Simulasi Efek Ukuran dan Lokasi Kebocoran Pipa Pendingin Reaktor Nuklir Menggunakan Fasilitas Eksperimen UUTR.Mod-l

dokumen-dokumen yang mirip
RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

SIMULASI KECELAKAAN KEHILANGAN PENDINGIN DI KAKI PANAS REAKTOR PADA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA REAKTOR

PENELITIAN KECELAKAAN KEHILANGAN PENDINGIN DI KAKI DINGIN REAKTOR PADA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA REAKTOR

ANALISIS KARAKTERISTIKA FRAKSI VOID PADA KONDISI RE-FLOODING POST LOCA MENGGUNAKAN RELAP5

ANALISIS VISUAL PENDINGINAN ALIRAN DUA FASA MENGGUNAKAN KAMERA KECEPATAN TINGGI ABSTRAK ABSTRACT

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

TINJAUAN SISTEM KESELAMATAN REAKTOR DAYA TIPE PWR

STUDI PERPINDAHAN PANAS SELAMA REWETTING PADA SIMULASI PENDINGINAN PASCA LOCA*

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MODEL AUTOMATA PENGOPERASIAN DAN PERSIAPAN UNTAI UJI TERMOHIDRAULIKA BETA

Analisis Karakteristik Rewetting Dalam Celah Sempit Vertikal Untuk Kasus Bilateral Heating Berdasarkan Perubahan Temperatur Awal Plat

EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR TIPE PWR PADA KECELAKAAN PUTUSNYA JALUR UAP UTAMA

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA COOLER TANK FASSIP - 01

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo

ANALISIS DESAIN ECCS TERHADAP FREKUENSI KERUSAKAN TERAS PADA PWR

PENGUJIAN KEANDALAN PEMBANGKIT UAP

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. KH. Soleh Iskandar KM.2 Bogor 16162

PENENTUAN PREDIKSI WAKTU EKSPERIMEN PERPINDAHAN KALOR PENDIDIHAN MENGGUNAKAN BUNDEL UJI QUEEN-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN

ANALISIS KECELAKAAN KEHILANGAN PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR TIPE PIUS MENGGUNAKAN RELAP5/MOD2. Ign. Djoko Irianto*

Efek Kebocoran Beamtube dan Pipa Primer Penukar Panas Pada Suatu Model Reaktor Riset 1 MW Berbahan Bakar Tipe Silinder (Reinaldy Nazar)

PENGAMATAN PERPINDAHAN PANAS PENDIDIHAN SELAMA PROSES PENDINGINAN PADA BATANG PEMANAS BERTEMPERATUR TINGGI

Kata kunci: analisis transient aliran, SSSR, aliran sirkulasi alam, loop primer, kondisi normal.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Skema pressurized water reactor ( September 2015)

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

TEKNIK PERBAIKAN SAMBUNGAN TERMOKOPEL TEMPERATUR TINGGI PADA HEATING-01

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

Diterima editor 12 Maret 2012 Disetujui untuk publikasi 02 Mei 2012

ANALISIS POMPA PENDINGIN REAKTOR TRIP PADA REAKTOR TRIGA-2000 MENGGUNAKAN RELAP/SCDAPSIM/MOD3.4. A. R. Antariksawan *)

Observasi Pola Aliran Dua Fase Air-udara Berlawanan Arah pada Pipa Kompleks ABSTRAK

EKSPERIMEN AWAL ALIRAN SIRKULASI ALAMIAH PADA SIMULASI SISTEM KESELAMATAN PASIF

Reactor Safety System and Safety Classification BAB I PENDAHULUAN

INTEGRASI UNTAI UJI BETA (UUB) DENGAN BAGIAN UJI HeaTING-01 PADA BAGIAN MEKANIK

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

ANALISIS KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN PRIMER RSG-GAS MODA SATU JALUR

STUDI AWAL PENDINGINAN PADA BATANG PEMANAS BERTEMPERATUR TINGGI MENGGUNAKAN BAGIAN UJI QUEEN-II

KARAKTERISTIK REWETTING DALAM CELAH SEMPIT VERTIKAL UNTUK KASUS BILATERAL HEATING

DASAR ANALISIS KESELAMATAN

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PENDIDIHAN PADA EKSPERIMEN REFLOODING MENGGUNAKAN BAGIAN UJI QUEEN

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR

STUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN KALOR DI CELAH SEMPIT ANULUS SELAMA BOTTOM FLOODING BERDASARKAN VARIASI TEMPERATUR AWAL BATANG PANAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Perpindahan Panas Pada Cooler Tank FASSIP - 01

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS KONDISI TERAS REAKTOR DAYA MAJU AP1000 PADA KECELAKAAN SMALL BREAK LOCA

ANALISIS KEJADIAN STEAM GENERATOR TUBE RUPTURE (SGTR) BERDASARKAN SKENARIO MIHAMA UNIT

PEMODELAN SISTEM PENDINGINAN SUNGKUP SECARA PASIF MENGGUNAKAN RELAP5.

Aplikasi Sistem Keselamatan Pasif pada Reaktor Nuklir

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

ANALISIS PROBABILISTIK KECELAKAAN PARAH PWR SISTEM PASIF UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN KECELAKAAN

PEMODELAN TERMOHIDROLIKA SUB-KANAL ELEMEN BAKAR AP-1000 MENGGUNAKAN RELAP5

EFEK PERUBAHAN KETINGGIAN COOLER TERHADAP KECEPATAN ALIRAN AIR PADA SIMULASI SISTEM PASIF

PERHITUNGAN LAJU ALIR PENDINGIN AIR SISI PRIMER PADA UNTAI UJI BETA UNTUK EKSPERIMEN SISTEM PASIF

DISTRIBUSI TEMPERATUR SAAT PEMANASAN DAN PENDINGINAN PER- MUKAAN SEMI-SPHERE HeaTING-03 BERDASARKAN TEMPERATUR AWAL

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

APLIKASI PROGRAM RELAP5/MOD3.2 UNTUK SIMULASI BEAM TUBE RUPTURE RSG-GAS Andi Sofrany Ekariansyah, Susyadi, Sukmanto Dibyo *)

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

REAKTOR AIR TEKAN (PRESSURIZED WATER REACTOR, PWR)

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS

ANALISIS KINERJA PRECOOLER PADA SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK PROSES DESALINASI

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM mpower DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA DI INDONESIA

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

PERANCANGAN KONDENSOR KOMPAK PADA UNTAI UJI BETA ABSTRAK

PEMROGRAMAN SISTEM AKUISISI DATA PENGUKURAN PADA FASILITAS EKSPERIMEN UNTUK SIMULASI PENDINGINAN CONTAINMENT. G. Bambang Heru, Sagino

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

DAN PENGISOLASIANNY A PADA PWR. Oleh: Andi Sofrany Ekariansyah Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - SA TAN A BSTRA

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

KEJADIAN AWAL, INSIDEN DAN KECELAKAAN

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LABVIEW. Kussigit Santosa, Sudarno, Dedy Haryanto

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP DEGRADASI GRAFIT OLEH AIR INGRESS PADA TERAS RGTT200K.

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II

REAKTOR AIR TEKAN TIPE RUSIA (VVER)

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

ANALISIS LAJU ALIRAN AIR DI COOLER PADA HEAT SINK SYSTEM UNTAI UJI FASSIP

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

Transkripsi:

Simulasi Efek Ukuran dan Lokasi Kebocoran Pipa Pendingin Reaktor Nuklir Menggunakan Fasilitas Eksperimen UUTR.Mod-l Anhar R. Antariksawan, Mulya Juarsa, Joko Prasctyo, Edy Sumarno, Kiswanta, dan Ismu Handoyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) - BATAN Gedung 80. Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang IS314 Telp. 021-7560912. Fax. 021-7560913. E-mail: anharra@centrin.net.id ABSTRACT: Experimental Simulation of The Effect ofsize and Location of Coolant Pipe Break in Nuclear Reactor Using UUTR.Mod-l. Several experiments of LOCA with various break size and locations have been conducted using UUTR.Mod-l testfacility. The break sizes studied are 2 mm, 5 mm and mm, each at hot-leg and cold-leg side. The initial conditions ofthe experiment are 1 MW ofpower, primary side pressure of 155 bar approximately, coolant flow rate of 9.8 kg/s and only accumulator is functioned as emergency coolant. Both at hot-leg and cold-leg, the break size of2 mm showed slower pressure decrease rate and the occurrence oftemperature increase early after break. For larger break size, pressure decrease is faster and showed rod temperature excursion due to rod uncovering. Concerning the break location, in large break area, cold-leg breakshowed heater temperature excursion early than in case ofhot-leg break. Size and location ofbreak determine the timing ofevent and, as consequence, different behavior of response system. In any cases to prevent the fuel temperature excursion, the addition ofautomatic depressurizationsystem and installation ofinjection system in upper head ofpressure vessel have been consideredin the nuclearreactor design. Keywords: experimental simulation, LOCA, nuclearpowerplant. PENDAHULUAN Kecelakaan kehilangan air pendingin (Loss-Of- Coolant Accident, LOCA) adalah kecelakaan yang disebabkan oleh adanya pipa yang pecah atau bocor di sistem pendingin primer suatu reaktor nuklir, khususnya pada reaktor nuklir pembangkit daya atau Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN, yang selanjutnya dalam tulisan ini disebut reaktor nuklir). Kecelakaan seperti ini sesungguhnya tidak diharapkan terjadi selama umur hidup suatu reaktor nuklir. Namun demikian, pada tahap perancangan reaktor nuklir kecelakaan ini dipostulasikan dapat terjadi dengan maksud sebagai dasar rancangan sistem keselamatan reaktor nuklir tersebut. Sehingga, kecelakaan tersebut dikenal sebagai kecelakaan dasar desain (design basis accident, DBA) [1]. Terjadinya LOCA yang tidak dapat ditanggulangi dengan sistem dan prosedur keselamatan yang tepat akan dapat mengakibatkan berkurangnya pendinginan bahan bakar sehingga menimbulkan akumulasi panas dalam bahan bakar reaktor dan berisiko mengancam keutuhan bahan bakar tersebut. Fenomena trans ien yang berlangsung cepat selama kejadian kebocoran ini dipengaruhi oleh berbagai parameter, diantaranya ukuran pipa pecah atau kebocoran dan lokasinya. Fenomena yang berlangsung di dalam sistem reaktor nuklir tersebut melibatkan fenomena termohidraulika multi-fase, yaitu dengan adanya campuran air, uap, gas tak terkondensasi dan adakalanya aerosol. Kontak Person: Anhar R. Antariksawan Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) - BATAN, Gedung 80. Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314 Telp. 021-7560912, Fax. 021-7560913, E-mail: anharra@centrin.net.id Untuk mempelajari fenomena LOCA tersebut, komunitas industri dan pusat riset nuklir di berbagai negara dunia telah melakukan berbagai penelitian eksperimental sejak dua dasa warsa yang lalu dengan melibatkan fasilitas eksperimen berupa instalasi ukuran kecil yang memodelkan reaktor nuklir sesungguhnya [2, 3]. Fasilitas eksperimen tersebut pada umumnya menggunakan pemanas listrik sebagai pembangkit panas. Eksperimen tidak mungkin dilakukan menggunakan reaktor nuklir karena risiko yang besar. Penelitian yang pada awalnya untuk mempelajari karakteristik sistem global selama LOCA, dalam perkembangannya bergerak menuju penelitian fenomena lokal rinci yang diperlukan untuk menyusun dan memvalidasi program komputer perhitungan anaiisis dan manajemen kecelakaan dengan melibatkan berbagai jenis transien [4,5]. Di BATAN, di Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN), Serpong, juga terdapat satu fasilitas eksperimen berupa model reaktor nuklir yang disebut Untai Uji Termohidraulika Reaktor (UUTR)[6]. Setelah dimodifikasi fasilitas tersebut disebut UUTR.Mod-l. Berbagai studi eksperimental telah dilakukan sebelumnya, baik menggunakan UUTR maupun UUTR.Mod-l. Eksperimen terdahulu meng gunakan UUTR melingkupi eksperimen kebocoran dengan beberapa diameter dan lokasi (yaitu hot-leg[l], cold-leg[$]) dan kebocoran katup pressurizer[9]), namun terdapat perbedaan pada desain dan kondisi batas sisi sekunder jika dibandingkan dengan studi ini. Sedang, eksperimen awal menggunakan UUTR.Mod-l [] menekankan pada efek daya sisa. Naskah ini menyajikan beberapa hasil eksperimen terakhir menggunakan Simulasi efek ukuran dan lokasi kebocoran pipa pendingin reaktor nuklir... (Anhar R. A. dkk) 11

UUTR.Mod-l dengan tujuan mempelajari karakteristik perubahan dua parameter sistem terpenting, tekanan dan temperatur batang pemanas (merepresentasikan model bahan bakar nuklir), menyusul kejadian kebocoran air pendingin dengan variabel ukuran dan lokasi kebocoran. Meskipun dalam kaitan penelitian sejenis, studi ini bukan merupakan yang pertama kali, hasil yang diperoleh akan bermanfaat untuk pengembangan sistem dan program perhitungan yang mungkin akan dilakukan secara mandiri kelak. Di sisi lain, ekstrapolasi hasil ke reaktor nuklir yang sesuangguhnya tidak dapat dilakukan secara serta merta mengingat beberapa kelemahan desain UUTR.Mod-l sebagai model reaktor nuklir. Kecelakaan Kehilangan Air Pendingin Kecelakaan kehilangan air pendingin adalah bocornya air pendingin dari sistem perpipaan pendingin primer (lihat Gambar 1). Kecelakaan ini diasumsikan terjadi akibat bagian pipa pendingin primer atau pipa yang berhubungan dengan pendingin primer bocor atau patah sehingga mengakibatkan air pendingin keluar dari sistem. Akibat kebocoran tersebut kemampuan pendinginan bahan bakar berkurang. Selain itu, tekanan sistem pendingin juga berkurang sehingga mengakibatkan penguapan pendingin. Hal ini memperburuk kemampuan pendinginan bahan bakar. Akibat yang ditimbulkan oleh kebocoran ini bergantung pada beberapa parameter, diantaranya ukuran kebocoran, lokasi kebocoran dan orientasi kebocoran. Fenomena termohidraulika selama kejadian termasuk kompleks karena melibatkan fenomena fluida multifase. Oleh karena itu, banyak eksperimen dilakukan untuk mempelajari pengaruh parameter tersebut dalam keseluruhan fenomena dan pengaruhnya pada sistem. <C^ Outlet Uap POMPA BEJANA 1 PRIMER REAKTOR Pipa Pendingin Primer Gambar I. Reaktor nuklir PWR dengan cmpat untai pendingin Sistem Keselamatan Untuk menggantikan air pendingin yang bocor, pada suatu PLTN senantiasa dilengkapi dengan sistem injeksi pendinginan darurat yang disebut sistem pendinginan teras darurat (Emergency Core Cooling System, ECCS). ECCS tersusun atas tiga komponen. yaitu sistem injeksi tekanan tinggi (High Pressure Injection System, HP1S), akumulator dan sistem injeksi tekanan rendah (Low Pressure Injection System. LPIS), berturut-turut bekerja pada tekanan yang berbeda dari tekanan tinggi hingga rendah. Sistem injeksi tekanan tinggi dan rendah bekerja dengan bantuan pompa, sedang akumulator adalah komponen pasif yang bekerja jika ada beda tekanan di tangki akumulator dan pipa pendingin. METODOLOGI Deskripsi Fasilitas Eksperimen Pada penelitian ini dipergunakan fasiltas yang dinamakan UUTR.Mod-l yaitu satu fasilitas eksperimen yang memodelkan reaktor PWR Westinghouse 312 (daya termal 2775 MW, tiga untai pendingin) dengan penyekalaan volume dan daya l/11506). Selain itu, UUTR.Mod-l dirancang dengan tinggi penuh dan tekanan penuh (full-height and full-pressure) untuk sisi primernya. Jika PLTN sesungguhnya memiliki 3 atau 4 untai pendingin, UUTR.Mod-l hanya dibuat dengan satu untai pendingin yang mencakup beberapa komponen utama, yaitu Kanal Uji, pompa sirkulasi pendingin primer, tabung penekan (pressurizer) dan pembangkit uap. Di Kanal Uji terdapat 36 batang pemanas listrik yang mampu membangkitkan daya panas maksimum sebesar 3,2 MW. Batang pemanas listrik tersebut, sekaligus memodelkan bahan bakar nuklir (sebagai pembangkit panas). Sistem pendinginan teras darurat yang tersedia adalah HPIS, akumulator dan sistem make up (identik dengan LPIS). Sisi sekunder UUTR.Mod-l tidak sepenuhnya memodelkan sisi sekunder reaktor nuklir, akan tetapi tetap dirancang untuk memberikan kondisi batas yang sesuai. Seperti halnya pada reaktor nuklir yang diacu, pembangkit uap adalah dari jenis tabung U. Untuk tetap dapat menyimulasikan sirkulasi alamiah selama kecelakaan, ketinggian tabung U dipertahankan sama dengan acuan. Kondisi termohidraulika (yaitu temperatur dan tekanan) pendingin sekunder juga dirancang untuk mendekati kondisi riil (280 C, 64 bar). Namun demikian volume dan pemipaan sistem sekunder secara keseluruhan tidak dirancang untuk memodelkan sistem sebenarnya. Dibandingkan dengan fasilitas uji integral yang ada di berbagai laboratorium lainnya, UUTR.Mod- 1 memang masih menunjukkan adanya beberapa keterbatasan, sehingga ekstrapolasi hasil eksperimen dengan UUTR.Mod-l pada kondisi riil reaktor harus dilakukan secara hati-hati. Gambar 2 memperlihatkan skema UUTR.Mod-l. Sedangkan Tabel 1 memberikan spesifikasi teknis terpenting UUTR.Mod-l. 78 MESIN, Volume9 Nomor 2, Mei 2007, 77-85

Eksperimen Pada eksperimen ini, variabel eksperimen adalah diameter kebocoran, yaitu 2 mm, 5 mm dan mm, dan lokasi kebocoran, yaitu di hot-leg dan cold-leg. Selain dari sisi kesesuaian teknis pembuatan orifice kebocoran, dari hasil uji coba eksperimen sebelumnya diketahui Tabung Penekan Pembangkit Uap Pompa Sirkulasi Pendingin Primer * Kanal Uji Tangki Ekspansi «Katup Penurun Tekanan Ekonomiser Kondenser Hotwell Pompa Air-Umpan Seluruh eksperimen dilakukan pada kondisi awal daya tunak sebesar I MW, tekanan nominal sisi primer sekitar 150 bar dengan temperatur keluar kanal uji sekitar 218 C. Di sisi sekunder, diperoleh kondisi saturasi pada tekanan sekitar 12 bar. Kondisi temperatur di sisi primer ataupun tekanan dan temperatur di sisi sekunder masih di bawah harga kondisi operasi reaktor. Hal ini terutama karena ada keterbatasan kemampuan pemindahan panas dari batang pemanas ke pendingin primerfll]. Namun demikian tetap dapat diharapkan bahwa fenomena transien yang terjadi, terutama di kanal uji, dapat dipelajari dan kecenderungan perubahan terhadap waktu beberapa parameter penting akan dapat memberikan gambaran yang ada pada kondisi riil. Sebelum eksperimen dilakukan, kondisi tunak pada tingkat daya 1MW telah lebih dahulu dicapai. Eksperimen diawali dengan pembukaan katup QASCV (Quick Acting Swing Check Valve) yang terhubung dengan lokasi kebocoran dan dapat dibuka cepat dalam orde satu detik. Pada katup ini terpasang orifice dengan diameter sesuai dengan luas kebocoran yang akan disimulasikan. Tabel 2. Matriks eksperimen. Gambar 2. Skema sisi primer UUTR.Mod-l untuk diameter lebih besar dari mm (6,25% luas penampang pipa pendingin primer), penurunan tekanan tekanan sangat cepat sehingga sulit diikuti prosedur scram (pemutusan daya listrik ke pemanas) manual. Tabel 2 memperlihatkan matriks eksperimen yang ditinjau dalam studi ini. Sedang, Gambar 3 memperlihatkan diagram alir UUTR.Mod-l dan lokasi kebocoran. Setiap eksperimen dilakukan dua kali untuk melihat kemampu-ulangan dan konsistensi kecenderungan fenomena, namun yang dipilih di sini hanya satu. Sistem pendinginan darurat tekanan tinggi (HPIS) dan tekanan rendah (LPIS) dimatikan, sehingga yang bekerja hanya akumulator (ACC). Selama kejadian sistem pendingin sekunder tetap dioperasikan untuk mengambil panas dari sisi primer. Sekuensi kejadian, misalkan saat (timing) reaktor dipadamkan dan pompa sirkulasi primer dihentikan, diupayakan sedekat mungkin dengan yang berlangsung di reaktor daya. Namun tetap ada beberapa perbedaan, terutama karena sistem kendali pada UUTR.Mod-l lebih banyak dilakukan secara manual. Tabel I Spesifikasi Teknis UUTR.Mod-l(3] Keterangan Daya reaktor acuan, MWt Jumlah untai reaktor acuan Rasio penyekalaan volumetric Rasio ketinggian komponen Daya maksimum, MW Jumlah untai Tekanan maksimum, bar Jumlah batang pemanas Jumlah alat ukur Nilai 2775 1:1 150 1:1 3,2 1 180 36 64 No 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.. 11. 12. 13. Identitas Tes SB-07-HL SB-08-HL SB-03-HL SB-04-HL MB-05-HL MB-06-HL SB-09-CL SB--CL SB-ll-CL SB-12-CL MB-I3-CL MB-I5-CL MB-I6-CL Kanal uji Tabung penekan Diameter bocor (mm) 2 2 5 5 2 2 5 5 eat Hot-leg Lokasi bocor Pembangkit uap A Status ECCS HPIS ACC LPIS jr\ Aliran air 3$t Lokasibocor Uap, ke sistem sekunder Air. dari sistem sekunder Gambar 3. Diagram alir sisi primer UUTR. Mod. Idan lokasi kebocoran. Simulasi efek ukuran dan lokasi kebocoran pipa pendingin reaktor nuklir... (Anhar R. A. dkk) 79

Pada saat tekanan sisi primer mencapai harga 130 bar, daya pemanas mulai diturunkan secara manual sampai daya sisa yang dikehendaki (identik dengan scram atau pemberhentian reaksi fisi pada reaktor sesungguhnya), yaitu sekitar 25 kw, hingga akhir eksperimen, sekitar 800 detik sampai 00 detik sejak kebocoran. Seperti yang diuraikan padal0>, daya sisa ini dimaksudkan untuk menyimulasikan daya peluruhan (akibat panas dihasilkan oleh peluruhan produk fisi) pada jangka panjang. Pada saat yang bersamaan pompa sirkulasi primer dimatikan. Pada semua eksperimen, akumulator secara otomatis akan bekerja saat tekanan mencapai sekitar 42 bar. Dalam eksperimen ini, mengingat pertimbangan keselamatan pemanasnya sendiri, catu daya listrik akan terputus jika temperatur dinding pemanas mencapai 380 C. Nilai ini masih jauh di bawah temperatur dinding bahan bakar maksimum yang diizinkan di PWR, yaitu sekitar 1200 C. Tidak kurang dari 30 pengukuran parameter penting, sebagian besar pengukuran temperatur pemanas dan air di pembangkit uap, tercatat dalam sistem akuisisi data. Akuisisi data dilakukan hingga sekitar 25 menit, tetapi untuk untuk pembahasan dalam studi ini dibatasi hingga sekitar 15 menit (900 detik) setelah kebocoran saja karena ingin ditekankan untuk mengamati fenomena di awal menyusul kejadian kebocoran. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Umum Secara umum, fenomena yang diamati pada eksperimen menunjukkan kecenderungan yang mirip. Setelah katup kebocoran dibuka, air mengalir dan tekanan turun. Laju penurunan tekanan bergantung pada diameter kebocoran dan juga lokasi kebocoran. Akibat kebocoran dari sistem primer tersebut, pendinginan pemanas berkurang sehingga mengakibatkan kenaikan temperatur pemanas. Akan tetapi, kenaikan temperatur ini tidak berlangsung lama karena daya batang pemanas diturunkan, sehingga temperatur juga dengan segera turun. Pada saat beda temperatur pemanas dan air pendingin semakin kecil, fluks termal yang dipindahkan dari pemanas ke air berkurang dan temperatur pemanas turun secara lambat. Akumulator yang bekerja secara otomatis ketika tekanan mencapai 42 bar membantu mendinginkan pemanas. Kemampuan akumulator membantu mendinginkan pemanas bergantung pada laju alir dari akumulator yang ditentukan oleh beda tekanan antara tekanan sistem primer dan tekanan di tangki akumulator. Hingga akhir pengamatan, sekitar 800 hingga 00 detik, sebagian eksperimen menunjukkan ekskursi temperatur pemanas hingga mencapai batas pemutusan catu daya listrik ke pemanas (380 C), sebagian lagi tidak. Karena pada saat daya diturunkan pompa sirkulasi juga dihentikan, kebocoran air selanjutnya hanya terjadi akibat beda tekanan di dalam sistem primer dengan tekanan udara di luar sistem, sehingga laju kebocoran juga menurun, demikian pula dengan laju penurunan tekanan. Karakteristik penurunan ini bergantung pada diameter dan lokasi kebocoran. Efek Ukuran Kebocoran pada Eksperimen Bocor di Hot-leg Karakteristik perubahan dua parameter terpenting, yaitu tekanan sistem primer dan temperatur pemanas, selama kejadian kehilangan air pendingin berturut-turut diperlihatkan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Dari Gambar 4 dapat dilihat, seperti yang diharapkan, bahwa ukuran kebocoran yang lebih besar akan menurunkan tekanan sistem primer secara lebih cepat. Laju penurunan tekanan yang lebih cepat mengakibatkan pemutusan daya pemanas (scram) dan pemberhentian pompa terjadi lebih cepat. Hal ini ^ daya pemanas turun, pompa sirkulasi berhenti -Q- SB-07-HL (2 rrtn, hot) -O- SB-03-HL(5 mm, hot) -3- MB-05-HL ( rrm, hot) rc T ~^ 0 200 akumu lator bekerja Q B B B B B B B B S B ^^Utti-n-H-e 300 400 500 600 700 800 S00 Gambar4. Perubahan tekanansistemprimeruntuktiga dimensikebocoran sisi hot-leg 80 MESIN, Volume 9 Nomor2, Mei 2007,77-85

350 300 o 250 200 (0 O 150 Q. E *> 0 50 -B SB-07-HL(2mm.hot) -0- SB-03-HL(5mm.hot) - - MB-05-HL(«mm.hot) 0 200 300 400 500 600 700 800 900 Gambar 5. Perubahan temperatur pemanas untuk tiga dimensi kebocoran sisi hot-leg selanjutnya mengakibatkan temperatur pemanas juga turun lebih awal pada saat puncak temperatur lebih rendah dibanding dengan yang terjadi pada ukuran kebocoran paling kecil dalam eksperimen ini (2 mm dalam eksperimen SB-07-HL) seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Pada Gambar 5, untuk eksperimen SB-07-HL, karena pendinginan sudah berkurang akibat bocor sementara daya masih tetap tinggi, temperatur sempat mencapai harga maksimum sekitar 3I5 C pada detik ke 40 setelah kebocoran, kemudian turun karena daya pemanas juga turun. Pada eksperimen MB-05-HL, mulai sekitar 730 detik, temperatur pemanas meningkat (pengukuran dilakukan pada temperatur bagian atas pemanas). Pada saat terjadi kenaikan itu, praktis air di tangki akumulator telah habis dan ketinggian air di dalam Kanal Uji diperkirakan sekitar 500 mm (ketinggian penuh air sekitar 7000 mm). Jika diamati dari data tekanan dan temperatur yang ada, temperatur air di Kanal Uji telah di atas temperatur saturasinya, sehingga adanya penguapan menambah cepat kehilangan air. Hal ini tidak terjadi pada eksperimen SB-07-HL dan SB-03-HL yang memiliki ukuran kebocoran lebih kecil. Tetapi, dalam kedua kasus itu, temperatur pemanas relatif tertahan pada nilai yang tinggi. Namun, tidak dapat disimpulkan apakah pada dua kasus ukuran kebocoran itu tidak ada ekskursi temperatur pemanas seperti pada ukuran bocor yang lebih besar, sebab perlu pengamatan dalam jangka waktu yang lebih lama. Efek Ukuran Kebocoran pada Eksperimen Bocor di Cold-leg Hasil tiga eksperimen di cold-leg untuk tiga nilai kebocoran diperlihatkan pada Gambar 6 dan 7. Gambar 6 memperlihatkan perubahan tekanan selama berlangsungnya kebocoran. Secara umum, seperti halnya kebocoran di hot-leg, ukuran kebocoran yang lebih besar mengakibatkan laju penurunan tekanan yang lebih besar. SB-09-CL (2 mm. cold) SB-11-CL(5mm,coid) MB-13-CL(mm,cold) -Q--B B D D D D D -E) 400 500 600 700 800 900 Gambar 6. Perubahan tekanan sistem primer untuk tiga ukuran kebocoran sisi cold-teg Simulasi efek ukuran dan lokasi kebocoran pipa pendingin reaktor nuklir... (Anhar R. A. dkk) 81

SB-09-CL(2mm.cold) SB-1VCL(5mm.cold) MB-l3-CL(mm.cold) 0 200 300 400 500 600 700 Gambar 7. Perubahan temperatiir pemanas untuk tigaukuran kebocoran sisi cold-leg Pada eksperimen MB-13-CL, tekanan turun hingga sekitar 20 bar dalam waktu hanya sekitar 20 detik. Setelah itu, penurunan tekanan lebih lambat karena beda tekanan yang lebih kecil dan adanya pembentukan uap di Kanal Uji sehingga menghambat penurunan tekanan. Perubahan temperatur yang diperlihatkan pada Gambar 7 memiliki kecenderungan yang sama untuk ketiga ukuran kebocoran, yaitu meningkat di awal dan kemudian turun kembali hingga mendekati temperatur saturasinya. Pada saat itu, penurunan temperatur sangat lambat, kecuali untuk eksperimen MB-13-CL, pada sekitar detik ke 325, temperatur pada bagian atas pemanas naik dengan cepat hingga batas maksimum yang ditetapkan. Kenaikan temperatur ini berhubungan berkurangnya air di dalam Kanal Uji sehingga bagian atas pemanas sudah tidak terendam air. Pada saat temperatur mencapai batas maksimum, daya listrik putus dan temperatur turun kembali. Efek Lokasi Kebocoran Perbandingan karakteristik perubahan tekanan selama kebocoran antara yang terjadi di hot-leg dan cold-leg untuk tiga ukuran kebocoran 2mm, 5mm dan mm diperlihatkan berturut-turut pada Gambar 8(a), 8(b) dan 8(c). Dari Gambar 8 dapat terlihat bahwa karakteristik penurunan tekanan selama bocor pada hot-leg dan coldleg hampir serupa, khususnya untuk ukuran kebocoran yang semakin besar. Perbedaan laju penurunan tampak lebih jelas untuk ukuran yang kecil seperti ditunjukkan pada Gambar 8(a). Hal ini sebagai konsekuensi dari karakteristik aliran pada lubang kebocoran. Untuk lubang kebocoran yang berukuran kecil, pressure drop relatif lebih tinggi dari pada untuk ukuran yang lebih besar. Di sisi lain, kondisi aliran di lubang kebocoran sisi hot-leg, berdasarkan nilai temperatur air keluar dari Kanal Uji, sangat mungkin didominasi oleh aliran dua fase yang selanjutnya menimbulkan pressure drop lebih besar lagi. Sedang di sisi cold-leg, aliran bocor tidak dalam kondisi dua fase, meski penguapan dapat terjadi di sisi luar lubang bocor karena fenomena flashing. Oleh karena itu, laju aliran bocor di sisi cold-leg lebih besar dari pada sisi hot-leg sehinga laju penurunan tekanan lebih cepat (mulai sekitar detik ke-50, lihat Gambar 8(a)). Perbandingan karakteristik perubahan temperatur pemanas selama kebocoran pada sisi hot-leg dan coldleg untuk tiga ukuran bocor yang berbeda diperlihatkan pada Gambar 9(a) hingga 9(c). Pada Gambar 9(a) diperlihatkan efek lokasi kebocoran untuk ukuran kebocoran sama, yaitu 2 mm. Pada dasarnya, kecenderungan perubahan temperatur serupa untuk dua lokasi kebocoran yang berbeda. Perbedaan puncak temperatur di sekitar detik ke-40, berdasarkan data laju alir sirkulasi dan daya pemanas, disebabkan oleh perbedaan saat trip (pemberhentian) pompa dan scram. Karena semua dilakukan secara manual oleh operator, pada kasus SB-07-HL, trip pompa dan scram terjadi bersama-sama, sedang pada SB-09-CL, trip pompa terjadi beberapa saat setelah scram, sehingga pada saat laju alir menurun, daya pemanas sudah lebih rendah sehingga temperatur puncak juga lebih rendah. Perbedaan karakteristik tampak lebih jelas pada kasus kebocoran mm (Gambar 9(c)). Pada kasus ini, kebocoran di cold-leg (eksperimen MB-13-CL) memperlihatkan pemanasan pemanas, yang ditandai dengan kenaikan temperatur, lebih awal. Hal ini karena pemanas lebih cepat tak terendam, karena air yang diinjeksikan oleh akumulator tidak semuanya dapat mencapai Kanal Uji akibat mengalir melalui lubang kebocoran. Perbandingan dengan Eksperimen Lain dan Ekstrapolasi untuk PLTN Desain UUTR.Mod-l yang hanya terdiri dari satu untai dan kondisi termohidraulika eksperimen yang terkait dengan temperatur pendingin primer mengharuskan perbandingan hasil studi eksperimental UUTR.Mod-l dan ekstrapolasi hasil untuk PLTN harus dikaji secara hati-hati. Satu untai pendingin akan membedakan dengan sebagian besar eksperimen yang menggunakan instalasi lain[3] dan PLTN, karena kebocoran di satu untai seakan-akan merepresentasikan kebocoran di semua untai, sedang di instalasi yang terdiri dari lebih satu untai, ada representasi dari untai yang tidak mengalami kerusakan. Di sisi lain, kondisi awal temperatur pendingin primer di UUTR.Mod-l relatif terlalu rendah, jauh di bawah temperatur saturasi pada tekanan sistem primer, sehingga fenomena 82 MESIN, Volume 9 Nomor 2, Mei 2007, 77-85

penguapan akibat flashing, jika terjadi. akan inulai terjadi pada saat yang lebih lama dari saat kebocoran. Meskipun demikian. hasil eksperimen UUTR.Mod- 1 telah dapat memberikan kecenderungan karakteristik sistem yang berguna dan dapat diperbandingkan dengan hasil studi eksperimental lain. Kebocoran lebih kecil, cenderung menghambat penurunan tekanan dan, akibatnya, kerja akumulator yang pada gilirannya karena turunnya kemampuan pemindahan panas dari pemanas ke air dapat menyebabkan ekskursi temperatur pemanas. Pada ukuran kebocoran yang lebih besar, sempat terjadi ekskursi temperatur pemanas lebih cepat, tetapi dapat diturunkan kembali oleh injeksi akumulator. Karakteristik ini ditemui pula dari hasil eksperimen dengan UUTR.Mod-l, hanya saja efektivitas injeksi akumulator di UUTR.Mod-l tidak dapat terlihat mengingat tidak ada kontribusi akumulator dari untai lain yang tidak bocor yang akan dapat menghambat ekskursi temperatur pemanas, sebaliknya jika kebocoran terjadi di cold-leg, air injeksi akumulator dapat ikut terbuang melalui lubang bocor. Untuk meyakinkan bahwa injeksi pendingin darurat melalui ECCS dapat dilakukan lebih cepat, terdapat desain reaktor yang menambah sistem keselamatan berupa sistem penurun tekanan otomatis (automatic depressurization system, ADS)[14] dan ada pula desain yang memasang sistem injeksi di beberapa lokasi, termasuk sistem injeksi di bagian upper head bejana tekan. Jika dalam studi eksperimental ini diasumsikan HPIS dan LPIS tidak berfungsi, dalam suatu desain reaktor nuklir untuk mencegah ketidaktersediaan HPIS dan LPIS, jalur injeksi ke setiap untai dipisahkan satu sama lain sehingga kegagalan di satu jalur tidak menyebabkan kegagalan yang lain. Sehingga, hal ini telah dapat meningkatkan tingkat keselamatan reaktor daya nuklir pada umumnya. D O ffl-09-cl(2rm\ cdrt) S8-07-HL(2nmhot) &-&^6-^-^H^ waktu (detik] o. n\ B SS-M-CL(5rrmcd<l) -O- SB-03-HL(5rm\hc<) c CO c TO -^xvxwn [sd f2hs=^^-^ r#*^-^^-s-^ran &- (b) CO Q_ -Q -^- MB-13-CL(mm.cold) MB-05-HL (mm.hoi) K20 OH DO OOO (c) Gambar 8. Perbandingan perubahan tekanan akibat bocor di lux-leg dan cold-leg untuk tiga ukuran kebocoran Simulasi efek ukuran dan lokasi kebocoran pipa pendingin reaktor nuklir... (Anhar R. A. dkk)

#^^=#^-#=&z^>^^^ SB-09-CL(2mmcoldl QO.n7.MI mm h«l\ 200 300 400 500 600 700 800 (a) -a- SB-11-Cl(5mm.cold) -0- SB-03-HL (Smm. hot) 3 <0 0) ISO Q. ^jghflf"** 0) 0 200 300 <00 500 600 700 800 (b) -B- MB-13-CL ( mm. cold) -$- MB-05-HL (mm. hoi). * catu daya putus mulai ekskursi 4 mulai ekskursi (C) Gambar9. Perbandingan perubahan temperaturpemanas akibatbocordi hot-legdan cold-leg untuk tiga ukuran kebocoran SIMPULAN Eksperimen kecelakan kehilangan air pendingin reaktor nuklir jenis PWR menggunakan instalasi eksperimen UUTR.Mod-l telah dapat memperlihatkan efek diameter kebocoran, antara 2 mm hingga mm, dan lokasi kebocoran, di sisi hot-leg dan cold-leg, terhadap karakteristik perubahan tekanan sistem primer dan temperatur pemanas (yang memodelkan bahan bakar). Ukuran kebocoran lebih kecil cenderung menghambat laju penurunan tekanan dan selanjutnya, injeksi akumulator. Ekskursi temperatur pemanas pada jangka pendek (di bawah waktu pengamatan 00 detik) tidak terjadi, meskipun demikian, kemungkinan terjadi pada jangka panjang ada mengingat temperatur air relatif tetap tinggi selama kejadian. Sedang, untuk ukuran kebocoran yang lebih besar, laju penurunan tekanan lebih cepat dan selanjutnya, injeksi akumulator dapat terjadi lebih awal, tetapi tidak cukup untuk menghambat ekskursi temperatur batang pemanas. Efek lokasi kebocoran tidak tampak signifian kecuali pada ukuran kebocoran besar; ekskursi temperatur pemanas terjadi lebih awal karena injeksi akumulator tidak mampu menggenangi pemanas. Semua hal di atas terjadi dengan skenario hanya akumulator yang berfungsi sebagai sistem injeksi pendingin darurat. 84 MESIN, Volume 9 Nomor 2, Mei 2007, 77-85

DAFTAR PUSTAKA 1. Bengt Pershagen, Light Water Reactor Safety, 1st edition, 1989, Pergamon Press. 2. K. Sato et al., Safety Researches on LWR Loss-of- Coolant Accident, Journal of Nuclear Science and Technology, 1989,26(1). 3. A.R. Antariksawan, Simulasi Eksperimental Kecelakaan Kehilangan Air Pendingin Menggunakan Fasilitas Uji Integral, Buletin Ilmiah Sigma Epsilon, 1999, No. 12/Februari. 4. S.J. Lee et al., Understanding of Important Behaviors of Loss-of-Coolant Accident at Vessel Head, Proceedings of NURETH-, October 5-11, 2003, Seoul. 5. S.W. Lee and S.J. Oh, Investigation ofapr 1400 Large Break LOCA Scenario Using RELAP5/Mod3, Proceedings of NURETH-, October 5-11, 2003, Seoul. 6. A.R. Antariksawan, dkk., Fasilitas Uji Termohidraulika Reaktor, rev.o, 1993, PPTKR. 7. Basuki A. Pudjanto, Simulasi Kecelakaan Kehilangan Pendingin di Kaki Panas Reaktor Pada UUTR, 1996, Tesis S2, Pasca Sarjana ITB, Bandung. 8. Winduwati S., Penelitian Kecelakaan Kehilangan Pendingin di Kaki Dingin Reaktor Pada UUTR, Tesis S2, Pasca Sarjana ITB, 1997, Bandung. 9. Mulya Juarsa, Penelitian Watak Tabung Penekan Melalui Simulasi Eksperimental Kegagalan Penutupan Katup Pembebas Uap (PCVI) di UUTR, Skripsi SI, Universitas Padjadjaran, 1996, Bandung.. A.R. Antariksawan dkk., Hasil Awal Simulasi Eksperimental Kecelakaan Kehilangan Air Pendingin dengan UUTR.Mod-l: Efek Daya Sisa, Jurnal Teknologi Reaktor Nuklir Tri Dasa Mega, 1999, Vol. l,no. 1. 11. A.R. Antariksawan, dkk., Analisis Perpindahan Panas Pada Kanal Uji Untai Uji Termohidraulika. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi Nuklir, 1994, Bandung. 12. Y. Kukita et al., Summary ofrosa-1v LSTF Firstphase Test Program - Integral Simulation of PWR Small-break LOCA and Transients, Nuclear Engineering and Design, 1991, Vol. 131, pp. 1-111. 13. CD. Fletcher and R.A. Callow, Long-term Recovery of Pressurized Water Reactor Following a Largebreak Loss-of-Coolant accident, Nuclear Engineering and Design, 1989, Vol. 1, pp. 313-328. 14. R.M. Kemper and CM. Vertes, Loss-of-Coolant Accident Performance of the Westinghouse 600- MW(electric) Advanced Pressurized Water Reactor, Nuclear Technology, 1990,Vol. 91. Simulasi efek ukuran dan lokasi kebocoran pipa pendingin reaktor nuklir... (Anhar R. A. dkk) 85