BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

ANNISA RAHMAYANI TELAAH KANDUNGAN KIMIA RAMBUT JAGUNG (ZEA MAYS L.) PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. T A H A M A r i. o ^ a T

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Lampiran Universitas Sumatera Utara

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

Metoda-Metoda Ekstraksi

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diuretik adalah zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih, bekerja

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

MATERIA MEDIKA INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional akhir-akhir ini sangat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

UJI KELARUTAN BATU GINJAL KALSIUM DALAM FRAKSI AIR DAN FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JAGUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA DALAM EKSTRAK n-heksan DARI BUAH TANAMAN KAYU ULES (Helicteres isora L.)

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

YOVITA NOVELINA ISOLASI LIGNAN DARI BIJI LABU CUCURBITA PEPO L. PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB I PENDAHULUAN. peradaban manusia, tumbuhan telah digunakan sebagai bahan pangan, sandang maupun obat

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. (Cyclea barbata Meer), cincau hitam (Mesona palustris), cincau minyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB 4. SEDIAAN GALENIK

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

Penetapan Kadar Sari

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

A. Struktur Akar dan Fungsinya

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

Transkripsi:

PENDAHULUAN Zea mays L. atau lebih dikenal dengan nama jagung merupakan tanaman yang banyak dikenal masyarakat sebagai bahan makanan, makanan ternak, atau sebagai bahan baku pengisi obat. Tanaman ini tersebar luas terutama di Jawa pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut (Kasahara, 1995). Bagian-bagian tanaman jagung telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Daun jagung digunakan untuk radang ginjal, batu empedu, batu ginjal, dan nyeri jantung (Kasahara, 1995). Biji jagung berkhasiat untuk memperbanyak air susu ibu, obat batu ginjal, obat demam nifas, obat jantung dan peluruh air seni (Hutapea, 2000). Seduhan tongkol jagung yang segar mempunyai daya diuretis. Rambut jagung digunakan sebagai diuretik dan antihipertensi (Ditjen POM, 1995). Sedangkan ekstrak air rambut jagung mempunyai potensi terhadap penyembuhan gagal ginjal pada tikus (Djatiningsih, 2006). Rambut jagung merupakan limbah industri pangan yang jarang sekali dimanfaatkan oleh masyarakat. Penelitian mengenai kandungan kimia pada rambut jagung ini masih terbatas dan belum banyak dipublikasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menelaah kandungan kimia rambut jagung sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rambut jagung sebagai obat tradisional. Selain itu, penelitian terhadap rambut jagung ini memiliki nilai tambah dalam aspek ekonomi yaitu pemanfaatan limbah. Langkah yang dilakukan untuk mengisolasi senyawa dari rambut jagung dimulai dari ekstraksi dengan metode yang sesuai, fraksinasi, pemurnian, uji kemurnian, dan karakterisasi. 1

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka meliputi tinjauan botani, kandungan kimia, penggunaan tradisional dan aktivitas farmakologi rambut jagung, dan tinjauan metode. 1.1 Tinjauan Botani Tinjauan botani suatu tanaman meliputi beberapa aspek, yaitu klasifikasi tanaman, nama daerah, morfologi, ciri makroskopik, mikroskopik, ekologi, dan penyebaran. 1.1.1 Klasifikasi Jagung termasuk dalam divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida, subkelas Commelinidae, bangsa Cyperales, suku Poaceae, marga Zea, nama jenis Zea mays L (Cronquist, 1981). 1.1.2 Nama Daerah Di Sumatera, Zea mays L. dikenal dengan nama eyako (Enggano), jagong (Aceh), jagong (Batak), dan rigi (Nias). Di Jawa dikenal sebagai jagong (Sunda), jagung (Jawa Tengah), dan jhahung (Madura). Di Bali dikenal dengan nama jagung. Di Nusa Tenggara dikenal sebagai jagung (Sasak), jago (Bima), wataru (Sumba), latung (Flores), fata (Solor), dan pena (Timor). Di Sulawesi dikenal dengan nama binte (Gorontalo), binde (Buel), dan gandum (Toraja). Sedangkan di Maluku dikenal sebagai jagong (Ambon), kastela (Halmahera), dan tela (Tidore) (Hutapea, 2000). 1.1.3 Morfologi Zea mays L. merupakan tanaman yang berumpun tegak setinggi 15 m. Batang bulat, masif, tidak bercabang, pangkal batang berakar, kuning atau jingga. Daun tunggal, berpelepah, bulat panjang, ujung runcing, tepi rata, panjang 35-100 cm, lebar 3-12 cm, dan berwarna hijau. Zea mays L. memiliki bunga majemuk, berumah satu, bunga jantan dan betina bentuk bulir, di ujung batang dan di ketiak daun, benang sari ungu, bakal buah bulat telur, dan berwarna putih. Buah berbentuk bongkol, panjang 8-20 cm, dan berwarna hijau 2

3 kekuningan. Biji berbentuk bulat, berwarna kuning atau putih. Akar serabut dan berwarna putih kotor (Hutapea, 2000). 1.1.4 Ciri Makroskopik dan Mikroskopik Rambut Jagung Rambut jagung (Maydis stigma) adalah kepala putik dan tangkai kepala putik buah Zea mays L. yang segar, suku Poaceae. Rambut jagung berwarna jingga kemerahan, merah jambu, coklat kekuningan, coklat sampai merah ungu, berbau aromatik lemah dan rasa agak kelat. Secara makroskopik, rambut jagung berupa benang-benang ramping, lemas, agak mengkilat, panjang 10 cm sampai 25 cm, garis tengah lebih kurang 0,4 mm. Secara mikroskopik, pada penampang melintang tampak epidermis bentuk segi empat, dengan rambut penutup terdiri dari beberapa sel, parenkim terdiri dari beberapa sel berdinding tipis, terdapat berkas pembuluh dengan tipe kolateral. Serbuk berwarna coklat muda. Fragmen pengenal adalah parenkim. Rambut penutup terdiri dari beberapa lapis sel berkas pembuluh dan serbuk sari (Ditjen POM, 1995). 1.1.5 Ekologi dan Penyebaran Jagung tersebar di Jawa pada ketinggian lebih kurang 200 m di atas permukaan laut (Kasahara, 1995). Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1800 m di atas permukaan laut 1. 1.2 Kandungan Kimia Biji jagung mengandung alkaloid, flavonoid dan polifenol (Hutapea, 2000). Bunga jagung mengandung stigmasterol 1. Rambut jagung mengandung saponin, tanin, steroid/triterpenoid, damar, dan minyak lemak (Ditjen POM, 1995). Rambut jagung juga mengandung maysin (Dictionary of Natural Products, 1994), beta-karoten, beta-sitosterol, geraniol, hordenin, limonen, mentol, dan viteksin 2. Struktur kimia beberapa senyawa yang terkandung dalam rambut jagung tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1. 1 www.iptek.net.id (16 september 2006) 2 www. mountainroseherbs.com/learn/corn_silk.php (21 september 2006)

4 a b c Gambar 1.1. Struktur kimia beberapa senyawa yang terkandung dalam rambut jagung. Keterangan : a. Maysin b. Geraniol c. Limonen 1.3 Penggunaan Tradisional dan Aktivitas Farmakologi Bagian daun dari tanaman jagung digunakan untuk radang ginjal, batu empedu, batu ginjal, nyeri jantung, dan abortif (Kasahara, 1995). Biji tanaman jagung berkhasiat untuk memperbanyak air susu ibu, obat batu ginjal, obat demam nifas, obat jantung dan peluruh air seni (Hutapea, 2000). Infus tongkol jagung mempunyai daya diuretis serta dapat menyembuhkan pendarahan hidung. Rambut jagung digunakan sebagai diuretik dan antihipertensi (Perry,1980 ; Ditjen POM, 1995). Ekstrak air rambut jagung mempunyai potensi terhadap penyembuhan gagal ginjal pada tikus Wistar jantan (Djatiningsih, 2006). 1.4 Tinjauan Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ekstraksi, fraksinasi, pemurnian, uji kemurnian dan karakterisasi. 1.4.1 Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstrak zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

5 Ekstraksi atau penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Kecepatan penyarian dipengaruhi oleh kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Proses penyarian dimulai dengan pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian dan pemekatan (Ditjen POM, 1986). Pelarut pengekstrak yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk menarik senyawa yang terdapat dalam simplisia. Syarat pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi, yaitu murah, mudah didapat, stabil secara fisika dan kimia, bersifat netral dengan senyawa yang ingin ditarik, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif terhadap zat yang ingin ditarik, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan perundangan (Ditjen POM, 1986). Metode ekstraksi menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan cara panas atau cara dingin. Metode ini disesuaikan dengan kestabilan senyawa yang ingin diisolasi. a. Refluks Refluks adalah proses ekstraksi pada temperatur titik didih pelarut selama waktu tertentu. Pelarut yang digunakan terbatas dan relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Pada umumnya dilakukan pengulangan proses sampai seluruh senyawa yang diinginkan terekstraksi sempurna (Ditjen POM, 1986). b. Ekstraksi sinambung menggunakan alat Soxhlet Penyarian berkesinambungan adalah ekstraksi yang dilakukan secara kontinu dengan penggunaan pelarut yang selalu baru dalam alat yang dikenal dengan nama alat Soxhlet. Metode ini lebih efektif dan efisien dibanding metode lain karena proses penarikan senyawanya yang maksimal karena serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga dapat menyari zat aktif lebih banyak. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume cairan penyari. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang lebih pekat. Proses yang terjadi pada alat Soxhlet adalah uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin balik. Cairan turun ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari sambil turun melarutkan zat aktif serbuk simplisia. Karena adanya sifon maka setelah cairan mencapai permukaan

6 sifon, seluruh cairan akan kembali ke labu. Cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping (Ditjen POM, 1986). 1.4.2 Fraksinasi Fraksinasi adalah cara kerja yang membagi suatu campuran menjadi sekurang-kurangnya dua fraksi yang berbeda susunannya. Fraksinasi ditujukan untuk mendapatkan suatu senyawa yang lebih murni dari ekstrak dengan menghilangkan senyawa-senyawa lain (Harborne, 1987). Metode fraksinasi yang digunakan bergantung pada bahan yang akan difraksinasi dan tujuan fraksinasi (Cannel, 1998). Metode yang dapat digunakan untuk fraksinasi antara lain ekstraksi cair-cair dan kromatografi. Metode kromatografi yang sering dilakukan adalah dengan metode kromatografi cair vakum. Prinsip kromatografi cair vakum adalah adsorpsi senyawa oleh adsorben, desorpsi senyawa oleh fase gerak sehingga senyawa lepas dari fase diam, elusi senyawa oleh fase gerak dan pemberian tekanan di dalam labu penampung sehingga mempercepat proses pemisahan serta meningkatkan laju aliran fase gerak. Fase gerak yang digunakan adalah sistem fase gerak landaian, yaitu sistem fase gerak yang terdiri dari dua atau lebih fase gerak yang komposisinya berubah secara bertahap. Keuntungan kromatografi cair vakum adalah lebih cepat dalam memisahkan. Adsorben yang digunakan adalah adsorben yang memiliki ukuran partikel 40-63 µm (Gritter, et al., 1991). 1.4.3 Pemurnian Pemurnian adalah proses memisahkan senyawa yang diinginkan dari pengotor yang mungkin masih ada dalam isolat (Ditjen POM, 1986). Metode pemurnian yang dilakukan adalah kromatografi lapis tipis preparatif. Kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif banyak digunakan dalam tahap pemurnian pada proses isolasi berbagai senyawa. Metode ini memiliki banyak keuntungan di antaranya biaya lebih ekonomis, mudah dilakukan, cepat, dan dapat menganalisis atau memisahkan sampel sekaligus dalam jumlah banyak (Cannell, 1998). 1.4.4 Karakterisasi Karakterisasi adalah proses pengumpulan informasi mengenai identitas suatu isolat yang telah didapat, dengan menggunakan berbagai metode, baik reaksi kimiawi maupun dengan

7 menggunakan spektrofotometri (Harborne, 1987). Metode spektrofotometri yang digunakan antara lain spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak dan spektrofotometri inframerah. a. Spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak Spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak adalah metode pengukuran serapan molekul suatu senyawa terhadap cahaya di daerah ultraviolet (panjang gelombang 200-350 nm) dan di daerah sinar tampak (panjang gelombang 350-800). Serapan molekul pada daerah tersebut berkaitan dengan eksitasi elektron-elektron σ (sigma), π (phi) dan non bonding pada molekul tersebut. Spektrum serapan senyawa yang terkandung pada tumbuhan dapat diukur dalam larutan yang sangat encer dengan pembanding blanko pelarut. Pelarut yang banyak digunakan untuk spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak adalah etanol dan metanol karena sebagian besar golongan senyawa larut dalam pelarut tersebut (Fessenden, 1986 ; Harborne, 1987). b. Spektrofotometri inframerah Spektrum inframerah dapat membantu dalam menentukan gugus fungsi yang ada dalam suatu senyawa. Prinsip kerjanya yakni radiasi inframerah yang ditimbulkan mengakibatkan terjadinya vibrasi dan/atau rotasi dalam molekul yang dikenai sinar inframerah. Daerah radiasi elektromagnet inframerah yang lazim digunakan dalam analisis senyawa terdapat pada frekuensi/bilangan gelombang 4000-667 cm -1 atau panjang gelombang 2,5 15 µm (Fessenden, 1986 ; Harborne, 1987).