BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN PENYEBRANGAN PERINTIS di DANAU TOBA

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi adalah suatu jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang

Angkutan Jalan a) Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain dan fasilitas. untuk menunjang kehidupan perekonomian (Sri Hendarto, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula,

Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam penataan angkutan penyeberangan Kepulauan Seribu

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

BAB I. Indonesia adalah Negara yang terdiri atas ± pulau, sehingga dapat

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Analisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, saat ini sedang mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA PELAYANAN DAN TANGGAPAN PENUMPANG TERHADAP PELAYANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN JANGKAR DI KABUPATEN SITUBONDO

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi

MENGAMATI KESELAMATAN PENUMPANG ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU

Analisis Perbandingan Keekonomian Rute Merak-Bakauheni dengan Rute Cigading-Kiluan


BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang tidak perlu berada pada satu tempat. Untuk melakukan

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Relokasi Stasiun Merak 1

BAB I PENDAHULUAN. Kota kota di Indonesia berkembang dengan pesat dalam pengertian

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETERTIBAN DALAM KAWASAN PELABUHAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN MERAK PROPINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN. ditempuh dari setiap daerah maka akan cepat mengalami perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas untuk memenuhi dan mendapatkan pangan, sandang, dan

I-1 BAB I PENDAHULUAN

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015 RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERAMALAN JUMLAH MUATAN KAPAL RO-RO DENGAN METODE WINTER S TIGA PARAMETER

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. Provinsi Kalimantan Barat yang memiliki wilayah yang cukup luas dan

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

BAB I. Pendahuluan. berhubungan dengan kegiatan-kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

MODEL PERMINTAAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN BAJOE-KOLAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah.transportasi merupakan suatu sarana yang berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dimana semakin baik sarana dan prasarana transportasi maka akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, memperkuat persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Peranan transportasi sangat penting dalam pembangunan, baik sebagai unsur perangsang maupun sebagai penunjang. Maka dalam rangka menyeimbangkan perkembangan daerah, pembangunan jaringan transportasi juga diarahkan untuk mendukung daerah-daerah yang perlu dipacu perkembangannya, dan membuka isolasi daerah-daerah potensial, miskin, dan wilayah perbatasan.dalam perannya sebagai unsur penunjang, yaitu melalui kedudukannya dalam pelayanan jasa distribusi, transportasi perlu ditingkatkan untuk menjamin tersalurkannya produkproduk wilayah yang dilayani ke luar wilayah melalui simpul jasa distribusi utama. Transportasi darat yang efisien dan efektif akan menghubungkan daerah-daerah sumber daya alam di pedalaman dan kota-kota dengan pelabuhan-pelabuhan di daerah pantai, sedang jaringan transportasi laut akan menghunbungkan pelabuhan-pelabuhan dari satu pulau dengan pulau lainnya. Sehingga sistem transportasi yang efisien dan efektif sangat berperan penting untuk wilayah negara kepulauan Indonesia. Pada daerah yang banyak dialiri sungai, laut, maupun danau yang mempunyai pulaupulau yang dipisahkan oleh air, transportasi air merupakan suatu alternatif yang sangat dominan dan masih sangat efektif.

Propinsi Sumatera Utara salah satu propinsi terbesar di Indonesia merupakan daerah yang cukup dikenal di nusantara bahkan di dunia, dimana keindahan alam Danau Toba menjadi salah satu faktor pemikat yang paling besar bagi masyarakat yang didukung dengan adanya sebuah pulau di tengah Danau Toba yaitu Pulau Samosir. Dengan adanya pulau samosir, maka ada juga kegiatan sosial ekonomi yang terjadi disana, bahkan pulau ini menjadi tujuan utama para pengunjung Danau Toba yang menyebabkan mobilitas penduduk cukup tinggi. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu perlu adanya transportasi yang akan menghubungkan Pulau Samosir dengan daerah di sekitar Danau Toba. Transportasi Air menjadi salah satu transportasi yang digunakan di perairan Danau Toba. Pangururan sebagai ibukota Kabupaten Samosir adalah salah satu daerah yang menjadi tujuan kegiatan sosial ekonomi bagi daerah-daerah yang berbatasan dengannya, jadi transportasi air sangat penting peranannya dalam perkembangan daerah dan mobilisasi penduduk. Adapun sarana transportasi air yang digunakan adalah kapal motor, baik untuk pengangkutan penumpang maupun barang. Guna mengetahui kinerja angkutan perintis kapal penumpang di Danau Toba yang mengelilingi wilayah Kabupaten Samosir, perlu diadakan suatu penelitian dengan meneliti sejauh mana kinerja angkutan danau dalam melayani pengangkutan penumpang yang keluar masuk Pulau Samosir yang menggunakan jasa angkutan kapal penumpang seperti pada judul Tugas Akhir ini. Dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya kita dapat memberikan hipotesa bahwa angkutan kapal penumpang perintis di danau Toba masih banyak kekurangan dalam pelaksanaannya. Dalam rapat koordinasi bidang perhubungan di kawasan Danau Toba ( 2008 ) menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan angkutan kapal penumpang di Danau Toba masih belum memenuhi persyaratan dalam standard pelayanan ASDP. Selain itu dalam jurnalnya yang

berjudul Dunia Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan Drs. Ali Mursal ( 2008 ) menyatakan bahwa potensi angkutan danau pada saat ini belum tereksporasi dengan baik, padahal prospek angkutan ini cukup cerah seiring keunggulan karakterisiknya yang mampu mengangkut jumlah banyak muatan, hemat energi dan polusi rendah, dampak pengrusakan lingkungan kecil dan prasarana telah disediakan oleh alam berupa sungai dan danau. Keadaan angkutan danau yang ada di sekitar kawasan Danau Toba khususnya daerah Kabupaten Samosir sekarang ini masih belum memberikan pelayanan yang maksimal. Hal ini dapat kita lihat pada kondisi di lapangan yang masih banyak mengalami kekurangan dalam kegiatannya. Dari segi keamanan dan keselamatan contohnya kita dapat melihat kapal kapal yang ada masih banyak yang belum memiliki alat pelampung yang memadai, pemadam kebakaran tidak ada dan rambu rambu danau tidak ada. Fasilitas yang ada pada juga masih banyak kekurangan seperti tidak adanya tempat pembuangan sampah pada kapal dan lokasi dermaga, tidak adanya ruang tunggu penumpang, tidak adanya tanda tanda pemberitahuan di kawasan dermaga seperti pengumuman harga tiket, jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal, tanda larangan untuk tidak ke pinggir danau untuk keselamatan penumpang, tidak tersedia kotak saran. Maka dalam pengerjaan tugas akhir ini kita harus dapat mengevaluasi ulang hal-hal yang membuat pelayanan dari kapal penumpang di Danau Toba masih rendah. Sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang baik untuk dapat menunjang kemajuan pelayanan kinerja kapal penumpang di Danau Toba. Pada penelitian ini kita akan membahas tentang pengangkutan yang hanya mengangkut penumpang saja. Pengangkutan jenis ini menggunakan kapal bermotor yang berkapasitas penumpang 100-150 orang penumpang, dan jumlah trip dan jadwal keberangkatan kapal ini ada

yang teratur dan ada juga yang tidak teratur serta belum terjadwal. Dari pengamatan awal untuk angkutan kapal penumpang perintis di Danau Toba khususnya sekitar Kabupaten Samosir perlu peningkatan ke depan.hal ini dikarenakan potensi pengembangan wilayah Kabupaten Samosir yang mengalami peningkatan arus penumpang. I.2 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pemekaran wilayah yang terjadi pada tahun 2003 pada wilayah Danau Toba yaitu Kabupaten Samosir khususnya, tentu perlu peningkatan dan perkembangan untuk menjadi Kabupaten yang lebih maju dan sejajar dengan Kabupaten lain yang ada di Sumatera Utara ini. Pertumbuhan dan perkembangan ini salah satunya didukung oleh transportasi. Sebagai suatu pulau yang dikelilingi oleh air di Danau Toba, pastinya transportasi yang terutama adalah tranportasi air dengan menggunakan kapal bermotor yang tentunya sudah mempunyai jalur akses penyebrangan tertentu. Di pesisir Danau Toba masih ada juga daerah daerah yang belum berkembang yang masih memerlukan peningkatan ekonomi bagi masyarakatnya. Tentu saja dalam hal ini diperlukan transportasi yang baik untuk dapat meningkatkan perkembangan masyarakat melalui perkembangan ekonomi. Angkutan perintis adalah jalan keluar bagu penduduk daerah tertinggal untuk dapat mengalami peningkatan kesejahteraan. Sehingga pelayanan angkutan penyebrangan perintis di Danau Toba perlu memberikan pelayanan yang baik untuk dapat meningkatkan mobilisasi penduduk daerah tertinggal menuju masyrakat yang sejahtera.

1.3 Tujuan Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana pelaksanaan kegiatan pelayanan angkutan penyebrangan perintis yang ada di Danau Toba. Sehingga kita mendapatkan rincian tentang : Klasifikasi keperintisan lintas penyebrangan angkutan danau perintis Mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelayanan kegiatan angkutan danau perintis yang ada Identifikasi rute penyebrangan kapal yang ada di Danau Toba 1.4 Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membatasi pokok permasalahan pada 8 kecamatan yang terdiri dari 10 lokasi dermaga dan penyelesaiannya dengan mengarahkan penulisan ini pada pokok pembahasan yang relevan dengan judul tugas akhir ini. Dalam penelitian ini, penulis harus melakukan survey guna mendapatkan data-data yang akan dijadikan gambaran dalam merencanakan daerah tujuan wisata yang memiliki aksesibilitas yang tinggi. Survey yang dilaksanakan adalah survey parameter yang akan dijadikan acuan dalam menentukan klasifikasi keperintisan dari daerah yang ditinjau. Adapun parameter yang akan dikaji, antara lain: 1. Faktor beban ( load faktor ) Faktor beban adalah jumlah penumpang dan barang yang diangkut oleh kapal dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia. Dalam hal ini faktor beban yang kita tentukan hanya untuk penumpang.

Dasar pertimbangan untuk menentukan bobot faktor beban adalah dari segi utility kapal yang digunakan. Misalnya, berdasarkan kemampuan teknis dan nautis kapal dapat mengangkut 200 orang dalam 1 trip dan dapat beroperasi 6 trip dalam 1 hari. Realisasinya, hanya dapat mengangkut 50 penumpang dalam 1 trip sehingga hanya dapat diselenggarakan 2 trip dalam 1 hari. Dalam hal ini terjadi under utilities, kalaupun dilakukan 2 trip atau lebih faktor beban akan menjadi sangat rendah. Faktor beban diberikan bobot tertinggi 50 dari jumlah penilaian. 2. Tingkat pendapatan masyarakat Rendahnya pendapatan masyarakat menjadi cermin rendahnya mobilitas penduduk atau aktivitas perekonomian satu daerah. Hasrat untuk bepergian sangat tergantung dari tersedianya biaya perjalanan. Biaya bepergian yang cukup tinggi, menunjukkan menunjukkan rendahnya kemampuan daya beli masyarakat. Azas keterjangkauan daya beli masyarakat dapat dijadikan dasar dalam menentukan keperintisan. Untuk ini pendapatan yang tinggi diberikan bobot 10 dan semakin rendah pendapatan masyarakat maka bobotnya makin kecil. 3. Kepadatan penduduk Lintas penyebrangan yang ada maupun yang direncanakan sebagian besar menghubungkan ibukota propinsi, kotamadya, atau Kabupaten / Dati II yang padat penduduk dengan kota kecil yang berpenduduk kurang padat. Pada umumnya bagi kota dan sekitarnya yang padat penduduknya tidak banyak melakukan perjalanan ke daerah yang kurang padat, sebaliknya orang orang dari daerah lemah sering melakukan perjalanan ke kota untuk berbagai urusan.

Oleh sebab itu kepadatan penduduk tertinggi diberikan bobot 10. Salah satu unsur, ramai, padat atau tidaknya suatu wilayah berperan cukup tinggi bagi lalu lintas penyeberangan ( densitiy population ). 4. Prasarana jalan dan angkutan umum Salah satu faktor yang mendukung berkembangnya lalu lintas angkutan penyeberangan danau dan sungai adalah kondisi jalan dan angkutan umum ke daerah pedalaman yang menghubungkan pelabuhan penyeberangan dengan pusat pusat pemukiman penduduk atau kota kota kecamatan / kotamadya. Kondisi prasarana jalan yang baik dan angkutan ke daerah pedalaman yang teratur ikut mendorong pertumbuhan lalu lintas angkutan penyeberangan. Daerah yang memiliki sarana dan prasarana angkutan yang cukup baik diberi bobot 10 dan yang kurang memadai bobotnya makin kecil. 5. Prasarana dermaga Tersedianya dermaga pelabuhan bagi kapal,menjadi unsur yang penting bagi keselamatan dan kelancaran operasional. Keberadaaan dan kondisi dermaga merupakan salah satu faktor bagi keselamatan dan kelancaran operasional. Bagi dermaga pelabuhan yang sudah permanen dan sesuai dengan kapal yang ada maka diberikan bobot 10, sedangkan yang masih belum ada dan kurang fasilitasnya diberikan bobot semakin kecil. 6. Moda angkutan lain Penyelenggaraan angkutan penyeberangan oleh swasta yang menggunakan motor boat, speed boat menunjukkan pada lintas tersebut bahwa telah ada permintaan dan ini merupakan persaingan dalam penempatan kapal kapal baru. Saingan tersebut adalah

karena rendahnya permintaan dan pecahnya permintaan angkutan. Namun demikian, bila ada angkutan penyeberangan yang dilayani oleh swasta maka bobotnya adalah 10. I.5 Manfaat Penelitian a. Secara Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian mengenai tingkat pelayanan pengangkutan khususnya mengenai angkutan kapal penumpang danau perintis dalam ruang lingkup Ilmu Transportasi. b. Secara Praktis Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemilik dan pengusaha kapal penumpang di Danau Toba serta bagi Departemen Perhubungan untuk meningkatkan prasarana transportasi perdagangan yang menghubungkan Kabupaten Samosir dengan kabupaten lain yang ada di sekitar Danau Toba. Selain itu bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir adalah daerah yang sangat potensial sebagai kawasan pariwisata sehingga membantu di dalam merumuskan kebijakan-kebijakan untuk dapat meningkatkan pelayanan angkutan kapal penumpang di Danau Toba.

I.6 Metodologi Penelitian Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan survey langsung ke lapangan, yaitu pendataan aspek-aspek yang terkait dengan masalah aksesibilitas pada daerah tujuan wisata serta pembagian kuesioner. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari instansi terkait, yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, Dinas Perhubungan Kabupaten Samosir dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir. Setelah didapatnya data primer dan sekunder maka dilanjutkan dengan pengolahan data berdasarkan nilai aksesibilitas yang telah diasumsikan besarnya bobot KPI untuk setiap parameter yang ada dalam mengetahui tingkat aksesibilitas di lokasi tujuan wisata di Kabupaten Samosir dan dapat kita lihat pada tabel 1.1 serta pada tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.1 Bobot KPI untuk setiap parameter No Faktor Bobot 1 2 3 4 5 6 Faktor Beban Pendapatan masyarakat Kepadatan penduduk Prasarana jalan dan angkutan umum Prasarana dermaga Moda angkutan lain 50 10 10 10 10 10 Jumlah 100

Tabel 1.2 Hubungan Bobot KPI dengan nilai Aksesibilitas No Kriteria Keperintisan Bobot 1 2 3 Tinggi Sedang Rendah 0 50 51-70 71-100 1.7 Sistematika Penulisan Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang dianggap perlu. Metode dan prosedur pelaksanaannya secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB.I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian ini, ruang lingkup pembahasan dan sistematika penulisan. BAB.II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini meliputi pengambilan teori dari beberapa sumber bacaan yang mendukung analisa permasalahan yang berkaitan dengan tugas akhir ini. BAB.III DESKRIPSI WILAYAH Bab ini akan membahas tentang pendiskripsian wilayah dan langkah-langkah kerja yang akan dilakukan dengan cara memperoleh data data yang relevan dengan penelitian ini. Adapun metode perhitungan yang di gunakan adalah State Prefrence (gambaran keadaan awal).

BAB.IV METODOLOGI PENELITIAN Bab ini kita akan mengumpulkan data-data yg kita peroleh dari yang kita amati dan kita survei kemudian data ini selanjutnya kita olah sehingga kita nantinya mendapat beberapa kesimpulan. BAB. V ANALISA DATA Bab ini kita akan menganalisa data-data yang sudah kita olah untuk menjadi data yang relevan dan berisi tata cara penyusunan data. BAB.VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan logis berdasarkan analisa data, temuan dan bukti yang disajikan sebelumnya yang menjadi dasar untuk menyusun suatu saran sebagai suatu usulan.