HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Subset citra QuickBird (uint16).

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN METODE BROVEY DAN PCA DALAM FUSI CITRA PANKROMATIK DAN MULTISPEKTRAL. Oleh: ARUM WANDAYANI G

PEMETAAN MANGROVE DENGAN TEKNIK IMAGE FUSION CITRA SPOT DAN QUICKBIRD DI PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

PENAJAMAN INFORMASI OBYEK PERMUKAAN BUMI DENGAN FUSI CITRA PENG1NDERAAN JAUH BERDASARKAN WAVELET

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

PEDOMAN PEMANTAUAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

III. BAHAN DAN METODE

Citra Satelit IKONOS

RANCANG BANGUN APLIKASI FUSI CITRA (IMAGE FUSION) DARI DATA PENGINDERAAN JAUH MENGGUNAKAN METODE PANSHARPENING TUGAS AKHIR

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

BAB III BAHAN DAN METODE

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB II LANDASAN TEORI

UJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SAMPLING DAN KUANTISASI

1. PENDAHULUAN Bidang perindustrian merupakan salah satu bidang yang juga banyak menggunakan kecanggihan teknologi, walaupun pada beberapa bagian, mas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

13. Purwadhi Sri Hardiyanti ( 1994 ), Penelitian lingkungan geografis dalam inventarisasi penggunaan lahan dengan teknik penginderaan jauh di

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

PENAJAMAN DAN SEGMENTASI CITRA PADA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. Moehammad Awaluddin, Bambang Darmo Y *)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

METODOLOGI PENELITIAN

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas citra merupakan sebuah langkah awal dalam proses

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

DEKOMPOSISI MORFOLOGI BENTUK BINER DUA DIMENSI MENJADI POLIGON KONVEKS DENGAN PENDEKATAN HEURISTIK

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

PENGINDERAAN JAUH DENGAN NILAI INDEKS FAKTOR UNTUK IDENTIFIKASI MANGROVE DI BATAM (Studi Kasus Gugusan Pulau Jandaberhias)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1. Satelit Landsat

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Remote Sensing KKNI 2017

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT

PENYISIPAN WATERMARK PADA CITRA GRAYSCALE BERBASIS SVD

SIDANG TUGAS AKHIR RG

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB

EVALUASI METODE PENAJAMAN CITRA MULTISPEKTRAL DENGAN MEMANFAATKAN KANAL PANKROMATIK

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

BAB IV. Ringkasan Modul:

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Perancangan aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI GEOMETRIK CITRA

III. BAHAN DAN METODE

PENGOLAHAN CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK IDENTIFIKASI TUTUPAN LAHAN VEGETASI MENGGUNAKAN ER MAPPER 7.0 (Laporan Peongolahan Citra Satelit)

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

Transkripsi:

5 Lingkungan Pengembangan Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini adalah compiler Matlab versi 7.0.1. dengan sistem operasi Microsoft Window XP. Langkah persiapan citra menggunakan perangkat lunak pemrosesan citra satelit, ENVI versi 4.0., sedangkan spesifikasi perangkat keras yang digunakan adalah PC dengan prosesor Pentium IV 2GHz, memori sebesar 512MB, dan kapasitas penyimpanan sebesar 40GB. HASIL DAN PEMBAHASAN Data sumber pertama adalah pasangan citra pankromatik hitam putih beresolusi spasial 0.6 meter dan citra multispektral beresolusi spasial 2.4 meter dari wilayah Taman Nasional Kerinci Semblat. Citra pankromatik awal berdimensi 7762 9350 1 [BSQ] dan berukuran 141.821 kb. Pasangannya adalah citra multispektral berdimensi 1941 2338 4 dan berukuran 35.528 kb. Keduanya bertipe kelas unsigned int16 dengan ukuran digital number (DN) piksel berada pada rentang [0 65536]. Pasangan citra awal merupakan file GeoTIFF yang merupakan citra standar hasil foto udara satelit observasi bumi QuickBird. Data sumber kedua merupakan citra standar hasil pencitraan dari satelit Landsat. Data citra terdiri dari sebuah citra pankromatik hitam putih beresolusi spasial 15 meter dan 6 citra spektral beresolusi spasial 30 meter dari wilayah Singkawang. Citra pankromatik awal berdimensi 15721 x 13921 x 1 [BSQ] dan berukuran 213.832 kb. Citra penyertanya adalah 6 citra spektral dari kanal sensor satelit Landsat, yang masing-masing memiliki dimensi 7861 x 6961 x 1 [BSQ] dan berukuran 53.493 kb. Ketujuh citra Landsat ini bertipe kelas unsigned int8 dengan rentang nilai [0 256]. Pasangan data citra QuickBird dan Landsat ini dipilih karena data tersedia untuk penelitian dan telah mengalami proses georectification, yaitu telah disesuaikan dengan informasi geografis di lapangan. Visualisasi dan karakteristik pasangan citra QuickBird awal ditunjukkan pada Lampiran 1. Adapun visualisasi dan karakteristik citra Landsat ditunjukkan pada Lampiran 2. Persiapan Data Ukuran data yang besar menjadi masalah yang signifikan dalam usaha pembacaan citra dengan menggunakan Matlab. Oleh karena itu dilakukan pengambilan sampel kecil dari kedua pasangan citra dengan cara melakukan resize data menggunakan perangkat lunak pemrosesan citra, ENVI versi 4.0. Proses yang dilakukan dalam resizing adalah dengan memilih sub bagian citra yang akan diambil (subsetting) dengan sedapat mungkin tidak mengubah informasi registrasi citra awal. Citra yang di-resize terlebih dahulu adalah citra pankromatik. Kemudian resizing citra multispektral dilakukan dengan berpedoman dari file citra pankromatik yang telah didapat sebelumnya agar memiliki daerah yang sama. Setelah dilakukan resizing, file subset diubah ke dalam bentuk TIFF/GeoTIFF dan dibentuk file header-nya. Pada umumnya setelah proses ini ENVI akan menghasilkan file.tfw (TIFF world files) dan.hdr sebagai penyerta tiap file.tif. Subset citra pankromatik Landsat yang digunakan berukuran 631 kb dengan dimensi 800 800 1, sedangkan keenam subset citra spektral Landsat yang digunakan berukuran masing-masing 160 kb dan berdimensi 400 400 1. Pada citra QuickBird diambil subset citra pankromatik berukuran 709 kb dengan dimensi 600 600 1, dan subset citra multispektral berukuran 181 kb dengan dimensi 150 150 1. Gambar 4 merupakan subset citra QuickBird yang diambil untuk input penelitian, sedangkan Gambar 5 merupakan subset citra Landsat. Gambar 4 Subset citra QuickBird. Gambar 5 Subset citra Landsat.

6 Registrasi, Crop, dan Resampling Di dalam Matlab, pembacaan kanal citra multispektral yang memiliki lebih dari 3 kanal memerlukan perlakuan yang berbeda. Pertama-tama citra multispektral yang telah diregistrasi dibaca dengan menggunakan fungsi imread untuk mendapatkan informasi 3 kanal display (Red Green Blue) pertama. Kemudian dilakukan pembacaan sisa kanal spektral dengan menggunakan fungsi multibandread. Pada penelitian ini pembacaan dengan menggunakan fungsi multibandread hanya diberlakukan pada citra QuickBird yang memiliki informasi 4 kanal spektral. Pada citra Landsat tidak perlu diberlakukan hal yang sama karena data keenam kanal spektralnya telah tersimpan dalam file yang terpisah. Dalam pembacaan sisa kanal spektral QuickBird, didapatkan bahwa sisa kanal yang dibaca dengan fungsi multibandread akan mengalami distorsi berupa pergeseran letak titik pojok kiri atas kanal. Oleh karena itu diberlakukan proses registrasi dengan mendefinisikan terlebih dahulu GCP dari data masukan (input) dan GCP dari data basis (salah satu dari ketiga kanal yang telah terbaca sebelumnya). Proses ini dilakukan dengan menggunakan control point tool pada Matlab. Proses penentuan GCP dari kanal referensi (kanal basis) dan kanal yang akan diregistrasi (kanal input) ditunjukkan pada Gambar 6. Selanjutnya dengan berbasis data GCP input dan data GCP basis dilakukan pemotongan (cropping) pada kanal yang telah diregistrasi untuk menghilangkan piksel-piksel yang tidak bersesuaian. input dan GCP basis dari kedua pasangan citra. Titik GCP input untuk citra multispektral QuickBird adalah [1 1;1 26;35 1;35 26]. Adapun titik GCP basisnya adalah [9 9;9 34;43 9;43 34]. Setelah dilakukan proses registrasi diberlakukanlah proses cropping. Titik (9, 9) diambil sebagai titik kiri atas baru untuk citra multispektral QuickBird. Kemudian untuk mendapatkan ukuran sampel yang sama dengan kanal display (Red Green Blue) diberlakukan proses resize. Kanal yang teregistrasi dan telah diberlakukan proses cropping di-resize dengan menggunakan metode interpolasi bilinear. Metode Fusi Metode transformasi dan metode sama-sama menggunakan kombinasi linear dari pasangan citra awal untuk mendapatkan citra multispektral baru dengan resolusi spasial menyamai resolusi citra pankromatik awal. Metode merupakan komposisi dari rasio ketiga nilai kanal multispektral untuk keperluan display, dalam hal ini kanal RGB yang dipadukan dengan nilai spasial dari citra pankromatik awal. Adapun perhitungan nilai kanal infra merah dekat (NIR) dilakukan dengan melakukan kombinasi dari rasio kanal NIR, Red dan Green (Wang et al. 2005). Hasil tampilan RGB untuk subset citra QuickBird dan citra Landsat hasil fusi diperlihatkan pada Gambar 7 berikut. Gambar 6 Proses penentuan GCP. Dari proses pemilihan GCP dengan bantuan tool Matlab didapatkan variabel GCP Gambar 7 Citra hasil fusi. Pada metode fusi Principal Component Analysis, sebelum diberlakukan transformasi forward, data citra dibentuk menjadi vektor. Kemudian diberlakukan transformasi forward untuk mencari principal component dari citra multispektral awal. Hasil dari proses ini adalah matriks vektor-vektor eigen yang terurut. Setelah itu vektor eigen dengan nilai terbesar diambil sebagai vektor PC1, dan definisikan DN l PAN = PC1. Langkah selanjutnya adalah langkah perentangan histogram yang berfungsi untuk mendapatkan citra pankromatik baru,

7 h' DN, dengan rataan yang sama dengan PAN PC1. Proses ini dilakukan untuk mengurangi distorsi warna pada citra hasil fusi akibat jauhnya perbedaan rentang citra pankromatik dan citra multispektral. Langkah perentangan histogram adalah sebagai berikut: 1 Nilai PDF dari vektor PC1 dan citra pankromatik dihitung dahulu untuk mendapatkan fungsi yang merepresentasikannya. 2 Dari kedua fungsi yang diperoleh dari langkah 1 dihitung suatu fungsi inversi. 3 Citra pankromatik dipetakan dengan bantuan fungsi inversi. Hasilnya adalah citra pankromatik baru dengan resolusi spasial lebih rendah, namun lebih mendekati karakteristik kanal PC1. Setelah proses perentangan histogram, dilakukan transformasi backward dengan terlebih dahulu menggantikan kanal PC1 dengan citra pankromatik baru hasil perentangan ( h' DN ) dan mendefinisikan PAN DN l PAN = PC 1. Kanal-kanal multispektral baru hasil transformasi backward inilah yang dibentuk menjadi citra multispektral baru. Hasil tampilan RGB untuk subset citra QuickBird dan citra Landsat hasil fusi diperlihatkan pada Gambar 8 berikut. Adapun perbandingan setiap citra hasil metode fusi ditunjukkan pada Lampiran 3. Gambar 8 Citra hasil fusi. spektral 150x150x4 Res:2.4 m Quick- Bird kromatik 600x600x1 Res:0.6 m Pada dasarnya file citra hasil fusi mempunyai ukuran yang lebih besar daripada kedua file citra awal. Hal ini disebabkan oleh penggabungan informasi spasial dan informasi warna dari pasangan citra awal. Perbandingan ukuran sebelum dan sesudah proses fusi antara kedua metode dinyatakan pada Tabel 1. Tabel 1 Ukuran dan dimensi data Ukuran (bytes) dan dimensi data subset Citra Pan- Citra Multi- Citra Hasil Fusi 600x600x4 Res:0.6 m Landsat 725.166 kb 185.182 kb : 2904.284 kb : 2904.262 kb 800x800x1 Res:15 m 646.754 kb 400x400x6 Res:30 m 979.566 kb 800x800x4 Res:15 m : 2583.456 kb : 2584.592 kb Adapun dalam hal lama waktu pemrosesan, metode membutuhkan waktu proses yang jauh lebih singkat bila dibandingkan dengan metode. Lama waktu pemrosesan pada metode disebabkan oleh proses perentangan histogram. Pada citra yang memiliki kelas uint16 harus dilakukan pemetaan dari rentang nilai [0 65536] untuk menemukan fungsi inversi. Waktu yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perbandingan proses fusi (Quick- Bird) Perbandingan Visualisasi Waktu proses fusi (Quick- Bird) Waktu 11.4840 15.2340 511.8130 26.6090 (detik) Secara visual dapat diamati bahwa citra fusi hasil transformasi memiliki informasi spasial dengan ketajaman tinggi. Akan tetapi dari segi warna, citra hasil transformasi ini memberikan informasi yang jauh berbeda dengan informasi warna pada citra multispektral awal. Citra hasil fusi cenderung berwarna lebih terang kebiruan. Hal ini disebabkan karena metode transformasi hanya menggunakan rasio dari 3 kanal spektral dan tidak memperhitungkan perbedaan rentang nilai gelombang antara kanal pankromatik maupun kanal multispektral. Pada citra hasil metode fusi, terdapat distorsi berupa titik-titik hitam dan kurang tajamnya informasi tepian objek yang diperoleh. Akan tetapi warna citra hasil fusi memperlihatkan kedekatan dengan warna citra multispektral awal. Kedekatan warna ini dikarenakan melakukan perentangan histogram sebelum proses perhitungan kanal multispektral baru. Dengan

8 demikian metode menghasilkan histogram kanal spektral baru yang lebih menyebar dan menyerupai karakteristik citra multispektral awal. Perbedaan hasil kedua metode ini dapat diamati secara visual melalui Gambar 9 dan 10 berikut. Gambar 9 menunjukkan citra pankromatik QuickBird resolusi 0.6 meter dan citra multispektral QuickBird resolusi 2.4 meter. Kemudian zoom area di dalam persegi merah ditunjukkan oleh Gambar 10. Terurut dari kiri ke kanan bawah, adalah area zoom citra pankromatik resolusi 0.6 meter, citra hasil fusi resolusi 0.6 meter, dan citra hasil resolusi 0.6 meter. Adapun perbandingan citra hasil kedua metode fusi secara visual ditunjukkan pada Lampiran 4. Gambar 9 Subset citra pankromatik dan multispektral QuickBird awal. (a) (b) (c) Gambar 10 Area zoom (a) citra Pan, (b) hasil fusi, (c) hasil fusi. Perbandingan Kriteria Kuantitatif Perbandingan kriteria kuantitatif yang dilakukan adalah perbandingan nilai koefisien korelasi dan nilai root mean square error (RMSE). Nilai koefisien korelasi mengukur kesamaan informasi spasial antara citra hasil fusi dengan citra pankromatik awal yang ditunjukkan pada Tabel 3. Nilai ini berada pada rentang [-1 1]. Nilai mendekati 1 menyatakan semakin tingginya nilai informasi spasial yang terkandung pada citra hasil fusi. Tabel 3 Koefisien korelasi antara citra multispektral hasil fusi dengan citra pankromatik awal Koefisien Korelasi Citra Hasil Fusi Band1 Band2 Band3 Band4 Pan 0.95545 0.98656 0.88220 0.83130 Pan 0.90588 0.86050 0.75164 0.95656 Pan 0.23383 0.42907 0.22611 0.32744 Pan 0.42467 0.38026 0.21460 0.88567 Metode memberikan nilai koefisien korelasi yang tinggi. Nilai korelasi yang tinggi menandakan bahwa citra hasil transformasi fusi memiliki informasi spasial yang mendekati informasi spasial citra pankromatik awal. Hal ini mendukung pengamatan visual bahwa pada citra hasil informasi tepi objek dapat dikenali lebih mudah. Nilai koefisien korelasi yang dihasilkan pada metode sangat kecil bila dibandingkan dengan metode. Pada dasarnya karakteristik kanal NIR mendekati karakteristik citra pankromatik, sehingga nilai korelasi kanal 4 (NIR) akan lebih mendekati nilai 1. Akan tetapi pada perbandingan kanal NIR QuickBird dengan citra pankromatik diperoleh nilai yang sangat kecil. Nilai yang kecil ini disebabkan kerusakan kanal NIR citra multispektral QuickBird awal akibat proses pembacaan dengan multibandread. Lain halnya dengan perhitungan koefisien korelasi, perhitungan kriteria RMSE bertujuan untuk melihat tingkat perubahan informasi warna dari perbandingan antara citra hasil fusi dengan citra multispektral awal. Nilai RMSE yang baik adalah nilai seminimal mungkin. Nilai RMSE dari data citra percobaan ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Nilai RMSE antara citra multispektral hasil fusi dengan citra multispektral awal RMSE Citra Hasil Fusi Band1 Band2 Band3 Band4 72.724 102.49 63.496 352.01 75.954 61.304 53.116 74.340 0.85599 0.34977 1.8992 27.132 2.9979 2.7319 2.3585 17.998

9 Bila dibandingkan dengan nilai RMSE metode, nilai RMSE hasil metode fusi menunjukkan nilai yang lebih kecil. Rendahnya nilai RMSE metode ini menunjukkan rendahnya informasi warna citra multispektral awal yang hilang pada proses fusi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode mampu mempertahankan informasi warna lebih baik daripada metode. Hal ini dapat dilihat dari representasi visual kanal RGB. Secara visual, informasi warna citra hasil metode terlihat hampir menyerupai informasi warna citra multispektral awal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian didapat bahwa nilai koefisien korelasi antara citra multispektral hasil metode dan citra pankromatik awal memberikan nilai korelasi tertinggi. Hal ini menunjukkan penambahan informasi spasial yang tinggi. Akan tetapi metode kurang meminimalkan nilai RMSE pada perbandingan informasi warna antara citra hasil dan citra multispektral awal. Hal sebaliknya terjadi pada citra hasil fusi dengan menggunakan metode. Metode mampu memberikan informasi warna yang baik dengan nilai RMSE hasil fusi yang lebih rendah. Akan tetapi metode kurang dapat menyumbangkan penambahan informasi spasial. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi citra hasil metode yang nilainya jauh lebih rendah daripada nilai koefisien korelasi metode. Pada dasarnya metode dan memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Terlepas dari kekurangannya, kedua metode mampu memberikan citra multispektral hasil fusi baru yang memiliki penambahan informasi spasial dan informasi warna dari pasangan citra awal. Pemilihan metode fusi yang cocok bergantung pada keperluan analisis citra, untuk pengamatan spektral atau untuk pengamatan tepian objek. Saran Penelitian ini masih belum sempurna dilakukan. Beberapa hal dapat dilakukan untuk pengembangan topik penelitian ini lebih lanjut, antara lain: 1 Dilakukannya penggabungan metode fusi dan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik secara spasial maupun warna. 2 Diterapkannya pemrosesan paralel dengan menggunakan block processing guna mengakomodasi data citra satelit yang berukuran besar. 3 Dilakukannya pengukuran keakuratan spasial dengan menggunakan proses klasifikasi pada citra hasil fusi. 4 Dilakukannya proses enhancement yang mendukung pendeteksian tepi objek, guna melihat kinerja fusi citra dalam pengekstraksian objek-objek penting pada citra hasil fusi, seperti jalan atau objekobjek penting lainnya. DAFTAR PUSTAKA Aiazzi B, et al. 2004. Spectral Information Extraction by means of MS+PAN Fusion. Di dalam: ESA Special Publication no. 553, Theory and Applications of Knowledge driven Image Information Mining, with focus on Earth Observation, in press. Dehghani M. 2003. Wavelet-based Image Fusion Using A trous Algorithm. http://www.gisdevelopment.net/technolog y/ip/pdf/53.pdf [30 Oktober 2006] ENVI. 2003 ENVI 4.0 Online Help. Research Systems Inc. Gonzalez RC, Woods RE, Eddins SL. 2004. Digital Image Processing Using MATLAB. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Lillesand TM, Kiefer RW. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri, Suharsono P, Hartono, Suharyadi, penerjemah; Sutanto, penyunting; Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Matlab. 2004. Matlab s Manual Release 7.0.1. MathWorks Inc. Tsai VJD. 2004. Evaluation of Multiresolution Image Fusion Algorithms. IEEE Trans. Geosci. Remote Sens., no. 0-7803-8742-2, 2004. hlm 621-624. Wald L. 1999. Some terms of reference in data fusion. IEEE Trans. Geosci. Remote Sens., vol. 37, no. 3, Mei 1999. hlm 1190-1193.