Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR UNTUK BUDIDAYA DENGAN MEMANFAATAN CITRA SATELIT DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI SEBAGIAN BALI SELATAN

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAGUNG DI MADURA DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : INVENTARISASI DATA POTENSI SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KABUPATEN SUMENEP

Kesesuaian Lahan untuk Tembakau di Madura dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG

JURNAL KELAUTAN, VOL. 3, NO. 2, OKTOBER, 2013 : ISSN :

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN LAHAN TAMBAK GARAM DI PESISIR UTARA KABUPATEN PAMEKASAN

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

Evaluasi Penyimpangan Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.2 Oktober, 2011 ISSN :

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN GIS UNTUK PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH DI KOTA SURABAYA

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN PESISIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI

KAJIAN INDEKS POTENSI LAHAN TERHADAP PEMANFAATAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

PERSEMBAHAN PRODI ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA UNTUK MARITIM MADURA

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN LAHAN TAMBAK GARAM DI PESISIR UTARA KABUPATEN PAMEKASAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Evaluasi Kemampuan Lahan untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Wilayah Pesisir Pacitan

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGANN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT FELIK DWI YOGA PRASETYA

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERUNTUKAN KAWASAN PERMUKIMAN, INDUSTRI, MANGROVE WILAYAH PESISIR UTARA SURABAYA TAHUN 2010 DAN 2014

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

PEMETAAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI PESISIR KOTA MEDAN DAN KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina

PEMETAAN TINGKAT KERUSAKAN MANGROVE DI KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISA DEGRADASI HUTAN MANGROVE PADA KAWASAN WISATA TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN :

Teknik Skoring untuk berbagai analisis spasial

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Perikanan di Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

PEMANFAATAN CITRA DIGITAL ALOS AVNIR-2 DAN SIG UNTUK EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN DI WILAYAH PESISIR BANTUL

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

Evaluasi Kesesuaian Lahan Peruntukan Kawasan Permukiman, Industri, Mangrove Wilayah Pesisir Utara Surabaya Tahun 2010 dan 2014

BAB V LAHAN DAN HUTAN

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

PERENCANAAN PENGHIJAUAN DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

PEMODELAN GENANGAN BANJIR PASANG AIR LAUT DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN CITRA ALOS DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO

AGROVIGOR VOLUME 3 NO. 1 MARET 2010 ISSN

ANALISIS FUNGSI KAWASAN DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI WILAYAH KOTA SORONG PROVINSI PAPUA BARAT

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan Telp.(061)

ABSTRAK. Kata kunci : Keramba jaring tancap, Rumput laut, Overlay, SIG.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di :

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

Evaluasi Kemampuan Lahan Ditinjau dari Aspek Fisik Lahan Sebagai Informasi Dasar untuk Mendukung Pengembangan Wisata Pantai Srau Kabupaten Pacitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

STUDI KESESUAIAN LAHAN TAMBAK DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LOGO Potens i Guna Lahan

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

PEMETAAN KERAPATAN MANGROVE DI KEPULAUAN KANGEAN MENGGUNAKAN ALGORITMA NDVI

Transkripsi:

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN : 1907-9931 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR UNTUK PARIWISATA DENGAN MEMANFAATAN CITRA SATELIT DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI SEBAGIAN BALI SELATAN Firman Farid Muhsoni Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Jl.Raya Telang PO.BOX 2 Kamal Bangkalan Madura East Java Email : firman_fmm@yahoo.com.sg ABSTRAK Citra satelit dan SIG dapat dipergunakan untuk perencanaan pemanfaatan ruang wilayah pesisir. Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi parameter fisik lahan dan mengevaluasi kesesuaian lahan untuk menyusun arahan pemanfaatan ruang sebagain wilayah pesisir pantai selatan Pulau Bali. Metode yang dipergunakan adalah metode site selection, dengan memberikan skor pada masing-masing variabel. Hasil penelitian menunjukkan Citra Landsat ETM+ dapat digunakan untuk inventarisasi tipe ekosistem pesisir dengan tingkat ketelitian 64,3%. Kesesuaian lahan untuk menunjukkan daerah yang sangat sesuai 5,23%, sesuai 46,81% dan tidak sesuai sebanyak 47,96%. Arahan pemanfaatan lahan daerah darat yang paling dominan untuk pemanfaatan lahan pemukiman dan tidak seluas 34,13%. Kata kunci : SIG, penginderaan jauh, pemilihan lokasi. ABSTRACT Satellite image and GIS can be used for coastal area space utilization planning. The research purpose was to identify physical parameter and to evaluate area suitability for composed space utilization as a direction for development of coastal area of the South Bali Island. Site selection criteria by giving centain scores in each variable were used in this study. Results of this research suggested that Landsat ETM+ image can be utilized to identify different types of coastal ecosystems with accuracy level of 64.3%. This study showed that 5.23% of the study area can be classified as highly suitable areas for marine tourism. Moreover, 46.81% area can be classified as moderately suitable and the rest (47.96%) can be categorized as unsuitable. Finally, this research recommended that settlements were the most appropriate land utilization in the area. Keywords :GIS, remote sensing, site selection. PENDAHULUAN Perencanaan pemanfaatan ruang wilayah pesisir yang berwawasan lingkungan memerlukan data dan informasi yang akurat, objektif dan dapat diperoleh secara cepat. Teknik penginderaan jauh dalam hal ini satelit mempunyai peranan penting. Citra Landsat yang direkam oleh satelit Landsat ETM+ menggunakan delapan saluran mempunyai karakteristik masing-masing dalam menggambarkan objek di permukaan bumi. Saluran 1 mempunyai kemampuan untuk menembus air jernih sangat baik; saluran 2 mampu 135

menembus air jernih cukup baik, dapat menampilkan kontras air keruh dan air jernih; saluran 3 mampu membedakan jenis vegetasi; saluran 4 merupakan saluran yang peka terhadap biomassa vegetasi; saluran 5 mampu membedakan kondisi kelembaban tanah; saluran 6 merupakan saluran yang peka terhadap suhu permukaan dan saluran 7 merupakan saluran yang peka terhadap emisi panas api. Berdasarkan karakteristik saluran tersebut maka citra Landsat ETM+ dapat digunakan untuk menyadap data atau informasi berkaitan dengan fisik lahan yang dibutuhkan dalam rangka pengelolaan wilayah pesisir. Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari penginderaan jauh maupun lari sumber data lainnya. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menginventarisasi parameter fisik lahan yang akan digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan diwilayah pesisir pantai selatan pulau Bali pada skala tinjau dengan citra landsat ETM +. (2) Mengevaluasi kesesuaian lahan dan menyusun arahan pemanfaatan ruang untuk sebagain wilayah pesisir pantai selatan Pulau Bali menggunakan sistem informasi geografis pada skala tinjau. kemiringan lereng yang dinyatakan dalam % dan diperoleh dari hasil analisis peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000. Oseanografi, Variabel oseanografi, meliputi kedalaman perairan yang dinyatakan dalam meter diperoleh dari data sekunder. Tanah, variabel tanah meliputi : tekstur tanah, yang diperoleh dari peta tanah skala 1 : 250.000. Penggunaan lahan diperoleh dari hasil pengolahan citra landsat dan peta rbi. Aksebilitas jalan diperoleh dari digitasi peta RBI. METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Variabel yang dikumpulkan meliputi : Topografi, Variabel topografi meliputi A Gambar 1. Alur Penelitian Analisa Data Pemanfaatan ruang wilayah pesisir adalah wujud hubungan atau interaksi antar beberapa aktifitas yang ada di suatu tempat 136

dengan tempat yang lainnya. Hubungan ini memungkinkan terjadinya perkembangan yang optimal antar wilayah tersebut maupun wilayah-wilayah disekitarnya. Oleh karenanya penentuan arahan pemanfaatan ruang disusun sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat saling mendukung dan berkaitan. Penentuan arahan pemanfaatan ruang untuk budidaya yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada kesesuaian fisik lahan untuk budidaya karamba jaring apung dan budidaya rumput laut. Jenis peruntukan yang dipilih atau direkomendasikan untuk dikembangkan pada masing-masing satuan ekosistem adalah jenis peruntukan yang mempunyai kelas kesesuaian lahan sangat sesuai (SI), Sesuai (S2) dan Tidak Sesuai (N). Pemilihan jenis peruntukan yang mempunyai kelas kesesuaian yang sama didasarkan pada kondisi wilayah dan arahan pengembangan sesuai peraturan yang berlaku. Apabila ada satuan ekosistem yang tidak semua jenis peruntukan yang dinilai, maka arahan pemanfaatan lahannya disesuaikan dengan pemanfaatan lahan yang ada dengan pertimbangan penggunaan tersebut tidak berdampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Metode yang dipergunakan adalah pemilihan lokasi (site selection) dengan pemberian skor pada masing masing variabel penentuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kesesuaian lahan untuk wisata pantai diperoleh dengan cara membandingkan persyaratan untuk wisata pantai dengan karakteristik lahan. Parameter yang digunakan untuk menilai tmgkat kesesuaian lahan untuk wisata pantai adalah jarak dari garis pantai, aksebilitas, lereng, penggunaan lahan tekstur tanah dan kedalaman air tanah Berdasarkan hasil membandingkan antara karakteristik lahan dengan persyaratan penggunaan lahan untuk wisata pantai diperoleh luas dan persentase kelas kesesuaian lahan seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 2. Luas dan Persentase Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Wisata Pantai No Kelas Kesesuaian Luas % (ha) 1 Sangat sesuai 794,75 5,23 2 Sesuai 7117,49 46,81 3 Tidak Sesuai 7291,63 47,96 15203,87 100,00 Satuan lahan dengan kelas kesesuaian Sangat Sesuai adalah Pantai berpasir, Landai, Padang Lamun dan daerah mangrove. Satuan lahan dengan kesesuaian sesuai adalah daerah yang relative masih landai dengan aksebilitas yang relative masih terjangkau. Sedangkan yang Tidak Sesuai adalah daerah yang terjal, dengan aksebilitas yang jauh, dan daerah yang telah dipergunakan untuk penggunaan lahan sawah, tambak.daerah yang sangat sangat terdapat di daerah pulau serangan dan sebahagian Denpasar. Daerah yang sangat sesuai untuk terdapat di hampir seluruh Denpasar. Daerah yang sangat sesuai untuk tidak terdapat di daerah Sanur. Daerah yang permukiman 137

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 dan sangat terdapat di daerah mangrove. Oktober 2009 ISSN : 1907-9931 untuk terdapat di daerah yang bertopologi pantai cliff. Tabel 3. Arahan pemanfaatan lahan wilayah laut No 1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan sangat sangat sangat sangat tidak sangat tidak tidak tidak tidak Luas (ha) 418,78 (2.25%) 2882,22 (18.96%) lokasi pulau serangan dan sebahagian denpasar seluruh denpasar 5,94 (0.04%) daerah sanur 375,98 (2.47%) daerah yang dijumpai mangrove 4023,13 (26.46%) petapan, pecatu dan sebahagian tanjung benoa 5189,84 (34.13%) sebagian petapan 212,16 (1.40%) disepanjang pantai daerah penelitian 2095,86 (13.79%) daerah yang bertopologi pantai cliff Gambar 2. Peta Kesesuaian Lahan Untuk Pariwisata 15203,90 (100%) Daerah yang sesuai untuk terdapat di Petapan, Pecatu dan sebagian Tanjung Benoa. Daerah yang tidak terdapat di sebagian Petapan. Daerah yang tidak terdapat di disepanjang pantai daerah penelitian. Sedangkan daerah yang tidak tidak sesuai Pada penelitian ini kadar merkuri Gambar 3.Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Laut Untuk Pariwisata KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya maka dapat disimpulkan berapa hal sebagai berikut: 138

- Citra Landsat ETM+ dapat digunakan untuk inventarisasi tipe ekosistem pesisir dengan tingkat ketelitian cukup baik (64,3%). - Hasil penilaian kesesuaian lahan menunjukkan bahwa untuk wisata pantai untuk daerah yang sangat sesuai 5,23%, daerah yang sesuai 46,81%, sedangkan yang tidak sesuai 47,96%. - Sedangkan arahan pemanfaatan ruang yang paling dominan untuk wilayah darat adalah arahan untuk pemukiman dan tidak (34,13%). Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh Jilid I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Dulbahri, dkk., 1994. Integrasi Citra Inderaja dan Sistem Informasi Geografi. Studi di Teluk Saleh, Pulau Sumbawa. Laporan Penelitian. PUSPICS-Bakosurtanal, Yogyakarta. Eddy Prahasta, 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Edisi Revisi. Penerbit Informatika Bandung. Kay, R dan Alder, J., 1999. Coastal Planning and Management, E. & FN SPON, London. Prayitno, T.A., 2000. GIS Workbook. Buana Khatulistiwa, Jakarta. Supriharyono, 2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 139

Lampiran 1. Kriteria Potensi lahan untuk Tingkat Potensi Lahan No Kriteria Sesuai Agak sesuai skor (S1) (Sr) Skor Tidak sesuai (N) Skor Buffer pantai 1 (m) 0-100 30 100-1000 20 > 1000 10 2 Aksebilit as (m) 0-500 30 500-1000 20 >1000 10 Lereng 3 4 5 (%) 0-3 30 3-8 20 >8 10 Mangr Kebun Tambak, Penggun ove,wis campuran, hutansejenis, aan ata,laha 30 20 10 perkebunan, tegalan, sawah, Lahan n hutan pemukiman terbuka Tekstur tanah Halus (Grom oso, latosol, aluvial kelabu) 30 Sedang (Alluvial coklat, andosol,peds olik) 20 Kasar (regosol, litosol, organosol) 6 Kedalam an air tanah (m) 1-5 30 5-15 20 >15 10 Sumber : Bakosurtanal (1966) dan modifikasinya 10 140