II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkuku genap dan memiliki sepasang tanduk yang melengkung. Kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

KAMBING. Oleh : Tatok Hidayatul Rohman. Linnaeus, 1758

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Kambing. penghasil daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

POTENSI KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK KAMBING LOKAL INDONESIA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Bligon. Kambing Bligon (Jawa Randu) merupakan kambing hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

Fahrul Ilham ABSTRAK PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Umum Lokasi Penelitian di Koto Kampar Hulu dan XIII Koto Kampar Kecamatan XIII Koto Kampar dengan luas lebih kurang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

SKRIPSI. MORFOMETRIK KAMBING PERANAKAN ETTAWA (Capra Sp) UNTUK QURBAN DI KOTA PEKANBARU RIAU ELWIZAR

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies : Animalia : Chordata : Mammalia : Artiodactyla : Bovidae : Caprinae : Capra : C. aegagrus : C. a. hircus Menurut Sarwono (2007 ), kambing lokal ( Capra aegagrus) adalah sub species dari kambing liar yang tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa, kambing merupakan jenis binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing liar tersebar dari Spanyol ke arah timur sampai India, dan dari India ke utara sampai Mongolia dan Siberia. Habitat yang disukainya adalah daerah pergunungan yang berbatu batu. Kambing sudah dibudidayakan manusia kira kira 8000 hingga 9000 tahun yang lalu pada habitat aslinya, kambing hidup berkelompok 5 sampai 20 ekor. Dalam pengembaraannya mencari makanan, kelompok kambing ini dipimpin oleh kambing betina yang paling tua. Kambing betina berfungsi sebagai penjaga keamanan rombongan. Kambing banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan (Basuki, 1996). Dijelaskan lebih lanjut, alasannya pemeliharaan kambing lebih mudah dilakukan daripada ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembangbiak dan pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat besar. Menurut Sarwono (2007), nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata.

Kambing Kacang jantan maupun betina memiliki ciri-ciri : tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing jantan lebih besar, umumnya kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak keatas, kebanyakan berbulu lurus dan kasar. ditambahkan Sarwono (2007), bahwa panjang tubuh kambing liar, tidak termasuk ekor, adalah 1,3 1,4 m, sedangkan ekornya 12 15 cm. Bobot badan yang betina 15 25 kg, sedangkan yang jantan bisa mencapai 30 kg. Menurut Suparman (2007), bahwa kita mengenal salah satu bangsa kambing yang tersebar diseluruh dunia yaitu kambing kacang. Kambing kacang merupakan bangsa kambing lokal asli Indonesia. Tubuh kambing kacang kecil dan relatif lebih pendek, jantan maupun betina bertanduk, leher pendek dan punggung meninggi, warna bulu hitam, cokelat, atau belang yang merupakan kombinasi dari warna yang ada pada kambing tersebut, tinggi kambing jantan dewasa rata-rata 60 70 cm, betina dewasa 50 60 cm, berat badannya kambing jantan dewasa antara 25 30 Kg dan betina dewasa 15 25 Kg, kepala ringan dan kecil, telinga pendek dan tegak lurus mengarah keatas depan. Kehidupannya sangat sederhana, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat dan reproduksinya dapat digolongkan sangat tinggi. 2.1.2. Kambing PE Menurut Agromedia (2009), kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing etawa dengan kambing kacang. Kambing PE dimanfatkan sebagai penghasil daging dan susu. Penampilan kambing PE mirip dengan kambing etawa tetapi perwakan tubuhnya lebih kecil. Karekteristik kambing PE antara lain muka cembung melengkung, dan dagu berjanggut, terdapat gelambir dibawah leher yang tumbuh dari sudut janggut, telinga panjang lembek dan menggantung dan

ujungnya agak berlipat, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, bentuk garis punggung mengombak kebelakang sedangkan bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung, dan paha panjang dan tebal. Warna bulu kebanyakan terdiri atas 2-3 pola warna, yaitu belang hitam, belang coklat dan putih bertotol hitam (Batubara et al., 2011). Keberadaan kambing PE sudah beradaptasi dengan kondisi Indonesia, diternak terutama untuk menghasilkan daging dan susu. Bobot kambing PE jantan dewasa rata rata 35-50 kg untuk kambing betina 30-35 kg. 2.1.3. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan persilangan hasil persilangan antara kambing Peranakan Ettawa dengan kambing Kacang. Kambing ini mempunyai bentuk yang agak kompak dengan perototan yang cukup baik dengan pertumbuhan dapat mencapai 50-100 g/hari (Sutama dan Budiarsa, 2009). Mustaqin dan Novia (2011) menyatakan bahwa karakteristik kambing Jawarandu adalah ukuran tubuh yang lebih kecil dari pada kambing Ettawa. Berat tubuh kambing dewasa jantan dan betina bisa sampai 40 kg, memiliki tanduk, telinganya lebar, panjang dan terkulai, susu yang dihasilkan kambing ini mencapai 1,5 liter per hari. 2.2. Faktor Faktor yang Memengaruhi Morfometrik 2.2.1. Genetik Faktor yang sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam peternakan adalah tersedianya bibit, baik kualitas maupun kuantitas. Kualitas bibit ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan, faktor genetik juga terkait dengan tingkat kelangsungan hidup. Faktor genetik dapat ditempuh dengan melakukan seleksi

terarah dan berkelanjutan, perbaikan mutu bibit secara genetik ditentukan oleh variasi genetik dan struktur populasi induknya. Keanekaragaman genetik seringkali dihubungkan dengan tingkah laku reproduktif dari individu dalam suatu populasi, variasi genetik muncul karena individu memiliki gen yang berbeda. Variasi genetik meningkat sewaktu keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya melalui rekomendasi gen yang muncul selama reproduksi seksual. Gen dipertukarkan antara kromosom selama miosis, dan kombinasi baru diciptakan sewaktu kromosom dari kedua induk dikombinasikan untuk membentuk keturunan yang unik secara genetik (Primack et al., 1998). 2.2.2. Lingkungan 2.2.2.1. Pakan Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Siregar, 1994), menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi pertumbuhan. Ternak tidak akan mampu berproduksi secara optimal, apabila tidak memperoleh lingkungan yang optimal walaupun fungsi genetik cukup tinggi dan begitu juga sebaliknya. Kualitas bahan makanan dipengaruhi oleh komposisi zat makanan serta penggunaannya oleh ternak. Kekurangan zat makanan memperlambat puncak pertumbuhan urat daging dan memperlambat laju pertumbuhan lemak, sedangkan makanan yang sempurna mempercepat terjadinya laju puncak keduanya (Anggorodi,1990). Menurut Tillman et al., (1991), pengurangan makanan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan makanan sangat parah akan menyebabkan hewan kehilangan berat badannya.

Kebutuhan ternak akan pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan, kondisi tubuh dan lingkungan tempat hidup serta bobot badannya (Tomaszewska et al., 1993). Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defesiensi zat makanan sehingga ternak mudah terserang penyakit. Penyediaan pakan harus diupayakan secara terus menerus dan sesuai dengan standar gizi menurut status ternak yang dipelihara (Cahyono, 1998). Untuk memperoleh pertumbuhan ternak kambing yang baik sangatlah perlu diperhatikan kandungan zat zat makanan yang dikandung oleh pakan, bahan pakan harus mengandung zat zat makanan seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin, serta air yang dibutuhkan oleh ternak. Untuk memperoleh pertumbuhan optimum perlu diperhatikan zat zat makanan yang diperlukan oleh seekor ternak (Anggorodi, 1990), yang disesuaikan dengan tujuan produksi dari ternak tersebut (Speddy,1980). Ternak ruminasia harus mengkonsumsi hijauan sebanyak 10% dari bobot badannya setiap hari dan konsentrat sekitar 1,5-2 % dari jumlah tersebut termasuk suplementasi vitamin dan mineral (Pilliang, 1997). Menurut Pratomo (1986), bahwa jenis-jenis pakan yaitu hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji bijian atau jenis kacang-kacangan.

Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi. 2.2.2.2. Suhu Suhu dan kelembaban udara merupakan dua faktor iklim yang mempengaruhi produksi dan reproduksi ternak, karena dapat menyebabkan perubahan keseimbangan panas dalam tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi, dan keseimbangan tingkah laku ternak (Esmay, 1982). Hasil penelitian Smith dan Mangkuwidjojo (1988), menjelaskan bahwa kambing memerlukan suhu optimum antara 18-30 0 C untuk menunjang produksinya, sedangkan untuk suhu rektal kambing pada kondisi normal adalah 38,5 40 0 C dengan rataan 39,4 0 C atau antara 38,5 39,7 0 C. Kambing akan berusaha menurunkan suhu tuuhnya melalui proses respirasi akibat suhu lingkungan yang tinggi (Yeates et al., 1975). Suhu dan kelembaban udara merupakan faktor yang penting dari iklim karena besar pengaruhnya terhadap kondisi fisiologis dan produktivitas ternak ( Mc Dowell et al., 1997). 2.2.2.3. Kesehatan Menurut Undang Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan (2009), kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian dan

penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit, medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan dan peralatan kesehatan hewan, serta keamanan pakan. Kita ketahui bahwa pencegahan terhadap penyakit lebih baik daripada pengobatannya, ternak yang pernah terserang penyakit kemampuan produksinya dan reproduksinya menurun dan ternak tidak efesien untuk dipelihara lebih lanjut. Menurut tim karya tani mandiri (2010), pencegahan lebih utama dibandingkan dengan pengobatannya sehingga perlu dilakukan pencegahan penyakit dengan cara : ternak yang baru dibeli harus bebas dari penyakit, pisahkan ternak yang sehat dengan yang sakit, pemberian ransum atau makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya, menghindari kepadatan kandang, memisahkan ternak yang muda dan dewasa, memperhatikan kebersihan lingkungan dan kandang, melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara teratur. 2.3. Ukuran Ukuran Tubuh Kambing di Indonesia 2.3.1. Kambing Kacang Menurut Setiadi et al., (1997) kambing kacang jantan memiliki bobot 25 kg, panjang badan 55 cm, tinggi pundak 55,7 cm, tinggi pinggul 58,4 cm, lingkar dada 67,6 cm sedangkan kambing kacang betina memiliki bobot 22 kg, panjang badan 47 cm, tinggi pundak 55,3 cm, tinggi pinggul 54,7 cm, dan lingkar dada 62,1 cm. Berdasarkan penelitian Edy (2012), data mofometrik kambing kacang pejantan di Kabupaten Kampar sebagai berikut, berat badan dengan rataaan 22,86 ± 3,69, panjang badan 45,30 ± 4,04, tinggi pundak 54,90 ± 6,4, tinggi pinggul 57,46 ± 5,67, lingkar dada 62, 14 ± 6,14, panjang telinga 12,30 ± 1,52. Menurut Basri (2008), bahwa rataan dan simpangan baku mofometrik kambing kacang

untuk berat badan 47,06 ± 2,93, tinggi pundak 53,01 ± 7,36, lingkar dada 61,22 ± 2,35. Menurut Setiadi (2007), kambing kacang memiliki rata-rata ukuran tubuh dengan berat 20-25 kg, dengan tinggi pundak pada jantan dewasa 53,80 ± 2,88 cm dan betina dewasa 52,00 ± 7,38 cm. Menurut Batubara et al (2006), kambing kacang jantan memiliki ukuran ukuran tubuh dengan bobot badan 25 kg, panjang badan 55 cm, tinggi pundak 55,7 cm, tinggi pinggul 58,4 cm, lingkar dada 67,6 cm, dan panjang telinga 4,5 cm. Sedangkan kambing kacang betina memiliki bobot badan 22 kg, panjang badan 47 cm, tinggi pundak 55,3 cm, tinggi pinggul 54,7 cm, lingkar dada 62,1 cm dan panjang telinga 4 cm. 2.3.2. Kambing Jawarandu Menurut Setiadi et al., (1997) kambing jawarandu jantan memiliki ukuran ukuran tubuh sebagai berikut, panjang badan 61,50±3,72 cm, tinggi pundak 69,83±6,36 cm, lingkar dada 70,16±5,77 cm, tinggi pinggul 70,75±6,04 cm, dan berat badan 30,91±5,31 kg. Sedangkan kambing jawarandu betina memiliki panjang badan 59,40±5,46 cm, tinggi pundak 65,56±2,54 cm, lingkar dada 66,93±4,54 cm, tinggi pinggul 66,93±3,65 cm dan bobot badannya 26,38 kg. Sedangkan menurut Batubara (2011), ukuran tinggi pundak kambing jawarandu betina 52.47 ± 7.69 cm, panjang badan 53.06±11.29 cm, lingkar dada 64.28±9.62 cm, dan kambing jawarandu jantan tinggi pundak 48.91±6.88 cm, panjang badan 46.36±6.51 cm, lingkar dada 54.73±7.34 kg.