KEBIASAAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM, MAGNESIUM DAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 5 TASIKMALAYA TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

ASUPAN KALSIUM, VITAMIN B 6, KEBIASAAN MAKAN KARBOHIDRAT KOMPLEKS, TINGKAT STRES HUBUNGANNYA DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI.

ABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menghilang pada saat menstruasi (Syiamti & Herdin, 2011). wanita meliputi kram atau nyeri perut (51%), nyeri sendi, otot atau

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN PERILAKU MENGATASI GEJALA PREMENSTRUASI SYNDROME (PMS) DI MAN MODEL KOTA JAMBI

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pre Menstrual Syndrome Pada Mahasiswa Tk II Semester III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI DI SMAN 1 TONGKUNO KECAMATAN TONGKUNO KABUPATEN MUNA SULAWESI TENGGARA.

HUBUNGAN SINDROM PRAMENSTRUASI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWI KELAS XI JURUSAN AKUTANSI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DENGAN DERAJAT PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMA N 5 SURAKARTA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWA SMP PHYSICAL ACTIVITY IN STUDENTS WITH PREMENSTRUAL SYNDROME

HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN B6 DAN KALSIUM DENGAN KEJADIAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWI DI SMA N COLOMADU

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN TANDA DAN GEJALA PRE MENSTRUAL SYNDROME PADA REMAJA PUTRI DI SMK N 9 SURAKARTA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

HUBUNGAN GAYA HIDUP SEHAT DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA SISWI KELAS XI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi pada Anggota Perempuan UKM INKAI UNS

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA

HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA DAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI DI DESA PUCANGMILIRAN TULUNG KLATEN

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

PENGESAHAN SKRIPSI. Pada tanggal 20 Juli Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt DEKAN TIM PENGUJI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SINDROM PRAMENSTRUASI. Menurut Kaunitz (2008) sindrom pramenstruasi adalah kombinasi

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

KEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEGEMUKAN PADA REMAJA (Studi di SMP Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya)

ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DENGAN SINDROM PRA MENSTRUASI DI SMA NEGERI 1 KAKAS

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia tahun dan

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS III DI SMAN 1 TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Pengetahuan Berhubungan dengan Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 2 Banguntapan Bantul

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.

BAB III METODE PENELITIAN

: Makanan Kariogenik, Karies Gigi, prasekolah

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA MAHASISWI (Studi Di FKIP Biologi Universitas Siliwangi Tasikmalaya)

HUBUNGAN USIA MENARCHE DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI DI SMP NEGERI 1 SRAGI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. itu, orang menyebutnya juga sebagai masa yang paling rawan. Keindahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis yang dialami wanita sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA AL HIKMAH 2 BENDA SIRAMPOG BREBES

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

HUBUNGAN ASUPAN MULTIVITAMIN DAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA MAHASISWI GIZI FKM UI

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TINGKAT NYERI SINDROMA PRA MENSTRUASI PADA SISWI DI SMK NEGERI 04 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tergabung dalam organisasi FKMS (Forum Komunikasi Mahasiswa Sumenep).

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

2.4.3 Epidemiologi Dysmenorrhea Primer Derajat Nyeri Dysmenorrhea Primer Faktor Risiko Dysmenorrhea Primer

PROFESI Volume 11 / Maret Agustus 2014

Transkripsi:

KEBIASAAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM, MAGNESIUM DAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 5 TASIKMALAYA TAHUN 2013 Yona Nurmalasari 1) Lilik Hidayanti dan Andik Setiyono 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi ( Yonanurmalasari@yahoo.com ) 1) Dosen Pembimbing Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2) ABSTRAK Premenstrual syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi perempuan. Sekitar 80-95% perempuan pada usia subur mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Zat gizi mikro seperti kalsium dan magnesium berperan dalam meringankan dan menekan resiko terjadinya PMS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi pangan sumber kalsium, magnesium dan kejadian Premesntrual Syndrome (PMS) pada remaja putri di SMA Negeri 5 Tasikmalaya. Metode penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 80 dari 466 populasi. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional stratified random sampling yang dilakukan secara acak sederhana dengan memperhatikan strata yang ada. Analisis data menggunakan Uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia responden 15,81 tahun, responden sebanyak 58,8% mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) dengan kategori berat, rata-rata responden jarang mengkonsumsi kalsium 53,8%, ratarata responden sering mengkonsumsi magnesium 58,8%. Analisis menggunakan Chi- Square menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan konsumsi kalsium dan kejadian premenstrual syndrome (PMS) dengan nilai p <0,05 (p =0,000). Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi magnesium dan kejadian premenstrual syndrome (PMS) dengan nilai p <0,05 (p =0,018). Hasil Uji Parsial menunjukkan bahwa ada hubunngan antara kebiasaan konsumsi kalsium dan magnesium dengan kejadian PMS setelah variabel kebiasaan olahraga dianggap konstan (p =0,016). Disarankan pada responden untuk meningkatkan konsumsi pangan sumber kalsium dan magnesium sebelum menstruasi dengan frekuensi yang cukup. Kata Kunci : Kalsium, Magnesium, Premenstrual Syndrome (PMS) Keperpustakaan :

ABSTRACT Premenstrual Syndrome (PMS) is a collection of phisical symptoms, psychological and emotional problems associated with the menstrual cycle woman. 80%-95% of women at reproductive age experience premenstrual symptoms that can interfere with some aspects of his life. Symptoms are usually predictable and occur regularly in the two week period before menstruation. It can be lost so start bleeding, but it can also continue after. Micronutrients such as calcium and magnesium play a role in mitigating and suppress the risk of PMS. This Study aims to analyze the relationship between food consumption habits source of calcium, magnesium and the incidence of Premenstrual Syndrome (PMS) in adolescent girls in high school 5 Tasikmalaya. Research methods using analytic survey with cross sectional sample of 80 of 466 populations. The sampling technique used was proportional stratified random sampling, simple random decision with respect to the existing strata. Analysis using the chi-square test. The results showed the average age of the respondents 15th. Responden much as 58,8% had Premenstrual Syndrome with weight categories, the average respondent seldom consume calcium 53,8%, on average respondents often consumes 58,8% magnesium. Using chi-square analysis showed that there is a relationship between habitual calcium intake and PMS with a value p <0.05 (p=0,000). No association between magnesium intake and incidence PMS of customs value p <0,05 (p=0,018). Partial test results show that there is a relationship between habitual consumption of calcium and magnesium with the incidence of PMS after sports activity variabels held constant (p = 0,016). Advised the respondents to increasing consumption of food sources of calcium and magnesium before menstruation with considerable frequency. Kata Kunci : Calcium, Magnesium, Premenstrual Syndrome (PMS) Keperpustakaan :

PENDAHULUAN Premenstrual syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi perempuan. Sekitar 80-95% perempuan pada usia subur mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara reguler pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya. (Nirmala, 2012) Gejala PMS terbagi menjadi dua, yaitu gejala fisik dan psikologis. Gejala-gejala tersebut ada yang bersifat cukup berat dan parah atau sangat berat, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Sebanyak 80% dari perempuan usia produktif telah mengalami perubahan fisik dan emosional. Sekitar 20-40% dari perempuan usia yang produktif mengalami gejala-gejala Premenstrual Syndrome (PMS) cukup berat yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan sebanyak 3% sampai 5% yang mengalami kelemahan cukup parah sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. (Saryono,2009) Kejadian PMS banyak terjadi terutama pada remaja putri yang berusia belasan tahun atau pada remaja pada umumnya. Bendich (2000) mengemukakan bahwa penyebab sindrom pramenstruasi diantaranya adalah defisiensi mineral kalsium dan magnesium. Wanita yang mengkonsumsi makanan rendah kandungan, mineral besi, kalsium dan magnesium memiliki resiko terkena sindroma pramenstruasi lebih tinggi dibandingkan wanita yang mengkonsumsi makanan yang mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung mineral besi, kalsium dan magnesium. Kalsium banyak terdapat pada bahan pangan sumber hewani. Bahwa wanita yang rutin menambah suplemen kalsium (1000 mg/hari) atau magnesium (250 mg/hari) pada pola makannya, lebih kecil beresiko mengalami PMS. (London, 1991) Menurut laporan Archives of Internal Medicine, diet kaya kalsium dapat menekan risiko terkena PMS sampai 40 persen. Bahwa kalsium dan vitamin D yang membantu absorpsi kalsium dapat mengurangi nyeri hebat pada saat PMS. Peningkatan asupan kalsium mempengaruhi kadar hormon estrogen selama masa menstruasi. Hal ini dapat mempengaruhi siklus menstruasi. (Gizi Indonesia, 2008) Zat gizi mikro seperti kalsium dan magnesium berperan dalam meringankan gejala PMS. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susan Thys-Jacobs kalsium berperan dalam meringankan sindrom pramenstruasi (PMS). Bahwa pemberian

kalsium murni terbukti secara signifikan mengahasilkan 50% pengurangan gejala sindrom pramenstruasi. Asupan tinggi kalsium dengan jumlah 1.336 mg/hari tersebut dapat memperbaiki gejala-gejala gangguan mood dan perilaku yang berlangsung selama sindrom pramenstruasi. Gejala-gejala seperti kegelisahan, hidrasi, dan depresi mual sembuh pada seseorang dengan sindrom pramenstruasi yang mengkonsumsi kalsium dan magnesium dengan tanpa efek samping. Sementara itu magnesium berfungsi dalam membantu relaksasi otot, transmisi sinyal syaraf, mengurangi migren, dan sebagai penenang ilmiah yang dibutuhkan oleh perempuan saat PMS. Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian, dan kacang-kacangan (Almatsier, 2004) Hasil survey awal di SMAN 5 Tasikmalaya menunjukkan gejala-gejala premenstrual syndrome (PMS) yang dialami oleh 25 siswa dengan gejala-gejala seperti kram/nyeri perut bagian bawah (96%), emosi labil (92%), nyeri pinggang (85%), timbul jerawat (84%), nafsu makan meningkat (76%), nyeri payudara (64%), dan sakit kepala (56%). Peneliti tertarik untuk mengambil judul skripsi Kebiasaan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dan Magnesium dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja putri di SMA Negeri 5 Tasikmalaya. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat observasional, dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah remaja putri di SMA Negeri 5 Tasikmalaya. Sampel dipilih berdasarkan rumus proportional, yaitu secara acak sederhana sesuai strata yang ada dan yang terpilih sebanyak 80 orang dari 455 populasi. Dengan menggunakan rumus Issac dan Michael. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 5 Tasikmalaya, mulai bulan Januari 2013 sampai dengan Februari 2013. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang terdiri dari karakteristik usia, siklus menstruasi, gejala PMS yang dialami. Data tersebut diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan data kebiasaan konsumsi pangan sumber kaslium dan magnesium dengan menggunakan FFQ selama 1-3 hari. Konsumsi kalsium dikatakan sering apabila rata-rata konsumsi kalsium dengan skor 25, dan jarang apabila <25. Begitu pula konsumsi magnesium dikatakan sering apabila rata-rata konsumsi magnesium dengan skor 25, dan jarang apabila <25.

Data PMS dilakukan menggunakan checklist gejala PMS. Dari 18 jenis gejala PMS dijumlahkan kemudian diberi skor. Total skor dengan tingkat keparahan masingmasing kemudian dikategorikan menjadi PMS berat bila skor >9 dan ringan bila skor 9. Pengolahan data dilakukan secara bertahap mulai dari data yang terkumpul dilapangan sampai siap untuk dianalisis. Terhadap data dari hasil pengumpulan dilapangan dilakukan, memeriksa data (editing), memberikan kode (coding), pemasukan data (entry data) dan penyusunan data (tabulating). Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk melihat hubungan kebiasaan konsumsi pangan sumber kalsium dan magnesium dengan kejadian Premesntrual Syndrome (PMS) pada remaja putri dengan Uji Chi-square. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Sampel Penelitian Karakteristik sampel penelitian menurut umur dan siklus menstruasi dilihat pada Tabel 1. Sebagian besar sampel penelitian berumur 16 tahun (43,8%) dan paling sedikit berumur 17 tahun (18,8%). Dilihat dari siklus menstruasi sebagian besar remaja putri SMAN 5 Tasikmalaya waktu siklus menstruasi terbesar pada siklus 21-35 hari (88,7%) dan terkecil pada siklus >21 hari (3,8%). Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan umur dan siklus menstruasi Karakteristik sampel penelitian n % Umur ( tahun ) 15 16 17 30 35 15 37,5 43,8 18,8 Siklus menstruasi >21 hari 21-35 hari >35 hari 3 71 6 3,8 88,7 7,5

2. Analisis Univariat Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Putri di SMA Negeri 5 Tasikmalaya Premenstrual Syndrome (PMS) Frekuensi Presentase Berat 47 58,8 Ringan 33 41,2 Jumlah 80 100,0 Berdasarkan tabel 2 sebagian besar responden mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) berat dengan jumlah 47 orang (58,8%) dan ringan dengan jumlah 33 orang (41,2%) Gejala PMS Sampel penelitian berdasarkan jenis gejala yang dialami remaja putri di SMA Negeri 5 Tasikamalaya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan jenis gejala Premenstrual Syndrome (PMS) yang dialami Gejala PMS (n) (%) Mudah Tersinggung 70 87,5 Rasa Cepat Marah 73 91,2 Emosi Labil 74 92,5 Ketegangan/ Cemas 42 52,5 Depresi 16 20,0 Insomnia (sulit tidur) 25 31,2 Konsentrasi Berkurang 59 73,7 Sakit Kepala 23 28,7 Kram/nyeri perut bagian bawah 61 76,2 Perut Kembung 28 35,0 Payudara nyeri,membengkak 36 45,0 Timbulnya jerawat 52 65,0 Sakit pinggang 50 62,5 Sakit punggung 40 50,0 Kenaikan berat badan 10 12,5 Fatigue (Kelelahan) 65 81,2 Sendi atau otot lemas 54 67,5 Sembelit/diare 28 35,0 Berdasarkan tabel 3 sebagian besar responden mengalami gejala labil (suasana hati tidak menentu) sebanyak 74 orang (92,5%) diikuti rasa cepat marah

sebanyak 73 orang (91,2%), dan paling sedikit dengan gejala kenaikan berat badan sebanyak 10 orang (12,5%). Menurut Braam, dkk (1997:137) emosi labil disebabkan oleh perubahan hormonal yang membuat urat-urat syaraf menjadi lebih peka sehingga menimbulkan reaksi emosional sedangkan kram/nyeri perut bagian bawah bagian bawah menurut Surtiretna (2001:7) disebabkan oleh adanya kekejangan pada otot rahim yang disebabkan oleh aliran darah yang kurang lancar dan biasanya gangguan ini memuncak pada usia 17-25 tahun dan berkurang atau bahkan sembuh setelah wanita tersebut pernah melahirkan. Kebiasaan Konsumsi Kalsium Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Kalsium pada Remaja Putri di SMA Negeri 5 Tasikmalaya Kebiasaan Konsumsi Kalsium Frekuensi Persentase Sering 37 46,2 Jarang 43 53,8 Jumlah 80 100,0 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa responden dengan jumlah 37 orang (46,2%) sering mengkonsumsi kalsium dan sebanyak 43 orang (58,8%) jarang mengkonsumsi kalsium. Kebiasaan konsumsi magnesium Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Magnesium pada Remaja Putri di SMA Negeri 5 Tasikmalaya Kebiasaan Konsumsi Magnesium Frekuensi Presentase Sering 47 58,8 Jarang 33 41,2 Jumlah 80 100,0 Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden sebanyak 47 orang (58,8%) sering mengkonsumsi magnesium dan sebanyak 33 orang (41,2%) jarang mengkonsumsi magnesium. Kegiatan Olahraga Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Olahraga pada Remaja Putri di SMA Negeri 5 Tasikmalaya

Kegiatan Olahraga Frekuensi Presentase Baik 46 57,5 Kurang 34 42,5 Jumlah 80 100.0 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sebanyak 34 responden (42,5%) kurang melakukan kebiasaan olahraga secara rutin yaitu kurang dari 3 kali per minggu dengan durasi waktu kurang dari 30 menit sedangkan yang sering melakukan olahraga secara rutin sebanyak 46 responden (57,5%) yaitu melakukan olahraga 3 kali atau lebih dari 3 kali per minggu dengan durasi waktu lebih dari 30 menit-60menit, olahraga yang sering dilakukan responden, seperti basket, berenang, volli, joging, senam, taekwondo dan bulu tangkis. 3. Analisis Bivariat Hubungan Kebiasaan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan Premenstrual Syndrome (PMS) Tabel 7. Hasil Analisis Hubungan Kebiasaan Konsumsi Kalsium dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) Kebiasaan Premenstrual Syndrome Total Konsumsi Berat Ringan p Kalsium f % f % f % Sering 10 27,0 27 73,0 37 100 0,000 Jarang 37 86,0 6 14,0 43 100 Pada penelitian ini kebaisaan konsumsi kalsium pada 43 sampel dikategorikan jarang, sedangkan 37 sampel lainnya dikategorikan sering mengkonsumsi kalsium. Dari jumlah tersebut, sebagian besar (86%) sampel dengan kategori kebiasaan konsumsi jarang mengalami PMS berat, demikian pula dengan sampel dengan kategori konsumsi kalsium sering sebagian besar mengalami PMS ringan, yaitu sebanyak 27 orang (73%). Hasil uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p value= 0,000 yang menunjukan ada hubungan signifikan antara kebaisaan konsumsi kalsium dengan kejadian PMS. Hal ini sejalan dengan penelitian Jacobs dan Susan yang menyatakan bahwa pemberian kalsium murni terbukti secara signifikan menghasilkan 50 persen pengurangan gejala premenstrual syndrome (PMS). Asupan tinggi kalsium dengan jumlah 1.336 mg/hari tersebut dapat memperbaiki gejala-gejala gangguan mood,peilaku,nyeri dan retensi air selama siklus menstruasi. Sampai siklus terapi

ketiga, kalsium secara efektif dapat menghasilkan 48 persen penurunan skor gejala utama sindroma pramenstruasi total, antara lain: efek negatif, retensi air, makan banyak, nyeri, dan juga pada 15 gejala individual. Menurut penelitian Bertone-Jonhson (2005), di Amerika, asupan kalsium dan vitamin D yang tinggi bisa mengurangi risiko sindroma premenstruasi. Kadar kedua zat gizi tersebut pada wanita yang mengalami sindroma pramenstruasi di dalam darah lebih rendah dan suplementasi kalsium bisa mengurangi keparahan gejala yang dialami. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Pangan Sumber Magnesium dengan Premenstrual Syndrome (PMS) Tabel 8. Hasil Analisis Hubungan Kebiasaan Konsumsi Magnesium dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) Premenstrual Syndrome Kebiasaan (PMS) Total Konsumsi p Berat Ringan Magnesium f % f % f % Sering 22 46,8 25 53,2 47 100 0,018 Jarang 25 75,8 8 24,2 33 100 Berdasarkan Tabel 8 diketahui sebanyak 25 (75,8%) sampel dikategorikan memiliki kebiasaan konsumsi magnesium jarang dengan kategori PMS berat dan 22 (46,8%) sering mengkonsumsi dengan kategori PMS berat. Pada sampel yang tergolong PMS ringan sebanyak 27 (73%) memiliki kebiasaan konsumsi magnesium sering dan 6 (14%) sampel jarang mengkonsumsi magnesium. Hasil uji statistik memebuktikan ada hubungan signifikan antara kebiasaan konsumsi magnesium dengan kejadian PMS (p<0,05) Studi pada wanita penderita sindroma pramenstruasi di Denmark yang dilakukan Deutch (1995), menyatakan bahwa sayur sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan mengandung rendah lemak tetapi banyak mengandung asal lemak omega-3 yang relatif cukup besar. Asam lemak omega-3 dapat menurunkan rasa sakit yang ditimbulkan saat menstruasi. Pada penelitian Muhamad Hakim dan Toto Sudargo (2009) ditemukan hubungan signifikan antara asupan magnesium dengan sindroma pramenstruasi p value =0,015 (p<0,05) dan sampel yang memiliki asupan magnesium kurang berpeluang mengalami sindroma pramenstruasi 3,3 kali lebih besar dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki asupan magnesium cukup.

No 1 2 Magnesium yang diberikan selama fase luteal siklus menstruasi sampai saat darah menstruasi keluar terbukti mengurangi gejala-gejala seperti kecemasan, banyak makan, depresi, hidrasi dan gejala total hanya hidrasi (kembung) saja yang dapat dipengaruhi oleh suplementasi magnesium harian sebanyak 200 mg selama dua siklus. Analisis Variabel Bebas dan Terikat Setelah Dikontrol Variabel Pengganggu Tabel 9. Kegiatan Olahraga dan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) Variabel Bebas Kebiasaan konsumsi kalsium Kebiasaan Konsumsi Magnesium Variabel Terikat Premesntrual Syndrome Premenstrual Syndrome Variabel Pengganggu Kegiatan Olahraga Kegiatan Olahraga p value 0,000 0,015 Berdasarkan table 4.12 menunjukkan bahwa hasil Uji Parsial menunjukkan bahwa ada hubunngan antara kebiasaan konsumsi kalsium dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) setelah variabel kebiasaan olahraga dianggap konstan (p=0,000), serta ada hubungan antara kebiasaan konsumsi magnesium dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) setelah variabel kebiasaan olahraga dianggap konstan (p=0,015) SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagian besar sampel mengalami kejadian PMS berat dengan kategori jarang mengkonsumsi kalsium, sedangakan kebiasaan konsumsi magnesium dikategorikan sering mengkonsumsi namun kejadian PMS dikategorikan berat. Terdapat hubungan signifikan kebiasaan konsumsi kalsium dan magnesium dengan kejadian PMS. 2. Saran Diharapkan mencari dan mendapatkan informasi mengenai Premenstrual Syndrome (PMS) sehingga dapat menekan atau meringankan gejala-gejala PMS yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. Dan menjaga pola makan saat menjelang menstruasi menghindari makanan berlemak, gula, garam berlebih, kafein akan tetapi dengan meningkatkan makanan sumber kalsium dan magnesium.

Daftar Pustaka Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2004. Bendich A. 2000. The potential for dietary supplements to reduce premenstrual syndrome (PMS) symptomps. J of the Am College of Nutr 1:3-12. Braam, Wiebe, arts & Leemhuis, Aart, med. drs,. 100 Pertanyaan Mengenai Haid. PT Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 1997 Berthone-Johnson ER, Hakirson ES, Bendich A. Johnson RS, Willett CW, Manson E. Calcium and Vitamin D Intake and Risk of Incident Premenstrual Syndrome. Arch Intern Med 2005:165(11):1246-52. Christiany, Irine. Hakim, Mohammad. Sudargo, Toto. Status Gizi Asupan Zat Gizi Mikro (kalsium,magnesium) Hubungannya Dengan Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja Putri SMU Sejahtera di Surabaya. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Volume 6. No 1. 2009: 29-34 Devi, Nirmala. Gizi Saat Sindrom Menstruasi. PT Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia). Jakarta. 2012 Jacobs T, Susan. Micronutriens and The Premenstrual Syndrome: Case for Calcium 2000. J Am Coll Nutr 2000:19(2):220-7. Saryono & Sejati Waluyo. Sindrom Premenstruasi. PT Milestone. Yogyakarta. 2009 Tys-Jacobs S, Starkey P, Bemstein D, Tian J. 1998. Calcium carbonate for premenstrual syndrome. Am J Obstet Gynocel 179:444-452 Medial Shcoll; Physician, massachusetts General Hospital. A.D.A.M. Inc