BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya

yang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

BAB III LANDASAN TEORI

BAR II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

2) K-Type injury accident : mengakibatkan luka yang mengeluarkan banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global dan bukan semata-mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah

ANALISIS KECELAKAAN TIKUNGAN JALAN YOGYAKARTA - SEMARANG DI DUSUN KEDUNGBLONDO, DESA NGIPIK, KECAMATAN PRINGSURAT, TEMANGGUNG. Laporan Tugas Akhir

ANALISIS KECELAKAAN DITINJAU DARI FAKTOR KELENGKAPAN FASILITAS JALAN DAN GEOMETRIK (Studi Kasus di Jalan Bawen Kabupaten Semarang) Oleh :

BAB II LANDASAN TEORI

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermotor, manusia atau hewan (Suryadharma, Hendra Susanto, Benediktus,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 14 tahun 2006,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antar jalan dan perpotongan lintasan kendaraan. Lalulintas pada

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana

ANALISIS ALINYEMEN HORIZONTAL PADA TIKUNGAN RING ROAD SELATAN KM. 6 TAMAN TIRTO KASIHAN, BANTUL, DIY. Oleh : BERTHOLOMEUS LELE SIGA NPM :

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Kecelakaan Lalu Lintas

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

PERENCANAAN RUAS JALAN RAYA YANG MENGHUBUNGKAN DISTRIT ERMERA DAN SUB-DISTRIT HATOLIA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman*

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Tanjakan Ale Ale Padang Bulan, Jayapura, dapat disimpulkan bahwa:

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

AUDIT KESELAMATAN JALAN DI RUAS BTS. BANYUMAS TENGAH - KEBUMEN KM SEMARANG

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALINEMEN VERTIKAL. PDF created with pdffactory Pro trial version

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas, yang merupakan penjabaran UU No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, lahir disebabkan tingginya jumlah kecelakaan yang terjadi di jalan dimana menyatakan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka sangka dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan yang sedang bergerak dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. 2.2. Faktor - Faktor Penyebab Kecelakaan Faktor faktor penyebab kecelakaan biasanya sangat kompleks. Untuk daerah rawan kecelakaan dapat diidentifikasikan dari seluk beluk kejadian kecelakaan dengan mengelompokkan kejadian kejadian kecelakaan tersebut, yang mana kelompok kelompok itu terdiri dari: 1. Black Spot, mengspesifikasikan lokasi lokasi kecelakaan yang biasanya berhubungan dengan geometrik jalan. 2. Black Site, mengspesifikasikan lokasi lokasi kecelakaan dari panjangnya jalan yang mempunyai frekuensi kecelakaan tinggi. 3. Black Area, mengelompokan daerah daerah yang sering terjadi kecelakaan. Faktor faktor secara umun dapat dikelompokkan menjadi 4 katagori (Garber dan Lester, 2002 ). 7

8 keempat faktor yang tersebut adalah: 1. Faktor manusia. 2. Faktor kendaraan. 3. Faktor jalan. 4. Faktor lingkungan. 2.2.1. Faktor manusia ( human factors ) Faktor manusia memegang peranan yang amat dominan, karena terdiri dari beberapa faktor, antara lain: 1. Pengemudi ( driver ) Pengemudi merupakan faktor yang paling berpengaruh pada kecelakaan lalu lintas. Penyebab penyebab terjadinya kecelakaan karena pengemudi adalah: keterampilan pengemudi, kurangnya pengetahuan tentang rambu rambu lalu lintas dan marka jalan, kondisi fisik pengemudi, dan kebiasaan buruk pengemudi misalnya mengemudikan kendaraan dalam kondisi mabuk, menggunekan telepon genggam saat berkendara. Menurut hasil penelitian para psikolog ternyata bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor diluar dirinya sendiri, disamping juga tergantung bentuk fisik, jenis kelamin, intelegensia, karakter serta usia. Menurut Ohkuba, (1966) dalam Hobbs, (1995) faktor yang mempengaruhi pengemudi dalam menimbulkan kecelakaan lalu lintas adalah daya konsentrasi yang kurang baik 65.5%, pelanggaran terhadap peraturan 17.0%, ketrampilan kurang 6.1%, minuman keras 3.1%, kelelahan 1,7%, kepribadian 1.5%, kelamin psikiatrik 0.4%, lain lain 4.7%.

9 2. Pejalan kaki ( Pedestrian ) Dalam tahun 1968 pejalan kaki menempati 31 % dari seluruh korban mati dalam kecelakaan lalu lintas di New York State, dan 18% seluruh nasional, serta 8% dari keseluruhan korban luka luka, baik di New York State maupun nasional. Orang tua lebih sering terlibat. Lebih dari 83% dari kematian berhubungan dengan penyeberangan di pertemuan jalan, yang melibatkan orang yang berumur 45 tahun atau yang lebih, baik di New York State atau New York City. Pejalan kaki 14 tahun atau yang lebih muda tercatat diatas 45% dari orang orang yang luka, saat sedang di jalan atau sedang bermain main di jalan, dan sekitar 68% dari mereka datang dari tempat parkir. Untuk mengurangi atau menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas, maka diperlukan suatu pengendalian bagi para pejalan kaki ( pedestrian controle ), meliputi hal hal sebagai berikut : a. Tempat khusus bagi para pejalan kaki ( side walk ). b. Tempat penyeberangan jalan ( cross walk ). c. Tanda atau rambu rambu bagi para pejalan kaki (pedestrian signal ). d. Penghalang bagi para pejalan kaki ( pedestrian barriers ). e. Penyinaran ( highway lighting ). 2.2.2. Faktor kendaraan Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknis yang tidak layak jalan ataupun penggunaannya tidak sesuai ketentuan. Misalnya rem blong,

10 kerusakan mesin, ban pecah, sistem lampu kendaraan tidak berfungsi, dan kelebihan muatan. 2.2.3. Faktor lingkungan Keadaan cuaca saat berkendara sangat berpengaruh terhadap tingkat kecelakaan lalu lintas. Kondisi lingkungan yang berkabut dan hujan sangat berbahaya disaat berkendara. Kabut membuat jarak pandang pengendara menjadi terbatas, sedangkan hujan membuat jalanan menjadi licin. 2.2.4. Faktor jalan Hubungan lebar jalan, kelengkungan dan jarak pandang semuanya memberikan efek besar terjadinya kecelakaan. Umumnya lebih peka bila mempertimbangkan faktor faktor ini bersama sama karena mempunyai efek psikologis pada para pengemudi dan mempengaruhi pilihannya pada kecepatan gerak. Misalnya memperlebar alinyemen jalan yang tadinya sempit dan alinyemennya tidak baik akan dapat mengurangi kecelakaan bila kecepatan tetap sama setelah perbaikan jalan. Akan tetapi, kecepatan biasanya semakin besar karena adanya rasa aman, sehingga laju kecelakaanpun meningkat. 2.3. Faktor Faktor dalam Perancangan Geometrik Jalan Menurut Sukirman (1994), tujuan utama perancangan geometri adalah untuk menghasilkan jalan yang dapat melayani lalu lintas dengan nyaman, efisien serta aman. Kapasitas suatu jalan merupakan suatu faktor pada jalan jalan, dengan keselamatan merupakan suatu faktor yang dominan untuk jalan, yang mempunyai kecepatan tinggi. Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat

11 gerakan, ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraan dan karateristik lalu lintas. Elemen elemen utama perancangan geometrik jalan adalah : 1. Alinyemen horisontal Alinyemen Horisontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal. Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama situasi jalan atau trase jalan. Alinyemen horizontal terdiri dari garis garis lurus yang dihubungkan dengan garis garis lengkung. Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja ataupun busur lingkaran saja. 2. Alinyemen vertikal Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang perkerasan permukaan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing masing perkerasan untuk jalan dengan median. Seringkali disebut juga sebagai tampang memanjang jalan. 3. Koordinasi alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal Desain geometrik jalan merupakan desain bentuk fisik jalan berupa 3 dimensi. Penampilan bentuk fisik jalan yang baik dan menjamin keamanan dari pemakai jalan merupakan hasil dari penggabungan bentuk alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal yang baik pula. Letak tikungan haruslah pada lokasi yang serasi dengan adanya tanjakan ataupun penurunan.

12 Hal hal yang dapat merupakan panduan adalah sebagai berikut: a. Alinyemen mendatar dan vertikal terletak pada satu fase, sehingga tikungan tampak alami dan pengemudi dapat memperkirakan bentuk alinyemen berikutnya. b. Tikungan yang tajam sebaiknya tidak diadakan dibagian atas lengkung vertikal cembung atau dibagian bawah lengkung vertikal cekung. Kombinasi yang seperti ini akan memberikan kesan terputusnya jalan, yang sangat membahayakan pengemudi. c. Pada jalan yang lurus dan panjang sebaiknya tidak dibuatkan lengkung vertikal cekung. d. Kelandaian yang landai dan pendek sebaiknya tidak diletakkan diantara dua kelandaian yang curam, sehingga mengurangi jarak pandangan pengemudi.