BAB I PENDAHULUAN. setiap muslim yang mampu, dan apabila ia melaksanakan haji kembali itu sifatnya

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1431 H/2010 M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1429 H/2008 M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2006 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1427 H/2006 M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1428 H/2007 M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1432H/2011M

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1433H/2012M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1434H/2013M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1436H/2015M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1435H/2014M

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2004 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2005 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dugaan Markup dalam Rencana BPIH 1432H. Indonesia Corruption Watch Jakarta, 28 Juni 2011

PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Biaya. Ibadah Haji Khusus. Pembayaran.

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

2016, No tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 141, Tambahan Lembaran

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI WALIKOTA SERANG,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN JEMAAH HAJI

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG TRANSPORTASI JEMAAH HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG FASILITASI PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI JEMAAH HAJI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JEMAAH HAJI KABUPATEN KENDAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG BIAYA DOMESTIK HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BIAYA TRANSPORTASI JEMAAH HAJI KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. dunia berdasarkan catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan jamaah ibadah umrah dan haji dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. jawab pemerintah di bawah koordinasi Menteri Agama, dalam hal teknis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG BIAYA TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG,

BAB I PENDAHULUAN. adanya wilayah, adanya penduduk, dan adanya pengakuan dari negara lain,

2017, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang P

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN IBADAH HAJI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mekah dan dibeberapa tempat di luar Kota Mekah dalam bulan Zulhidjah.

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 26 TABUN 2014 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG BIAYA TRANSPORTASI JEMAAH HAJI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DAERAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PELAYANAN HAJI DI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERANGKATAN DAN PEMULANGAN JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POKOK-POKOK PIKIRAN IPHI TENTANG URGENSI PEMBENTUKAN BADAN KHUSUS DALAM MEMBANGUN SISTEM PENGELOLAAN HAJI YANG PROFESIONAL DAN AMANAH*)

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PANDANGAN MASYARAKAT MUSLIM KOTA MEDAN TERHADAP BIAYA PERJALANAN IBADAH HAJI (BPIH)

Mengelola Dana Abadi Umat

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHT.IN 2OO1 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1975 TENTANG BESARNYA ONGKOS NAIK HAJI UNTUK TAHUN 1975/1976

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

MUATAN SUBSTANSI RUU PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH

Menimbang : a. bahwa ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan

BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban dalam Rukun Islam adalah menunaikan ibadah haji bagi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-Undang 2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH

6. Keputusan Menteri Agama Nomor 224 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh;

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Hasil riset yang dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara

bahwa untuk melaksalakan ketentuan Pasal 35

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam agama Islam, setiap muslim diwajibkan melaksanakan Rukun Islam. Salah satu dari rukun tersebut yaitu melaksanakan ibadah haji bagi setiap muslim yang mampu. Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima setelah syahadat, sholat, zakat, dan puasa. Ibadah haji hanya diwajibkan sekali saja bagi setiap muslim yang mampu, dan apabila ia melaksanakan haji kembali itu sifatnya sunnah saja. Haji merupakan kegiatan ibadah yang wajib dan penting dalam Islam. Tetapi kewajibannya dibatasi hanya bagi muslim yang mampu saja. Kemampuan tersebut baik secara moral maupun materi, karena ibadah ini harus dilakukan khusus di medan haji Saudi Arabia. Ibadah haji sama seperti ibadah lainnya, melaksanakan haji adalah panggilan ketaqwaan dan diharapkan setelah pulang ke tanah air menjadi orang-orang yang semakin taqwa dalam cara hidupnya. Perjalanan haji berbeda dengan perjalanan-perjalanan lainnya. Misalnya perjalanan untuk bersenang-senang atau perjalanan untuk bisnis. Perjalanan haji merupakan perjalanan yang suci, karena perjalanan ini dapat diartikan sebagai proses penyegaran dan pembersihan iman. Orang yang melaksanakan perjalanan ini adalah orang yang mempunyai rasa cinta dan rasa takut kepada Allah. Biasanya orang meninggalkan rumah, menghabiskan uang dan waktu untuk mencapai tujuan pribadi dan demi keinginan diri sendiri, dan tak ada masalah pengorbanan di dalamnya. Tetapi perjalanan yang dinamakan haji

berbeda. Perjalanan haji adalah perjalanan pengorbanan yang ditujukan sematamata untuk Allah, dan untuk memenuhi kehendak serta perintah Allah. Orang yang melakukan perjalanan ini berarti telah memiliki kesiapan mental untuk meninggalkan rumah untuk berpisah sementara dengan keluarga dan juga kerabat. Ia juga berani meninggalkan segala kenyamanan hidupnya untuk mencari keridhoan Allah. Sekarang ini, orang yang mampu pergi haji setiap tahun jumlahnya meningkat luar biasa sehingga pengaruh status kehajian yang dicerminkan melalui panggilan bu hajjah atau pak haji sudah menjadi hal yang tak lagi istimewa. Ini berarti tuntutan baru bagi para haji untuk mencari keistimewaan lain yang memberi makna kehajiannya itu tidak sekedar panggilan haji, yaitu pada kualitaskualitas kemabruran haji yang benar-benar dirasakan indah oleh orang lain (Wahid, 1997: 109). Dengan semakin mahalnya biaya perjalanan ibadah haji sekarang ini, maka banyak pula masyarakat yang menginginkan peningkataan fasilitas yang lebih baik lagi untuk para jamaah haji. Karena para jamaah haji maupun para calon jamaah haji ingin mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang baik ketika melakukan ibadah haji dan ketika berada di Arab Saudi agar tidak terganggu dalam melaksanakan rangkaian ibadahnya. Ketua DPR RI, Marzuki Alie, menegaskan pemerintah harus benar-benar melakukan pembenahan menyeluruh terhadap pelayanan jamaah haji. Saat ini sesuai UU No 13 Tahun 2008 tentang haji, salah satunya mengatur kewajiban

penyelenggaraan haji yang masih berada di Kementerian Agama. Marzuki Alie (Pos Kota, 5 November 2012) mengatakan bahwa Setiap tahun dalam penyelenggaraan haji keluhan jamaah dan masalah yang timbul masih itu-itu saja. Ini masalah serius yang sampai sekarang belum bisa ditangani. Hak-hak para jemaah haji yang telah membayar BPIH selalu saja tidak bisa dipenuhi seperti hak mendapatkan pemondokan yang layak, hak mendapatkan sarana transporatasi yang layak dan catering yang layak serta hakhak jamaah lainnya. Ini tidak bisa dibiarkan lagi. Dengan mahalnya biaya untuk perjalanan haji membuat sebagian masyarakat muslim hanya bermimpi saja untuk melaksanakan ibadah haji tersebut dikarenakan ketidak mampuan dari segi materi. Namun yang membingungkan dengan mahalnya biaya haji sekarang ini entah mengapa setiap tahunnya tetap saja ratusan ribu umat Islam Indonesia menunaikan ibadah haji ke Arab Saudi. Bahkan jumlah jamaah haji dari Indonesia adalah yang terbanyak dibandingkan dengan Negara - Negara lain di dunia. Semenjak tahun sembilan puluhan, jumlah jamaah haji Indonesia sudah mencapai ratusan ribu orang. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Jamaah Haji Indonesia Tahun 1992-1998 Persen (%) Kenaikan / Penurnan Tahun Jumlah Jamaah Haji Berdasarkan Jumlah 1992 104.361 9,19 % 1993 122881 10,83 % (Naik) 1994 158.533 13,97 % (Naik) 1995 158.533 13,97 % (Naik) 1996 193.071 17,01 % (Naik) 1997 197.532 17,40 % (Naik) 1998 200.094 17,63 % (Naik) Jumlah 1.135.005 100 % Sumber: H.M Iwan Gayo (2000:260). Data telah diolah kembali oleh penulis.

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, jumlah jamaah haji Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Seiring dengan meningkatnya jumlah jamaah haji dan meningkatnya biaya perjalanan ibadah haji, maka hal ini menuntut adanya pengelolaan penyelenggaraan ibadah haji yang lebih baik. Gambaran biaya perjalanan haji beberapa tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel 1.2. Tabel 1.2 Biaya Perjalanan Ibadah Haji Tahun 2003-2012 Tahun Biaya Perjalanan Ibadah Persen (%) Kenaikan / Penurun Haji Berdasarkan Jumlah 2003 Rp 25,799,728 8,96 % 2004 Rp 22,998,800 7,99 % (Turun) 2005 Rp 26,143,363 9,08 % (Naik) 2006 Rp 26,733,873 9,28 % (Naik) 2007 Rp 26,215,316 9,10 % (Turun) 2008 Rp 32,026,130 11,12 % (Naik) 2009 Rp 33,479,248 11,63 % (Naik) 2010 Rp 30,434,108 10,57 % (Turun) 2011 Rp 30,822,332 10,70 % (Naik) 2012 Rp 33.331.600 11,57 % (Naik) Jumlah Rp 287.984.498 100 % Rata-rata Rp 28.798.449 10 % Sumber : http://nurimzaidin.wordpress.com/2012/10/18/biaya-haji-emas-murah-ahun tahun/. Data telah diolah kembali oleh penulis. Dari tabel 1.2 dapat di lihat bahwa persentase Biaya Perjalanan Ibadah Haji Terendah berada pada tahun 2004 yaitu sebesar 7,99 % setelah mengalami penurunan sebesar 0,97 % dari persentase tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2003 sebesar 8,96 %. Sedangkan persentase Biaya Perjalanan Ibadah Haji

tertinggi berada pada tahun 2009 yaitu sebesar 11,63 % setelah mengalami kenaikan sebesar 0,51 % dari persentase tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2008 sebesar 11,12 %, dan setelah dirata-ratakan BPIH dari tahun 2003-2012 yaitu sebesar Rp 28.798.449. Pembiayaan penyelenggaraan haji berasal dari jamaah haji yang membayar sejumlah dana untuk menunaikan ibadah haji kepada Menteri Agama. Pembayaran tersebut disetorkan melalui Bank-Bank pemerintah atau swasta yang telah ditunjuk oleh Pemerintah. Menteri Agama menunjuk Bank penerima setoran Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) setelah mendapat pertimbangan Gubernur Bank Indonesia. Penetapan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dilakukan oleh Presiden atas usul Menteri Agama setelah mendapat persetujuan DPR RI, yang selanjutnya digunakan untuk keperluan penyelenggaraan ibadah haji. Penyusunan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dilakukan secara konsultatif antara Pemerintah dan DPR RI dengan memperhitungkan komponen-komponen biaya angkutan udara, biaya di Arab Saudi dan biaya di dalam Negeri. Namun Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) di Indonesia berbeda-beda di setiap daerah. Biaya tersebut ditetapkan pemerintah berdasarkan Embarkasi masing-masing daerah. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan biaya penerbangan dari masing-masing daerah menuju Arab Saudi. Pada tabel 1.3 dapat dilihat perbedaan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) pada tahun 2011 berdasarkan Embarkasi masing-masing daerah.

Tabel 1.3 Biaya Perjalanan Ibadah Haji Berdasarkan Embarkasi Daerah Tahun 2011 Biaya Perjalanan Persen (%) Kenaikan / Embarkasi Penurunan Berdasarkan Ibadah Haji Jumlah Embarkasi Aceh Besar USD 3,285; 8,45 % Embarkasi Medan USD 3,327; 8,56 % (Naik) Embarkasi Batam USD 3,460; 8,90 %( Naik) Embarkasi Padang USD 3,369; 8,67 % (Turun) Embarkasi Palembang USD 3,417; 8,79 % (Naik) Embarkasi Jakarta USD 3,589; 9.24 % (Naik) Embarkasi Solo USD 3,549; 9,13 % (Turun) Embarkasi Surabaya USD 3,612; 9,31 % (Naik) Embarkasi Banjarmasin USD 3,720; 9,57 % (Naik) Embarkasi Balikpapan USD 3,736; 9,61 % (Naik) Embarkasi Makassar USD 3,795. 9,77 % (Naik) Jumlah USD 38,859; 100 % Rata-rata USD 3,532; 9,10 % Sumber : http://haji.kemenag.go.id/assets/data/arsip/perpresbpih.zip Data telah diolah kembali oleh penulis Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa rata-rata BPIH dari seluruh embarkasi yaitu sebesar USD 3,532. Sedangkan yang tertinggi yaitu terdapat pada embarkasi Makasar sebesar USD 3,795 atau sebesar 9,77 %, dan BPIH yang terrendah yaitu terdapat pada embarkasi Aceh Besar sebesar USD 3,285 atau sebesar 8,45 %. Perbedaan BPIH ini tentunya berkaitan dengan jarak antara masing-masing daerah dengan Arab Saudi dan karena adanya perbedaan biaya penerbangan dari masing-masing daerah menuju Arab Saudi. Sejak tahun 2001 Biaya Perjalanan Ibadah Haji ditetapkan oleh pemerintah dalam bentuk mata uang rupiah dan Dollar A.S, yang pembayaran-

pembayarannya disesuaikan dengan kurs yang berlaku yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada hari pembayaran dilakukan. Secara ringkas dapat dijelaskan masing-masing komponen perhitungan Biaya Perjalanan Ibadah Haji tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, biaya angkutan udara adalah biaya yang harus dibayarkan oleh pemerintah kepada pihak penerbangan yang mengangkut jamaah haji yang dilakukan secara charter antara pemerintah dengan pihak penerbangan yang telah ditunjuk, sehingga seluruh komponen yang termasuk dalam biaya angkutan udara dibayarkan kepada pihak penerbangan. Biaya angkutan udara merupakan komponen paling besar dalam susunan Biaya Perjalanan Ibadah Haji, yaitu antara 40% sampai dengan 48%. Kedua, biaya di Arab Saudi merupakan biaya yang dipergunakan untuk penyelenggaraan operasional haji di Arab Saudi yang harus dibayarkan pemerintah Indonesia kepada penyediaan pelayanan haji di Arab Saudi. Biaya ini dibedakan menjadi biaya wajib, yaitu Maslahat Ammah (general service), akomodasi di Mekah, Madinah dan Madinatul Hijjaj, konsumsi dan transportasi, serta biaya operasional, meliputi belanja pegawai atau honorarium petugas, belanja barang, belanja perjalanan, sewa gedung dan pemeliharaan serta biaya hidup (living cost) bagi jamaah haji selama di Arab Saudi. Ketiga, biaya di dalam Negeri merupakan biaya yang digunakan untuk penyelenggaraan operasional haji di Indonesia yang terdiri dari biaya operasional pusat, biaya operasional di embarkasi, biaya operasional di

daerah dan airport tax. Dari keseluruhan biaya tersebut telah diperhitungkan biaya penyediaan obat-obatan dan alat kesehatan selama di tanah air dan di Arab Saudi. Disamping itu kepada setiap jamaah haji diberikan biaya hidup (living cost) sebesar SAR 1.500 untuk keperluan di Arab Saudi. Dengan melihat latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi mengenai : Analisis Pandangan Masyarakat Muslim Kota Medan Terhadap Biaya Perjalanan Ibadah Haji. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasikan permasalahan dalam penelitian ini. Masalah terebut di identifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana pandangan masyarakat Muslim Kota Medan terhadap kadar biaya perjalanan ibadah haji. 2. Bagaimana pandangan masyarakat Muslim Kota Medan terhadap BPIH yang disetorkan kepada bank Konvensional. 3. Bagaimana pandangan masyarakat muslim Kota Medan dengan tidak adanya bagi hasil yang diterima mereka dari penyetoran BPIH selama bertahun-tahun.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat Muslim Kota Medan terhadap kadar biaya perjalanan ibadah haji yang semakin mahal. 2. Untuk mengetahui Bagaimana pandangan masyarakat Muslim Kota Medan terhadap BPIH yang disetorkan kepada bank Konvensional. 3. Untuk mengetahui Bagaimana pandangan masyarakat muslim Kota Medan dengan tidak adanya bagi hasil yang diterima dari penyetoran BPIH selama bertahun-tahun. 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat muslim Kota Medan terhadap Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH), selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjelaskan realitas Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) masyarakat muslim Kota Medan. Selanjutnya hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya untuk menganalisis masalah yang berkenaan dengan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH), dan hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan informasi bagi mahasiswa mahasiswi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, khususnya mahasiswa mahasiswi Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.