APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

Architecture Net, Simple Neural Net

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

terinspirasi dari sistem biologi saraf makhluk hidup seperti pemrosesan informasi

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

BAB 2 LANDASAN TEORI

MEMPREDIKSI KECERDASAN SISWA MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS DI LP3I COURSE CENTER PADANG)

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang)

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

IMPLEMENTASI JARINGAN SARAF TIRUAN HAMMING DALAM KASUS PENGENALAN POLA ANGKA DAN HURUF. Oleh : M. Husaini., S.T., M.T Dosen IAIN Bandar Lampung

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

KOMPARASI HASIL KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

BAB II LANDASAN TEORI

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

Jaringan Syaraf Tiruan

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation untuk Memprediksi Prestasi Siswa SMA (Studi kasus: Prediksi Prestasi Siswa SMAN 4 Ambon)

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI PENJUALAN JAMUR MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKROPAGATION

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN BANYAKNYA JUMLAH KELAS POLA YANG DIKENALI DAN TINGKAT KERUMITAN POLANYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

ANALISIS FUNGSI AKTIVASI SIGMOID BINER DAN SIGMOID BIPOLAR DALAM ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA PREDIKSI KEMAMPUAN SISWA

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation untuk Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Ambon

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perbandingan Arsitektur Multilayer Feedforward Network dengan memakai Topologi Multiprosesor Ring Array Dan Linear Array

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pemodelan Sistem dengan Metode Neural Network Back Propagation. Modeling System Using Neural Network Backpropagation

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

PENERAPAN TEKNIK JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA SAHAM Putra Christian Adyanto

Prediksi Jangka Pendek Debit Aliran Irigasi Seluma dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

MILIK UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-31

Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR

EVALUASI PENGARUH FUNGSI AKTIFASI DAN PARAMETER KEMIRINGANNYA TERHADAP UNJUKKERJA PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA


PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

Analisis Jaringan Saraf Tiruan dengan Metode Backpropagation Untuk Mendeteksi Gangguan Psikologi

BAB II LANDASAN TEORI

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA

MENGENALI FUNGSI LOGIKA AND MELALUI PEMROGRAMAN PERCEPTRON DENGAN MATLAB

Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Untuk Memprediksi Potensi Serangan Jantung

Prediksi Beban Listrik Pulau Bali Dengan Menggunakan Metode Backpropagasi

Pengolahan data merupakan proses awal yang dilakukan dalam program RBFNN sebelum masuk pada proses pelatihan (training) dan pengujian (testing).

DETEKSI JENIS KAYU CITRA FURNITURE UKIRAN JEPARA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

STUDI ANALISA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN DAN TANPA ALGORITMA GENETIKA

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Pertemuan 11 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

Identifikasi Unsur-unsur Radioaktif dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER

Transkripsi:

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA Pembimbing: Desi Fitria Utami M0103025 Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc Dra. Sri Subanti, M. Si Abstrak. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi, sebagaimana dituliskan oleh Fausett [1]. JST memiliki kemampuan menyimpan pengetahuan berdasarkan pengalaman dan menjadikan simpanan pengetahuan yang dimiliki menjadi bermanfaat. Salah satu aplikasi dari JST adalah pengklasifikasian. Dalam penelitian ini, JST akan diaplikasikan dalam penjurusan siswa kelas X SMA N 8 Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan hasil pengklasifikasian dari JST dengan menggunakan arsitektur singlelayer feedforward neural network dan multilayer feedforward neural network. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penjurusan menggunakan arsitektur singlelayer feedforward neural network menghasilkan kebenaran klasifikasi yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan arsitektur multilayer feedforward neural network. Sehingga JST dengan arsitektur singlelayer feedforward neural network lebih direkomendasikan sebagai prosedur evaluasi penjurusan siswa kelas X SMU N 8 Surakarta. Kata kunci: Jaringan Syaraf Tiruan (JST), singlelayer feedforward neural network, Multilayer Feedforward, Backpropagation. 1. PENDAHULUAN Dalam dasawarsa terakhir, kecerdasan buatan berkembang sangat pesat. Salah satu ilmu yang mendukung perkembangan kecerdasan buatan adalah JST. Seperti dituliskan oleh Kristanto [2], pertama kali teori JST dikemukakan pada tahun 1943 oleh seorang psikologi neuron Warren S. McCulloch dan seorang matematikawan Walter Pitts. Kedua ilmuwan tersebut memformulasikan model matematis sel-sel otak. Salah satu aplikasi dari JST adalah pengklasifikasian. Dalam penelitian ini, JST akan diaplikasikan dalam penjurusan siswa kelas X SMA N 8 Surakarta. Penjurusan tersebut berpengaruh terhadap kegiatan akademik siswa. Oleh karena itu, penjurusan yang tepat dan sesuai dengan bakat serta minat siswa sangat diperlukan. Namun faktor utama yang menentukan penjurusan adalah nilai akademik siswa. Dengan memanfaatkan kelebihan JST dalam hal pengklasifikasian, diharapkan dapat ditentukan suatu pola yang tepat untuk mengklasifikasikan jurusan siswa SMA berdasarkan nilai akademik siswa. 2. Klasifikasi Menggunakan JST Secara garis besar cara kerja JST dibagi menjadi dua yaitu proses pelatihan dan proses simulasi. Dalam melakukan proses pelatihan, JST dapat mengatur dirinya sendiri

Gambar 1. Arsitektur Singlelayer Feedforward dengan 4 Neuron Input dan 1 Neuron Output Gambar 2. Arsitektur Multilayer Feedforward dengan 4 Neuron Input, 2 Neuron Hidden dan 1 Neuron Output untuk menghasilkan suatu respon yang konsisten terhadap serangkaian input. Output hasil proses pelatihan tersebut kemudian digunakan dalam proses simulasi. Dalam penelitian ini digunakan algoritma backpropagation sebagai algoritma pelatihan yang terdiri atas tiga fase, yaitu fase maju, fase mundur, dan fase modifikasi bobot. Dalam fase maju, setiap unit input X i dengan i = 1, 2,..., n menerima sinyal x i dan mengirimkan sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan di atasnya. Pada lapisan output, setiap unit pada lapisan output Y k dengan k = 1, 2,..., m dihitung aktivasi y k. Dalam penelitian ini digunakan fungsi aktivasi sigmoid biner. Menurut Fausett [1], penjumlahan sinyal berbobot yang diterima Y k dan penghitungan aktivasi sinyal output adalah n y net k = v k0 + x i v ki 1 y k = f(y net k ) = 1 + e y net k dengan v k0 adalah bobot antara bias pada lapisan input dengan setiap unit lapisan output Y k. Selanjutnya dilakukan fase mundur, hasil output y k dibandingkan dengan target t k. Hasil perbandingan tersebut merupakan kesalahan pada setiap unit output y k. Berdasarkan kesalahan pada setiap unit output y k, ditentukan kumpulan kesalahan untuk menghitung nilai faktor δ k, dengan k = 1, 2,..., m. Nilai faktor δ k dipakai dalam perubahan bobot. Langkah terakhir adalah memodifikasi bobot. Ketiga fase tersebut dilakukan berulang-ulang hingga tercapai kondisi penghentian. Seperti dijelaskan Siang [3], pada umumnya kondisi penghentian yang sering digunakan adalah jumlah iterasi atau eror. Jika jumlah iterasi yang dilakukan melebihi jumlah maksimum iterasi yang ditetapkan atau kesalahan yang terjadi lebih kecil dari batas toleransi yang diijinkan maka iterasi akan dihentikan. Setelah proses pelatihan selesai dilakukan, jaringan dapat digunakan untuk proses pengujian (simulasi). Dalam hal ini hanya fase maju saja yang dipakai untuk menentukan output jaringan. Proses pelatihan terbagi menjadi dua tahap, yaitu proses pelatihan untuk kelompok IPA-non IPA dan kelompok IPS-non IPS. Kelompok IPA-non IPA adalah kelompok siswa yang terklasifikasi pada jurusan IPA dan non IPA (IPS dan bahasa). Untuk Kelompok IPS-non IPS adalah kelompok siswa yang terklasifikasi pada jurusan IPS dan non IPS (bahasa). Proses pelatihan kelompok IPA-non IPA diterapkan pada 50 data yang diambil secara acak dari 349 data nilai siswa. Selanjutnya dilakukan proses simulasi pada seluruh data. Siswa yang termasuk dalam kelompok non IPA akan dikelompokkan dalam kelompok IPS-non IPS. Proses pelatihan kelompok IPS-non IPS diterapkan pada 30 data siswa kelompok non IPA dan proses simulasi diterapkan pada seluruh data siswa kelompok non IPA. Sebelum dilakukan proses klasifikasi, data yang i=1

Gambar 3. Bobot Akhir Kelompok IPA-non IPA dengan Arsitektur Singlelayer Feedforward Gambar 4. Bobot Akhir Kelompok IPS-non IPS dengan Arsitektur Singlelayer Feedforward digunakan, ditransformasikan dalam bentuk bipolar dengan ketentuan 1, untuk x i syarat tuntas nilai pelajaran, x i = -1, untuk x i < syarat tuntas nilai pelajaran. Proses klasifikasi dalam penelitian ini, menggunakan dua arsitektur JST, yaitu singlelayer feedforward neural network dan multilayer feedforward neural network. Arsitektur singlelayer feedforward neural network yang disajikan pada Gambar 1 memiliki 4 neuron input yang mewakili 4 variabel input dan 1 neuron output yang mewakili hasil klasifikasi. Variabel input untuk kelompok IPA-non IPA adalah x 1 = matematika, x 2 = fisika, x 3 = kimia, dan x 4 = biologi. Untuk arsitektur multilayer feedforward neural network yang disajikan dalam Gambar 2 memiliki 4 neuron input yang mewakili 4 variabel input, 2 neuron pada lapisan hidden dan 1 neuron output yang mewakili hasil klasifikasi. Variabel input untuk kelompok IPS-non IPS adalah x 1 = sejarah, x 2 = geografi, x 3 = ekonomi, dan x 4 = sosiologi. 2.1. Klasifikasi Menggunakan Arsitektur Singlelayer Feedforward. Setiap neuron input, dalam hal ini tiap variabel diberikan bobot awal yang berupa bilangan real kecil dan ditentukan secara random dalam interval [-1, 1]. Dengan bobot awal untuk kelompok IPA-non IPA, dilakukan proses pelatihan. Setelah dilakukan 2 iterasi diperoleh bobot akhir untuk kelompok IPA-non IPA yang terlihat pada Gambar 3. Selanjutnya dilakukan proses simulasi menggunakan bobot akhir pada Gambar 3. Pada proses simulasi untuk kelompok IPA-non IPA, diperoleh kebenaran klasifikasi sebesar 287 siswa atau 82%. Dengan cara yang sama, akan dilakukan pelatihan untuk kelompok IPS-non IPS. Setelah dilakukan 9 iterasi diperoleh bobot akhir yang disajikan dalam Gambar 4. Dengan menggunakan bobot akhir pada Gambar 4, dilakukan proses simulasi untuk mengklasifikasikan data uji non IPA. Diperoleh kebenaran klasifikasi sebesar 167 siswa atau 64%. Selanjutnya akan dihitung kebenaran klasifikasi total, yaitu gabungan kebenaran klasifikasi dari kelompok IPA-non IPA dan kelompok IPS-non IPS. Kebenaran klasifikasi total yang diperoleh sebesar 227 siswa atau 65%. 2.2. Klasifikasi Menggunakan Arsitektur Multilayer Feedforward. Dengan cara yang sama pada proses klasifikasi menggunakan arsitektur singlelayer feedforward neural network, akan dilakukan proses klasifikasi menggunakan arsitektur multilayer feedforward neural network. Setelah dilakukan 4 iterasi diperoleh bobot akhir untuk kelompok IPA-non IPA yang disajikan pada Gambar 5. Selanjutnya dilakukan proses simulasi untuk mengklasifikasikan data uji pada kelompok IPA-non

Gambar 5. Bobot Akhir Kelompok IPA-non IPA dengan Arsitektur Multilayer Feedforward Gambar 6. Bobot Akhir Kelompok IPS-non IPS dengan Arsitektur Multilayer Feedforward Tabel 1. Kebenaran Klasifikasi Menggunakan Arsitektur Singlelayer Feedforward dan Multilayer Feedforward Arsitektur JST IPA IPS Bahasa Keakuratan singlelayer feedforward neural network 60 150 17 65% multilayer feedforward neural network 60 14 64 40% IPA menggunakan bobot akhir pada Gambar 5. Diperoleh kebenaran klasifikasi sebesar 286 siswa atau 82%. Akan dilakukan pelatihan untuk kelompok IPS-non IPS menggunakan arsitektur multilayer feedforward neural network. Setelah dilakukan 89 iterasi diperoleh bobot akhir yang terlihat dalam Gambar 6. Dengan menggunakan bobot akhir pada Gambar 6, dilakukan proses simulasi untuk mengklasifikasikan data uji non IPA. Diperoleh kebenaran klasifikasi sebesar 78 siswa atau 30%. Kebenaran klasifikasi total menggunakan arsitektur multilayer feedforward neural network sebesar 138 siswa atau 40%. 3. Perbandingan Arsitektur Singlelayer Feedforward dan Multilayer Feedforward dalam Penjurusan Siswa Kelas X SMA N 8 Surakarta Dari hasil pengklasifikasian, penjurusan dengan menggunakan arsitektur singlelayer feedforward neural network dan multilayer feedforward neural network memberikan hasil yang berbeda. Hasil penjurusan tersaji pada Tabel 1. Penjurusan menggunakan arsitektur singlelayer feedforward neural network lebih baik dibandingkan dengan menggunakan arsitektur multilayer feedforward neural network. Hal ini ditunjukkan oleh kebenaran klasifikasi pada Tabel 1. 4. Evaluasi Hasil Pengklasifikasian Pengklasifikasian jurusan siswa kelas X oleh pihak SMA N 8 Surakarta cenderung kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kesalahan penjurusan berdasarkan nilai siswa. Kebenaran klasifikasi menurut JST berarsitektur singlelayer feedforward neural network sebesar 227 siswa dari 349 siswa atau 65%. Sedangkan menurut JST berarsitektur multilayer feedforward neural network, kebenaran klasifikasi yang diperoleh sebesar 138 siswa dari 349 siswa atau 40%. Pada kenyataannya, penjurusan siswa kelas X SMA N 8 Surakarta tidak hanya dipengaruhi oleh nilai akademik siswa tetapi juga dipengaruhi oleh minat siswa dan hasil tes IQ. Kedua faktor inilah yang mempengaruhi hasil klasifikasi JST dalam kasus ini tidak optimal.

5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa penjurusan menggunakan arsitektur singlelayer feedforward neural network menghasilkan kebenaran klasifikasi yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan arsitektur multilayer feedforward neural network. Oleh karena itu, JST dengan menggunakan arsitektur singlelayer feedforward neural network lebih direkomendasikan sebagai prosedur evaluasi penjurusan siswa kelas X SMU N 8 Surakarta. Daftar Pustaka 1. Fausett, Laurence, Fundamentals of s, Architecture, Algorithms, and Aplications, Prentice Hall Inc., New Jersey, 1994. 2. Kristanto, Andri, Jaringan Syaraf Tiruan: Konsep Dasar, Algoritma dan Aplikasi, Gava Media, Yogyakarta, 2004. 3. Siang, Jong Jek, Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrogramannya menggunakan Matlab, Andi Offset, Yogyakarta, 2005.