BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KESEGARAN JASMANI DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR REMAJA PUTRI SMK PENERBANGAN BINA DHIRGANTARA KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan jasmani tambahan lainnya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti,

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah menengah kejuruan yang terletak di Jalan Wirapradana Desa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. dan periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada wanita, menstruasi terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN ANEMIA DAN INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN IMAM SYUHODO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang pekerjaanya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Usia anak sekolah setingkat SMK dapat dikatakan sebagai usia remaja, atau lebih tepatnya usia masa remaja menengah, yaitu yang memiliki usia antara 14-17 tahun (Depkes, 2010). Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan pubertas, pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologi berlangsung cepat dan terjadi peningkatan kebutuhan zat besi, perkembangan otot skeletel berlangsung cepat bersamaan dengan berkembangnya volume darah (Ali dan Asrori, 2004). Masalah gizi terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Remaja putri lebih rawan terkena masalah gizi dibandingkan dengan remaja putra, karena remaja putri mengalami menstruasi atau haid setiap bulan. Sehingga remaja putri lebih sering terkena anemia karena berada pada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang lebih banyak termasuk zat besi (Sediaoetama, 2010). 1

Prevalensi anemia pada remaja putri cukup tinggi. Hasil RISKESDAS 2013 menyatakan sekitar 23,9% remaja putri di Indonesia mengalami anemia. Anemia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik dan kesegaran jasmani remaja putri di Indonesia, anemia ditandai oleh kadar hemoglobin. Hemoglobin berfungsi untuk mengambil dan melepaskan oksigen didalam darah dan kemudian dialirkan dari paru-paru kejaringan perifer. Kadar hemoglobin pada seseorang yang menderita anemia lebih rendah dibandingkan yang tidak anemia (Ganong, 2003). Kekurangan hemoglobin dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang ditransportasi ke sel tubuh maupun otak, sehingga menimbulkan gejala letih, lesu, lemah dan cepat lelah. Sehingga pada anak sekolah dapat mengakibatkan menurunnya prestasi belajar (Soekirman, 2000). Bagi pelajar aktivitas fisik memberikan pengaruh yang baik. Penelitian oleh Coe et al (2006) menyatakan bahwa peningkatan aktivitas fisik dapat meningkatkan rangsangan dan menurunkan kebosanan sehingga dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran. Aktivitas fisik juga dapat membantu meningkatkan darah dan oksigen ke otak sehingga dapat mengurangi stres dan meningkatkan mood anak-anak. Dengan mood belajar yang baik, maka anak-anak dapat menunjukan sikap yang baik selama di kelas. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmani (Rosmalina dan Permaesih, 2010). Berdasarkan penelitian Setiawan (2010), belum banyak pelajar yang melakukan aktivitas fisik secara cukup. Sebanyak 78% siswa SMA Negeri 11 Yogyakarta memiliki aktivitas fisik dengan kategori kurang aktif dan sebanyak 2

11% siswa memiliki kategori aktivitas fisik duduk dan berbaring. Hanya 6% siswa yang melakukan aktivitas fisik dengan kategori aktif dan 4% siswa dengan kategori sangat aktif. Menurut Grissom (2005), kesegaran jasmani berhubungan positif dengan prestasi belajar. Siswi dengan kesegaran jasmani yang baik cenderung mendapatkan prestasi belajar yang baik. Karena siswi yang memiliki kesegaran jasmani yang cukup dapat meningkatkan konsentrasi belajar. Dengan kata lain, kurangnya kesegaran jasmani pada siswa dapat berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar (Suryabrata, 2005). Kesegaran jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, status gizi dan kadar hemoglobin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shinta (2005) menunjukkan adanya kaitan antara kadar hemoglobin darah dan kesegaran jasmani dengan hasil belajar. Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar pada bulan Januari 2015 sebanyak 67,44% siswi memiliki kadar Hb < 12 gr/dl dan 32,56% siswi memiliki kadar Hb normal (12 14 gr/dl) dari 43 siswi. Berdasarkan uraian diatas penelti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh jangka panjang mengenai hubungan antara aktivitas fisik, kesegaran jasmani dan kadar Hemoglobin dengan prestasi belajar remaja putri SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. 3

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik, kesegaran jasmani dan kadar hemogobin dengan prestasi belajar remaja putri SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan aktivitas fisik, kesegaran jasmani, dan kadar hemoglobin dengan prestasi belajar remaja putri SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan aktivitas fisik remaja putri SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar b. Mendeskripsikan kesegaran jasmani remaja putri SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar c. Mendeskripsikan kadar hemoglobin remaja putri SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar d. Menganalisa hubungan aktivitas fisik remaja putri SMK dengan prestasi belajar remaja putri SMK Penerbangan Bina Dirgantara Karanganyar. e. Menganalisa kesegaran jasmani dengan prestasi belajar remaja putri SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. f. Menganalisa kadar hemoglobin dengan prestasi belajar remaja putri SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. 4

D. Manfaat penelitian 1. Bagi SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar Penelitian ini dapat menambah informasi tentang aktivitas fisik, kesegaran jasmani dan kadar hemoglobin dan prestasi belajar para siswi yang dapat dijadikan sebagai acuan evaluasi untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan prestasi belajar. 2. Bagi peneliti selanjutnya Dapat dijadikan acuan dan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang hubungan aktivitas fisik, kesegaran jasmani dan kadar hemoglobin dengan prestasi belajar pada siswi SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar 5