BAB II DASAR TEORI. jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang

dokumen-dokumen yang mirip
Peralatan Las Busur Nyala Listrik

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

LAB LAS. Pengelasan SMAW

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

Melakukan Pekerjaan Las Busur Manual

proses welding ( pengelasan )

LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan. Dosen Pembimbing :

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut adalah dengan mendekatkan elektroda las ke benda kerja pada jarak beberapa

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

Teknologi Dan Rekayasa. Melakukan rutinitas pengelasan dengan menggunakan proses las busur manual

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

BAB II KERANGKA TEORI

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

BAB II LANDASAN TEORI

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

KONSTRUKSI GENERATOR DC

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

ANALISA PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP PENGELASAN ELEKTRODA RB-26 AWS E 6013 DENGAN PENGUJIAN BENDING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

II. TINJAUAN PUSTAKA. adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

KLASIFIKASI MESIN LAS BERDASARKAN POWER SOURCE

BAB 1 PROSES PENGELASAN

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

Generator arus bolak-balik dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Generator arus bolak-balik 1 fasa b. Generator arus bolak-balik 3 fasa

KONSTRUKSI GENERATOR ARUS SEARAH

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LATIHAN LAS LISTRIK (MEMBUAT RIGI-RIGI LAS) NO REVISI TANGGAL HALAMAN JST/TSP/ dari 9

TUGAS PERTANYAAN SOAL

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

PRINSIP KERJA ALAT UKUR

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

FM-UII-AA-FKU-01/R0. Fakultas : Teknologi Industri Jumlah Halaman : 28 Jurusan / Program Studi : Teknik Industri Kode Praktikum ` MESIN GERGAJI & LAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

Gambar 2.1 Mesin Pemarut Serbaguna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1. Las Listrik Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut. Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya. Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 C. (Wikipedia. 2016) 4

5 2.2. Pengertian SMAW Shielded Metal Arc Welding (SMAW) atau Las elektroda terbungkus adalah suatu proses penyambungan dua keping logam atau lebih, menjadi suatu sambungan yang tetap, dengan menggunakan sumber panas listrik dan bahan tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus (fluks). Fungsi fluks pada pengelasan ini adalah membentuk slag diatas hasil lasan yang berfungsi sebagai pelindung hasil lasan dari udara(oksigen, hidrogen,dsb.) selama proses las berlangsung. 2.3. Prinsip Kerja SMAW Ketika ujung elektroda didekatkan pada logam induk akanterjadibusur api listrik yang akan menghasilkan panas. Panas inilah yang mencairkan ujungelektroda (ka wat las) dan benda kerja secara setempat. Dengan adanya pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logam cair yang berasal dari elektroda dan logam induk, terbentuklah kawah cair, lalu membeku maka terjadilah logam lasan (weldment) dan terak (slag). Gambar 2.1. Proses SMAW (Tiraweld, 2013)

6 2.4. Instalasi SMAW 1 2 3 4 5 9 8 7 6 Gambar 2.2 Peralatan Pengelasan SMAW (Purwaka E. A. Ibrahim, 2010) 10 Peralatan yang digunakan untuk pengelasan SMAW adalah sebagai berikut: 1. Workpiece or Base Metal Benda kerja yang digunakan untuk melakukan proses pengelasan. 2. Electrode Elektroda atau kawat las ialah suatu benda yang dipergunakan untuk melakukan pengelasan listrik yang berfungsi sebagai pembakar yang akan menimbulkan busur nyala. 3. Electrode Holder Perlengkapan ini berfungsi untuk menjepit atau memegang elektroda. Alat ini harus memenuhi syarat diantaranya tidak mudah panas, ringan, dan isolator cukup aman bagi sipemakai. 4. Electrode Lead Cabel Kabel yang menghubungkan mesin las dengan elektroda. Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja.

7 5. Plug to Power Source Sebuah peralatan listrik yang menghubungkan suatu alat untuk pasokan listrik melalui soket dinding atau kabel ekstensi 6. Input Power Lead (kabel listrik) Kabel yang menghubungkan mesin las dengan socket dinding 7. Workpiece Lead Kabel yang menghubungkan mesin las dengan clamp. Kabel massa menghubungkan mesin las dengan meja las. 8. Workpiece Connection (Clamp) Sebuah tang penjepit yang di aliri arus negatif dari mesin las listrik ke meja las 9. Welding Table Meja las adalah alat yang di gunakan untuk menaruh benda kerja yang akan di las 10. Arc Welding Power Source Salah satu bagian komponen dari sistem pengelasan yang menyediakan arus listrik untuk melakukan pengelasan. 2.5. Motor Penggerak (Mesin Diesel) Prinsip kerjanya adalah merubah energi kimia dari bahan bakar menjadi energi mekanis. Energi ini didapatkan dari hasil pembakaran bahan bakar (solar) dan oksigen (udara) di dalam silinder (ruang bakar).

8 Gambar 2.3 Mesin Diesel Merk Tipe Diameter Silinder Laju Putaran : Hong tong feng : MD 1115 (HS) : 115 mm : 2200 rpm Kompresi : 17 Weight Dimension Daya Mesin : 185 kg : 857 X 450 X 699 mm : 24 HP 2.6. Generator DC Terdiri dari dua bagian utama yaitu stator dan rotor. Rotor di couple dengan motor penggerak (mesin diesel), prinsip kerjanya adalah dengan mengubah energi mekanik dari motor penggerak (mesin diesel) menjadi energi listrik melalui perantara induksi medan magnet. Mula mula arus DC diberikan pada lilitan rotor untuk menghasilkan medan magnet rotor. Pemasukan Arus DC (sebagai arus medan) ke rangkaian medan rotor ini dilakukan oleh penyuplai daya dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung pada batang rotor generator sinkron. Sumber DC ini biasanya dari generator DC yang ditempel

9 pada rotor generator sinkron. Kemudian Rotor ini diputar oleh prime mover atau penggerak mula agar terjadi perpotongan medan magnet yang berubah ubah padakumparan jangkar di stator. Dengan adanya perpotongan medan magnet yang berubah-ubah ini, maka timbul tegangan induksi pada kumparan jangkar generator dan dihasilkan arus listrik bolak-balik (AC). 2.7. Trafo Transformator adalah komponen pada mesin las listrik yang digunakan untuk menaikan atau menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari tiga komponen pokok yaitu: kumparan pertama (primer ) yang bertindak sebagai input, kumparan kedua (sekunder) yang bertindak sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan. Gambar 2.4 Trafo Merk Tipe : Ohatsu : KSW 250A Input Voltage : 80 V (115/AC) Kecepatan : 3000 rpm Input Current : 250 A (40A For Welding) Berat : 85 kg

10 Berdasarkan sistem pengatur arus yang digunakan, mesin las listrik dibagi menjadi empat jenis, yaitu: 1. Inti Bergerak Padaa jenis inti bergerak, inti (1) transformator yang digerakkan akan meperbesar kebocoran fluks sehingga besar arus akan menurun, sedangkan inti (2) atau ( 3) yang bergerak akan memperkecil kebocoran fluks sehingga akan memperbesar arus yang keluar. Mesin las yang menggunakan transformator inti bergerak ini, arus akan semakin besar apabila kebocoran fluks semakin kecil dengan bergeraknya inti keluar. Sehingga besar kecilnya arus yang dihasilkan dari mesin las dipengaruhi oleh besar kecilnya fluks yang bocor. Gambar 2.5 Transformator Jenis Inti Bergerak (Wiryosumarto, 1981) 2. Kumparan Bergerak Padaa jenis kumparan bergerak, besar kecilnya arus yang dihasilkan dipengaruhi oleh pergerakan kumparan yang ada, karena sesuai dengan besar kecilnya hambatan yang ada. Jika kumparan digerakkan kedepan maka hambatan (R) akan semakin besar karena luas penampang dari inti akan semakin luas, sehingga akan mempengaruhi

11 arus yang mengalir seperti pada perbandingan antara tegangan listrik (V) dengan kuat arus per satuan luas. Gambar 2.6 Transformator Jenis Kumparan Bergerak (Wiryosumarto, 1981) 3. Reaktor Jenuh Padaa mesin las jenis reaktor jenuh, arus yang dihasilkan dengan cara mengubah arus dari transformator akan diubah menjadi arus searah (DC), kemudian jumlah arus yang dihasilkan dari perubahan reaktansi dari pergeseran resistor. Gambar 2.7 Transformator Jenis Reakor Jenuh (Wiryosumarto, 1981) 4. Saklar Padaa mesin las yang menggunakan transformator jenis saklar ini merupakan mesin las yang menggunakan arus bolak balik (AC),jadi jumlah arus yang dihasilkan keluar langsung dari transformator AC atau step-down. Sehingga terdapat bermacam jenis arus yang akan

12 dikeluarkan transformator dan arus yang diinginkan diperoleh dengan menggunakan saklar yang dihubungkan dengan transformator tersebut. Gambar 2.8 Transformator Jenis Saklar (Wiryosumarto, 1981) 2.8. Klasifikasi Mesin Las Listrik Berdasarkan arus yang dikeluarkan pada ujung-ujung elektroda, mesin las listrik dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Arus Bolak Balik (AC = Alternating Current) Mesin las AC biasanya berupa trafo las, Mesin ini memerlukan sumber arus bolak-balik dengan tegangan yang lebih rendah pada gulungan. Gambar. 2.9 Mesin Las AC (Dyah Ayu Rahmawati, 2013) Pengelasan Las AC ( Alternating current) atau Las Arus bolak balik tidak ada kutup positif dan negatif (keduanya sama), oleh sebab itu maka penyambungannya dibolak balik hasilnya tetap sama. Masing

13 masing kutup akan menerima panas 50 % dan akibatnya terjadi penetrasi normal Adapun keuntungan keuntungan dari penggunaan mesin las jenis arus bolak balik (AC), antara lain: a. Busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbunya keropos pada rigi-rigi las b. Perlengkapan dan perawatan lebih murah c. Kabel massa dan kabel elektroda dapat ditukar (tetapi tidak mempengaruhi hasil las) 2. Arus Searah (DC = Dirrect Current) Mesin las DC selain trafo yang dilengkapi dengan rectifier atau diode ( perubah arus bolak balik menjadi arus searah) biasanya menggunakan motor penggerak seperti mesin diesel. Gambar 2.10 Mesin Las DC (Dyah Ayu Rahmawati, 2013) Pengelasan DC mempunyai dua sistem pengkutuban, yaitu pengkutubann langsung (DC -) dan pengkutuban terbalik (DC+). Pada pengkutubann langsung, kabel elektroda dipasang pada terminal negatif dan kabel massa pada terminal positif. Pengelasan dengan cara ini akan

14 menghasilkan penetrasi yang dalam dari lasan dikarenakan elektron bergerak dari elektroda dan menumbuk logam induk dengan kecepatan tinggi sehingga 2/3 panas yang dihasilkan dilepaskan pada benda kerja dan 1/3 lagi di lepaskan pada elektroda. Gambar 2.11 Pengkutuban Langsung (Kiri) dan Terbalik (Kanan) Pada pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan kabel massa dipasang pada terminal negatif. Arus bergerak dari elektroda ke benda kerja dimana 2/3 dari panas seluruhnya dilepaskan padta elektroda dan 1/3 dilepaskan pada logam induk. Cara ini akan menghasilkan pencairan elektroda lebih banyak, sehingga hasil las mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada pengelasan pelat tipis dengan manik las yang lebar. Adapun keuntungan keuntungan dari penggunaan mesin las jenis arus searah (DC), antara lain: a. Busur nyala stabil b. Polaritas dapat diatur c. Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut 2.9. Pemilihan Elektroda Dari dua jenis elektroda tersebut, maka pemilihannya haruslah tepat dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu:

15 a. Jenis logam yang akan dilas b. Tebal bahan yang akan dilas c. Kekuatan mekanis yang diharapkan dari hasil pengelasan d. Posisi pengelasan e. Bentuk kampuh benda kerja Penggunaan elektroda pada las listrik menurut klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX yang artinya sebagai berikut : a. E : Menyatakan elaktroda busur listrik b. XX (dua angka) : Sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Ib/in 2 lihat table. c. X (angka ketiga) : Menyatakan posisi pangelasan. d. Angka 1 untuk pengelasan segala posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan e. X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk pengelasan. Namun dalam lima hal pada pemilihan elektroda adapun indikator yang harus dilihat pada setiap elektroda untuk mencapai pengelasan yang maksimal. Tabel 2.1. Diameter dan Arus Pada Elektroda

16 2.10. Cacat Pada Pengelasan Jenis-jenis cacat pada pengelasan adalah : 1. Retak Las Retak las yang dapat dibagi menjadi dua kategori yakni : retak dingin dan retak panas. Retak dingin adalah retak yang terjadi padaa daerah las pada suhu kurang lebih 300 o C. Sedangkan retak panas adalah retak yang terjadi pada suhu diatas 500 o C. Keretakkan las yang lain adalah retak sepanjang rigi-rigi lasan retak disamping las dan retak memanjang diluar rigi-rigi lasan. Akan tetapi penyebab umum pada semua jenis keretakan las ini adalah: a. Pilihan jenis elektroda yang salah atau tidak tepat. b. Benda kerja terbuat dari baja karbon tinggi. c. Pendinginan setelah pengelasan yang terlalu cepat. d. Benda kerja yang dilas terlalu kaku. e. Penyebaran panas pada bagian-bagian yang di las tidak seimbang. Gambar 2.12 Retak Las / Clutch (Hima, 2014)

17 2. Under Cut/Pengerukan Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan under cut pada benda kerja. Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan. Sebab-sebab pengerukan las antara lain : a. Arus yang terlalu tinggi. b. Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula. c. Busur nyala yang terlalu panjang. d. Ukuran elektroda yang salah. e. Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat. f. Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur. 3. Keropos/Porositas Gambar 2.13 Under cut/pengerukan (Hima, 2014) Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan. Keropos ini bila didiamkan, lama kelamaan akan menebar yangdiikuti dengan perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena korosi tadi. Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga. Penyebab keropos ini yakni :

18 a. Busur pendek. b. Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. c. Kurang waktu pengisian. d. Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja. e. Kesalahan memilih jenis elektroda. Gambar 2.14 Keropos/Porositas (Hima, 2014) 4. Slag Inclusion Slag inclusion merupakan oksida dan benda non logam lainnya yang terjebak pada logam las. Slag inclusion bisa disebabkan oleh kontaminasi dari udara luar atau slag yang kurang bersih ketika mengelas dengan banyak lapisan (multi pass). Gambar 2.15. Slag Inclusion (Hima, 2014) 5. Benda Kerja yang Berlubang Lubang pada benda kerja terjadi ketika logam las mencair hingga memakan benda kerja sampai tidak ada sisa lagi.

19 Gambar 2.16. Benda Kerja yang Berlubang (Hima, 2014) 2.11. Teori Pehitungan 2.11.1. Perhitungan Daya 1. Perhitungann Daya Pengelasan Daya pengelasan dapat di hitung mnegunakan rumus (teknikelektronika, 2015) N I x V (2.1) Keterangan: N I V = Daya Pengelasan (kw) = Kuat Arus (Amp) = Tegangan (Volt) 2. Perhitungann Daya Motor Penggerak Daya Motor Penggerak dapat di hitung mengunakann rumus (Khurmi RS, 2005 : 667) N (2.2) Keterangan: N d N = Daya Penggerak (kw) = Daya Pengelasan (kw) η trans = Efisiensi Transmisi (%) secara empiris dinyatakan sebagai berikut: a. Untuk hubungan belt, ηtrans = 80 s.d. 90% b. Untuk hubungan gear box, ηtrans = 90 s.d. 98% c. Untuk hubungan coupling, ηtrans 98%

20 2.11.2. Perhitungan Rangka Batang (Tegangan Lengkung) Rangka Batang Dapat Di hitung dengan rumus (E. P. Popov, 1995) F = R + R dan = / (2.3) Keterangan: F R A R B = Gaya (kg) = Resultan Gaya A (kg) = Resultan Gaya B (kg) Mb = Momen Bengkok (kgmm) Wb = Tahanan Bengkok (mm 3 ) τb = Tegangan Bengkok ( kg/mm 2 ) 2.11.3. Perhitungan Belt 1. Daya Rencana Menghitung daya rencana dapat mengunakan rumus (Ibid, hal 651) P = I x V (2.4) Keterangan: I P d V = Kuat arus (A) = Daya Rencana (PK) = Tegangan (V) 2. Menghitung Jarak antar poros pulley yang direncanakan a. Menghitung Panjang Keliling (Khurmi RS, 2005, hal 667) Menghitung panjang keliling dapat mengunakan rumus (Khurmi RS, 2005 : 667) L = 2 + + + ( ) (2.5)

21 Keterangan: L C d 1 d 2 = Panjang Keliling Pulley (mm) = Jarak sumbu poros (mm) = Diameter pulley mesin diesel (mm) = Diameter pulley generator (mm) b. Jarak antar sumbu poros pulley Jarak sumbu poros pulley dapat di hitung mengunakan rumus (Sularso, 2002 : 170) = (2.6) Maka: = 2 π + (2.7) c. Menghitung Kecepatan Linier kecepatan linier dapat di hitung mengunakan rumus (Khurmi, RS, 2005, hal 667) Keterangan: v = (2.8) v d p n l = Kecepatan Puli (m/s) = Diameter Puli Kecil (mm) = Putaran Puli Kecil (mm) d. Menghitung sudut singgung (α) Sudut singgung dapat di hitung mengunakan rumus (Ibid, hal 666) sin = (2.9)

22 e. Sudut Kontak menghitung sudut kontak dapat mengunakan rumus (Ibid, hal 651) θ = ( ) (2.7) Keterangan: ɵ = Sudut Kontak (radian) α = Alpha (derajat) 3. Menghitung Momen Direncanakan pulley terbuat dari besi cor dan sabuk karet sehingga koefisien geseknya (μ) = 0.3 (Ibid, hal 651) = (2.8) Menghitung tegangan (T 1 dan T 2 ) dari daya yang direncanakan (P d ) (Ibid, hal 670) T = ( ) (2.9) T = ( ) (2.10) 4. Menghitung jumlah sabuk (N) Menghitung jumlah ssabuk dapat mengunakan rumus (Ibid, hal 684) = (2.11) Sehingga, = (2.12)