LAPORAN KEMAJUAN January 2015 BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN? Pengukuran Kemajuan yang Obyektif Terhadap Sasaran Pertumbuhan Ekonomi 10% dan Penciptaan 4 Juta Pekerjaan Layak Setiap Tahun Gustav F. Papanek Senior Adviser of Center for Public Policy Transformation RINGKASAN Laporan Kemajuan kedua ini berfokus pada permasalahan krusial terkait pesatnya peningkatan ekspor barang-barang sektor manufaktur. Namun demikian, data menunjukkan bahwa pangsa pasar Indonesia di pasar dunia justru menurun, sementara beberapa negara pesaing Indonesia telah meningkatkan pangsa pasar mereka, terutama Vietnam, yang pangsa pasarnya meningkat hampir 20 kali lipat. Para pesaing secara bertahap memasok beberapa barang yang sebelumnya disediakan Tiongkok, sementara Indonesia bahkan tidak dapat mempertahankan pangsa pasarnya. Para pesaing telah menunjukkan bahwa kebijakan dan program yang tepat dapat mencapai tingkat pertumbuhan yang mereka inginkan. Bahkan dalam empat tahun terakhir, setelah berakhirnya ledakan komoditas, ekspor barang manufaktur Indonesia telah menjadi stagnan. Seiring terus berkurangnya pendapatan dari
ekspor komoditas, stagnasi ekspor manufaktur yang terjadi berarti total ekspor menurun. Hal ini menjadi tantangan yang sangat besar untuk pertumbuhan Indonesia. Selain itu, lambatnya pertumbuhan manufaktur berarti lambatnya peningkatan permintaan akan tenaga kerja. Dengan pasokan tenaga kerja yang meningkat pesat, upah buruh tani terus menurun. Upah sebagian kecil buruh yang memperoleh manfaat dari peraturan upah minimum telah meningkat lebih dari % per tahun. Meningkatnya ongkos buruh pada akhirnya berkontribusi terhadap lambatnya pertumbuhan ekspor manufaktur dan merugikan buruh tidak tetap, yang upahnya naik dengan lambat, stagnan, atau menurun, tergantung dari bidang pekerjaan mereka masing-masing. Peringkat Indonesia dalam hal korupsi kembali membaik. Namun demikian, Indonesia tetap berada di peringkat 10, sehingga tidak cukup kuat untuk mengatasi unsur-unsur berbiaya tinggi lainnya.
BAGAIMANA KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN? Pengukuran Kemajuan yang Obyektif terhadap Sasaran Pertumbuhan Ekonomi 10% dan Penciptaan 4 Juta Pekerjaan Layak Setiap Tahun Sasaran Presiden meliputi pertumbuhan % di tahun 201 dan peningkatan penghasilan bagi masyarakat miskin. Untuk mencapai sasaran Presiden tersebut, kami mengusulkan pertumbuhan 10% pada tahun terakhir pemerintahannya serta 21 juta pekerjaan baru yang layak, sebagian besar di sektor manufaktur, sebagai satu-satunya cara untuk meningkatkan penghasilan masyarakat miskin secara permanen. Ini merupakan laporan kedua untuk memberikan evaluasi professional yang obyektif terhadap perekonomian Indonesia dan kemajuannya dalam mencapai sasaran-sasaran yang disebutkan diatas. Laporan Kemajuan ini fokus pada pertumbuhan krusial dari ekspor manufaktur Hanya peningkatan ekspor manufaktur padat karya yang pesat yang dapat menyediakan jutaan lapangan kerja yang dibutuhkan Indonesia, dan meningkatkan penghasilan yang akan mengangkat seluruh rakyat Indonesia menjadi kelas menengah. Kami membahas di tulisan yang lain bahwa diperlukan pertumbuhan 22% per tahun dalam ekspor manufaktur untuk dapat menciptakan hingga 4 juta lapangan kerja yang diperlukan setiap tahunnya. Dua juta lapangan kerja dibutuhkan untuk mempekerjakan masyarakat berusia muda yang bergabung ke dalam angkatan kerja setiap tahunnya. Kemudian, 1-2 juta lapangan kerja yang produktif dan layak dibutuhkan bagi buruh atau pekerja yang berada dalam lingkungan kerja yang tidak tetap dan tidak pasti, yang kini hanya berpenghasilan kecil dan berkontribusi sedikit untuk pendapatan nasional. Mereka ini sering disebut dengan buruh surplus. I. Indonesia telah tertinggal dari para pesaingnya dalam hal ekspor barang manufaktur Akan tetapi, bukannya meningkat 22% per tahun, ekspor manufaktur Indonesia hanya meningkat 6% per tahun dari tahun 96 hingga 20, dimana sektor padat karyanya hanya bertumbuh di angka 4%. Dalam persaingan investasi industri, Indonesia terus tertinggal dari para pesaingnya. Tanpa adanya langkah-langkah yang berani untuk mengejar dan melampaui negara-negara pesaingnya, Indonesia akan luput meraih peluang sekali seumur hidup untuk mencapai pertumbuhan 10% dan menciptakan 4 juta lapangan kerja yang layak per tahun. Indonesia belum dapat merebut pangsa pasar dunia yang ditinggalkan Tiongkok. Justru pangsa pasar dunia Indonesia menyusut. Apabila Indonesia tidak dapat dengan cepat mengambil langkah-langkah berani untuk bersaing lebih efektif, negara ini akan kehilangan peluangnya untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi dan menciptakan lapangan kerja yang layak dan produktif yang harus diciptakan per tahun bagi tenaga kerjanya. 1 Papanek G., Pardede R. & Nazara S. (20). Pilihan Ekonomi yang Dihadapi Presiden Baru
Bagan 1. Total Indeks Ekspor Barang Manufaktur, 2000-20 (2002 = 100) 00 1150 Indeks Ekspor Manufaktur 1000 850 00 550 400 250 100 2002 2004 2008 2012 20 20 (Projected) Vietnam Bangladesh India Thailand Kenya Peru Indonesia Negara-negara pesaing telah menunjukkan bahwa pertumbuhan pesat dalam ekspor manufaktur bukanlah hal yang tidak mungkin Para pesaing Indonesia, terutama Vietnam, telah menunjukkan bahwa hal tersebut dapat dilakukan. Dari tahun 2010 hingga [sekitar] 20, ekspor sektor manufaktur Vietnam telah tumbuh hampir 1 kali lebih besar dari Indonesia, jika kita menghitung perbedaan jumlah penduduk. Bagan 1 menunjukkan bahwa pesaing lain, seperti India dan Bangladesh, juga mencapai tingkat pertumbuhan ekspor manufaktur hingga 2- kali lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Dalam 4 tahun terakhir, ekspor manufaktur dari Indonesia menjadi stagnan, begitu pula dengan komponen padat karyanya. Dapat dipahami bahwa ekspor manufaktur perlahan-lahan meningkat selama ledakan komoditas, ketika devisa berlimpah, Rupiah mahal, dan pemberi kerja mampu memberikan upah yang lebih tinggi. Tapi dengan berakhirnya ledakan komoditas di tahun 2011, Rupiah menjadi lebih terjangkau dan ekspor manufaktur menjadi lebih menguntungkan. Namun, berbeda dari harapan yang ada, tidak ada pertumbuhan pesat di sektor ekspor manufaktur dalam tahun terakhir. Nilai ekspornya sedikit meningkat, sebesar kurang dari % per tahun, tapi ini terjadi karena meningkatnya harga, sementara jumlah yang diekspor tetap tidak berubah. Akibatnya, tidak ada permintaan akan tenaga kerja dari produsen ekspor manufaktur.
Tabel 1. LAPORAN KEMAJUAN EKSPOR NILAI EKSPOR DALAM MILIAR DOLLAR AS, DI HARGA TERKINI, 96 HINGGA OKTOBER 20 96 2004 2011 2012 20 Jan-Okt 20 Jan-Okt 20 Minyak/Gas Bumi 12 41 5 29 26 Komoditas Pertanian 11 4 9 6 29 di antaranya : Minyak kelapa sawit & minyak lainnya 1 4 20 20 18 1 Mineral 4 8 45 40 9 2 26 di antaranya : Tembaga 2 8 5 4 diantaranya: Batu Bara 1 2 26 25 20 18 Hasil Hutan 6 9 9 9 8 8 Sub-total: Ekspor berbasis komoditas 1 44 151 108 10 Ekspor manufaktur 18 28 52 52 5 44 46 di antaranya : manufaktur padat karya 10 11 18 15 TOTAL 50 2 20 189 185 152 150 VOLUME EKSPOR, DALAM MILIAR DOLLAR AS, DI HARGA KONSTAN, 96 HINGGA OKTOBER 20 96 2004 2011 2012 20 Jan-Okt 20 Jan-Okt 20 Minyak/Gas Bumi 22 11 10 Komoditas Pertanian 20 21 2 18 20 di antaranya : minyak kelapa sawit & minyak lainnya 1 5 9 10 11 9 10 Mineral 10 28 2 8 0 di antaranya : tembaga 2 2 1 di antaranya : batu bara 1 4 Hasil Hutan 6 6 8 6 Sub-total: Ekspor berbasis komoditas 44 49 80 81 91 61 Ekspor manufaktur 21 55 4 4 4 9 9 di antaranya : manufaktur padat karya 9 12 15 TOTAL 64 105 12 128 8 112 100 Source: BPS (Badan Pusat Statistik) CATATAN: Ekpor untuk Bahan Kimia dan Pupuk biasanya digolongkan sebagai barang manufaktur. Namun, sebenarnya kedua hal tersebut hanya memroses bahan mentah. Karena itu, di dalam tabel ini, mereka digolongkan ke dalam ekspor komoditas.
II. Nilai komoditas terus menurun Dan telah berkurang sebesar 12% dari tahun 2011 hingga 20, dan terus menurun pada tahun 20. Nilai barang manufaktur meningkat sebesar 5% selama tahun, jadi total ekspor menurun dalam harga terkini. Setelah berakhirnya ledakan komoditas, jumlah ekspor dari banyak komoditas terus meningkat karena mengalirnya investasi yang telah dilakukan selama ledakan komoditas tersebut. Namun, pada tahun 20, ekspor minyak/gas turun dengan tajam karena berkurangnya produksi dan meningkatnya permintaan domestik; ekspor tembaga menurun karena adanya perselisihan antara pemerintah dan produsen; dan ekspor batu bara melambat karena harga dunia yang jauh lebih rendah. Penghasilan dari ekspor komoditas masih akan menurun pada tahun 2015, sebagai akibat dari : [i] Menurunnya harga komoditas rata-rata. Harga-harga telah menurun selama 20. Ekspor batu bara berkurang sebesar 20% dan kelapa sawit sebesar 25% pada bulan Desember dibandingkan dengan kuartal pertama di tahun 20. [ii] Berkurangnya kuantitas beberapa komoditas, karena harga yang lebih rendah membuat beberapa perusahaan merugi; [iii] Melambatnya investasi pada beberapa mineral keras dikarenakan adanya persyaratan tertentu, seperti investasi pabrik peleburan akan mengurangi keuntungan. Karena itu, peningkatan ekspor manufaktur akan menjadi dua kali lebih berharga, karena tanpanya, penghasilan dari ekspor yang stagnan atau menurun akan menimbulkan hambatan berat terhadap ekonomi Indonesia.. Upah riil buruh tani terus berkurang seiring berkurangnya permintaan dan bertambahnya persediaan. Sebagai akibat dari melambatnya pertumbuhan ekspor manufaktur sejak tahun 96, jumlah lapangan kerja di bidang industri yang diciptakan juga melambat. Dengan adanya 2 juta pekerja yang bergabung dengan angkatan kerja dan mencari pekerjaan setiap tahunnya, dan hanya 1,1 juta peningkatan lapangan kerja yang membutuhkan tenaga kerja, hukum persediaan dan permintaan terus berjalan: upah riil yaitu daya beli buruh tani terus
menurun. Pada kuartal terakhir di tahun 20, rata-rata upah buruh tani adalah % di bawah upah tahun 2008. Selama 6 tahun belakangan, rata-rata pendapatan per kapita di Indonesia secara riil meningkat sebesar 26%, sementara rata-rata upah riil dari kelompok terbesar di dalam kelompok 20% termiskin, yaitu buruh tani, berkurang secara signifikan. Kami tidak memiliki informasi yang dapat dipercaya dan konsisten tentang penghasilan pekerja tidak tetap lainnya seperti pengemudi becak atau mereka yang membantu di bidang konstruksi, tapi masuk akal jika mengatakan bahwa penghasilan merea juga berkurang seiring waktu, karena mereka berada di pasar tenaga kerja yang sama dengan buruh tani. Upah kelompok besar pekerja tidak tetap lainnya, yaitu asisten rumah tangga, telah menjadi stagnan dari pertengahan 2008 hingga pertengahan 20. Kami juga mempunyai data mengenai pekerja industri yang dipekerjakan oleh perusahaan kecil, dimana sebagian besar dari mereka tidak dilindungi oleh peraturan upah minimum. Mereka dibayar sekitar setengah dari upah pekerja di perusahaan sedang dan besar. Upah mereka hampir sama dengan buruh tani. Namun, sementara upah riil buruh tani telah menurun sejak 2008, upah pekerja di perusahaan kecil telah meningkat. Akan tetapi, peningkatan itu hanyalah sebesar % dari tahun 2008 hingga 20, sementara peningkatan upah rata-rata pekerja di perusahaan sedang dan besar selama 5 tahun tersebut adalah 2%. Karena itu, pekerja di perusahaan industri kecil memiliki sebagian karakteristik yang sama dengan buruh tani dan sebagian pekerja industri lain. Bagan 2. Indeks Upah Rill Kuartal untuk Buruh Tani, Pekerja Konstruksi, Pekerja Manufaktur, dan Asisten Rumah Tangga 2008-20 0 5 0 125 120 115 110 105 100 95 90 85 2008 2009 I 2009 2010 I 2010 2011 I 2011 2012 I 2012 20 I 20 20 I 20 20 IV Farmworker Construction Worker Household Servant Manufacturing Workers
Penghasilan pekerja yang menerima upah minimum telah meningkat secara substansial Ada satu kelompok pekerja yang sangat meningkat daya belinya: mereka yang menerima upah minimum. Dari tahun 2008 hingga 20, upah minimum telah meningkat 215%. Hasilnya, rata-rata upah di perusahaan industri sedang dan besar dimana sejumlah besar pekerjanya menerima upah minimum telah meningkat 9% dari tahun 2008 hingga 20. Pekerja yang menerima upah minimum jelas bernasib lebih baik dibandingkan sebagian besar tenaga kerja lainnya. Upah mereka meningkat sekitar,6% per tahun dari tahun 2008 hingga 20; Rata-rata penghasilan pekerja industri di perusahaan sedang/besar telah meningkat 5,6% per tahun; di perusahaan industri kecil peningkatannya adalah sebesar,5% per tahun; sedangkan penghasilan riil rata-rata masyarakat Indonesia meningkat 4% per tahun; sementara upah riil untuk buruh tani dan pekerja tidak tetap lainnya berkurang 2,1% per tahun. Pada intinya, penghasilan dari kelompok kecil tenaga kerja yang menerima upah minimum telah meningkat jauh lebih besar dari pada kelompok pekerja yang lain. Ongkos buruh yang tinggi dan meningkat cepat merupakan faktor penting yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan ekspor manufaktur Indonesia. Pertumbuhan lambat tersebut berimbas pada sedikitnya lapangan kerja, sehingga menyebabkan menurunnya upah buruh tani dan pekerja tidak tetap. Meningkatnya upah pekerja industri yang menerima upah minimum dan menurunnya upah buruh tani berkontribusi terhadap distribusi penghasilan yang semakin tidak merata. Faktor kunci buruknya kinerja Indonesia adalah tingginya ongkos buruh Indonesia, sebagai akibat dari besarnya peningkatan upah minimum. Peningkatan tersebut hanya menguntungkan sebagian kecil dari total tenaga kerja dan merugikan bagi mayoritas pekerja yang tidak menerima upah minimum tapi terkena dampak dari tingginya upah buruh, karena hal tersebut berarti Indonesia hanya menciptakan sedikit lapangan kerja yang bagi mereka dengan pendidikan rendah, yaitu masyarakat miskin. 2 Angka 9% untuk kuartal ketiga tahun 20 ini adalah data terbaru yang kami miliki. Angka % untuk upah pertanian adalah untuk kuartal keempat di tahun 20.
Tabel 2. Mengukur Kemajuan menuju Sasaran Pertumbuhan 10% dan 4 Juta Pekerjaan Layak per Tahun INDIKATOR PRIMER 2011 2012 20 Sebagian di tahun 20 20 2015 Sasaran 2015 Indeks upah riil buruh tani (2008 = 100) 94 92 89 89 89 94 Penghasilan riil per orang dari 40% masyarakat termiskin (dalam juta rupiah)*.5.8 8.1 6 6. Penghasilan riil/org dari 40% masyarakat termiskin sbg % dari penghasilan 20% masyarakat terkaya* 1.4% 1.5% 1.5% 1.2% 1.% Jumlah ekspor manufaktur padat karya pada harga konstan (dalam miliar dollar AS) 15 24 INDIKATOR SEKUNDER 2011 2012 20 Sebagian di tahun 20 20 2015 Sasaran 2015 Ekspor padat karya pada harga terkini (dalam miliar dollar AS) 18 15 0 Ekspor manufaktur pada harga terkini (dalam miliar dollar AS) 65 64 65 54 5 6 Rata-rata upah industri bulanan (dollar AS)* 152 182 12 Investasi swasta langsung luar negeri (dalam miliar dollar AS) 1 0 Upah minimum di Jawa Tengah (dollar AS)* 4 8 82 82 84 99 Ketimpangan antara upah manufaktur di Jawa Tengah & pesaing terendahnya (Bangladesh) dalam % & $* 1% $44 1% $44 24% $ 46% $1 Ketimpangan antara upah minimum rata-rata di Indonesia dan upah minimum rata-rata di Vietnam dalam % & $ % $ Pekerjaan di Bidang Manufaktur formal (dalam juta)* 9.1 10.6 10.6 10.6 10.8 12.2 Pekerjaan Tambahan untuk Pekerja Berpendidikan Rendah di Bidang Manufaktur (dalam juta) 0.6 0.1-0.6-0. 0.1 0.4 Peringkat daya saing* 46 50 8 8 4 Peringkat infrastruktur* 6 8 61 61 56 Peringkat korupsi* 100 118 1 1 10 Peringkat kemudahan melakukan usaha * 121 129 128 128 120 CATATAN: *Mengindikasikan bahwa data TIDAK tersedia setiap bulan. Angka berwarna hitam menunjukkan tidak ada perubahan atau perubahannya kecil. Angka berwarna merah yang ditulis miring menunjukkan perubahan negatif. Angka berwarna biru yang ditulis tebal menujukkan peningkatan yang signifikan. Jumlah yang diekspor dihargai pada harga konstan. Hanya inilah cara menggabungkan jumlah. Upah minimum di Jawa Tengah adalah upah minimum rata-rata Provinsi, bukan upah di Semarang.
IV. Indonesia terus memperbaiki diri dalam hal korupsi, tapi belum cukup untuk mengatasi tingginya ongkos buruh. Sejak Laporan Kemajuan terakhir, peringkat negara berdasarkan persepsi korupsi yang baru telah dikeluarkan. Sekali lagi, Indonesia memperbaiki peringkatnya, dari peringkat 1 menjadi 10. Ini merupakan pencapaian yang baik, karena negara lain juga berusaha memerangi korupsi dan berupaya memperbaiki peringkat mereka. Akan tetapi, peningkatan ini relatif kecil, dan Indonesia tetaplah salah satu negara yang dianggap paling korup. Biaya korupsi tetaplah signifikan, dan merupakan tambahan terhadap biaya lain yang sudah tinggi. Jalan Indonesia masih panjang agar biaya korupsi dapat dikurangi sampai pada titik dimana hal tersebut meningkatkan posisi kompetitif Indonesia, dan bukan melemahkannya, seperti yang terjadi saat ini. Tidak ada laporan lain yang telah dikeluarkan setelah laporan kemajuan yang terakhir yang menentukan peringkat Indonesia terkait beberapa karakteristik yang penting untuk posisi kompetitifnya. Perubahan yang paling penting sejak laporan terakhir kami telah disebutkan: peningkatan besar-besaran dalam hal upah minimum di Indonesia, sementara upah minimu di negara-negara pesaing tetap tidak berubah. Akibatnya, upah minimum rata-rata di Indonesia pada tahun 2015 berada di atas semua pesaing utamanya. Ketimpangan antara upah di Jawa Tengah, sebuah Provinsi besar dengan ongkos buruh yang paling rendah, dan Bangladesh, negara dengan ongkos buruh paling rendah, telah meningkat dari angka yang tidak terlalu timpang, yaitu $ pada tahun 20, menjadi angka yang sulit untuk dikejar, yaitu $1 pada tahun 2015. Dan upah minimum rata-rata di Indonesia berada jauh di atas Vietnam. Terlalu dini untuk melihat perubahan dalam kebijakan yang dikeluarkan pemerintah baru di data di Tabel 2. Perubahan ini akan lebih terlihat jelas dalam laporan-laporan yang akan datang. Reformasi yang paling dipublikasikan secara luas, yaitu diperkenalkannya sistem pelayanan perizinan satu pintu di 15 provinsi besar di Indonesia oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), mempunyai nilai simbolis yang besar, tetapi jika berdiri sendiri, tidak akan terlalu berdampak dalam menarik investasi asing. Namun, disertai dengan sikap yang lebih ramah terhadap investasi luar negeri, terdapat bukti adanya peningkatan investasi swasta langsung luar negeri di Tabel 2, yang dapat dikonfirmasi dalam laporan-laporan yang akan datang.
Kelemahan besar yang dapat dengan mudah diperbaiki Perincian dasar penempatan peringkat tersebut memberikan petunjuk berguna tentang bagaimana Indonesia dapat memperbaiki peringkatnya, dan yang paling penting, bagaimana negara ini dapat menarik lebih banyak investasi ke dalam produksi ekspor manufaktur. Dalam peringkat kemudahan melakukan usaha, yang dinilai sebagai aspek terlemah Indonesia adalah menegakkan kontrak. Indonesia hanya menempati peringkat 12 dari 189 negara. Peringkat yang rendah ini terutama disebabkan oleh korupsi di sistem peradilan. Dengan mewajibkan semua putusan pengadilan diletakkan di internet, beserta justifikasinya, korupsi dapat dengan mudah diidentifikasi dan menjadi kurang menguntungkan dan lebih beresiko. Dengan begitu Indonesia akan dengan cepat menjadi tempat yang lebih menarik bagi investor. Aspek kelemahan yang kedua adalah membayar pajak, sekali lagi terkait dengan korupsi. Mencegah terjadinya kontak langsung antara penagih dan pembayar pajak dapat mengatasi permasalahan tersebut. Jika transaksi lebih banyak dilakukan secara terbuka melalui internet, peluang untuk kolusi dan korupsi akan berkurang, sehingga Indonesia akan menjadi tempat yang lebih menarik untuk berinvestasi. Di Laporan Kemajuan berikutnya, kami akan memberikan informasi sejauh mana pemerintahan yang baru telah menangani isu-isu yang telah disebutkan diatas serta permasalahan lain yang menyebabkan rendahnya nilai Indonesia terkait peringkat korupsi dan kemudahan melakukan usaha.
Pada intinya, Laporan Kemajuan Kedua ini mendokumentasikan secara lebih jelas bahwa selama lebih dari satu dekade, Indonesia telah jauh tertinggal dari negara-negara lain dalam memperluas pangsa pasar dunianya untuk barang-barang manufaktur. Sementara negara-negara lain, terutama Vietnam, telah memperluas pangsa pasar mereka, pangsa pasar Indonesia justru berkurang. Akibatnya, permintaan akan tenaga kerja meningkat dengan lambat, dan upah para buruh tani menurun. Upah pekerja yang menerima upah minimum naik dengan cepat, yaitu rata-rata sebesar % per tahun dari tahun 2008 hingga 20. Supported by : Transformasi Center for Public Policy Transformation Graha Iskandarsyah 11 th floor. Jl Raya Sultan Iskandarsyah 66C Melawai, Kebayoran Baru. Jakarta 120. Indonesia Phone +62-21-202-401/2 Fax +62-21-209-946 Email info@transformasi.org www.transformasi.org Transformasi Indonesia @transformasi_id