BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS PADA GEDUNG APARTEMEN METROPOLIS

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN START. Pengumpulan data. Analisis beban. Standar rencana tahan gempa SNI SNI

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

DAFTAR PUSTAKA. Analisis Harga Satuan Pekerjaan Kota Bandung. Dinas Tata Kota Propinsi Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA

PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA

PERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD

PERHITUNGAN STRUKTUR BOX CULVERT

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB I. Perencanaan Atap

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

PERHITUNGAN IKATAN ANGIN (TIE ROD BRACING )

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Balok Lentur.

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB 3 METODE PENELITIAN

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DAN TANPA BRESING V-TERBALIK EKSENTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai inovasi yang ditemukan oleh para ahli membawa proses pembangunan

Denley Martin Sudewo NRP : Pembimbing : Djoni Simanta., Ir.,MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

BAB IV ANALISIS DAN DESAIN

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur

Pertemuan 8 KUBAH TRUSS BAJA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

BAB II STUDI PUSTAKA

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BALOK BERLUBANG

Kata Kunci : Tegangan batang tarik, Beban kritis terhadap batang tekan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

II. KONSEP DESAIN. A. Pembebanan Beban pada struktur dapat berupa gaya atau deformasi sebagai pengaruh temperatur atau penurunan.

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

ANALISIS PERBANDINGAN KUDA KUDA BAJA RINGAN DENGAN BETON BERTULANG MENGGUNAKAN PROGRAM SAP 2000 V.18

Yogyakarta, Juni Penyusun

Jl. Banyumas Wonosobo

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

STUDI KOMPARASI STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL WF TERHADAP PROFIL HSS PADA KOLOM STRUKTUR

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI D.I.Y DENGAN STRUKTUR 5 LANTAI DAN 1 BASEMEN

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR. lantai, balok, kolom dan alat penyambung antara lain sebagai berikut :

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

ANALISIS PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR) PADA BALOK BAJA DAN PELAT BETON

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

Transkripsi:

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 4.1 Permodelan Elemen Struktur Di dalam tugas akhir ini permodelan struktur dilakukan dalam 2 model yaitu model untuk pengecekan kondisi eksisting di lapangan dan model yang telah ditambahkan beban gempa. Selain itu dimodelkan juga model struktur pada saat masa konstruksi, yaitu tepatnya pada saat baru berdiri satu lengkungan struktur. Kondisi tersebut dinilai rawan terhadap beban luar, sehingga harus dicek mengenai kekuatannya. Berikut ini adalah gambar permodelan struktur utama : Gambar 4. 1 Model Lengkap -1-

Gambar 4. 2 Detail untuk 1 Trafe (lengkungan atap) Secara umum, struktur dimodelkan sebagai moment frame dan plane truss. Hampir secara keseluruhan, struktur dimodelkan sebagai moment frame, seperti di TR1, TR2, TR3, dan TR4. Pada moment frame, penampang mengalami gaya-gaya dalam yang meliputi aksial, geser, dan lentur. Elemen struktur yang dimodelkan sebagai plane truss adalah bracing dari TR5 dan TR6, serta joint/hubungan antara TR5 dan TR6 ke TR1, TR2, dan TR3. Selain itu hubungan antara TR1, TR2, dan TR3 ke TR4 pun dimodelkan sebagai plane truss. Pada plane truss, gaya-gaya dalam yang bekerja diasumsikan hanya gaya aksial saja. Di dalam SAP, plane truss dimodelkan dengan cara release momen pada batang-batang yang berfungsi sebagai plane truss. Berikut adalah gambar permodelan tersebut : ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-2

Gambar 4. 3 Permodelan Space Truss Seperti sudah disebutkan sebelumnya, dilakukan juga permodelan struktur pada saat masa konstruksi, yaitu pada saat baru kolom TR4 yang berdiri. Saat tersebut struktur masih dalam kondisi plane frame yang rawan terhadap beban lateral pada arah tegak lurus bidang. Beban yang direncanakan dalam permodelan ini adalah beban gravity sebesar 0,02 Dead Load (38785,64 x 0,02 = 775,7128). ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-3

Berikut ini adalah gambar permodelan tersebut : Gambar 4. 4 Permodelan Masa Konstruksi 4.2 Material Pipa Baja dan Baja Profil Baja yang digunakan pada semua elemen struktur adalah baja ST 37 dengan spesifikasi sebagai berikut : Tegangan Leleh ( f y ) = 240 Mpa Tegangan Ultimate ( f u ) = 370 Mpa Modulus Young = 200000 Mpa Berat = 78.5 KN/m 3 Poisson Ratio = 0.3 ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-4

4.3 Pembebanan Perencanaan pembebanan dimaksudkan untuk memberikan pedoman dalam menentukan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Secara umum, beban direncanakan sesuai Pedoman Perencanaan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.53.1987) sebagai berikut: 1. Beban Mati (Dead Load) termasuk Beban Mati Tambahan (Super Impose Dead Load) (D) 2. Beban Hidup Atap (L) 3. Beban Hujan (H) 4. Beban Angin (W) 5. Beban Gempa (E) Seluruh beban tersebut di atas diperhitungkan dengan faktor perbesaran dan kombinasi sebagai berikut: 1,4D 1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) 1,2D + 1,6 (La atau H) ) + (γ L L atau 0,8W) 1,2D + 1,3 W + γ L L + 0,5 (La atau H) 1,2D ± 1,0E + γ L L 0,9D ± (1,3W atau 1,0E) Dengan masing-masing beban gempa (E) merupakan kombinasi gaya gempa arah acuan dan 0.3 gaya gempa arah tegak lurusnya. 4.3.1 Beban Mati a. Berat Sendiri Semua elemen struktur atap untuk dalam perencanaan ini menggunakan material struktur baja.. Contoh beban mati yang dimodelkan dalam permodelan ini adalah berat sendiri TR7. Struktur ini dimodelkan secara manual, dengan pertimbangan agar mempermudah analisis struktur. b. Beban Mati Tambahan (SIDL) Yang dimaksud beban mati tambahan (SIDL) tersebut adalah berat semua material nonstruktural yang digunakan pada gedung seperti finishing lantai (setebal 50 mm) dan beban mekanikal elektrikal. Besarnya beban mati tambahan adalah sebagai berikut: ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-5

1. Untuk TR1, TR2, TR3,TR5,TR6, dan TR7 a. Gording : 5.11 kg/m 2 b. Atap metal zinc aluminium 0.65mm : 6.94 kg/m 2 c. Plafond/ceiling zinc aluminium 0.4mm : 4.72 kg/m 2 d. Rangka penggantung plafond+lampu : 5 kg/m 2 e. Isolasi atap rockwool 80 kg/m 2,t = 100 mm : 8 kg/m 2 TOTAL : 30 kg/m 2 2. Pada komponen TR4 Selain beban yang ditransfer oleh TR7, pada TR4 juga bekerja beban-beban berikut: a. Atap skylight kaca 10mm laminated+rangka atap skylight : 28 kg/m 2 b. Ducting ME, rangka penggantung+lampu : 75 kg/m Beban-beban tersebut ditransfer sedemikian rupa ke dalam struktur dengan menggunakan prinsip tributary area. Untuk beban yang ditransfer ke TR5 dan TR6, beban ditransfer terlebih dahulu ke TR7. Besarnya area yang berkontribusi diambil nilai maksimum yaitu sebesar 6 x 7,16 m atau sekitar 43 m 2. Selanjutnya beban tersebut ditransfer ke TR5 dan TR6 berupa beban titik yang merupakan reaksi perletakan dari TR7. Maka besarnya beban mati tambahan yang bekerja pada struktur TR5 dan TR6 adalah : F = 30 x 6 x 7,167 = 1288,08 kg. Sedangkan besarnya beban yang bekerja pada TR4 adalah setengah dari beban yang bekerja pada TR5 dan TR6. Hal ini diambil dengan asumsi area yang berkontribusi pada TR4 adalah setengah dari area yang berkontribusi pada TR5 dan TR6. Maka besarnya beban mati tambahan yang bekerja pada struktur TR4 yang berasal dari TR6 dan TR7 adalah : 1288, 08 F = = 644, 04 2 kg. Untuk beban yang ditransfer pada TR1, TR2, dan TR3, besarnya area yang berkontribusi diambil nilai maksimum yaitu sebesar 5,7 x 3,2 m atau sekitar 18,24 m 2. ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-6

Maka besarnya beban mati tambahan yang bekerja pada struktur TR1, TR2, dan TR3 adalah : F = 30 x 5,7 x 3,2 = 547,2 kg. Berikut ini adalah gambar permodelan pembebanan SIDL dalam struktur : Gambar 4. 5 Beban SIDL 4.3.2 Beban Hidup Beban hidup merupakan beban yang bekerja pada bangunan selama bangunan tersebut berdiri. Pada tugas akhir ini, hanya dimodelkan struktur atapnya saja maka nilai beban hidup yang ditentukan adalah beban hidup sementara akibat berat pekerja yaitu sebesar 100 kg yang diletakkan hanya di beberapa tempat saja. Berikut ini adalah gambar permodelan pembebanan beban hidup sementara dalam struktur : ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-7

Gambar 4. 6 Beban Hidup Sementara 4.3.3 Beban Hujan Pada atap bekerja beban hujan sebesar 20 kg/m 2. Seperti halnya, beban mati tambahan yang ditransfer berdasarkan besarnya tributary area, beban hujan pun demikian. Maka dengan luas area yang berkontribusi sebesar 6 x 7,16 m atau sekitar 43 m 2, besarnya beban hujan yang bekerja pada TR7 adalah : F = 30 x 6 x 7,167 = 860,04 kg. Sedangkan beban hujan yang bekerja pada komponen TR4 adalah beban hujan setinggi 20 cm yaitu 30 kg/m. Seperti halnya pada TR5 dan TR6, beban hujan yang bekerja pada TR1, TR2, dan TR3 pun dihitung berdasarkan tributary area. Besarnya area yang berkontribusi adalah sebesar 5,7 x 3,2 m atau sekitar 18,24 m 2. Maka besarnya beban hujan yang bekerja pada struktur TR1, TR2, dan TR3 adalah : F = 20 x 5,7 x 3,2 = 364,8 kg. ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-8

Berikut ini adalah gambar permodelan pembebanan beban hujan dalam struktur : Gambar 4. 7 Beban Hujan 4.3.4 Beban Angin Berdasarkan PPIG 1987, beban angin didefinisikan sebagai tekanan angin yang menerpa struktur baik berupa gaya tekan ataupun gaya hisap. Umumnya beban angin baru diperhitungkan untuk struktur yang memiliki minimal 4 lantai atau memiliki tinggi bangunan minimal 16 m. Angin yang bergerak menabrak struktur dianggap bekerja sebagai tekanan positif pada sisi yang berhadapan langsung dengan arah angin dan tekanan negatif (isap) pada sisi belakangnya. Tekanan tiup angin yang bekerja pada struktur untuk daerah normal sebesar 25 kg/m 2 dan untuk daerah pantai diambil 40 kg/m 2.Namun untuk kecepatan tertentu, nilai tekanan angin dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 2 V P = 16 Keterangan : P adalah besarnya tekanan angin (kg/m 2 ) V adalah besarnya kecepatan angin (m/s)... (4. 1 ) ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-9

Data kecepatan angin di daerah rencana diasumsikan : 75-85 km/jam, sehingga diambil kecepatan rata-rata sebesar 80 km/jam. Jika dalam satuan m/s diperoleh nilai sebesar 1000 V = 80x = 22 3600 m/s Maka besarnya tekanan angin yang bekerja pada struktur adalah : 2 22 P = 30 16 kg/m 2. Dengan memperhitungkan tributary area maka beban angin berupa angin tiup dan angin hisap baik arah X ataupun arah Y dapat dihitung Seperti yang tercantum dalam tabel perhitungan 4.1 sampai 4.4 pada halaman selanjutnya ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-10

Tabel 4. 1 Perhitungan Angin Tiup Arah X koefisien = 0.900 KOEF ATAP LENGKUNG sudut = 20.000 tekanan = 30.000 0.600 0.700 sin x = 1.000 asumsi max cos x = 1.000 asumsi max TENGAH Luas Besar Gaya Luas Besar Gaya Atas 1.905 51.435 Atas 0.953 25.718 Tengah 6.477 174.879 Tengah 3.239 87.440 Bawah 4.572 123.444 Bawah 2.286 61.722 TR 5 Luas = 7.000 m2 Luas = 6.000 m2 joint BAWAH = 126.000 kg joint BAWAH = 108.000 kg arah x (+) = 126.000 63.000 arah x (+) = 108.000 54.000 arah y (-) = 126.000 63.000 arah y (-) = 108.000 54.000 joint TENGAH = 147.000 kg joint TENGAH = 126.000 kg arah x (+) = 147.000 73.500 arah x (+) = 126.000 63.000 arah y (-) = 147.000 73.500 arah y (-) = 126.000 63.000 joint ATAS = 73.500 kg joint ATAS = 63.000 kg arah x (+) = 73.500 36.750 arah x (+) = 63.000 31.500 arah y (-) = 73.500 36.750 arah y (-) = 63.000 31.500 TR 1 Angin Tiup Arah X TR4 TR2 PINGGIR TR 6 TR 3 luas = 18.780 luas = 7.780 luas = 4.500 bawah 169.020 bawah 70.020 bawah 40.500 arah x (+) = 169.020 arah x (+) = 70.020 arah x (+) = 40.500 arah y (-) = 169.020 arah y (-) = 70.020 arah y (-) = 40.500 tengah 197.190 tengah 81.690 tengah 47.250 arah x (+) = 197.190 arah x (+) = 81.690 arah x (+) = 47.250 arah y (-) = 197.190 arah y (-) = 81.690 arah y (-) = 47.250 atas 197.190 atas 81.690 atas 47.250 arah x (+) = 197.190 arah x (+) = 81.690 arah x (+) = 47.250 arah y (-) = 197.190 arah y (-) = 81.690 arah y (-) = 47.250 ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-11

Tabel 4. 2 Perhitungan Angin Hisap Arah X koefisien = 0.400 KOEF ATAP LENGKUNG sudut = 20.000 tekanan = 30.000 0.5 0.2 sin x = 1.000 asumsi max cos x = 1.000 asumsi max TENGAH Angin Hisap Arah X TR4 PINGGIR Luas Besar Gaya Luas Besar Gaya Atas 1.905 22.860 Atas 0.953 11.430 Tengah 6.477 77.724 Tengah 3.239 38.862 Bawah 4.572 54.864 Bawah 2.286 27.432 TR 5 TR 6 Luas = 7.000 m2 Luas = 6.000 m2 joint BAWAH = 105.000 kg joint BAWAH = 90.000 kg arah x (+) = 105.000 52.500 arah x (+) = 90.000 45.000 arah y (+) = 105.000 52.500 arah y (+) = 90.000 45.000 joint TENGAH = 42.000 kg joint TENGAH = 36.000 kg arah x (+) = 42.000 21.000 arah x (+) = 36.000 18.000 arah y (+) = 42.000 21.000 arah y (+) = 36.000 18.000 joint ATAS = 21.000 kg joint ATAS = 18.000 kg arah x (+) = 21.000 10.500 arah x (+) = 18.000 9.000 arah y (+) = 21.000 10.500 arah y (+) = 18.000 9.000 TR 1 TR2 TR 3 luas = 18.780 luas = 7.780 luas = 4.500 bawah 140.850 bawah 58.350 bawah 33.750 arah x (+) = 140.850 arah x (+) = 58.350 arah x (+) = 33.750 arah y (+) = 140.850 arah y (+) = 58.350 arah y (+) = 33.750 tengah 56.340 tengah 23.340 tengah 13.500 arah x (+) = 56.340 arah x (+) = 23.340 arah x (+) = 13.500 arah y (+) = 56.340 arah y (+) = 23.340 arah y (+) = 13.500 atas 56.340 atas 23.340 atas 13.500 arah x (+) = 56.340 arah x (+) = 23.340 arah x (+) = 13.500 arah y (+) = 56.340 arah y (+) = 23.340 arah y (+) = 13.500 ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-12

Tabel 4. 3 Perhitungan Angin Tiup Arah Y koefisien = 0.9 tekanan = 30 Angin Tiup Arah Y TR1 TR3 ATAS 30 ATAS 30 atas 0.5 3.299 1.25 2.061875 55.67 atas 0.5 3.011 1.25 1.881875 50.81 pojok 1.0309375 27.84 pojok 0.9409375 25.41 TENGAH TENGAH 30 30 1 0.5 3.299 1.835 3.0268325 83.79 1 0.5 3.011 1.496 2.252228 62.69 2 0.5 3.299 3.282 5.413659 148.23 2 0.5 3.011 2.335 3.5153425 96.80 3 0.5 3.299 4.366 7.201717 196.51 3 0.5 3.011 2.605 3.9218275 107.77 4 0.5 3.299 5.121 8.4470895 230.13 pojok 1.126114 32.29 5 0.5 3.299 5.566 9.181117 249.95 6 0.5 3.299 5.717 9.4301915 256.68 pojok 1.51341625 42.92 BAWAH BAWAH 30 30 1 0.5 3.299 1.835 3.0268325 81.72 1 0.5 3.011 1.496 2.252228 60.81 2 0.5 3.299 3.282 5.413659 146.17 2 0.5 3.011 2.335 3.5153425 94.91 3 0.5 3.299 4.366 7.201717 194.45 3 0.5 3.011 2.605 3.9218275 105.89 4 0.5 3.299 5.121 8.4470895 228.07 5 0.5 3.299 5.566 9.181117 247.89 6 0.5 3.299 5.717 9.4301915 254.62 ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-13

Tabel 4. 4 Perhitungan Angin Hisap Arah Y koefisien = 0.4 tekanan = 30 Angin Hisap Arah Y TR1 TR3 ATAS 30 ATAS 30 atas 0.5 3.299 1.25 2.061875 24.74 atas 0.5 3.011 1.25 1.881875 22.58 pojok 1.0309375 12.37 pojok 0.9409375 11.29 TENGAH TENGAH 30 30 1 0.5 3.299 1.835 3.0268325 38.38 1 0.5 3.011 1.496 2.252228 28.91 2 0.5 3.299 3.282 5.413659 67.03 2 0.5 3.011 2.335 3.5153425 44.07 3 0.5 3.299 4.366 7.201717 88.48 3 0.5 3.011 2.605 3.9218275 48.94 4 0.5 3.299 5.121 8.4470895 103.43 pojok 1.126114 15.40 5 0.5 3.299 5.566 9.181117 112.24 6 0.5 3.299 5.717 9.4301915 115.22 pojok 1.51341625 20.22 BAWAH BAWAH 30 30 1 0.5 3.299 1.835 3.0268325 36.32 1 0.5 3.011 1.496 2.252228 27.03 2 0.5 3.299 3.282 5.413659 64.96 2 0.5 3.011 2.335 3.5153425 42.18 3 0.5 3.299 4.366 7.201717 86.42 3 0.5 3.011 2.605 3.9218275 47.06 4 0.5 3.299 5.121 8.4470895 101.37 5 0.5 3.299 5.566 9.181117 110.17 6 0.5 3.299 5.717 9.4301915 113.16 Berikut ini adalah gambar-gambar permodelan pembebanan beban angin tiup dan hisap baik dalam arah X maupun arah tegak lurusnya Y dalam struktur : ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-14

Gambar 4. 8 Angin tiup X Gambar 4. 9 Angin Hisap X ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-15

Gambar 4. 10 Angin tiup Y Gambar 4. 11 Angin hisap Y ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-16

4.3.5 Beban Gempa Beban gempa terjadi akibat pergerakan tanah dasar ke arah horizontal atau vertikal secara tiba-tiba. Umumnya pergerakan arah horizontal memiliki guncangan yang lebih besar. Gerakan tanah yang diakibatkan oleh getaran gempa bumi meliputi percepatan, kecepatan, dan perpindahan. Ketiganya pada umumnya teramplifikasi sehingga menimbulkan gaya dan perpindahan yang dapat melebihi kapasitas yang dapat ditahan oleh struktur yang bersangkutan. Nilai maksimum besarnya gerakan tanah yaitu kecepatan tanah puncak, percepatan tanah puncak, dan perpindahan tanah puncak menjadi parameter-parameter utama dalam desain struktur tahan gempa. Gaya geser dasar rencana total, V, pada suatu arah ditetapkan sebagai berikut :... (4. 2 ) Gaya geser dasar rencana total, V, tidak perlu lebih besar daripada nilai berikut ini: Dimana : V = Gaya geser dasar rencana total V maks = Gaya geser dasar rencana maksimum R = Faktor modifikasi respon atau faktor reduksi beban gempa T = Waktu getar dasar struktur W t I C a dan C v = Berat total struktur = Faktor kepentingan struktur = koefisien percepatan gempa... (4. 3 ) Nilai R diambil berdasarkan tabel faktor kepentingan dari SNI. Nilai R ini menyatakan jaminan terjadinya daktilitas struktur, apabila terjadi beban gempa yang besar. Pada perencanaan tugas akhir ini, dipilih nilai R sebesar 5,5 yaitu untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah, dengan mempertimbangkan kemudahan dalam detailing struktur. Pada arah utama struktur, beban gempa dikenakan sebesar 100%. Sedangkan pada arah tegak lurusnya dikenakan gaya sebesar 30 %. ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-17

Di dalam mendesain beban gempa, harus mengacu pada SNI 1726 tentang rekayasa kegempaan, dimana nilai besarnya percepatan batuan dasar, nilainya harus diambil berdasarkan jenis tanah serta zonasi gempa yang telah ditetapkan. Untuk melihat seberapa besar pengaruh beban gempa pada struktur yang direncanakan. Dipilih asumsi lokasi berada pada zona gempa 4 sebagaimana yang terlihat dalam peta zonasi gempa sebagai berikut : Gambar 4. 12 Peta Zonasi Gempa Sedangkan nilai percepatan di batuan dasar dapat diambil berdasarkan desain spektra berkut : ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-18

Gambar 4. 13 Desain Spectra untuk berbagai wilayah gempa Dari data-data yang berasal dari SNI, asumsi yang diambil adalah jenis tanah lunak. Hal ini diambil karena, tanah ini yang akan memberikan efek maksimum beban gempa pada struktur. Setelah semua parameter diketahui, maka didefinisikan data-data tersebut di dalam program analisis struktur seperti yang ditampilkan dalam gambar berikut : ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-19

Gambar 4. 14 Function Response Spectra 4.4 Analisis Struktur Analisis struktur dilakukan untuk menentukan nilai gaya-gaya dalam serta displacement yang bekerja pada struktur. Pada tugas akhir ini, analisis struktur dilakukan secara 3 dimensi, dimana ditinjau secara keseluruhan gaya-gaya dalam yang bekerja pada seluruh sumbu bahan penampang, yang meliputi gaya aksial berupa tarik atau tekan, gaya geser, momen terhadap sumbu kuat, serta momen terhadap sumbu lemah. Sementara itu, nilai ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-20

displacement diambil berdasarkan besarnya perpindahan yang terjadi terhadap keadaan awal struktur. Setelah seluruh beban yang direncanakan sudah diassign pada model, maka selanjutnya dilakukan analisis struktur untuk mengetahui gaya-gaya dalam yang timbul akibat pembebanan pada setiap elemen struktur. Pada proses ini ditampilkan data hasil kalkulasi setiap elemen struktur yang menghasilkan gaya dalam serta displacement yang terbesar. Di dalam perhitungan displacement ini, faktor beban yang digunakan sebesar satu. 4.4.1 Periode Struktur Nilai periode atau waktu getar suatu struktur bangunan bergantung dari massa dan kekakuan. Semakin kaku suatu bangunan, maka semakin kecil waktu struktur untuk satu kali bergetar. Dari hasil perencanaan penampang, dapat ditentukan nilai periode struktur. Berikut ini adalah hasil analisis periode struktur : Nilai periode struktur eksisting = 1,36235 second Nilai periode struktur redesign = 1,11236 second. ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-21

4.4.2 Model Eksisting 4.4.2.1 Gaya Dalam Tabel 4. 5 Gaya Dalam Model Eksisting NO Profil Kombinasi Nu Mux Muy VuMajor VuMinor Batang Penampang Pembebanan N N mm N mm N N 1381 KOLOM TR4 1,2D+1,6H+0,8Wy 924181.05 843177276 38497134 261013.75 20020.72 28498 P1 D8 6 1,2D+1,6H+0,8Wy 38026.97 92749984 7878429.48 41994 2685.2 29948 P2 D6 6 1,2D+1,6H+0,8Wy 262507.18 6240327.78 2537238.45 3443.49 1430.25 31299 siku60x60x6 1,2D+1,6H+0,8Wy 101496.29 0 0 47.97 1217.86 27842 unp125x65x6x8 1,2D+1,6H+0,8Wy 24552.2 190235.95 659961.62 516.76 7.92 29883 W1 WF 200X100X5.5X8 1,2D+1,6H+0,8Wy 84566.55 10700257 14970055.41 14191.55 23128.06 1063 W2 WF 150X75X5X7 1,2D+1,6H+0,8Wy 37857.54 7297355.21 3482655.49 10031.55 5485.15 30618 W3 H 400X400X13X21 1,2D+1,6H+0,8Wy 459310.16 52151182.11 151823051.3 47141.13 52914.74 29656 W4 WF 300X150X6.5X9 1,2D+1,6H+0,8Wy 4278.92 1876534.35 68957538.4 5912.46 93233.69 28689 W5 WF 250X125X6X9 1,2D+1,6H+0,8Wy 4961.99 6119059.56 6667257.26 8053.52 8442.32 Keterangan: Batang menahan aksial Tarik Batang Menahan Aksial Tekan ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-22

4.4.2.2 Lendutan Tabel 4. 6 Lendutan Model Eksisting BENTANG JOINT LABEL L U1 U2 U3 R1 R2 R3 mm mm mm mm Radians Radians Radians TR1 204 39514-18,027-25,915-66,351-0,00399-0,00275 0,00104 TR2 499 28772-34,879-2,958-66,850-0,00192-0,00366-0,00019 TR3 735 21500-16,748 25,257-22,510 0,00383-0,00207-0,00047 917 30478-48,391 6,201-83.925 0,00276 0,01620-0,00044 TR4 925 30478-49,357 3,715-78,263 0,00316 0,01620 0,00053 347 30478-6,882 1,012-80.236 0,00116-0,00492 0,00019 356 30478-10,637 3,697-76.361 0,00028-0,00334-0,00037 1103 27921-23,792-3,553-56,824 0,00096 0,01047-0,00007 1216 27921-16,976 0,011-24,176 0,00006-0,00141-0,00048 TR5 1173 27921-59,507 0,191-57,196 0,00225-0,03674 0,00100 1146 27921-11,903 3,703-76.361 0,00097-0,00627-0,00005 1132 27921 41,298-3,757-56,824 0,00160 0,03198-0,00283 999 27921-67,940 3,524-49,034 0,00350 0,01946 0,00063 1201 27921-19,253 0,094-23,826-0,00039-0,00162-0,00048 TR6 1050 27921 1,396 5,029-76,251 0,00115-0,00800 0,00056 968 27921 2,495 4,575-53,344 0,00120-0,02037-0,00015 1062 27921 10,632 5,016-0,156 0,00094-0,00982 0,00052 ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-23

4.4.3 Model Redesign 4.4.3.1 Gaya Dalam Tabel 4. 7 Gaya Dalam Model Redesign NO Profil Kombinasi Nu Mux Muy VuMajor VuMinor Batang Penampang Pembebanan N N mm N mm N N 1381 KOLOM TR4 1,2D+1,6H+0,8Wy 1010991 672527743 30824691 244188 18483 30704 P1 D8 6 1,2D+1,6H+0,8Wx 23765 49024829 12350648 33934 8002 30678 P1TR4 D8 10 1,2D+1,6H+0,8Wy 17782 84282134 16826789 48019 8118 27422 P1TR4 D8 12 1,2D+1,6H+0,8Wy 1162 103607148 4540563 58188 2058 29948 P2 D6 6 1,2D+1,6H+0,8Wy 252361 5826944 1401260 3229 923 29913 P 7 10 1,2D+1,6H+0,8Wy 466667 34051936 9253985 21632 6867 29602 P TR1 2 D8 12 1,2D+1,6H+0,8Wy 6485 102871063 4839882 58434 2936 30471 siku60x60x6 1,2D+1,6H+0,5L 117688 0 0 0 19 14546 unp125x65x6x8 0.9D 1.3Wx 13283 234134 19552 343 18 28790 W1 WF200X150X8X10 1,2D+1,6H+0,8Wy 33858 1481960 23173035 1179 35846 29657 W1 WF250X250X9X14 1,2D+1,6H+0,8Wy 2071 606090 92600865 7118 117330 1063 W2 WF 150X75X5X7 1,2D+1,6H+0,8Wy 36889 6294287 3058403 8642 4818 30628 W3 H 400X400X13X21 1,2D+1,6H+0,8Wy 895196 238056857 10425751 96600 672 689 W4 WF 300X150X6.5X9 1,2D+1,6H+0,8Wy 5540 8775355 22236834 6864 31487 28689 W5 WF 250X125X6X9 1,2D+1,6H+0,8Wy 3556 4682100 5308652 6319 6641 Keterangan: Batang menahan aksial Tarik Batang Menahan Aksial Tekan ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-24

4.4.3.2 Lendutan Tabel 4. 8 Lendutan Model Redesign BENTANG JOINT LABEL L U1 U2 U3 R1 R2 R3 mm mm mm mm Radians Radians Radians TR1 204 39514-20,529 2,471-70,363 0,00056 0,00790-0,00032 TR2 499 28772-21,425 0,534-70,380 0,00186 0,00799 0,00077 TR3 735 21500-6,092 0,231-58,369 0,00128-0,00222-0,00039 917 30478-6,031 1,267-44,160 0,00391-0,00195 0,00046 TR4 925 30478-12,546-14,299-36,121-0,00281 0,00033-0,00046 347 30478-20,623-1,687-36,017-0,00196 0,00103 0,00007 356 30478-12,917 21,330-19,206 0,00277 0,00140 0,00062 1103 27921-17,757-0,411-36,061 0,00031 0,00604 0,00013 1216 27921-17,921 0,374-45,075 0,00109-0,00592-0,00060 TR5 1173 27921-71,469 0,022-62,774 0,00162-0,03085 0,00080 1146 27921-19,909 6,248-66,732 0,00000 0,00405-0,00040 1132 27921 25,081 1,394-48,592 0,00089 0,02941-0,00228 999 27921-38,824 3,957-25,456 0,00188 0,00694 0,00037 1201 27921-32,335 5,412-43,394 0,00128 0,00613 0,00071 TR6 1050 27921-21,445 7,697-59,797 0,00108 0,00270 0,00033 968 27921-11,640 4,224-56,779 0,00040-0,00551-0,00085 1062 27921-5,054 2,886-32,277 0,00075-0,00701 0,00026 Dari hasil redesign, nilai deformasi struktur menjadi lebih kecil. Karena penampang baru yang menggantikan penampang lama memiliki nilai inersia/ kekakuan yang lebih besar. Sehingga secara keseluruhan, struktur menjadi semakin kaku. ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-25

4.4.4 Model Masa Konstruksi 4.4.4.1 Gaya Dalam Tabel 4. 9 Gaya Dalam Model Masa Konstruksi 1(hanya TR4) Frame Pu Mu Major Mu Minor Vu Major Vu Minor N Nmm Nmm N N 1242 98574,24 171751559 35835667 27379,86 10622,62 1231 99825,27 181033956 15838503 31250,28 11102,54 1381 181957,71 252365679 18206636 40262,74 40262,74 Tabel 4. 10 Gaya Dalam Model Masa Konstruksi 2 (2 buah TR4 dan TR3) Frame Pu Mu Major Mu Minor Vu Major Vu Minor N Nmm Nmm N N 1381 254870 97772485 4785537 21826 183 1231 156779 88531561 33253915 19066 15714 307 139079 105368618 32977229 24834 15452 313 157141 102164824 40842730 25089 15965 325 254847 98763959 2695554 22064 456 1242 138720 91917756 41227121 19291 15586 ARIEF BUDIMAN 15004081 IV-26