, artinya organ daun yang berfungsi sebagai source sebenarnya masih dapat menghasilkan asimilat, namun ukuran biji telah tetap (fixed). Sehingga di lapangan ketika bulir telah menguning (matang), daun masih berwarna hijau dan segar. Ada dua kemungkinan yang menjadi penyebab hal ini; 1) kekuatan sink menarik asimilat rendah dan 2 ) kapasitas yang dapat diisi asimilat terbartas. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan persentase spikelet fertil adalah dengan meningkakan kekuatan dan kapasitas sink. Hal ini berhubungan dengan mekanisme partisi asimilat. Pada tanaman termasuk di dalamnya padi sawah, yang berperan mengatur distribusi asimilat ke seluruh bagian tubuh tanaman adalah fitohormon. Kemampuannya sebagai regulator dapat ditingkatkan dengan menambahkan senyawa sejenis (sintetis) dari luar organ tubuh. Senyawa ini disebut dengan zat pengatur tumbuh (Plant Growth Regulator). Zat pengatur tumbuh bersifat spesifik dalam mempengaruhi proses fisiologi tanaman, seperti mempengaruhi pola partisi asimilat, sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organ tertentu (Arteca, 1996). Aplikasi BAP pada konsentrasi 20 ppm menghasilkan rata-rata spikelet fertil 86.75% (kontrol 78.44%) dengan jumlah spikelet per malai 139 (kontrol 134 spikelet). Aplikasi BAP pada konsentrasi 25 ppm menghasilkan rata-rata spikelet fertil 85.78% dengan rata-rata jumlah spikelet per malai 153.05 (Sumardi, 2005). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jenis dan konsentrasi ZPT serta kemungkinan kombinasinya untuk meningkatkan kekuatan sink tanaman padi sawah yang dibudidayakan dengan SRI. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan Juli 2006. Dibudidayakan pada lahan sawah beririgasi teknis Balai Benih Pembantu (BBP) milik Dnas Pertanian Kota Bengkulu, bertempat di Desa Semarang, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu. Percobaan merupakan faktor tunggal, yakni perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT), yang terdiri dari 5 taraf, yakni A = tanpa pemberian ZPT, B = pemberian BAP 60 ppm, C = pemberian NAA 60 ppm, D = 122 ISSN 1979-0228

Aplikasi ZPT Padi Metode SRI pemberian NAA 40 ppm + BAP 60 ppm, dan E = pemberian NAA 60 ppm + BAP 60 ppm. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap, dengan 3 ulangan. Padi sawah yang digunakan varietas IR-64 dengan status benih Breeder Seed (BS). Teknik budidaya yang dilakukan mengacu pada SRI. Persiapan lahan dilakukan dengan olah tanah sempurna (OTS) menggunakan hand tracktor. Benih dipindahtanamkan setelah bibit berumur 10 hssb (hari setelah sebar benih). Bibit ditanam 1 batang per titik tanam, dengan sistim tandur jajar jarak tanam 25 X 25 cm. Untuk membangun kesuburan tanah setelah pengolahan tanah ke-2, ditambahkan bahan organik (pupuk kandang) kotoran sapi sebanyak 15 ton/ha. Zat Pengatur Tumbuh diaplikasikan pada saat tanaman berumur 56 hari setelah sebar benih, yaitu pada saat tanaman memasuki fase primordia. Aplikasi dilakukan pada sore hari (cuaca cerah) sekitar pukul 16.00-17.00 WIB, dengan cara menyemprotkan ZPT sesuai dengan jenis dan konsentrasinya ke seluruh bagian tanaman. Untuk mengambil kesimpulan dari perlakuan yang diberikan, dilakukan pengamatan pada parameter; tinggi tanaman, indeks luas daun, jumlah malai per rumpun, jumlah bulir per malai, berat 1000 biji, dan hasil gabah kering giling (12,5 m 2 ). HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman merupakan salah satu paramater yang dijadikan indikator suatu respon tanaman terhadap perlakuan ZPT yang diberikan setelah dibandingkan dengan tanaman yang memperoleh perlakuan yang berbeda. Respon tersebut dapat bersifat negatif maupun positif, tergantung dengan tujuan yang diharapkan. Untuk tanaman padi sawah sebenarnya tanaman yang terlalu tinggi kurang diharapkan karena akan lebih rentan terhadap kerebahan. Tinggi tanaman padi sawah yang ideal untuk sutau varietas perlu dihubungkan dengan komponen hasil lainnya. Auksin adalah senyawa kimia organik dengan karakteristik yang memiliki kapasitas memacu pemanjangan sel pucuk pada daerah sub apikal. Auksin secara umum mempengaruhi proses-proses lainnya selain pemanjangan sel, tetapi pemanjangan sel merupakan hal yang paling utama, sedangkan sitokinin mempunyai kemampuan memobilisasi asimilat ke daerah yang memperoleh perlakuan dengan sitokinin secara eksogen (Arteca, 1996). Indeks luas daun merupakan perbandingan antara luas daun total per rumpun dengan luas tegakannya. Luas tegakan yang dimaksud adalah jarak tanam yang digunakan. Indeks luas daun sangat ditentukan oleh luas daun total. Pada tanaman padi sawah luas daun disamping ditentukan oleh luas daun per individu daun, juga sangat dipengaruhi oleh jumlah anakan yang dihasilkan. Berdasarkan fungsinya daun sebagai organ utama sebagai source, maka indeks luas daun erat hubungan dengan laju pertumbuhan tanaman. Indeks luas daun optimal tercapai jika laju pertumbuhan tanaman tidak lagi memberikan respon terhadap peningkatan indeks luas daun. Secara logis untuk meningkatkan laju pertumbuhan tanaman upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan luas daun hingga tercapai indeks luas daun yang optimum. Suatu metode yang lazim digunakan untuk mengatur luas daun adalah dengan mengatur kerapatan tanaman per satuan luas lahan dan perlakuan pemupukan, baik pupuk anorganik maupun pupuk organik. Jumlah anakan yang dihasilkan oleh tanaman padi sawah sangat ditentukan oleh periode pilkron yang dimiliknya hingga tanaman menghasilkan malai. Satu periode pilokron membutuhkan 5-7 hari tergantung dengan kondisi lingkungan. Pada kondisi yang optimum fase vegetatif tanaman padi dapat berlangsung selama 12 pilokron sebelum tanaman menghasilkan malai. Upaya untuk mencapai periode pilokron yang panjang adalah dengan memindahkan bibit pada umur yang masih muda. Saat yang paling baik untuk transplanting bibit adalah selama pilokron ke-2 atau maksimum ke-3, sehingga tidak ketinggalan fase berlipat (eksponensial) yang dimulai pada pilokron ke- 4 (Berkelaar, 2001), anakan (tillering) secara eksponensial mulai terlihat pada pilokron ke-8. Bibit dengan umur 8-15 hari dengan 2 daun kecil pertanda tanaman belum mulai pertumbuhan pilokron ke-4 (Uphoff, et al., 2002). ISSN 1979-0228 123

Jerami Volume I No. 1, Januari - April 2008 Tabel 1. Tinggi tanaman, indeks luas daun dan jumlah malai per rumpun, akibat pemberian zat pengatur tumbuh BAP dan NAA Rata-rata Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Indeks luas daun Jumlah malai per rumpun Tanpa ZPT 93.76 b 2.25 b 21.73 b BAP 60 ppm 101.80 a 3.57 a 24.12 a NAA 60 ppm 102.72 a 3.33 a 23.00 a BAP 60 ppm+naa 40 ppm 97.72 ab 3.28 a 23.82 a BAP 60 ppm + NAA 60 ppm 94.94 b 2.23 b 21.27 b Angka-angka pada pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT 5 % Berat 1000 biji juga merupakan sifat yang diturunkan induknya, yang menggambarkan besarnya ukuran biji. Namun sifat ini dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang diterimanya. Zat pengatur tumbuh NAA dari golongan auksin dan BAP dari golongan sitokinin ternyata mampu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan biji, sehingga berat 1000 biji menjadi berbeda dengan perbedaan perlakuan yang diberikan. Bertambah besarnya berat 1000 biji berarti terjadi pertambahan ukuran volume pada organ sink, yakni bulir. Artinya aplikasi ZPT pada tanaman padi sawah dapat meningkatkan ukuran sink dan meningkatkan kekuatan sink menarik asimilat yang dihasilkan oleh source. Berdasarkan parameter yang diamati aplikasi BAP 60 ppm dan NAA 40 ppm memberikan hasil yang lebih baik dengan tanpa ZPT dan BAP 60 ppm dan NAA 60 ppm sedangkan tanpa ZPT sama baik dengan BAP 60 ppm dan NAA 60 ppm. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Weaver (1972) dalam Arteca (1996) bahwa benzyl amino purine (BAP) mempengaruhi pembelahan sel, pembentukan organ, pembesaran sel dan organ, mengatur meningkatkan kecepatan translokasi asimilat ke jaringan yang diperlakukan dengan benzyl amino purine secara eksogen. Kecepatan translokasi produk fotosintesis seperti sukrosa untuk ditranslokasikan dari daun ke berbagai organ pengguna (sink) akan menentukan laju fotosintesis oleh daun. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pemotongan biji atau buah yang sedang tumbuh (pengguna kuat) akibatnya menghambat proses fotosintesis beberapa hari kemudian, khususnya pada daun terdekat dengan yang biasanya mengirim produk fotosintesis ke organ tersebut. Salah satu faktor yang menyebabkan demikian adalah terjadinya pembentukan butir-butir pati pada kloroplas, ketika trnaslokasi lambat dan fotosintesis cepat. Selanjutnya butir pati akan menakan tilakoid sehingga sangat rapat di dalam kloroplas, dan secara fisik menghambat cahaya mencapai tilakoid yang selanjutnya menyebabkan proses fotosintesis terhambat (Salisbury dan Roos, 1995). Hasil ini memberikan informasi bahwa zat pengatur tumbuh BAP 60 ppm dan NAA 60 ppm secara sendiri-sendiri maupun kombinasi BAP 60 ppm dengan NAA 60 ppm dapat digunakan untuk membantu mengarahkan dan mempercepat translokasi serta partisi asimilat ke biji lebih banyak dibandingkan ke jerami. Menurut Hopkins, (1995) ada dua faktor utama yang mempengaruhi kekuatan sink pada biji, yaitu turgor sel dan hormon. Kandungan sitokinin pada biji lebih tinggi pada kondisi pengairan yang baik dibandingkan dengan stres air, terutama setelah pertengahan sampai akhir fase pengisian biji. Hasil penelitian ini sejalan dengan Yang et al., (2001b) yang mengemukakan bahwa peningkatan kandungan sitokinin dan IAA pada biji pada awal fase pengisian biji berhubungan erat dengan laju peningkatan pengisian biji. Kandungan sitokinin dan IAA maksimun tercapai sebelum tercapainya laju pengisian biji maksimum, dengan demikian dapat diasumsikan bahwa sitokinin dan IAA berperan sebagai regulasi pada fase awal pengisian biji pada padi. Hal ini tentu berkorelasi positif dengan berat 1000 biji. Berat 1000 biji adalah suatu indikator untuk melihat kekuatan sink, yaitu kemampuan organ sink dalam hal ini biji untuk menarik asimilat hasil fotosintensis. Semakin besar kekuatan sink akan mempengaruhi proporsi asimilat yang dipartisi ke jerami. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang berantai dan positif akibat pemberian zat pengatur tumbuh BAP dan NAA masing-masing dengan konsentrasi 124 ISSN 1979-0228

Aplikasi ZPT Padi Metode SRI 60 ppm. Dimulai dari indeks luas daun, jumlah malai per rumpun (anakan produktif), jumlah bulir per malai, berat 1000m biji, hingga pada akhirnya hasil gabah, yakni gabah kering giling, seperti yang disajikan pada Tabel 1 dan 2. Artinya zat pengatur tumbuh BAP pada konsentrasi 60 ppm memberikan pengaruh yang simultan. Tabel 2. Jumlah bulir per malai, berat 1000 biji dan hasil GKG per plot akibat pemberian zat pengatur tumbuh BAP dan NAA Rata-rata Perlakuan Jumlah bulir per GKG per plot (g) Berat 1000 biji (g) malai (12.5 m 2 ) Tanpa ZPT 119.61 b 24,13 c 5.094 b BAP 60 ppm 128.91 a 26,63 a 8.886 a NAA 60 ppm 118.27 bc 25,18 b 8.262 a BAP 60 ppm+naa 40 ppm 116.39 bc 26,31 ab 7.830 a BAP 60 ppm + NAA 60 ppm 112.64 c 25,27 b 5.196 b Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT 5 % Menurut Yang et al., (2002), dikemukakan bahwa padi hibrid japonica/indica heterosis memiliki kekuatan sink yang rendah, hal ini disebabkan rendahnya aktivitas sink (kandungan ATP, Polyamine, IAA dan aktivitas enzim yang berhubungan dengan sintesis pati di dalam biji) selama pengisian biji. Translokasi asimilat dan remobilisasi asimilat yang tersimpan pada jerami ke biji selama periode pengisian biji pada I/I Hs berkisar sekitar 64%. Pada saat matang hanya 44.1% dari 14 C yang ada pada daun bendera yang dipartisi ke biji dan sisanya tertinggal di jerami dan daun. Peningkatan kandungan sitokinin dan IAA pada biji pada awal fase pengisian biji berhubungan erat dengan laju peningkatan pengisian biji. Kandungan sitokinin dan IAA maksimun tercapai sebelum tercapainya laju pengisian biji maksimum, dengan demikian dapat diasumsikan bahwa sitokinin dan IAA berperan sebagai regulasi pada fase awal pengisian biji pada padi (Yang et al.,. Wang, 2001). KESIMPULAN 1. Tanaman padi sawah varietas IR-64 yang dibudidayakan dengan metode SRI memberikan respon yang positif terhadap aplikasi zat pengatur tumbuh, khususnya golongan auksin dari jenis NAA (Nafthalene Acetic Acid) dan golongan sitokinin dari jenis BAP (Benzyl Amino Purine). 2. Penggunaan NAA dan BAP secara bersama menghasilkan respon yang lebih rendah dibandingkan jika diaplikasn secara tunggal 3. Konsentrasi BAP 60 ppm diaplikan secara tunggal memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan aplikasi NAA pada konsentrasi yang sama, serta penggunaan secara bersama-sama. DAFTAR PUSTAKA Arteca, R.N., 1996. Plant Growth Substances, Principles and Aplications. Chapman & Hall. Dept. BC. 115 Fifth Avenue, New York. Berkelaar, D., 2001. Sistem intensifikasi padi (The System of Rice Intensification-SRI). Sedikit dapat memberi lebih banyak. Buletin ECHO Development Notes, Januari 2001. ECHO Inc. 17391 Durance Rd. North Ft. Myers F1.33917 USA. Pp. 1-6. Hopkins, W.G. 1995. Introduction to Plant Physiology. The University of Western Las, I., 2004. Inovasi teknologi tanaman padi untuk sistem pertanian berkelanjutan. Indonesian Institiute for Rice Research (IIRR), Sukamandi. Makalah Pelatihan Peningkatan SDM Perguruan Tinggi dalam Penemgangan Sistim Pertanian Berkelanjutan. Padang, 2-6 Desember 2004. Peng, S., K.G.Cassman, S.S. Virmani, J. Sheehy and G.S. Khus, 1999. Yiel potential trends of tropical rice the relese of IR8 and the challenge of increasing rice yield potential. Crop Sci. 39:1552-1559. Peng, S., R.C. Laza, R.M. Visperas, A.L. Sanico, K.G. Cassman, and G.S. Khus, 2000. ISSN 1979-0228 125

Jerami Volume I No. 1, Januari - April 2008 Grain yield of rice cultivars and lines developed in the philippines since 1966. Crop Sci. 40:307-314. Salisbury, F. B., and C.W. Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB, Bandung. Sawit, M.H., 2006. Indonesia dalam tatanan perubahan perdagangan beras dunia. Makalah BPS di Rakornas Inpres, Yogyakarta 1-2 Mei 2006. Sumardi, 2005. Pengujian 5 jenis zat pengatur tumbuh terahap produktivitas padi IR- 64. Penelitian Pendahuluan Disertasi PPs UNAND. Tidak dipubikasikan. Uphoff, N., and R. Randriamiharisoa, 2002. Reducing water use in irrigated with the System of Rice Intensification (SRI). Proceedings Of A Thematic Workshop on Water-Wise Rice Production, 8-11 April 2002 at IRRI Headquarters in Los Banos, Philippines. Uphoff, N., K.S. Yang, P. Gypmantasari, K. Prinz, and H. Kabir, 2002c. The system of rice intensification (SRI) and its relevance for food security and natural resources management in Southeast Asia. International Symposium Sustaining Food Security and Managing Natural Resources in Southeast Asia, Challengest for 21 th Century, January 8-11,2002 at Ciang Mai, Thailand. Uphoff, N., 2003. Initial Report on China National S.R.I. Workshop. Hangzhon, March 2-3,2003. Venkateswarlu, B., and R.M. Visperas, 1987. Source-Sink Relationships in Crop Plants. International Rice Research Institute. Manila, Philippines. Wardana, I.P., P.S. Bindraban, A. Gani, A.K. Makarim, and I. Las. 2002. Biophysical and Economic Implication of Integrated Crop and Resource Management for Rice in Indonesia. Proceedings Of A Thematic Workshop on Water-Wise Rice Production, 8-11 April 2002 at IRRI Headquarters in Los Banos, Philippines. Yang, J., J. Zhang, Z. Wang and Q. Zhu. 2001a. Activities of starch hydrolitic enzymes and sucrose-phosphate in the stems of rice subjected to water stress during grain filling. Journal of Experimental Botany. 52(364):2169-2179. Yang, J., J.Zhang, Z. Wang, Q. Zhu, and W. Wang, 2001b. Hormonal cange in the grains of rice subjected to water stress during grain filling. Plant Physiol. 127:315-323. Yang, J., J. Zhang. L. Liu, Z. Wang, and Q. Zhu, 2002. Carbon remobilization and grain filling in japonica/indica rice subjected to postanthesis water deficits. Agron. Yang, J., J. Zhang, Z. Wang, L. Liu and Q. Zhu, 2003. Posanthesis water deficits enhance grain filling in two-line hybrid rice. Crop. Sci. 43:2099-2108.J. 94:102-109. ------------------------------oo0oo------------------------------ 126 ISSN 1979-0228