BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bioteknologi adalah ilmu multidisiplin karena terkait dengan bidang ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (Tood & Murphy (2003) menyatakan bahwa Bioteknologi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tentang genetika (Boujema et al, 2010). Sehubungan dengan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fatia Indrianti,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah membawa konsekuensi bagi dunia pendidikan agar segera

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

P - 88 ANALISIS DESKRIPTIF FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMA NEGERI 8 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu masalah yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bioteknologi merupakan salah satu ilmu yang berkembang pesat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa pendidikan di SMK adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran biologi adalah adanya miskonsepsi. Miskonsepsi muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. dilalui setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan mereka.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilannya mengantarkan siswa mencapai prestasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. usaha pembaharuan dalam pendidikan. Seiring dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam mencetak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Materi biologi tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah tentang fenomena alam yang konkrit,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan pembangunan di bidang pendidikan diperlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin maju menuntut dunia pendidikan untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di negara tersebut semakin maju. Bidang pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan pada semua sektor kehidupan. Perbaikan dibidang pendidikan dianggap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak pernah dipisahkan dari aspek kehidupan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan induk dari segala ilmu. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai penuntut ilmu yang terdaftar dan belajar disuatu lembaga

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran tipe giving question and getting answer dengan group resume

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, baik dalam aspek fisik-motorik, intelek, sosial-emosi maupun sikap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. situasi kelas yang termotivasi menurut Brown(1994) pengajar hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk menunjang ilmu-ilmu lain seperti ilmu fisika,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk. mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan

dituntut untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia akan tetapi semua pihak, baik guru, orang tua, maupun siswa sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dampak semakin kompleksnya problematika yang dihadapi oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Tim BSNP, 2006: 1). Menurut Rustaman et al., (2005: 12) biologi merupakan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Belajar pada dasarnya adalah proses untuk memperoleh pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. pengaitan matematika dengan pelajaran lain atau topik lain yang akan dibahas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bioteknologi adalah ilmu multidisiplin karena terkait dengan bidang ilmu yang lain seperti biokimia, genetika, mikrobiologi, fisika, dan matematika, sehingga untuk mengajarkan meteri bioteknologi memerlukan pemahaman yang mendasar dari beberapa bidang ilmu yang terkait, hal ini membuat bioteknologi menjadi sangat kompleks untuk dipelajari. Selain itu beberapa sub materi yang dikaji dalam bioteknologi masih bersifat abstrak karena mengkaji sesuatu yang sifatnya molekuler (Lubis, 2012). Sebagai suatu ilmu, bioteknologi mempunyai beberapa karakteristik diantaranya: merupakan ilmu yang bersifat multidisipliner, lebih banyak bersifat aplikatif sehingga membutuhkan penguasaan konsep-konsep dasar yang cukup banyak menimbulkan kontroversi (terutama produk-produk bioteknologi yang bersifat transgenik) serta berkembang sangat pesat karena manfaatnya bersentuhan langsung dengan peningkatan taraf hidup manusia (Purwianingsih et al, 2009). Bioteknologi sesungguhnya merupakan topik yang menarik karena aplikasinya sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Namun dilain pihak, bioteknologi juga merupakan topik yang relatif sulit karena untuk mendapatkan pemahaman yang baik diperlukan dukungan pemahaman terhadap ilmu-ilmu dasar yang bersifat abstrak. Karakteristik ini menyebabkan bioteknologi merupakan materi yang dianggap sulit baik oleh guru maupun peserta didik (Nurainun, 2014). 1

2 Berdasarkan beberapa penelitian (Rothhaar, et al. 2006; Bal, et al. 2007 dan Diefes-Dux, et al. 2007) penguasaan dalam konsep bioteknologi baik pada siswa maupun masyarakat umum, saat ini masih rendah, sehingga mempengaruhi pada penerimaan mereka pada teknologi ini. Polkinghorne (Tood & Murphy, 2003) menyatakan bahwa bioteknologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat sulit tetapi juga merupakan ilmu yang berkembang sangat kompleks dan menimbulkan perdebatan di berbagai area seperti etika, politik, moral. Bioteknologi untuk peserta didik di SMA (Sekolah Menengah Atas) diharapkan dapat memiliki nilai pengetahuan karena dapat mengatasi permasalahan umat manusia seperti menyangkut pangan, sandang, papan, kesehatan maka dalam hal ini terkait dengan standart kurikulum prinsipnya peserta didik dapat mengimplikasi sains maka dituntut memahami prinsip-prinsip dasar bioteknologi tersebut. Dalam melakukan kegiatan belajar tidak senantiasa berhasil, seringkali ada hal-hal yang mengakibatkan timbulnya kegagalan atau kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Terjadinya kesulitan belajar dikarenakan siswa tidak mampu mengaitkan antara pengetahuan baru dan pengetahuan lamanya sehingga menimbulkan ketidak pahaman atau ketidak jelasan terhadap suatu pelajaran (Caryono dan Suhartono, 2012). Demikian pula halnya materi bioteknologi, gejala kesulitan akan tampak diantaranya ketika siswa tidak lagi mampu berkonsentrasi, sebagian siswa memperoleh nilai yang rendah, siswa menunjukkan kelesuan, dan sebagian besar siswa tidak menguasai bahan yang telah guru sampaikan. Kesulitan belajar tidak hanya disebabkan karena intelegensi yang rendah tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi (Ahmadi dan

3 Supriyono, 2004). Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa (internal) maupun dari luar diri siswa (eksternal). Faktor internal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar diantaranya karena faktor kesehatan, cacat tubuh, intelegensi, bakat, minat, kesehatan mental, dan tipe khusus belajar. Sedang faktor eksternalnya diantaranya karena pengaruh lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Caryono dan Suhartono, 2012). Sekolah yang terletak di pinggiran kota dengan sekolah yang terletak di pusat kota sebagai faktor eksternal sangat mempengaruhi etos dan agresifitas siswa dalam belajar, sehingga menyebabkan kesulitan belajar siswa yang nantinya berakibat pada hasil belajarnya. Wahyono et al (2014) mengungkapkan bahwa permasalahan pemerataan pendidikan secara empirik masih tetap fenomenal, yang ditandai misalnya dengan semakin rendahnya kualitas pendidikan di daerah pinggiran. Ada kecenderungan bahwa prestasi siswa di daerah-daerah pinggiran tidak sebaik pencapaian prestasi belajar di daerah pusat, yang kebanyakan di perkotaan. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang diungkapkan oleh Maesyarah (2015) yaitu: penguasaan konsep biologi siswa di pusat kota lebih tinggi dari pada penguasaan konsep biologi siswa di pinggiran kota. Perbedaan konsep biologi pada siswa di lokasi sekolah yang berbeda dipengaruhi pula oleh minat belajar siswa. Akreditasi sekolah juga dapat dikatakan sebagai faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Khafid et al (2006), semakin tinggi akreditasi sekolah, semakin tinggi pula pencapaian prestasi belajar siswa. Sebaliknya, semakin rendah pencapaian akreditasi sekolah akan berakibat semakin rendah prestasi belajar siswa. Dengan

4 adanya akreditasi sekolah diharapkan kualitas sekolah juga akan semakin baik, dan sekolah yang berkualitas akan menghasilkan lulusan yang baik dan memiliki prestasi belajar yang tinggi. Dalam beberapa penelitian, perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap kesulitan belajar biologi siswa seperti yang dikemukakan oleh Mullis (Larrondo, 2009) yaitu: siswa laki-laki mengungguli siswa perempuan dalam ilmu pengetahuan namun perbedaannya tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tekkaya et al (2006) bahwa terdapat perbedaan gender dalam hal kesulitan belajar biologi. Siswa perempuan berpendapat bahwa belajar biologi lebih sulit dibanding siswa laki-laki. Sementara itu penelitian terbaru yang dilakukan oleh Hasibuan (2014) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kesulitan belajar biologi siswa laki-laki dengan siswa perempuan atau kesulitan belajar biologi siswa laki-laki sama dengan siswa perempuan. Guru sebagai faktor eksternal sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Penelitian terakhir menunjukan bahwa guru-guru sains mengenali adanya kebutuhan untuk mengajarkan bioteknologi, tetapi masih sedikit yang terlaksana. Faktor-faktor yang membatasi pengajaran bioteknologi meliputi: kurangnya keahlian guru dalam konten bidang ini, kurangnya pengalaman dalam kecocokan aktivitas mengajar, kurangnya sumber dan materi kurikulum dan kurangnya waktu mengajar (Dawson & Schibeci, 2003). Berdasarkan hasil observasi di beberapa SMA Negeri di Kota Medan, didapatkan keterangan bahwa perolehan nilai rata-rata peserta didik masih banyak yang belum mencapai KKM berdasarkan Badan Standart Nasional Pendidikan (BSNP) yaitu 75. Di SMA N 2 Medan misalnya, nilai rata-rata siswa pada materi

5 bioteknologi baru mencapai nilai 70, di SMA N 3 juga mencapai 70, di SMA N 4 mencapai 65, di SMA N 14 mencapai 70, sedangkan nilai rata-rata di SMA N 6 Medan mencapai 68. Tidak tercapainya nilai siswa sesuai KKM dapat dijadikan sebagai indikator bahwa telah terjadi kesulitan belajar siswa pada materi bioteknologi. Kesulitan belajar siswa dalam memahami materi bioteknologi pada umumnya pada sub materi bioteknologi modern yang bersifat abstrak dan mengkaji sesuatu yang bersifat molekuler. Untuk mengentaskan kesulitan belajar siswa pada materi bioteknologi maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis faktor penyebab kesulitan tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat diambil langkah konkrit untuk melakukan inovasi pembelajaran sesuai permasalahan yang siswa hadapi. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi permasalahan antara lain: 1. Rendahnya nilai siswa pada materi bioteknologi yang berada di bawah KKM (<75) 2. Materi yang dikaji dalam bioteknologi masih bersifat abstrak karena mengkaji sesuatu yang sifatnya molekuler sehingga sulit untuk dipelajari. 3. Kurangnya keahlian guru terhadap materi yang disampaikan dalam bidang ini. 4. Penyebab kesulitan belajar siswa dalam mempelajari bioteknologi berasal dari 2 faktor yaitu faktor internal (minat, bakat, motivasi) dan faktor eksternal (guru, laboratorium, sumber belajar) 5. Penyebab kesulitan belajar siswa dalam mempelajari bioteknologi yang berasal dari perbedaan akreditasi sekolah, letak sekolah dan jenis kelamin.

6 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dibuat untuk menghindari agar permasalahan tidak meluas dan menyimpang, sehingga penulis membuat batasan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Kesulitan belajar memahami tentang bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern. 2. Kesulitan mengerjakan soal dalam bentuk pilihan ganda, essay dan peta konsep. 3. Faktor Internal (minat, motivasi, bakat) dan faktor eksternal (faktor guru, laboratorium, sumber belajar) yang mempengaruhi kesulitan belajar materi bioteknologi. 4. Perbedaan jenis kelamin yang mempengaruhi hasil belajar materi bioteknologi 5. Penelitian akan dilakukan di 7 SMA Negeri di Kota Medan Kelas XII-IPA Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan akreditasi berbeda (A dan B) dan di 7 kecamatan berbeda yang berlokasi di pusat kota dan di pinggiran kota. 1.4 Rumusan Masalah Permasalahan yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah materi bioteknologi merupakan materi yang tingkat kesulitannya tinggi bagi siswa SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Sub materi bioteknologi manakah yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi siswa di SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Bentuk soal manakah diantara pililihan ganda, essay dan peta konsep yang tingkat kesulitannya paling tinggi bagi siswa di SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016?

7 4. Level kognitif pada soal bioteknologi manakah yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi siswa di SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016? 5. Manakah indikator materi bioteknologi yang paling tinggi tingkat kesulitan belajarnya bagi siswa di SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016? 6. Faktor manakah yang paling dominan diantara faktor internal (bakat, minat, motivasi) dan eksternal (laboratorium, guru, buku) sebagai penyebab kesulitan belajar biologi materi bioteknologi pada siswa SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016? 7. Apakah ada perbedaan hasil belajar materi bioteknologi antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan di SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016? 8. Apakah ada perbedaan kesulitan belajar materi bioteknologi antara siswa yang bersekolah di pusat kota dengan pinggiran kota? 9. Apakah ada perbedaan kesulitan belajar materi bioteknologi antara siswa yang bersekolah di sekolah berakreditasi A dengan akreditasi B? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1. Tingkat kesulitan materi bioteknologi bagi siswa SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016 2. Sub materi bioteknologi yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi siswa SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016.

8 3. Bentuk soal (pilihan ganda, essay dan peta konsep) materi bioteknologi yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi siswa SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016. 4. Level kognitif pada soal bioteknologi yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi siswa di SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016 5. Indikator materi bioteknologi yang mengalami kesulitan belajar paling tinggi di SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016 6. Faktor yang paling dominan diantara faktor internal (minat, bakat, motivasi) dan faktor eksternal (laboratorium, guru, buku) yang menyebabkan kesulitan belajar biologi materi bioteknologi bagi siswa di SMA Negeri se-kota Medan Tahun Pelajaran 2015/2016 7. Perbedaan kesulitan belajar materi bioteknologi antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan di SMA Negeri se-kota Medan tahun pelajaran 2015/2016 8. Perbedaan kesulitan belajar materi bioteknologi antara siswa yang bersekolah di daerah pusat kota dengan pinggiran kota 9. Perbedaan kesulitan belajar materi bioteknologi antara siswa yang bersekolah di sekolah berakreditasi A dengan akreditasi B 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru biologi mengenai masalah kesulitan belajar siswa pada materi bioteknologi. 2. Memotivasi guru untuk lebih meningkatkan proses pembelajaran dan memahami karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar.

9 3. Diharapkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan atau rujukan untuk melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan erat dengan penelitian ini. Sedangkan manfaat praktis penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa, memberi peluang untuk diuji dan mengetahui tingkat kemampuan penguasaan materi bioteknologi. 2. Bagi guru, sebagai bahan masukan atau kritik untuk lebih mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang bermakna pada materi bioteknologi sehingga kesulitan belajar siswa dapat diatasi. 3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah untuk lebih meningkatkan kinerja guru biologi dalam proses pembelajaran.