Oleh Mohammad Febriant NIM : (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil)

dokumen-dokumen yang mirip
) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM KELAS III (NYATOH) DENGAN KAYU KELAS I (BENGKIRAI), KAYU KELAS II (KAMFER) DAN PELAT BAJA

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

Studi Assessment Kerentanan Gedung Beton Bertulang Terhadap Beban Gempa Dengan Menggunakan Metode Pushover Analysis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

ANALISIS ELASTOPLASTIS PORTAL GABEL BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN STRAIN HARDENING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

III. DASAR PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rangka kuda-kuda baja ringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lama berkembang sebelum munculnya teknologi beton dan baja. Pengolahan kayu

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

Struktur Baja 2. Kolom

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BALOK BERLUBANG

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

EVALUASI KINERJA PORTAL BAJA 3 DIMENSI DENGAN PENGAKU LATERAL AKIBAT GEMPA KUAT BERDASARKAN PERFORMANCE BASED DESIGN

BAB IV ANALISA STRUKTUR

T I N J A U A N P U S T A K A

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

BAB I PENDAHULUAN. struktur baja yang digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

STUDI ANALISIS KINERJA BANGUNAN 2 DAN 4 LANTAI KAYU GLULAM KELAS II (KAMPER) TERHADAP BEBAN SEISMIK DENGAN PUSHOVER ANALYSIS DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM KELAS II (KAMPER) DENGAN KAYU KELAS I DAN PELAT BAJA. Oleh Mohammad Febriant NIM : 15009120 (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil) Indonesia dikaruniai berbagai macam jenis kayu yang patut dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan. Kayu kamper adalah salah satu contoh kayu yang telah dikenal luas di masyarakat dan cocok untuk dijadikan bahan konstruksi. Di pasaran dimensi kayu terbatas, oleh karena itu pendesainan bangunan kayu yang memiliki span yang besar menemui hambatan. Salah satu kekurangan dari material kayu adalah kayu memiliki keruntuhan yang getas, namun ini tidak berarti daktilitas kayu tidak bisa bertambah karena kayu masih bisa mengalami plastifikasi di daerah tekan. 1. Pendahuluan Pada umumnya kayu yang dihasilkan mempunyai diameter kecil, sehingga kayu sebagai bahan alamiah berupa balok atau log belum efisien sebagai komponen struktural. Adanya ketersediaan balok dengan diameter kecil, sedangkan kebutuhan sebagian komponen struktural memerlukan dimensi cukup besar, maka perlu suatu metoda yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. 2. Dasar Teori 2.1 Kayu Glulam (Glue Laminated Timber) Glulam dapat didefinisikan sebagai, produk yang dihasilkan dari balok kayu berdasarkan kapasitas tegangannya dibuat dari lapisan-lapisan kayu terpilih yang direkatkan dengan perekat tertentu dengan arah serat tiap lapisan kayu sejajar pada arah longitudinalnya. Konversi kuat acuan kayu solid ke glulam Kuat Lentur (MPa) Kuat Tarik Sejajar Serat (MPa) Kuat Tarik Tegak Lurus Serat (MPa) Kuat Tekan Sejajar Serat (MPa) Kuat Tekan Tegak Lurus Serat (MPa) Kuat Geser (MPa) Modulus Elastisitas Rata - Rata (MPa) Modulus Elastisitas 5% (MPa) 1

Modulus Elastisitas Tegak Lurus (MPa) Modulus Geser (MPa) Berat Jenis (kg/m 3 ) CATATAN : Untuk glulam kombinasi faktor konversi diaplikasikan pada setiap lapisan kayu glulam yang berbeda. Diasumsikan bahwa setiap lapisan glulam yang berbeda memiliki minimal 1/6 dari total tinggi balok kayu atau dua lapisan laminasi, yang mana yang lebih besar menentukan. Acuan penentuan nilai pada tabel di atas berdasarkan EN 338 atau mengacu pada prinsip-prinsip yang diberikan pada EN 1194. 2.2 Perencanaan Pembebanan Dalam menghitung gaya dalam yang terjadi pada struktur harus diperhatikan gaya luar yang bekerja pada struktur. Beban nominal yang harus ditinjau adalah sebagai berikut: a) Beban mati (D) b) Beban hidup (L) c) Behan hidup atap (La) d) Beban hujan (H), tidak termasuk yang diakibatkan genangan air. e) Beban angin (W), 2.3 Kuat Terkoreksi R` Kuat terkoreksi dihitung berdasarkan persamaan berikut : 2.4 Faktor Koreksi Dalam penentuan kuat terkoreksi, R', perlu diperhatikan faktor-faktor koreksi berikut ini 1. faktor koreksi untuk masa layan 2. faktor koreksi untuk konfigurasi komponen struktur 3. faktor koreksi tambahan untuk kayu struktural dan kayu lapis yang dilem 4. faktor koreksi tambahan untuk panel struktural 5. faktor koreksi tam bahan untuk tiang dan pancang kayu 6. faktor koreksi tambahan untuk sambungan struktural 2.4.1 Faktor koreksi kelembaban Balok kayu 0.85 * 1.00 0.97 0.67 0.8** 0.90 Balok kayu besar (125 mm x 125 mm 1.00 1.00 1.00 0.67 0.91 1.00 atau lebih besar) Lantai papan kayu 0.85* - - 0.67-0.90 Glulam (kayu laminasi structural) 0.80 0.80 0.87 0.53 0.73 0.83 * Untuk ** Untuk

Kondisi Acuan 2.4.2 Faktor koreksi temperature Kadar air pada masa layan* Basah atau Kering 1.0 0.9 0.9 Kering 1.0 0.8 0.7 Basah 1.0 0.7 0.5 2.4.3 Faktor koreksi stabilitas balok adalah faktor koreksi stabilitas balok, untuk memperhitungkan pengaruh pengekangan lateral parsial. Faktor koreksi stabilias balok,, dihitung sebagai berikut : ( ) Dengan : stabilitas; adalah faktor tahanan adalah momen tekuk lateral elastis; adalah tahanan lentur untuk lentur terhadap sumbu kuat; 2.4.4 Faktor koreksi ukuran adalah faktor koreksi ukuran, untuk memperhitungkan pengaruh dimensi komponen struktur sesuai dengan tata cara yang berlaku. Untuk kayu yang mutunya ditetapkan secara marsinal Klasifikasi ukuran Faktor ukuran kayu Ukuran kayu Lantai Gunakan dari NDS-S table 4A, 4B, 4E dan 4F Balok ( ), dimana d adalah ketebalan aktual kayu, ( inchi ) 2.4.5 Faktor Koreksi Volume Faktor Koreksi pengaruh Volume kayu untuk kayu glulam yang dibebani tegak lurus sisi lebar lapisan ditetapkan menggunakan persamaan Keterangan : adalah koefisien pembebanan = 130 mm ( ) ( ) ( ) adalah lebar komponen struktur lentur (mm)

= 305 mm adalah tinggi komponen struktur (mm) = 6400 mm = panjang komponen struktur lentur di antara titik titik dengan momen nol (mm) 2.4.6 Faktor Koreksi Penggunaan Datar Faktor Koreksi Penggunaan Datar digunakan untuk menghitung peningkatan kapasitas lentur dari komponen struktur kayu yang digunakan secara mendatar. Faktor Koreksi Penggunaan Datar Kayu Glulam Dimensi sejajar muka lebar lapisan 270 mm atau 265 mm 220 mm atau 215 mm 170 mm 130 mm atau 125 mm 80 mm atau 75 mm 65 mm 1,01 1,04 1,07 1,10 1,16 1,19 2.4.7 Faktor Koreksi Kelengkungan Faktor Koreksi Kelengkungan digunakan untuk memperhitungkan pengaruh kelengkungan terhadap kapasitas lentur. Keterangan : adalah tebal lapisan adalah jari- jari kelengkungan pada sisi dalam balok melengkung ( )

2.4.8 Faktor Koreksi Takikan Pada penampang di sepanjang takikan dari sebuah balok persegi dengan tinggi d, tahanan geser terkoreksi dikalikan dengan faktor koreksi takikan yang dihitung sebagai berikut : ( ) adalah tinggi balok tanpa takikan adalah tinggi balok di dalam daerah takikan Jika pada ujung takikan terdapat irisan miring dengan sudut θ terhadap serat kayu untuk mengurangi konsentrasi tegangan maka faktor koreksi takikan dihitung sebagai berikut : ( ) ( ) 2.4.9 Faktor Koreksi Area Tumpu = faktor area tumpu = 1.0 untuk konservatif pada semua kondisi = panjang tumpuan ( panjang tumpuan antara 75 mm sampai 150 mm ) 2.5 Analisis Pushover Analisa statik nonlinier merupakan prosedur analisa untuk mengetahui perilaku keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa, dikenal pula sebagai analisa pushover atau analisa beban dorong statik. 2.5.1 Sendi Plastis (Plastic Hinge) Dalam analisis static pushover menggunakan software SAP2000 diperlukan pendefinisian sendi plastis atau hinge terlebih dahulu. Gambar 2.1 Kurva Load-Deformation Hinge

Panjang sendi plastis digunakan untuk memperoleh nilai rotasi ultimit dari kurfatur ultimit. Untuk dapat menentukan panjang sendi plastis dapat menggunakan persamaan yang telah disederhanakan sebagai berikut. Dimana : L p = Panjang sendi plastis H = Tinggi penampang L=Panjang kritis dari penampang kritis sendi plastis ke titik kontraflekstur f y = kuat leleh d bl = diameter perkuatan longitudinal 2.6 Perkuatan Balok kayu Keruntuhan Tarik pada kayu Mode keruntuhan ini yang paling umum terjadi pada kayu. Keruntuhan ini bersifat Brittle (getas) karena kayu tidak memiliki sifat plastis ketika dikenai tegangan tarik. Penetapan batas tegangan tarik kayu dianggap tercapai ketika tegangan maksimum tekan sama dengan tegangan tariknya. Ada 2 mode keruntuhan yang bisa dikenali pada zona tarik berdasarkan tingkat plastifikasi di bagian tekan. a) Keruntuhan tarik kayu ketika penampang masih dalam kondisi linearelastic b) Keruntuhan kayu ketika penampang dalam kondisi diantara elastis dan platis.

2.6.1.1 Keruntuhan Tekan pada kayu Keruntuhan mode ini jarang terjadi di balok tanpa perkuatan. Tetapi ketika balok diperkuat di bagian tarik, keruntuhan mode ini bisa terjadi. a) Keruntuhan tekan terjadi sebelum terjadi runtuh tarik 3. Metodologi Metode analisis yang dilakukan perencanaan elemen struktur, analisis pushover, dan analisis perkuatan. Perencanaan elemen struktur tersusun dari asumsi dimensi struktur awal dan pembebanan hingga menghasilkan dimensi yang optimal ditinjau dari kapasitas dan kekakuan struktur. Analisis pushover dilakukan untuk melihat perilaku struktur bangunan kayu dan mekanisme keruntuhannya. Analisis perkuatan dilakukan untuk melihat pengaruh perkuatan baja dan kayu kelas I di daerah tarik kayu glulam kamper. 3.1 Perencanaan Elemen Struktur Profil penampang kolom, balok, rafter, dan bresing digunakan sebagai dasar pemodelan awal bangunan pada SAP2000. Pada proses design sistem struktur bangunan kayu dipengaruhi oleh beban gempa, beban gravitasi, beban angin, beban hujan, dan kapasitas penampang yang digunakan. 3.1.1 Perencanaan Elemen Balok Pada pendesainan balok dibedakan menjadi 3 jenis balok yaitu balok induk arah- X, balok induk arah-y dan balok anak. Bangunan 2 lantai

Dimensi Balok Anak Balok Induk X Balok Induk Y H (mm) 80 240 420 B (mm) 60 200 200 Bangunan 4 lantai Dimensi Balok Anak Balok Induk X Balok Induk Y H (mm) 80 300 500 B (mm) 60 200 200 3.1.2 Perencanaan Elemen Kolom Pada perencanaan desain, kolom diasumsikan ukuran profil kolom tersebut yang dianggap dapat menanggung beban yang terjadi. Ukuran balok di setiap lantainya berbeda dikarenakan beban yang ditanggung tiap kolom pada setiap lantai berbeda besarnya. Bangunan 2 lantai Dimensi Kolom 1A Kolom 1B Kolom 2 H (mm) 500 260 500 B (mm) 200 200 200 Bangunan 4 lantai Dimensi Kolom 1A Kolom 1B Kolom 2A Kolom 2B Kolom 3A Kolom 3B Kolom 4 H (mm) 420 340 420 320 420 300 420 B (mm) 200 200 200 200 200 200 200 3.1.3 Pengecekan Kapasitas Penampang Dimensi elemen struktur diatas harus dilakukan pengecekan kapasitas penampang untuk mengetahui apakah penampang yang telah didesain mampu memikul beban-beban yang telah ditentukan. Perhitungan Kapasitas Penampang kayu menggunakan metode LRFD seperti yang telah dijelaskan pada bab dasar teori. Beberapa pengecekan yang harus dilakukan untuk elemen struktur kolom antara lain : a. Pengecekan momen b. Pengecekan geser c. Kombinasi tekan dan momen 4. Analisis Kinerja Struktur (Pushover Analysis) 4.1 Dimensi struktur Berikut ini akan dipaparkan dimensi struktur yang digunakan pada proses analisis pushover untuk mendapatkan mekanisme keruntuhan yang sesuai. Dimensidimensi struktur tersebut disajikan pada tabel-tabel berikut ini. Bangunan 2 Lantai Balok dan Rafter Dimensi Balok induk Balok induk X2 Balok induk Y Rafter

X1 (lantai 1) (lantai 2) b(mm) 200 200 200 200 h(mm) 500 300 500 380 Kolom Dimensi Kolom 1A Kolom 1B Kolom 2 Bracing b(mm) 200 200 200 Diameter h(mm) 600 260 400 =12mm Bangunan 4 Lantai Balok dan Rafter Dimensi Balok induk X1 (lantai 1) Balok induk X2 (lantai 2) Balok induk X3 (lantai 3) Balok induk X4 (lantai 4) Balok induk Y Rafter b(mm) 200 200 200 200 200 200 h(mm) 800 500 340 300 500 380 Kolom Dimensi Kolom 1A Kolom 1B Kolom 2A Kolom 2B Kolom 3A Kolom 3B Kolom 4 h(mm) 600 540 540 520 520 500 500 b(mm) 200 200 200 200 200 200 200 Bracing Dimensi Bracing1 Bracing 2 Bracing 3 (lantai 1) (lantai 2) (lantai 3) Diameter (mm) 16 16 12 12 Bracing 4 (lantai 4) 4.2 Analisis Kinerja Struktur Pembebanan yang berpengaruh pada saat proses analisis pushover adalah beban mati dan beban hidup yang direduksi sebesar 30 %. Hasil analisis pushover menunjukkan bahwa kerusakan terberat memang berada pada perimeter atau rangka pemikul beban gempa. 4.2.1 Analisis Pushover Bangunan 2 Lantai Sebagai perbandingan, analisis pushover dilakukan pada struktur menggunakan bracing jenis tension-only dari tulangan baja dan struktur bangunan tanpa bracing.

Displacement (mm) 8.000 Pushover Bangunan 2 Lantai 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 Tanpa Bracing Arah Y Dengan Bracing Arah Y Tanpa Bracing Arah X Dengan Bracing Arah X 1.000 0 0 100 200 300 400 500 Base Shear (kn) Perbandingan antara base shear dengan displacement pushover arah-y lebih besar dibanding pushover arah-x. Hal ini bisa disebabkan karena kekakuan pada arah-y lebih besar dibanding kekakuan bangunan arah X. Gradien pada kurva berubah ketika terbentuk sendi plastis pada elemen struktur. Berikut ini hasil perhitungan analisis pushover menggunakan metode FEMA440 equivalent linearization. Berdasarkan hasil perhitungan metode FEMA440 equivalent linearization didapat titik kinerja sebagai berikut : Jenis Struktur Pushover Gaya geser (kn) Daktilitas Perpindahan (m) arah-x 257,69 1 0,025 Tanpa Bracing arah-y 4,811 1 0,00215 arah-x 265,876 1,261 0,027 Dengan Bracing arah-y 4,774 1 0,00284

4.2.2 Analisis Pushover Bangunan 4 Lantai Sebagai perbandingan, analisis pushover dilakukan pada struktur menggunakan bracing jenis tension-only dari tulangan baja dan struktur bangunan tanpa bracing. 3500 Bangunan 4 Lantai 3000 2500 2000 1500 1000 Tanpa Bracing Arah X Dengan Bracing Arah X Tanpa Bracing Arah Y Dengan Bracing Arah Y 500 0 0 100 200 300 400 500 600 700 800 Base Shear (kn) Seperti pada struktur dua lantai sebelumnya perbandingan antara base shear dengan displacement pushover arah-y lebih besar dibanding pushover arah-x. Hal ini bisa disebabkan karena kekakuan pada arah-y lebih besar dibanding kekakuan bangunan arah X. Pada saat sebelum sendi plastis pertama terbentuk perilaku sturktur tanpa bracing dan dengan bracing relatif sama. Ketika sendi plastis pertama terbentuk, kurva antara struktur tanpa bracing dan dengan bracing mulai menunjukkan perbedaan. Berikut ini hasil perhitungan analisis pushover menggunakan metode FEMA440 equivalent linearization didapat titik kinerja sebagai berikut : Jenis Struktur Pushover Gaya geser (kn) Daktilitas Perpindahan (m) arah-x 715,516 1 0,098 Tanpa Bracing Dengan Bracing arah-y 1018,428 1 0,063 arah-x 1756,051 6,803 0,192 arah-y 2065,783 5,521 0,131

5. PERKUATAN KAYU GLULAM Perkuatan digunakan pada elemen struktur kayu seperti balok untuk meningkatkan kapasitas penampang pada elemen tersebut atau mengurangi dimensi penampang jika dianggap terlalu besar. Bahan perkuatan bisa berbagai macam seperti baja, carbon fibre, ataupun kayu dengan kuat acuan yang lebih tinggi. 5.1 Efek penambahan perkuatan Glulam tanpa perkuatan biasanya mengalami kegagalan di daerah tarik. Sehingga perkuatan diberikan pada daerah tarik untuk memperkuat bagian tersebut. Pada dasarnya ini menambah kapasitas tarik yang dapat mengakibatkan moda kegagalan berpindah ke daerah tekan. Hubungan tegangan-regangan berikut ini memperlihatkan distribusi tegangan pada balok yang diberi perkuatan. Terlihat bahwa kegagalan masih berada pada daerah tarik, dengan daerah tekan yang mengalami plastifikasi. Untuk mengetahui sampai persentase batas perkuatan yang dapat diberikan pada balok akan diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Gambar di bawah ini memperlihatkan balok kayu kamper glulam yang diperkuat dengan kayu bangkirai dan yang diperkuat dengan plat baja dengan terus menambahkan persentase tebal laminasi perkuatan hingga kayu pada bagian tekan mengalami kegagalan. Kayu glulam kamper baru mulai mencapai plastis pada saat pemberian perkuatan sebanyak 6% dari total tinggi penampangdan saat diberikan perkuatan sebanyak 26% kayu glulam mengalami keruntuhan pada bagian tekan.

Kayu mulai mengalami plastifikasi pada saat diberi perkuatan baja setebal 7mm. Keruntuhan kayu pada bagian tarik terus berlanjut hingga kayu diberi perkuatan baja setebal 35 mm lalu kayu mengalami keruntuhan di bagian tekan. 6. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut : Pada saat pendesainan struktur bangunan kayu menggunakan kayu glulam, konversi kuat acuan kayu solid ke kayu glulam harus dilakukan. Bracing tulangan baja berpengaruh besar pada daktilitas struktur kayu, terutama pada struktur 4 lantai saat permodelan. Struktur kayu tanpa perkuatan hanya mencapai nilai daktilitas 1 dan struktur kayu dengan bracing tulangan baja dapat meningkatkan daktilitasnya hingga 6. Selain menggunakan bracing tulangan baja, salah satu cara yang dapat meningkatkan daktilitas struktur adalah dengan pemberian perkuatan di daerah tariknya. Kapasitas penampang kayu yang diperkuat daerah tarik dapat terus naik hinggga batas tertentu. Dalam hal ini kayu glulam kamper yang diperkuat oleh kayu bangkirai kapasitasnya terus naik hingga tebal perkuatan mencapai 30 % dari tinggi total penampang setelah itu nilai kapasitas mengalami penurunan. Sedangkan letika dipetkuat oleh baja, kapasitas penampang terus naik hingga tebal baja mencapai 15% dari total tinggi penampang dan setelah itu kapasitas kayu tidak mengalami kenaikan. Balok kayu dengan perkuatan baja mempunyai batas maksimum kapasitas penampang yang lebih besar dibanding dengan perkuatan kayu bangkirai. Balok kayu dengan perkuatan baja memiliki harga perkuatan per-m yang lebih murah dibandingkan dengan perkuatan kayu bangkirai dengan kapasitas yang sama.

7. DAFTAR PUSTAKA Jobin, Jacob dan Barragán, Olga Lucia Garzon (2007) : Flexural Strengthening of Glued Laminated Timber Beams with Steel and Carbon Fiber Reinforced Polymers, Master s Thesis in the International Master s Programme Structural Engineering, CHALMERS UNIVERSITY OF TECHNOLOGY. A, Vanessa., A, Manfred.,B, Kolbein., H, Anders Søvsø., K, Petr., L, Antonín., M, Kjell Arne., M, Andrzej., M, Alois., P, Miroslav,. dan T, Matjaz. (2008) : Handbook 1 Timber Structures, Leonardo da Vinci Pilot Projects. A, Manfred.,B, Kolbein., K, Petr., L, Antonín., M dan P, Miroslav,. dan T, Matjaz. (2008) : Handbook 2 Design Of Timber Structures According to Ec 5, Leonardo da Vinci Pilot Projects. SNI 03-xxxx-2000. Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu Untuk Bangunan Gedung (Beta Version). SNI 1726-2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Sugiri, Saptahari.(2012) Struktur dan Bahan Kayu. Penerbit ITB.