Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Anak

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KELUARGA TERHADAP KENAKALAN ANAK ASFRIYATI, SKM. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB III OBJEK PENELITIAN. terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan, maka berbicara pula tentang perkembangan

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang

KEBAHAGIAAN KELUARGA DILIHAT DARI SUDUT KECERDASAN EMOSI, SOSIAL BAGI ANAK REMAJA. Nurmayani

Definisi keluarga broken home menurut Gerungan (2009:199) adalah:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

I. PENDAHULUAN. transisi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat menonjol dialami. fisik dan psikis. Sofyan S.

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PANTI ASUHAN DAN KETELANTARAN ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh

PERSEPEKTIF PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERLINDUNGAN DIRI ANAK Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum, S.Psi., M.A.

PENTINGNYA GURU MEMAHAMI KONDISI PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

TINJAUAN PUSTAKA. Orang tua menurut I.P. Simanjuntak adalah ayah dan ibu dari anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

KELUARGA SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN PERTAMA DAN UTAMA DALAM MEMBINA KESEHATAN JIWA/MENTAL ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

Transkripsi:

Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Anak Veronika Unun Pratiwi dan Sari Handayani Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Email: pratiwiunun@yahoo.co.id, alettasabith@gmail.com Abstrak, Keluarga mempunyai peran penting didalam pendidikan manusia. Keluarga membentuk karakter anggotanya, khususnya anak-anak. Masingmasing anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing dalam membangun keluarga yang harmonis. Keluarga juga mempunyai fungsi sosial dalam hal proses sosialisasi. Kenakalan remaja menjadi ancaman yang berbahaya di dalam keluarga. Banyak penyebab datang dari kurangnya kualitas pendidikan dalam keluarga: (1) keluarga broken home; (2) Keluarga Otoriter; (3) Anak tak dibekali ilmu agama; dan (4) penolakan terhadap anak. Ada dua kontrol dalam menangani kenakalan anak: (1) tindakan preventif, and; (2) tindakan represif. Disamping kontrol keluarga, lingkungan selalu menjadi ketertarikan bagi remaja. Itulah mengapa remaja juga memerlukan kontrol lingkungan. Kata-kata kunci: Pendidikan keluarga, kenakalan anak, kontrol The Family Influence towards the Child s mischievous Veronika Unun Pratiwi and Sari Handayani English Department Teacher Training and Education Faculty Veteran Bangun Nusantara University of Sukoharjo Email: pratiwiunun@yahoo.co.id, alettasabith@gmail.com Abstract, Family plays an important role in human s education. Family forms the characters of its member, especially for children. Each member of the family has his/her own role to build a harmonious family. It also has social function in the matter of socialization process. Teens mischievous have become dangerous threat in a family. Many causes are coming from the poor quality of family education: (1) broken home family; (2) Otoriter family style; (3) religion uneducated child; and (4) child rejection. There are two ways to control Child Mischievous: (1) preventive behaviour, and; (2) represive behaviour. Beside family control, the society has always become interest for the teenagers. That is why teens also need the surroundings control. Keywords: family education, child mischievous, control 97

98 JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 1, MARET 2013 Pendahuluan Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masingmasing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orangtuanya. Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional social dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukkan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk social untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya. Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menepati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan meupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya.demikian pula jika keliarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak. Dalam makalah ini penulis menyajikan mengenai pengaruh keluarga terhadap kenakalan remaja dan beberapa penanggulangannya. Peranan Keluarga dalam Pembentuk Kepribadian Anak Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Tiap eksponen mempunyai fungsi tertentu. Dalam mencapai tujuan, keluarga bergantung dari kesediaan individu menolong mencapai tujuan bersama dan bila tercapai maka semua anggota mengenyam peranan masing-masing: (1) Peranan ayah, yang meliputi: (a) Sumber kekuasaan, dasar identifikasi, (b) Penghubung dengan dunia luar, (c) Pelindung terhadap ancaman dari luar, (d) Pendidik segi rasional; (2) Peranan ibu, yakni: (a) Pemberi aman dan sumber kasih saying, (b) Tempat mencurahkan isi hati, (c) Pengatur kehidupan rumah tangga, (d) Pembimbing kehidupan rumah tangga, (e) Pendidik segi emosional, (f) Penyimpan tradisi; (3) Peranan anak laki-laki dan wanita. Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya. Dasar pemikiran dan pertimbangannya adalah sebagai berikut: (1) Keluarga adalah tempat perkembangan awal seorang anak, sejak saat kelahirannya sampai proses

Veronika Unun Pratiwi, Sari Handayani, Pengaruh Keluarga Terhadap... 99 perkembangan jasmani dan rohani berikutnya. Bagi seorang anak, keluarga memiliki arti dan fungsi yang vital bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidupnya; (2) Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan kasih sayang, perhatian dan rasa aman untuk berlindung dari orang tuanya. Tanpa sentuhan manusiawi itu anak akan merasa terancam dan penuh rasa takut; (3) Keluarga merupakan dunia keakraban seorang anak. Sebab dalam keluargalah dia mengalami pertama-tama mengalami hubungan dengan manusia dan memperoleh representasi dari dunia sekelilingnya. Pengalaman hubungan dengan keluarga semakin diperkuat dalam proses pertumbuhan sehingga melalui pengalaman makin mengakrabkan seorang anak dengan lingkungan keluarga. Keluarga menjadi dunia dalam batin anak dan keluarga bukan menjadi suatu realitas diluar seorang anak akan tetapi menjadi bagian kehidupan pribadinya sendiri. Anak akan menemukan arti dan fungsinya; (4) Dalam keluarga seorang dipertalikan dengan hubungan batin yang satu dengan yang lainnya. Hubungan itu tidak tergantikan Arti seorang ibu tidak dapat dengan tiba-tiba digantikan dengan orang lain; (5) Keluarga dibutuhkan seorang anak untuk mendorong, menggali, mempelajari dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, religiusitas, norma-norma dan sebagainya. Nilai-nilai luhur tersebut dibutuhkan sesuai dengan martabat kemanusiaannya dalam penyempumaan diri; (6) Pengenalan didalam keluarga memungkinkan seorang anak untuk mengenal dunia sekelilingnya jauh lebih baik. Hubungan diluar keluarga dimungkinkan efektifitasnya karena pengalamannya dalam keluarga; (7) Keluarga merupakan tempat pemupukan dan pendidikan untuk hidup bermasyarakat dan bernegara agar mampu berdedikasi dalam tugas dan kewajiban dan tanggung jawabnya sehingga keluarga menjadi tempat pembentukan otonom diri yang memiliki prinsip-prinsip kehidupantanpa mudah dibelokkan oleh arus godaan; (8) Keluarga menjadi fungsi terpercaya untuk saling membagikan beban masalah, mendiskusikan pokok-pokok masalah, mematangkan segi emosional, mendapatkan dukungan spiritual dan sebagainya; (9) Dalam keluarga dapat terealisasi makna kebersamaan, solidaritas, cinta kasih, pengertian, rasa hormat menghormati dan rasa memiliki; (10) Keluarga menjadi pengayoman dalam beristirahat, berekreasi, menyalukan kreatifitas dan sebagainya. Pengalaman dalam interaksi social pada keluarga akan turut menentukan pola tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan diluar keluarganya. Bila interaksi social di dalam kelompok karena beberapa sebab tidak lancar kemungkinan besar interaksi sosialnya dengan masyarakat pada umumnya juga akan berlangsung dengan tidak wajar. Keluarga mempunyai peranan dalam proses sosialisasi demikian pentingnya peran keluarga maka disebutkan bahwa kondisi yang menyebabkan peran keluarga dalam proses sosialisasi anak adalah sebagai berikut: (1) Keluarga merupakan kelompok terkecil yang anggotanya berinteraksi to face secara tetap, dalam kelompok demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan sesame oleh orang tuanya dam penyesuaian secara pribadi dalam hubungan social lebih mudah terjadi; (2) Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri. Motivasi yang kuat melahirkan hubungan emosional antara orangtua dan anak; (3) Karena hubungan social dalam keluarga itu bersifat relative tetap maka orangtua memainkan peranan sangat penting terhadap proes sosialisasi anak.

100 JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 1, MARET 2013 Pengertian Kenakalan Anak/ Remaja Kenakalan remaja merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma social. Menurut Admasasmita kenakalan remaja adalah: (1) Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hokum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya; (2) Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat; (3) Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial. Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada kenakalan remaja: (1) Anak-anak yang tidak disukaioleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi; (2) Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing; (3) Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada kegoncangan emosi; (4) Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anak-anak normal; (5) Anak-anak yang suka berbohong; (6) Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah; (7) Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka; (8) Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian. Pengaruh Keluarga terhadap Kenakalan Anak Pengaruh keluarga dalam kenakalan remaja adalah : (1) Keluarga yang Broken Home. Masa remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia mau menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggitetapi sukai ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebagainya. Masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupannya. Penyebab

Veronika Unun Pratiwi, Sari Handayani, Pengaruh Keluarga Terhadap... 101 timbulnya keluarga yang broken home antara lain: (a) Orang tua yang bercerai. Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menopang keutuhan kehidup keluarga yang harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukkan situasi keterasingan dan keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya sendiri. Jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga masingmasing merasa serba asing tanpa ada rasa kebertautan yang intim lagi; (b) Kebudayaan bisu dalam keluarga. Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dn dialog antar anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan memupukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidakmemberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja. Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remja dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan massa berikutnya, karena orang tua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh kemanusiaa anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati; (c) Perang dingin dalam keluarga. Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri. Suasana perang dingin dapat menimbulkan: (i) Rasa takut dan cemas pada anak-anak, (ii) Anak-anak menjadi tidak betah di rumah sebab merasa tertekan dan bingung serta tegang, (iii) Anak-anak menjadi tertutup dan tidak dapat mendiskusikan problem yang dialami, (iv) Semangat belajar dan konsentrasi mereka menjadi lemah, (v) Anak-anak berusaha mencari kompensasi semu. Didikan yang alah sikap memanjakan anak. Keluarga mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan. Sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan

102 JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 1, MARET 2013 citranya. Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu pendidikan yang salah adalah memanjakan anak. Beberapa faktor yang menyebabkan orang tua memanjakan anaknya yaitu: (a) Orang tua anak tersebut dimanjakan oleh orang tuanya pula sehingga pengalaman itu diwariskan kepada anaknya; (b) Orang tua mempunyai konsep kebahagiaan yang kurang tepat. Misalnya kebahagiaan diidentik dengan menyenangkan hati anak-anaknya dengan menuruti semua permintaan mereka dengan memberi barang-barang lux, uang; (c) Sikap memanjakan dapat disebebkan juga karena orang tua dahulu mempunyai pengalaman hidup yang pahit dan miskin sehingga mereka ingin menghindari anak-anak mereka dari situasi yang serba sulit; (d) Orang tua yang banyak kegiatan dan bisnis sehingga tidak mempunyai waktu senggang yang cukup bagi anak-anaknya. Kegiatan overaktif ini dapat menimbulkan rasa bersalah bagi orang tua tersebut sehingga mereka menuruti semua permintaan atau memberikan barang-barang berharga sebagai substitusi kasih sayang mereka; (e) Kecenderungan orang tua yang kadang-kadang membedakan anak-anak mereka. Sikap membedakan biasanya dilatarbelakangi oleh faktor pandangan/kebudayaan tertentu misalnya rasa bangga terghadap anak laki-laki. Keadilan orang tua yang tidak merata terhadap anak dapat berupa perbedaan dalam pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan kasih sayang. Bagi anak yang merasa diperlakukan tidak adil dapat menyebabkan kekecewaan anak pada orang tuanya dan akan merasa iri hati dengan saudara kandungnya. Dalam hubungan ini biasanya anak melakukan protes terhadap orang tuanya yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kenakalan. Berbagai cara orang tua dalam mendidik anak yang menggunakan otoriter dan adapula yang menggunakan demokrasi. Dalam satu keluarga bisa terjadi perbedaan dalam cara mendidik anak misalnyaanak yang satu dididik secara otoriter dan yang lain secara demokrasi; (2) Sikap otoriter. Sikap otoriter yaitu yang menentukan segala-galanya mengenai apa yang harus dilakukan oleh seorang anak setiap kali anak hanya boleh melakukan satu jenis perbuatan saja, bersifat personal dalam memberikan pujian dan celaan dan dalam memberikan bimbingan orang tua bersifat pasif, tidak turut secara aktif. Anak-anak yang orang tuanya otoriter banyak menunjukkan ciri-ciri pasif (sikap menunggu) dan menyerahkan segala kepada orang lain. Disamping rasa kecemasan dan mudah putus asa dalam jiwa anak. Sikap yang demokratis adalah memberikan kebebasan terlalu besar kepada anak dalam batas-batas tertentu; secara aktif orang tua ikut serta dalam memberikan pekerjaan, lebih bersifat objektif dalam memberikan pujian dan celaan; (3) Anak tidak diberikan pendidikan agama. Hal ini dapat terjadi bila orang tua tidak memberikan pendidikan agama atau mencarikan guru agama di rumah atau orang tua mau memberikan pendidikan agama dan mencarikan guru agama tetapi anak tidak mau mengikuti. Bagi anak yang tidak dapat/mengikuti pendidikan agama akan cenderung untuk tidak mematuhiajaran-ajaran agama. Seseorang yang tidak patuh pada ajaran agama mudah terjerumus pada perbuatan keji dan mungkar jika ada faktor yang mempengaruhi seperti perbuatan kenakalan remaja; (4) Anak yang ditolak. Penolakan anak biasanya dilakukan oleh suami istri yang kurang dewasa secara psikis. Misalkan mereka mengharapkan lahirnya anak laki-laki tetapi memperoleh anak perempuan. Sering pula disebabkan oleh rasa tidak senang dengan anak pungut atau anak dari saudara yang menumpang di rumah mereka. Faktor lain karena anaknya lahir dengan keadaan cacat

Veronika Unun Pratiwi, Sari Handayani, Pengaruh Keluarga Terhadap... 103 sehingga dihinggapi rasa malu. Anak-anak yang ditolak akan merasa diabaikan, terhina dan malu sehingga mereka mudah sekali mengembangkan pola penyesalan, kebencian, dan agresif. Pengendalian terhadap Kenakalan Remaja Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu: (1) Sikap/ cara yang bersikap preventif. Yaitu perbuatan/ tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap yang bersikap preventif, pihak orang tua dapat memberikan/mengadakan tindakan sebagai berikut: (a) Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak; (b) Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu; (c) Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak; (d) Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga. Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula: (a) Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna, (b) Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif, (c) Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak, (d) Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya; (2) Sikap/cara yang bersifat represif. Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan social yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut: (a) Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus ke dalam kenakalan; (b) Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya; (c) Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas social) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu; (d) Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari. Kesimpulan dan Saran Jelaslah bahwa kenakalan remaja sangat dipengaruhi oleh keluarga walaupun faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Faktor keluarga sangatlah penting karena merupakan lingkungan pertama, lingkungan primer. Apabila lingkungan keluarga tidak harmonis yaitu mengalami hal-hal yang telah disebukan diatas seperti keluarga broken home yang disebabkan perceraian, kebudayaan bisu, dan perang dingin serta kesalahan pendidikan akan berpengaruh kepada anak yang dapat menimbulkan kenakalan remaja. Bagaimanapun kenakalan remaja harus dilakukan pengendalian karena apabila berkelanjutan akan menyebabkan kerusakan pada kehidupannya pada masa yang akan

104 JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 1, MARET 2013 dating. Selain dari pihak keluarga pengendalian kenakalan remaja juga harus dilakukan dari lingkungan remaja tersebut. Daftar Rujukan Admasasmita, Ramli. (1984). Problema Kenakalan Anak/Remaja (Juridis, Sosio, Kriminologis) Bandung: Arnico Ahmadi, H Abu. (1979). Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu Hamirula, Ode. (1986). Faktor-faktor Lingkungan Sosial Dalam Kaitannya Dengan Remaja Nakal Yang Menyalahgunakan Narkotika Yang Di Rehabilitasi Pada Panti Rehabilitasi Korban Narkotika. Surabaya. Mulyono Y, Bambang. (1986). Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Pendekatan Sosilogi, Psikologi, Teologis Dan Usaha Penanggulangan. Jakarta: Andi Offset Simanjuntak, B. (1984). Latar Belakang Kenakalan Remaja. Jakarta: Alumni Soekanto Soejono, 1981, Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: CV Rajawali