Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS SALURAN TATANIAGA DAN MARJIN TATANIAGA KELAPA DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Siti Abir Wulandari 1 *, Rogayah 2 *

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN AGAMA. Pembentukan. KUA. Kecamatan.

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Cikuya Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya)

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

Lampiran I.15 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

Lampiran I.15 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin


PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI. P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI TANAMAN KELAPA DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI USAHA TANI KARET KE USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA BATIN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI

PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT : TINJAUAN SECARA MAKRO

BAB IV METODE PENELITIAN

Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman. ton setara kopra). Namun, hal ini tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

yeliyunita PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAN MARJIN PEMASARAN KELAPA DALAM DI DAERAH PERBATASAN KALIMANTAN TIMUR

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

PRODUKSI PERTAMBANGAN MENURUT JENIS BARANG TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran)

ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PETANI DENGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG DALAM PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PEMASARAN BENIH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN ANGGREK PADA KELOMPOK MODEL DESA KONSERVASI (MDK) KAWASAN TAMAN BURU MASIGIT KAREUMBI

UU 54/1999, PEMBENTUKAN KABUPATEN SAROLANGUN, KABUPATEN TEBO, KABUPATEN MUARO JAMBI, DAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

ANALISIS PEMASARAN KOPRADI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

Pedagang pengecer. Perajin. Konsumen. ANALISIS SALURAN PEMASARAN TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya)

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

DINAMIKA EKONOMI Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.9 No.2 September 2016

Lampiran.1 Perkembangan Produksi Bayam Di Seluruh Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KARET PADA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DI DESA BALAM MERAH KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KRIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Transkripsi:

ANALISIS SALURAN TATANIAGA DAN MARJIN TATANIAGA KELAPA DALAM (Cocos Nucifera) DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI Siti Abir Wulandari 1 Abstract This research purposed to know about some marketing channel of coconut product and marketing margin of some coconut Middlemens in Tanjung Jabung Barat. The Middlemen type in this research was a sales agent that usually deal with a person that bought some coconuts directly from the farmer to be sale back to the further Middlemen type. Sampling method ( 42 Middlemens ) was conducted by multistage sampling, combining with a snowball sampling method. The result of this research indicated that there were two kinds marketing channel of coconut product in Tanjung Jabung Barat. The average farmer price was Rp. 1.199, /unit and it shoud be traded of on Rp. 1.489,/unit. So that the marketing margin of some coconut Middlemens in Tanjung Jabung Barat showed Rp. 234,/unit coconut. Keywords: coconut, marketing, channel and margin PENDAHULUAN Agribisnis perkebunan memegang peranan penting dalam perkembangan perekonomian di Indonesia. Sektor ini menyediakan lebih dari 19,5 juta lapangan kerja bagi penduduk Indonesia. Selain itu sektor perkebunan juga menambah devisa Negara secara signifikan. Salah satu produk perkebunan yang telah dikenal lama oleh masyrakat Indonesia adalah tanaman kelapa. Kelapa dikenal sebagai tanaman yang memiliki seribu kegunaan. Bagian tanaman kelapa mulai dari ujung akar hingga ujung batang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dari kebutuhan rumah tangga hingga industri, sehingga kelapa juga dijuluki pohon kehidupan. Penyebaran kelapa di Indonesia hampir di seluruh wilayah, seperti di sebagian besar Pulau Sumatera, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo serta Pulau Kalimantan. Propinsi Jambi merupakan salah satu penghasil kelapa terbesar dan terdapat perkebunan kelapa dari 11 Kabupaten/Kota yang menghasilkan kelapa di Propinsi Jambi dengan total produksi sebesar 105.255 ton dan produktivitas ratarata sebesar 0.8 ton/ha. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1. terlihat bahwa merupakan daerah penghasil kedua dibawah Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Untuk mengetahui luas areal tanaman menghasilkan dan jumlah produksi tanaman kelapa dalam di dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Luas, Areal Produksi dan Produktivitas Tanaman Kelapa Dalam di Provinsi Jambi Tahun 2013. No Kabupaten Luas TM ( ha ) Produksi ( Ton ) Produktivitas (Ton/ha) 1 Batanghari 444 447 1,0 2 Muaro Jambi 650 629 1,0 3 Bungo 568 444 0,8 4 Tebo 846 557 0,7 5 Merangin 1.226 902 0,7 6 Sarolangun 373 316 0,8 7 Tanjabbar 38.546 50.494 1,2 8 Tanjabtim 44.527 51.441 1,1 9 Kerinci 58 22 0,4 10 Sungai 3 3 1,0 Penuh 11 Jambi Kota Jumlah 87.241 105.255 Ratarata 7931 9568,64 0,8 Sumber : Data Statistik Perkebunan Angka Tetap. 2013 1 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Batanghari 7

Tabel 2. Luas, Areal Produksi dan Produktivitas Tanaman Kelapa Dalam di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2013. Kecamatan Luas Areal Produkti Produksi ( Ha ) vitas (Ton) TM Total (Ton/Ha) Tungkal Ilir Seberang Kota Bram Itam Betara Kuala Betara Pengabuan Senyerang Merlung Muara Papalik Renah Mendaluh Tungkal Ulu Batang Asam 4.336 3.185 3.870 1.922 6.878 9.836 8.461 6 3 12 37 5.935 6426 5.737 4.238 9.024 13.415 10.953 12 3 15 61 5.732 5.506 4.721 1.566 10.729 12.021 10.154 4 3 11 47 1,7 0,8 1,6 1,2 0,7 1,0 0,9 Tebing Tinggi Jumlah 38.546 55.819 50.494 Ratarata 1,2 Sumber : Data Statistik Perkebunan Angka Tetap, Tahun 2013 Dari data di atas terlihat bahwa produksi kelapa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 50.494 Ton dengan produktivitas ratarata sebesar 1.2 Ton/ha. Dari 13 kecamatan yang berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, hanya 2 kecamatan saja yang tidak memiliki areal perkebunan kelapa yaitu Kecamatan Merlung dan Kecamatan Muara Papalik. Tingginya produksi kelapa ini belum mencerminkan sistem pemasaran yang efisien, terutama bila dilihat dari keuntungan yang diterima petani. Pemasaran merupakan salah satu subsistem yang digunakan untuk menilai prestasi kerja proses pemasaran. Hal ini mencerminkan bahwa proses pemasaran berlangsung efisien. Mubyarto (1985) menyatakan bahwa ada dua persyaratan yang harus di penuhi untuk mendapatkan pemasaran yang lebih efisien yaitu : a) mampu menyampaikan hasilhasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurahmurahnya, dan b) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua hak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan pemasaran barang itu. Rendahnya harga kelapa butiran di tingkat petani menjadi kendala utama di bidang pemasaran. Petani tidak memiliki kekuatan dalam menetukan harga kepada konsumen. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Saluran tataniaga dan Marjin tataniaga Kelapa Dalam Di. Rumusan Masalah Dalam rangka meningkatkan pemasaran kelapa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, perlu adanya usaha pemasaran yang kongkrit sehingga program pembangunan pertanian dapat mencapai sasaran yaitu meningkatkan produksi, meningkatkan pendaatan petani dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan bagi dan keluarganya dari hasil penjualan kelapanya. Dari uraian di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana saluran tataniaga kelapa di Propinsi Jambi? 2. Bagaimana marjin tataniaga kelapa di Propinsi Jambi? 8

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah yang terpola dan terstruktur sesuai dengan kebutuhan akan data yang untuk mengetahui : mengacu pada topik dan judul 1. Saluran tataniaga kelapa di penelitian. Sumber data sekunder dalam Propinsi Jambi 2. Marjin tataniaga kelapa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi Manfaat Penelitian penelitian ini, diperoleh dari literaturliteratur dan instansiinstansi terkait. Metode Penarikan Sampel Kabupaten Tanjung Jabung barat terdiri dari 13 kecamatan, tetapi hanya Dari penelitian ini diharapkan dua kecamatan yang tidak berpotensi diperoleh manfaat sebagai berikut : sebagai pengahsil kelapa yaitu 1. Memberikan wawasan dalam Kecamatan Merlung dan Muara menyikapi kemungkinan timbulnya Papalik. Jadi kecamatan yang berpotensi permasalahan dalam pengambilan sebagai produsen kelapa dalam keputusan pada pemasaran kelapa. sebanyak 11 kecamatan. Melalui proses 2. Sumbangan informasi bagi petani stratifikasi berdasarkan tingkat dan instansi terkait dalam produktivitas maka terdapat 6 meningkatkan strategi pemasaran kecamatan dengan kategori kelapa. METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian produktivitas tinggi dan 5 kecamatan dengan produktivitas rendah. Dari masing masing kategori Penelitian ini dilakukan di diambil sampel secara proporsional random sampling sehingga didapat dua Propinsi Jambi. Adapun yang menjadi kecamatan yang mewaliki kategori fokus kajian dalam penelitian ini adalah tinggi dan satu keamatan mewakili menyangkut aspek tataniaga produk kategori rendah. Dengan demikian pertanian khususnya berkaitan dengan jumlah sampel yang dianggap mewakili bentuk saluran tataniaga dan margin populasi kecamatan yang ada di tataniaga kelapa dalam. adalah Sumber dan Metode Pengumpulan 2 kecamatan. Kecamatan sampel Data tersebut adalah Kecamatan Bram Itam Dalam penelitian ini data yang di sebagai subsample dari kategori gunakan berasal dari data primer dan produktivitas tinggi dan Kecamatan data sekunder. Petani adalah sebagai Betara sebagai subsample yang sumber data primer, dengan tekhnik mewakili kategori produkktivitas pengumpulan data secara observasi, wawancara dan pengisian kuisioner rendah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Stratifikasi Kecamatan berdasarkan Produktivitas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. No. Kecamatan Kategori dan Produktivitas 1 Tungkal Ilir Tinggi () 2 Seberang Kota Tinggi (1,7) 3 Bram Itam Tinggi () 4 Tebing Tinggi Tinggi () 5 Kuala Betara Tinggi (1,6) 6 Pengabuan Tinggi () 7 Senyerang Rendah (1,2) 8 Renah Mendaluh Rendah (0,7) 9 Tungkal Ulu Rendah (1,0) 10 Batang Asam Rendah (0,9) 11 Betara Rendah (0,8) Rataan 1,2 9

Tabel 4. Gambaran Jumlah Sampel Penelitian. Kategori Jumlah Sampel Produktivitas Kecamatan Tinggi 6 1 Rendah 5 1 Jumlah 11 2 Pada penelitian ini respondennya adalah pedagang pengumpul yang menampung atau membeli kelapa dalam dari petani. Pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan metode stratified random samling dan Snowball sampling atau sampling bola salju. Pada teknik Snowball sampling ini, sampel yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel (responden) mengajak para sahabatnya atau menunjukkan orang yang lain menurutnya memiliki informasi yang dibutuhkan untuk dijadikan sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin banyak jumlahnya seperti bola salju yang sedang mengelinding semakin jauh semakin besar (Ali M, 2013). Dari uraian di atas maka sampel yang telah di dapat, diambil secara sensus atau keseluruhan yaitu sebanyak 42 pedagang pengumpul untuk mendapatkan imformasi yang valid karena di asumsikan jumlah sampel kecil. Metode Analisis Data Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui saluran tataniaga, serta untuk melihat margin tataniaga digunakan pencatatan harganya sejak petani (produsen) sampai lembaga tataniaga tingkat berikutnya. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Keterangan : M : Margin kotor ratarata P s : Nilai Penjualan P b : Nilai Pembelian V : Volume barang dagangan Konsepsi dan Pengukuran Variabel 1. Responden adalah pedagang pengumpul yang menampung atau membeli kelapa dari petani 2. Saluran tataniaga adalah jalur yang dilalui oleh produk mulai dari produsen sampai ke pedagang besar. 3. Lembaga tataniaga adalah perantara yang turut berperan dalam penyampaian produk ke konsumen akhir. 4. Margin tataniaga adalah perbedaan antara harga beli dan harga penjualan. (Rupiah/butir) 5. Nilai penjualan adalah besarnya penerimaan hasil penjualan kelapa dalam yang merupakan perkalian antara jumlah produk yang terjual dengan harga produk (Rupiah/bulan) 6. Nilai pembelian adalah biaya yang dialokasikan untuk pengadaan produk kelapa dalam oleh masingmasing saluran tataniaga (Rupiah/butir). 7. Volume produk dagangan adalah jumlah kelapa dalam yang diperjualbelikan (Butir/bulan). PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 5.009,82Km 2 atau 9.11 % dari luas Propinsi Jambi. Secara geografi terletak di pesisir paling timur di Provinsi Jambi dengan letak astronomi 0 o 53 01 o 41 LS dan 103 o 23 104 o 21 BT, dengan batas Utara berbatasan dengan Propinsi Riau, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Batanghari, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tebo, dan sebelah Timur berbatasan dengan Selat Berhala dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Terdapat 2 musim di wilayah yaitu musim hujan dan musim Kemarau. Musim basah diwilayah ini pada umumnya terjadi antara bulan November sampai bulan Maret dan 10

musim kering dimulai dari bulan Mei sampai Bulan Oktober. Curah hujan berkisar antara 20003000 mm/tahun. Identitas Responden Responden adalah pedagang pengumpul yag dimintai informasi mengenai saluran tataniaga dan marjin tataniaga serta informasi lain yang berguna untuk mendukung penelitian ini, yang kebanyakan merupakan masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Mayoritas pendidikan responden adalah SMP, sedangkan sisanya berpendidikan SD dan SMA. Ratarata responden berumur 48 tahun, dimana umur merupakan salah satu indikator produktif atau tidaknya pengusaha dalam mengelola usahanya. Umur yang lebih muda akan memiliki kemampuan fisik dan mental yang relatif lebih kuat tetapi umur yang lebih tua cenderung memiliki pengalaman yang lebih banyak sehingga mereka akan berhati hati dalam proses pengambilan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini : keputusan. Saluran Tataniaga saluran tataniaga atau saluran distribusi (marketing channels) adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang sampai ke tangan konsumen atau pemakai industri. Secara umum terdapat dua saluran tataniaga kelapa di kabupaten Tanjung Jabung Barat. Saluran I di mulai dari petani yang menjual kelapa ke pedagang pengumpul, kemudian dari pedagang pengumpul, kelapa dijual ke pedagang pengumpul besar (PT. Rubi). Selanjutnya kelapa dikirim ke Jakarta sebagai bahan baku industri. Saluran II di mulai dari petani yang menjual kelapa ke pedagang pengumpul, kemudian dari pedagang pengumpul, kelapa dijual ke pedagang pengumpul besar (PT. Gunung Sari). Selanjutnya kelapa dikirim ke Kuala Leno untuk dikirim lagi ke Amerika sebagai bahan baku industri. Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar (PT. Gunung Sari dan PT. Rubi) Kuala Leno Industri (Jakarta) Industri (Amerika) Gambar 1. Skema Saluran Tataniaga Kelapa Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur 11

Marjin Tataniaga Suatu indikator yang sering digunakan untuk mengukur efisiensi saluran tataniaga adalah marjin tataniaga. Marjin tataniaga adalah perbedaan antara harga yang dibayar oleh konsumen untuk produk tersebut dengan harga yang diterima oleh produsen untuk menghasilkannya. Dari hasil penelitian menunjukkan ratarata marjin tataniaga kelapa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah sebesar Rp. 290, per butir, dengan ratarata harga beli sebesar Rp. 1.199, per butir dan ratarata harga jual sebesar Rp. 1.489, per butir. Pada umumnya pedagang pengumpul telah memiliki petani langganan yang menjual kelapa, sehingga petani dan pedagang pengumpul memiliki hubungan yang baik. Pedagang pengumpul membeli kelapa sebanyak 6 kali dalam satu minggu dengan ratarata volume pembelian sebanyak 910.317 butir dengan ratarata biaya transportasi dan bongkar muat sebesar Rp. 234, per butir. Besarnya keuntungan yang diterima petani adalah sebesar Rp. 56, per butir dari nilai marjin tataniaga, sedangkan persentase keuntungan dari marjin sebesar 19,4 %. Untuk nilai persentase marjin dari pembelian adalah sebesar 24,2 % dan nilai persentase biaya dari marjin adalah sebesar 19,5 % KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan : 1. Terdapat dua saluran tataniaga kelapa di kabupaten Tanjung Jabung Barat. ssaluran I di mulai dari petani yang menjual kelapa ke pedagang pengumpul, kemudian dari pedagang pengumpul, kelapa dijual ke pedagang pengumpul besar (PT. Rubi). Selanjutnya kelapa dikirim ke Jakarta sebagai bahan baku industri. Saluran II di mulai dari petani yang menjual kelapa ke pedagang pengumpul, kemudian dari pedagang pengumpul, kelapa dijual ke pedagang pengumpul besar (PT. Gunung Sari). Selanjutnya kelapa dikirim ke Kuala Leno untuk dikirim lagi ke Amerika sebagai bahan baku industri. 2. Ratarata marjin tataniaga kelapa di adalah sebesar Rp. 290, per butir, dengan ratarata harga beli sebesar Rp. 1.199, per butir dan ratarata harga jual sebesar Rp. 1.489, per butir dan ratarata biaya sebesar Rp. 234, per butir. Saran Diharapkan nilai marjin tataniaga diperkecil dengan cara menekan biaya yang dikeluarkan sehingga meningkatkan persentase keuntungan. DAFTAR PUSTAKA Apriono, D. Eva Dolorosa, dan Imelda. 2012. Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Ikan Lele Di Desa Rasau Jaya 1 Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012, hlm 2936 Carlos dan Suhardiyono (1997). Budidaya Kelapa dan Pemanfaatannya. Penebar Swadaya, Jakarta. Dewi, S. 2008. Jurnal Akutansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Bisnis (JAMBSP). Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Vol. 4 No. 3. Juni 2008. ISSN 18299857 Dinas Perkebunan Kab. Tanjung Jabung Barat. 2013. Luas Produksi dan Produktivitas Tanaman Kelapa Dalam. Sinkronisasi dan Validasi Statistik Perkebunan angka Tetap 2013, Tanjung Jabung Barat. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2013. Jambi Dalam Angka 2013. Dinas Perkebunan, Provinsi Jambi. Ferinnadewi,Erna., dan Didit Darmawan. 2004. Perilaku Konsumen : Analisis Model Keputusan. Cet 1. Univ. Atmajaya. Yogyakarta. 12

Girsang dan Suryo. 1992. Ekologi Jurusan Tanaman Budidaya, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gumbira, Sa id dan Harizt (2004). Manajemen Agribisnis Cet. 2. Ghalia Indonesia. Jakarta. Jumiati E, Dwidjono H, Hartono S, dan Masyhuri. 2013. Analisis Saluran Pemasaran Dan Marjin Pemasaran Kelapa Dalam Di Daerah Perbatasan Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR Vol. XII No. 1. Maret 2013. ISSN 14126885 Kotler, Pilips. 2002. Manajemen Pemasaran. Penerjemah : Hendra Teguh, Roni, A Rusli dan Benyamin Molan. Ed. 10. PT. Prenhalindo.Jakarta. Nanda Aktora. 2013. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa Dalam (Cocos nucifera L). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Nasruddin, Wasrob. 1999. Tataniaga Pertanian. Cet. 2.Universitas Terbuka. Jakarta. Nayoan. W.A. dan O Rodonuwu 1978. Usaha Peningkatan Mutu Kopra dan Masalahnya, pertemuan teknis penerapan teknologi dalam bidang pengolahan hasil perkebunan, Bogor 16 18 Januari 1978. Nijman,H.J. dam Van Der Wolk, E. 1977. Strategi Pemasaran Modern. Penerjemah : Lembaga PPm.Erlangga. Jakarta. Nuraeni, Ida dan Herman Hidayat. 1994. Manajemen Usahatani Cet. 1. Universitas Terbuka. Jakarta. Paduan dan Banzoa. 1979. Usaha Peningkatan Mutu Kelapa Dalam dan Masalahnya. Puslitbangtri, Bogor. Palungkun, Roni. 1992. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahadi, F., Rony Palungkun, dan Asiani Budiarti. 2004. Agribisnis Tanaman Sayur. Cet 12. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekardi, Y. 2012. Manfaat dan Pengolahan Kelapa. CV. Yrama Widia. Bandung Sunarjono, Hendro. (2004). Bertanam 30 Jenis Sayur. Cet 2. Penebar Swadaya. Jakarta. Suwarto, dkk. 2014. 15 Tanaman Komoditi Unggulan Perkebunan. Penebar Swadaya. Jakarta. Keegen W. 1996. Manjemen Pemasaran Global Edisi 5. Prenhallindo, Jakarta. 13