KEANEKARAGAMAN MAMALIA DI DESA NIPAH PANJANG KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

KEANEKARAGAMAN JENIS PRIMATA DIURNAL DI DALAM AREAL IUPHHK-HT PT. BINA SILVA NUSA KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

POTENSI KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA DALAM RANGKA MENUNJANG PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

KEANEKARAGAMAN JENIS TUPAI (TUPAIIDAE) DI DALAM KAWASAN HUTAN TEMBAWANG DESA SOMPAK KECAMATAN SOMPAK KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

OWA KELAWAT (Hylobates muelleri) SEBAGAI OBYEK WISATA PRIMATA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

Pola Aktivitas Harian Lutung (Presbytis cristata, Raffles 1821) di Hutan Sekitar Kampus Pinang Masak, Universitas Jambi

POLA AKTIVITAS ORANGUTAN (Pongo abelii) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KETAMBE ACEH TENGGARA

Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

STUDI KEANEKARAGAMAN MAMALIA PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI STASIUN PENELITIAN PONDOK AMBUNG TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING KALIMANTAN TENGAH

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

BAB III. METODE PENELITIAN

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERBURUAN DAN PERDAGANGAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DI DESA KEPARI KECAMATAN SUNGAI LAUR KABUPATEN KETAPANG

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya alam non hayati/abiotik. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

BAB I PENDAHULUAN. rapat dan menutup areal yang cukup luas. Sesuai dengan UU No. 41 Tahun

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan

OWA JAWA SEBAGAI SATWA PRIMATA YANG DILINDUNGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. endangered berdasarkan IUCN 2013, dengan ancaman utama kerusakan habitat

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

Status Populasi Satwa Primata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Halimun Salak, Jawa Barat

BAB I. PENDAHULUAN. spesies dilindungi atau untuk mendukung biodiversitas, tidak terlepas dari

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus)

KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2

KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA KECIL PADA TIGA HABITAT YANG BERBEDA DI LHOKSEUMAWE PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. bagi makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dengan pengertian seperti itu

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

MORFOMETRI BURUNG DIURNAL DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan hutan dalam. pemenuhan bahan pangan langsung dari dalam hutan seperti berburu hewan,

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

JARAK JELAJAH HARIAN DAN AKTIVITAS PERGERAKAN BEKANTAN (Nasalis larvatus Wurmb) DI PULAU BAKUT, KABUPATEN BARITO KUALA

GROOMING BEHAVIOUR PATTERN OF LONG-TAILED MACAQUE (Macaca fascicularis, Raffles 1821) IN PALIYAN WILDLIFE SANCTUARY, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

I. PENDAHULUAN. Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

KONSERVASI SATWA LIAR

II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Morfologi Umum Primata

PERSEBARAN TUMBUHAN OBAT PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) DI JALUR UTAMA PATROLI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Transkripsi:

1 KEANEKARAGAMAN MAMALIA DI DESA NIPAH PANJANG KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT Eka Juniar Surahadiati Email: ekaaphrodie1@gmail.com ( 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP) ABSTRACT West Kalimantan has many forest areas where life and development of various types of wildlife types Order Primates. Animals Primates are mammals which became a member of the biological order Primates. The science that studies of primates called primatology. At a regional spread of mammals based on the geographical and ecological conditions specified. One such area is the long palm forest, Batu Ampar, Kubu Raya district, West Kalimantan Province. The research was conducted on January 9-11, 2015. The data was collected using the CC method (Concentration Count) and transect methods. Methods transect observations made with the observation walk along the path that has been determined by recording all mammals that belong to the observation path. The length of the observation paths as far as 1 km with 5 points. Between points within 200 meters with a width of 50 meters left and right movement at any point. CC method is a method that is performed in which the silent observer at one point or segment and then count the number of mammals are seen from the point. Observations in forested areas do at points that are considered playground or foraging of mammals. Observation time begins at 06:00 to 10:00 am in the morning and at 15:00 to 17:00 pm in the afternoon. From observations of mammals (order of primates) in length Nipah forest, obtained a total of findings that 37 primates, which consists of five species with 2 families berbaeda. 5 species are found through direct observation, among others, long-tailed Macaques (Macaca fascicularis), Borneo gibbon (Hylobates muelleri) Proboscis (Nasalis larvatus) langurs of gray (Trachypithecus auratus) and Red monkey (Presbytis rubicunda). The whole primates have five fingers (pentadactyly) with primitive body plan (unspecialized). Keywords: Concentration Count, Mammals, Nipah Panjang forest, Primates, Transect Method, West Kalimantan. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Keanekaragaman hayati memiliki dua komponen utama, yaitu kekayaan jenis yang merupakan jumlah jenis dari suatu area dan kemerataan, yaitu kelimpahan relatif suatu individu pada setiap spesies (Feldhamer etal. 1999). Kedua komponen tersebut memiliki nilai perhitungan yang dikenal

2 dengan indeks kekayaanm jenis dan indeks kemerataan jenis yang kemudian digabungkan menjadi nilai dari indeks keanekaragaman jenis (Ludwig & Reynolds 1988). Sumber daya alam yang dimiliki merupakan anugerah Tuhan yang perlu disyukuri dan dimanfaatkan secara lestari. Indonesia mempunyai 36 jenis primata dan menjadi salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman primata (Nursahid 2001). Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang banyak terdapat jenis primata. Kalimantan Barat memiliki banyak kawasan hutan tempat hidup dan berkembangnya beragam jenis satwa liar Ordo Primata. Salah satu diantaranya Hutan nipah panjang, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Primata merupakan salah satu hewan mamalia yang memiliki peranan yang penting dalam kelestarian ekosistem hutan. Suyanto (2004) menjelaskan peranan mamalia, antara lain sebagai penyubur tanah, penyerbuk bunga, pemencar biji, serta pengendali hama secara biologi. Setiap jenis mamalia rnemiliki daerah penyebaran tertentu berdasarkan kondisi geografis dan ekologis (Storer & Usinger 1957). Penyebaran jenis mamalia berdasarkan faktor ekologi dapat diketahui melalui komposisi vegetasi suatu tipe habitat. Selain itu, penyebaran jenis mamalia juga dapat dibedakan berdasarkan ketinggian tempat. Feldhamer et al.(1999) menyatakan bahwa mamalia dapat tinggal pada lingkungan yang ekstrim berdasarkan ketinggian tempat serta pada kondisi hujan atau pun bersalju. Perubahan keanekaragaman satwa akan dijumpai sesuai dengan perubahan ketinggian tempat (Medway 1972 dalam Kartono et al. 2000). Peningkatan ketinggian tempat mempengaruhi terjadinya penurunan keanekaragaman jenis (Primack etal.1998). Kepunahan akan terjadi apabila tidak dilakukan suatu perlindungan terhadap satwa-satwa mamalia. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kepunahan suatu jenis adalah peningkatan populasi manusia, konversi hutan serta pengrusakan habitat satwa (Feldhamer et al. 1999). METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan Desa Nipah Panjang Kecamatan Batu Ampar Provinsi Kalimantan Barat pada tanggal 9-11 Januari 2015. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah teropong binokuler, alat tulis, kamera, kompas dan jam tangan. Sementara bahan yang digunakan adalah tally sheet, dan buku identifikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode CC (Concentration Count) dan metode transek. Metode pengamatan transek dilakukan dengan pengamatan berjalan sepanjang jalur yang telah ditentukan dengan mencatat semua mamalia yang termasuk ke dalam jalur pengamatan. Panjang jalur pengamatan sejauh 1km dengan 5 titik. Antar titik berjarak 200 meter dengan lebar kiri dan kanan 50 meter pergerakan pada setiap titik. Metode CC merupakan metode yang dilakukan dimana pengamat diam pada satu titik atau juring kemudian menghitung jumlah mamalia yang dilihat dari titik tersebut. Pengamatan di kawasan hutan di lakukan pada titik-titik yang dianggap tempat bermain atau mencari makan dari mamalia. Waktu pengamatan dimulai pukul 06.00 10.00 WIB pada pagi hari dan pukul 15.00-17.00 WIB pada sore hari.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Kalimantan Barat memiliki banyak kawasan hutan tempat hidup dan berkembangnya beragam jenis satwa liar jenis Ordo Primata. Hewan Primata adalah Tabel 1. Jenis mamalia yang dijumpai dikawasan Hutan Nipah Panjang mamalia yang menjadi anggota ordo biologi Primates. Salah satu daerah diantaranya yaitu Hutan nipah panjang, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. No Family Nama Spesies 1 Cercopithecidae Macaca fascicularis 2 Hylobatidae Hylobates muelleri 3 Cercopithecidae Nasalis larvatus 4 Cercopithecidae Trachypithecus auratus 5 Cercopithecidae Presbytis rubicunda Keterangan : TL : Temuan Langsung SU : Suara LC : Beresiko rendah Nama Daerah Jumlah Temuan TL SU Total Kera Ekor Panjang 30-30 PII Owa 4-4 EN Kalimantan Bekantan 1-1 EN Lutung Abu - Abu Lutung Merah PII : Apendix II CITES VU : Rettan EN :Terancam punah. Status Perlindungan 1-1 PII/VU 1-1 LC Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9-11 Januari 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode CC (Concentration Count) dan metode transek. Metode pengamatan transek dilakukan dengan pengamatan berjalan sepanjang jalur yang telah ditentukan dengan mencatat semua mamalia yang termasuk ke dalam jalur pengamatan. Panjang jalur pengamatan sejauh 1 km dengan 5 titik. Antar titik berjarak 200 meter dengan lebar kiri dan kanan 50 meter pergerakan pada setiap titik. Metode CC merupakan metode yang dilakukan dimana pengamat diam pada satu titik atau juring kemudian menghitung jumlah mamalia yang dilihat dari titik tersebut. Pengamatan di kawasan hutan di lakukan pada titik-titik yang dianggap tempat bermain atau mencari makan dari mamalia. Waktu pengamatan dimulai pukul 06.00 10.00 WIB pada pagi hari dan pukul 15.00-17.00 WIB pada sore hari. Hasil pengamatan terhadap spesies mamalia (Primata) yang berada di kawasan hutan Nipah Panjang menunjukkan adanya 2 famili dengan 5 spesies mamalia yang hidup di kawasan hutan Nipah Panjang, Padang Tikar. Pada (tabel 1.) pengamatan mamalia (ordo primata) di hutan Nipah panjang, didapatkan total temuan yaitu 37 ekor primata, yang terdiri dari 5 spesies dengan 2 keluarga yang berbaeda, yaitu

4 Hylobatidae dan Cercopithecidae. Dimana keluarga Hylobatidae ditemukan pada spesises Owa Kalimantan (Hylobates muelleri), sedangkan keluarga Cercopithecidae melalui ditemukan pada Kera ekor panjang (Macaca fascicularis), Bekantan (Nasalis larvatus), Lutung Abu - Abu (Trachypithecus auratus), dan Lutung Merah (Presbytis rubicunda). Seluruh primata ini memiliki lima jari (pentadactyly) dengan rancangan tubuh primitif (tidak terspesialisasi). Dari hasil pengamatan pada jalur 3 terdapat 2 Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dan 1 ekor Lutung Merah (Presbytis rubicunda) muncul pada pagi hari secara bersamaan sedang bersantai di dahan pohon. Lutung merah yang memiliki nama latin Presbytis rubicunda tergolong ke dalam ordo Primates. Secara umum spesies ini ditemukan di pulau Kalimantan (Kalimantan dan Pulau Karimata), Malaysia (Sabah dan Serawak) dan kemungkinan juga di Brunei. Spesies ini merupakan spesies asli Kalimantan, Indonesia. Berdasarkan referensi yang diperoleh, spesies yang ditemukan yaitu Presbytis rubicunda rubida, yang secara spesifik ditemukan di sebelah Barat Daya Kalimantan termasuk di sungai Kapuas dan Barito. Spesies ini lebih menyukai hutan primer. Lutung merah menyukai daun muda (36%), tanaman muda (30%) dan kombinasi buah-buahan dan biji buah (34%) sebagai makanan. Saat ini spesies ini telah menurun populasinya. Setelah kurang lebih 1 jam setelahnya muncul lagi 7 ekor Kera ekor panjang (Macaca fascicularis), yang sedang beraktivitas, memanjat pohon, kemudian menyebrang/ melompat, dari dahan pohon yang satu ke dahan pohon yang lain. Kedua spesies primata ini ditemukan pada pagi hari antara pukul 7.30 hingga pukul 9.30. Hasil temuan primata selebihnya di temukan di jalur jalur yang lain. Pada sore hari, di jalur 4, tidak ditemukan primata yang sedang beraktifitas, begitu pula pada jalur-jalur yang lain juga tidak ditemukan. Dari 5 spesies hasil temuan, 1 diantaranya masih tergolong ke dalam Low Concern atau beresiko rendah, yang artinya jumlah spesies tersebut masih belum cukup banyak yaitu pada Lutung Merah (Presbytis rubicunda). Selain itu, terdapat 2 spesies yang telah tergolong ke dalam Endangered atau terancam punah yaitu Owa Kalimantan (Hylobates muelleri) Bekantan (Nasalis larvatus). sedangkan pada Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dan Lutung Abu - Abu (Trachypithecus auratus) 2 Spesies ini terdaftar di CITES Appendix II dan dilindungi oleh hukum Indonesia sejak 1999. Tempat konservasinya antara lain di Cagar Alam Pangandara, Gunung Halimun dan Taman Nasional Ujung Kulon. Selain itu Lutung Abu - Abu (Trachypithecus auratus) juga tergolong rentan, sehingga memang perlu di lindungi. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan mamalia dapat disimpulkan bahwa Kalimantan Barat memiliki beragam jenis satwa liar jenis Ordo Primata. Pada suatu daerah penyebaran mamalia didasarkan pada kondisi geografis dan ekologis tertentu. Salah satu daerah diantaranya yaitu Hutan nipah panjang, Kecamatan Batu, Ampar kabupaten kubu raya, Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9-11 Januari 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode CC (Concentration Count) dan

5 metode transek. Dari pengamatan mamalia (ordo primata) di hutan Nipah panjang, didapatkan total temuan yaitu 37 ekor primata, yang terdiri dari 5 spesies dengan 2 keluarga yang berbaeda. 5 spesies yang ditemukan melalui pengamatan secara langsung, antara lain Kera ekor panjang (Macaca fascicularis), Owa Kalimantan (Hylobates muelleri), Bekantan (Nasalis larvatus), Lutung Abu-Abu (Trachypithecus auratus), dan Lutung Merah (Presbytis rubicunda). Seluruh primata memiliki lima jari (pentadactyly) dengan rancangan tubuh primitif (tidak terspesialisasi). Dari 5 spesies hasil temuan, 1 diantaranya masih tergolong ke dalam Low Concern atau beresiko rendah, yang artinya jumlah spesies tersebut masih belum cukup banyak yaitu pada Lutung Merah (Presbytis rubicunda). Selain itu, terdapat 2 spesies yang telah tergolong ke dalam Endangered atau terancam punah yaitu Owa Kalimantan (Hylobates muelleri) Bekantan (Nasalis larvatus). sedangkan pada Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dan Lutung Abu - Abu (Trachypithecus auratus) 2 Spesies ini terdaftar di CITES Appendix II dan dilindungi oleh hukum Indonesia sejak 1999. Tempat konservasinya antara lain di Cagar Alam Pangandara, Gunung Halimun dan Taman Nasional Ujung Kulon. Selain itu Lutung Abu - Abu (Trachypithecus auratus) juga tergolong rentan, sehingga memang perlu di lindungi. DAFTAR PUSTAKA Feldhamer, GA., LC. Drickamer, SR. Vessey & JF. Merritt. 1999. Mammalogy Adaptation. Diversity and Ecology. Boston: McGraw-Hill. Kartono, AP., I. Maryanto & MH. Sinaga. 2000. Keragaman Mamalia Pada Berbagai Tipe Habitat di Muara Bungo, Jambi. Media Konservasi 7(1) : 21-28. Ludwig JA & Reynolds. 1988. Stastical Ecology : A Primer Methods and Computing. John Wiley & Sons. NewYork. Nursahid, R. 2001. Perdagangan primata ancaman serius bagi kelestarian primata. Dalam: Prosiding Seminar Primatologi Indonesia 2000: Konservasi Satwa Primata Tinjauan Ekologi, Sosial Ekonomi dan Medis dalam Pengembangan Iptek. FKH dan Fahutan UGM.Yogyakarta. 67-68. Primack et al. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Storer,TI & RL. Usinger 1957. General Zoology. 3 rd Edition.McGraw-Hill Book Company,Inc. New York. Suyanto, A & Semiadi, G. 2004. Keragaman mamalia di sekitar daerah penyangga Taman Nasional Gunung Halimun, kecamatan Cipanas, Kabupaten Leba. Berita Biologi(7)1: 87-94.