PRIORITAS 7 TEMA PRIORITAS

dokumen-dokumen yang mirip
Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Musrenbangnas RKP Tahun 2011

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 RENCANA TAHUN PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERAN PP-INSW SESUAI AMANAT PERPRES 76/2014 DAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI. Hotel Sahid Jakarta, 17 November 2016

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

MATRIK BUKU III RPJMN WILAYAH MALUKU ISU STRATEGIS, ARAH KEBIJAKAN, WILAYAH, STRATEGI PEMBANGUNAN, DAN FOKUS PRIORITAS III.M.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI


Laporan Capaian Target Indikator Kinerja Utama Semester II Tahun Kedeputian Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri

- 2 - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2013; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, p

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. Peraturan Menter

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

PERATURAN PEMERIN TAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Kebijakan Penanaman Modal PEMERINTAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Sesuai Peraturan Kepala BKPM No. 3 Tahun 2012

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, DAN KEBIJAKAN Visi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Dan Penanaman Modal

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembar

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara. A. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara dengan Kepala

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

PP-nya sudah diparaf dan dikirim ke tempat pak Pram (Menseskab Pramono Anung, red), kata Darmin Nasution kepada wartawan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

Transkripsi:

PRIORITAS 7 TEMA PRIORITAS PENANGGUNGJAWAB BEKERJASAMA DENGAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA Peningkatan investasi melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Menteri Koordinator Big Perekonomian Menteri Keuangan; Menteri Hukum Hak Asasi Manusia; Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional; Menteri Perdagangan Menteri Perindustrian; Menteri Perhubungan; Menteri Pekerjaan Umum; Menteri Komunikasi Informatika; Menteri Dalam Negeri; Kepala Ba Koordinasi Penanaman Modal; Kepala Ba Pertanahan Nasional NO I.M 83. KEPASTIAN HUKUM: Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional daerah sehingga terjadi harmonisasi peraturan perungungan yang tidak menimbulkan ketidakjelasan inkonsistensi dalam implementasinya. Kegiatan Perancangan Peraturan Perungungan Peningkatan kualitas RUU peraturan perungungan di bawah UU (RanperUU) di DPR serta tenaga fungsional Perancang PerUUan Persentase yg mampu menjawab kebutuhan masyarakat perkembangan, Persentase yg selesai dibahas di DPR secara tepat waktu, Persentase tenaga fungsional perancang peraturan peruu yang mendapat kualifikasi promosi sesuai standar secara tepat waktu akuntabel Persentase kelengkapan dokumentasi pustaka secara akurat up to date Pembenahan Peraturan peruuan di big Pertanahan, tata ruang, LH Peraturan peruuan di big mekanisme 20% 75,5 Kemenkumham

Perlindungan Saksi Pelapor Peraturan peruuan di big yang mendorong pemberantasan korupsi 2. Kegiatan Harmonisasi Peraturan Perungungan 3 Penataan Produk Hukum Pelayanan Bantuan Hukum Departemen Meningkatkan keharmonisan rancangan peraturan perungungan tingkat pusat big politik, hukum, keamanan, keuangan, perbankan, industri, perdagangan, sumber daya alam, riset, teknologi, kesejahteraan rakyat yang harmonis Harmonisasi sinkronisasi peraturan peruuan di tingkat pusat daerah Persentase di big politik, hukum keamanan Persentase di big keuangan perbankan Persentase di big industri yang harmonis Persentase di big Kesra Pembenahan Peraturan peruuan di big Pertanahan, tata ruang, LH Peraturan Perungungan di big mekanisme Perlindungan Saksi Pelapor Peraturan peruuan yg mendorong pemberantasan korupsi Jumlah Perda yang dikaji 20% 38,5 Kemenkumham Kajian 3.000 perda Kajian 9.000 perda Kajian 3.000 perda Kajian 2.500 perda Kajian 2.500 perda 2,5 Kemendagri I.M 84

4 Peningkatan Deregulasi Kebijakan Penanaman Modal 5 Pengelolaan Pertanahan Propinsi 6 Pengelolaan Data Informasi Pertanahan Merealisasikan kegiatan kajian analisis kebijakan kegiatan sosialisasi kebijakan yang berorientasi pada peningkatan daya saing Terwujudnya pengembangan infrastruktur pertanahan secara nasional, regional, sektoral, yang kondusif bagi iklim usaha di seluruh Indonesia Terwujudnya percepatan legalisasi aset pertanahan, ketertiban administrasi pertanahan kelengkapan informasi legalitas aset tanah Berkurangnya sengketa,konflik & perkara pertanahan serta mencegah timbulnya sengketa, konflik perkara pertanahan Tersedianya data informasi pertanahan yang terintegrasi Jumlah rumusan untuk bahan pertimbangan penyusunan kebijakan penanaman modal Rumusan kebijakan sebagai masukan bagi penyempurnaan kebijakan pengembangan penanaman modal yg berdaya saing I.M 85 92,33 BKPM rekomen rekomen rekomen rekomendas rekomendas dasi dasi dasi i i rumusan rumusan rumusan rumusan rumusan Kegiatan Sosialisasi dalam negeri 5 2 3 4 5 Kegiatan Sosialisasi luar negeri 5 4 4 5 5 Kegiatan Fasilitasi dalam negeri 20 7 7 8 20 Kegiatan Fasilitasi luar negeri 5 2 2 4 5 Cakupan Peta Pertanahan 2.00.000 ha Terlaksananya legalisasi aset tanah 326.237 big Penanganan sengketa, konflik perkara pertanahan serta mencegah timbulnya kasus pertanahan baru Peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA 2.79 kasus 56 2.00.000 ha 846.93 big 2.79 kasus 49 2.00.000 ha 98.339 big 2.79 kasus 49 2.00.000 ha 956.998 big 2.00.000 ha 228,33 BPN.05.663 big 2.229,94 2.79 kasus 2.79 kasus 07,97 49 49 254,29 BPN

7 Pengembangan Penyelenggaraan Pos 8 Pengembangan Penyelenggaraan Telekomunikasi 9 Pengembangan Penyelenggaraan Penyiaran 2. PENYEDERHANAAN PROSEDUR: secara nasional (Sistem Informasi Manajemen Pertanahan nasional/simtanas) Kebijakan, regulasi, perijinan untuk meningkatkan kuantitas kualitas layanan pos Kebijakan, regulasi, perijinan untuk meningkatkan kuantitas kualitas layanan telekomunikasi Kebijakan, regulasi, perijinan untuk meningkatkan kuantitas kualitas layanan penyiaran Persentase penyelesaian penyusunan peraturan pelaksana UU No. 38 Tahun 2009 tentang Pos Persentase pembahasan perbaikan materi RUU Multimedia (Konvergensi Telematika) sebagai pembaharuan UU No. 36 Tahun 999 tentang Telekomunikasi UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Persentase pencapaian terhadap pembaharuan kebijakan, regulasi kelembagaan akibat aya digitalisasi perkembangan industri 57,35 Kemenkominfo 20% 85,57 Kemenkominfo 70% 90% 498,92 Kemenkominfo Penerapan Sistem Pelayanan Informasi Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di beberapa kota yang dimulai di Batam, pembatalan perda bermasalah pengurangan biaya untuk memulai usaha seperti Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal di pusat di daerah Jumlah peserta Diklat Penyelenggaraan PTSP: 2.000 pelatihan dasar, lanjutan I, lanjutan II, SPIPISE orang Penetapan Kualifikasi Kelembagaan PTSP 265 PTSP Pengadaan sarana prasarana penunjang 33 Prov Penyelenggaraan PTSP + 30 2.000 orang 265 PTSP 20 2.000 orang 265 PTSP 20 2.000 orang 265 PTSP 20 2.000 orang 265 PTSP 265,65 BKPM I.M 86

2 Pengembangan Sistem Pelayanan Informasi Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) Meningkatnya kualitas pengembangan Sistem Pelayanan Informasi Perizinan Investasi Secara Elektronik/ Online (SPIPISE) Sosialisasi perizinan nonperizinan 33 33 33 33 33 Provinsi Provinsi Provinsi Provinsi Provinsi Fasilitasi Penghubung di BKPM 9 instansi + 33 provinsi masingmasing orang Penyederhanaan Tata Cara Permohonan Penanaman 3 Modal Instansi Peningkatan jumlah aplikasi perizinan non perizinan yang menjadi wewenang BKPM, PTSP Provinsi, PTSP Kab./Kota melalui SPIPISE Jumlah peningkatan PTSP Prov. Kab/Kota yang terhubung dalam SPIPISE Terbangunnya infrastruktur database penanaman modal yang terintegrasi I.M 87 Perijinan di 3 sektor 50 Kab/Kota 33 Prov Penamba han kapasitas kemampu an infrastrukt ur pada 9 instansi + 33 provinsi masingmasing orang 9 instansi + 33 provinsi masingmasing orang 3 Instansi 3 Instansi Perijinan di 3Perijinan di 2 sektor sektor 50 Kab/Kota 33 Prov Penamba han kapasitas kemampu an infrastrukt ur pada 50 Kab/Kota 33 Prov Penamba han kapasitas kemampu an infrastrukt ur pada 9 instansi + 33 provinsi masingmasing orang 3 Instansi Perijinan di sektor 50 Kab/Kota 33 Prov Terbangunn ya Data Recovery Centre (DRC) 9 instansi + 33 provinsi masingmasing orang 3 Instansi Implementasi nasional untuk semua sektor 50 Kab/Kota 33 Prov Penambaha n kapasitas kemampuan infrastruktur pada jaringan. 00,29 BKPM

3 Koordinasi Peningkatan Ekspor Peningkatan Investasi (PEPI) Meningkatnya koordinasi di big peningkatan ekspor peningkatan investasi Jumlah provinsi Kab/Kota yang mengikuti sosialisasi pelatihan Persentase rekomendasi hasil koordinasi kebijakan di big peningkatan ekspor investasi yang terimplementasikan jaringan. jaringan. jaringan. 50 Kab/Kot a 33 Prov 50 Kab/Kota 33 Prov 50 Kab/Kot a 33 Prov 50 Kab/Kota 33 Prov 50 Kab/Kota 33 Prov 65% 70% 75% 85% 5,8 Kemenko Perekonomian 4. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Mempercepat proses perizinan di daerah Jumlah daerah yang membentuk PTSP 5% 50% 70% 3,8 Kemendagri PTSP yang siap menerapkan SPIPISE 5% 30% 50% Pembatalan Perda bermasalah Daerah yang mengurangi biaya untuk berusaha 30% 50% 70% 3. LOGISTIK NASIONAL: Pengembangan penetapan Sistem Logistik Nasional yang menjamin kelancaran arus barang mengurangi biaya transaksi/ekonomi biaya tinggi Peningkatan Terlaksananya kebijakan Jumlah rumusan kebijakan standar, norma, kriteria 6 6 5 4 4 226,75 Kemendag Kelancaran Distribusi Bahan Pokok bimbingan teknis dalam rangka peningkatan kelancaran distribusi stabilisasi harga bahan pokok prosedur di big pembinaan pasar distribusi (jenis) Jumlah pelaku usaha yang mengikuti pembinaan,.920 2.250 2.500 2.750 3.000 pelatihan bimbingan teknis Persentase ratarata perbedaan tingkat harga Bahan 5% 2% % 0% 9% Pokok antar provinsi Persentase ketersediaan barang kebutuhan pokok bagi masyarakat 90% 92% 94% 96% 98% I.M 88

2 Pengembangan Sarana Distribusi Perdagangan 3 Koordinasi Penataan Pengembangan Sistem Logistik Nasional 4 Perumusan Kebijakan Bimbingan Teknis Fasilitas Kepabeanan Terbangunnya sarana distribusi dalam rangka kelancaran distribusi barang pokok Terkoordinasinya pelaksanaan Kebijakan Penataan Pengembangan Sistem Logistik Nasional Terciptanya administrator di big fasilitas kepabeanan yang dapat memberikan dukungan industry, perdagangan masyarakat serta optimalisasi pendapatan Terwujudnya pelayanan yang efisien pengawasan efektif Jumlah perijinan di big pembinaan pasar 6 9 9 distribusi yang dijalani secara online Waktu penyelesaian perijinan nonperijinan dibig pembinaan pasar distribusi (hari) 6 6 5 4 2 Jumlah pasar percontohan (unit) 2 5 20 23 26 875,5 Kemendag Jumlah pembangunan pusat distribusi Jumlah rekomendasi penataan sistem distribusi) 2 3 4 5 6 Persentase rekomendasi hasil koordinasi kebijakan penataan pengembangan sistem logistik nasional yang ditindaklanjuti. Persentase realisasi janji layanan publik terkait pemberian fasilitas pembebasan keriganan bea masuk 2. Persentase realisasi janji layanan publik terkait pemberian fasilitas pertambangan 3. Persentase realisasi janji layanan publik terkait pemberian tempat penimbunan berikat (TPB). 4. Persentase penyelesaian rancangan PMK aturan pelaksanaan lainnya terkait sistem pelayanan kepabeanan yang menunjang Sistem Logistik Nasional (Customs Advance Trade Systems) 5. Persentase penyelesaian peraturan terkait sistem pelayanan kepabeanan cukai di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) I.M 89 70% 75% 85% 7,6 Kemenko Perekonomian 70% 72% 75% 77% 33,04 Kemenkeu 70% 72% 75% 77% 70% 72% 75% 77%

5 Pengelolaan Penyelenggaraan kegiatan di big Lalu Lintas Angkutan Laut 6 Pelaksanaan azas cabotage melalui Pengembangan Pemberdayaan armada kapal niaga Nasional 7 Pengelolaan Cargo Information System Terselenggaranya National Single Window pada 4 lokasi Meningkatnya armada niaga pelayaran nasional melalui program Two Step Loan Project for Development of Domestic Shipping Industry Phase I (paket) Terselenggaranya Cargo Information System 6. PMK untuk pengembangan sistem elektronik terkait dengan perijinan investasi di big kepabeanan perpajakan 7. PMK tentang Authorized Economic Operator (AEO) dukungan terkait dengan Sistem Logistik Nasional 8.PMKPMK tentang pemberian fasilitas fiskal sesuai peraturan perungungan skema pembiayaan infrastruktur ke di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 9.PMK untuk memadukan Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di 5 lokasi (di Jawa Sumatra) lokasi pelabuhan (Kantor Pusat) I.M 90 2 (Adpel Palembang Adpel Panjang) 4 (Adpel Bitung, Ambon, Makassar Banjarmasin) 4 (Adpel Pekan Baru, Pontianak, Samarinda Sorong) 3 (Jayapura, Benoa Ternate) 5,0 Kemenhub jumlah kapal niaga 0 0 2 2 3.200,0 Kemenhub Paket System informasi cargo 2 4 4 3 54,00 Kemenhub 8 Penataan Sistem Terwujudnya Tatanan Jumlah Peraturan Perungan, peraturan 2 3 3 3 4 48,00 Kemenhub

Pelabuhan Nasional 9 Pengelolaan sarana fasilitas pelabuhan strategis pelabuhan untuk komoditas a.l Batubara, CPO Pelabuhan,Rencana Induk Pelabuhan Nasional, Rencana Induk Pelabuhan, serta Peraturan Perungan Pelaksanaan Optimalnya fungsi Sarana fasilitas 25 pelabuhan strategis Lhoksemawe, Belawan, Teluk Bayur, Dumai, Pekan Baru, Palembang, Panjang, Batan, Tg.Pinang, Tg.Priok, Tg.Emas, Tg.Perak, Cigading, Benoa, Kupang, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan,Bitung,Makasar, Sorong, Ambon, Biak Jayapura. pelaksanaan teknis, laporan kajian Jumlah lokasi yang dibangun di rehab 5 Lokasi 5 Lokasi I.M 9 5 Lokasi 5 Lokasi 5 Lokasi 8.292,0 Kemenhub 4. SISTEM INFORMASI: Beroperasinya secara penuh National Single Window (NSW) untuk impor (sebelum Januari 200) ekspor. Percepatan realisasi proses penyelesaian bea cukai di luar pelabuhan dengan implementasi tahap pertama Custom Advanced Trade System (CATS) di dry port Cikarang Pengelolaan Fasilitasi Ekspor Impor Tersedianya kebijakan, Koordinasi, Bimbingan Teknis, Monitoring Evaluasi di big fasilitasi ekspor impor Jumlah penerbitan kebijakan fasilitasi ekspor impor; (peraturan) Jumlah pengembangan sistem elektronik big fasilitasi pelayanan publik ; (Kegiatan) Jumlah pengguna perijinan ekspor/ impor online melalui INATRADE (perusahaan) Jumlah bimbingan teknis big fasilitasi perdagangan; (kegiatan) 4 4 4 4 4 00,76 Kemendag 2 2 2 2 2.500 3.000 4.500 6.000 7.500 5 5 5 5 5

2 Perumusan Kebijakan Pengembangan Teknologi Informasi Kepabeanan Cukai. Terciptanya administrator kepabeanan cukai yang dapat memberikan fasilitasi terbaik berbasis teknologi informasi kepada industri, perdagangan, masyarakat serta optimalisasi penerimaan 2. Terwujudnya tingkat pelayanan yang efisien kepada pemangku kepentingan berkaitan dengan layanan berbasis teknologi informasi Jumlah koordinasi big fasilitasi perdagangan; (kegiatan) Jumlah partisipasi sigsig fasilitasi perdagangan didalam luar negeri; (kegiatan) Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan monitoring fasilitasi perdagangan. Persentase sistem aplikasi infrastruktur TI yang sesuai dengan proses bisnis DJBC 2. Persentase penyelesaian aplikasi sistem kepabeanan yang terintegrasi dengan portal NSW 3. PMK untuk pengembangan sistem elektronik terkait dengan perijinan investasi di big kepabeanan perpajakan 4. PMK tentang Authorized Economic Operator (AEO) dukungan terkait dengan Sistem Logistik Nasional 5. PMK tentang Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) dalam rangka pengembangan sistem logistik 6. PMKPMK tentang pemberian fasilitas fiskal sesuai peraturan perungungan skema pembiayaan infrastruktur ke di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 7. Percepatan operasionalisasi NSW. Untuk 5 pelabuhan, NSW untuk impor siap dilaksanakan akhir Desember 2009. Untuk pelabuhan yang lain, tergantung kebijakan kesiapan lainnya 60 60 60 60 60 7 7 7 7 7 5 5 5 5 5 675.44 Kemenkeu I.M 92

3 Pelaksanaan National Single Window di sektor perhubungan 4 Koordinasi pengembangan penerapan sistem National Single Window/NSW ASEAN Single Window/ASW Terselenggaranya National Single Window pada 4 lokasi Meningkatnya koordinasi di big pengembangan penerapan NSW ASW 5. KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK): Pengembangan KEK di 5 lokasi melalui skema PublicPrivate Partnership sebelum 202 Dukungan Sektor Perdagangan Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Meningkatnya peranan sektor perdagangan di kawasan ekonomi khusus 2 Pengembangan Penanaman Modal Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Terbentuknya KEK di 5 lokasi Paket jaringan sistem National Single Window Persentase rekomendasi di big pengembangan dabn penerapan NSW ASW yang terimplementasikan Jumlah PP tentang Kawasan Ekonomi Khusus (peraturan) Jumlah kebijakan perdagangan yang dilimpahkan ke KEK (peraturan) Persentase penyusunan peraturan pelaksanaan penyelenggaraan KEK Persentase penetapan institusi Sekretariat Dewan Nasional KEK I.M 93 lokasi 5,0 Kemenhub (Kantor Pusat) 2 lokasi (Adpel Palemba ng Adpel Panjang) 4 lokasi (Adpel Bitung, Ambon, Makassa r, Banjarm asin) 4 lokasi (Adpel Pekan Baru, Pontianak, Samarinda, Sorong) 3 lokasi (Adpel Jayapura, Benoa, Ternate) 85% 90% 95% 6,20 Kemenko Perekonomian 2 0,90 Kemendag 8,02 BKPM

Persentase pengoperasian Sekretariat Dewan Nasional KEK Asistensi fasilitasi dalam rangka pene tapan pengembangan KEK Hasil Koordinasi masalah strategis di big buku pengembangan KEK laporan Jumlah promosi penanaman modal di KEK 2 & 3 daerah buku laporan 3 & 3 daerah Kerja sama di big pengembangan KEK 2 buku laporan 4 & 3 daerah 2 buku laporan 5 & 4 daerah 5 buku laporan 7 & 8 daerah 5 3 Fasilitasi Pengembangan KEK 4 Perumusan kebijakan di big PPN, PBB, BPHTB, KUP, PPSP, Bea Materai 5 Perumusan kebijakan di big PPh perjanjian kerjasama perpajakan Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di 5 KEK Peningkatan efektifitas pembuatan peraturan Peningkatan efektifitas pembuatan peraturan Dokumentasi fasilitasi (AMDAL, Engineering Design/DED, kelembagaan) di 5 kawasan. Persentase penyelesaian usulan pembuatan / Revisi peraturan perungan terhadap peraturan perungan yang harus dibuat / direvisi 2. Tersedianya PMKPMK ttg Pemberian Fasilitas Fiskal sesuai Peraturan PerUUan skema Pembiayaan Infrastruktur ke & di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Persentase penyelesaian usulan pembuatan / Revisi peraturan perungan terhadap peraturan perungan yang harus dibuat / direvisi 2. Tersedianya PMKPMK ttg Pemberian Fasilitas I.M 94 5 5 5 5 5 32,40 Kemenperin 2.47 Kemenkeu 3.64 Kemenkeu

internasional 6 Perumusan Kebijakan Bimbingan Teknis Fasilitas Kepabeanan. Terciptanya administrator di big fasilitas kepabeanan yang dapat memberikan dukungan industry, perdagangan masyarakat serta optimalisasi pendapatan 2. Terwujudnya pelayanan yang efisien pengawasan efektif Fiskal sesuai Peraturan PerUUan skema Pembiayaan Infrastruktur ke & di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 3. Peraturan pelaksanaan mengenai insentif potongan PPh 5% bagi perusahaan yang melakukan R&D. Persentase realisasi janji layanan publik terkait pemberian fasilitas pembebasan keriganan bea masuk 2. Persentase realisasi janji layanan public terkait pemberian fasilitas pertambangan 3. Persentase realisasi janji layanan public terkait pemberian tempat penimbunan berikat (TPB). 4. Persentase penyelesaian rancangan PMK aturan pelaksanaan lainnya terkait sistem pelayanan kepabeanan yang menunjang Sistem Logistik Nasional (Customs Advance Trade Systems) 5. Persentase penyelesaian peraturan terkait sistem pelayanan kepabeanan cukai di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 6. PMK untuk pengembangan sistem elektronik terkait dengan perijinan investasi di big kepabeanan perpajakan 7. PMK tentang Authorized Economic Operator (AEO) 70% 70% 70% 72% 72% 72% 75% 75% 75% 77% 77% 77% *) Pagu sudah termasuk pada kegiatan di substansi inti ke tiga Kemenkeu I.M 95

7 Koordinasi Pengembangan Urusan Penataan Ruang Pengembangan Wilayah Meningkatnya koor dinasi Urusan Penataan Ruang Pengembangan Wilayah Terselesaikannya peraturan penyelenggaraan KEK penetapan lokasi KEK pengembangan KAPET dukungan terkait dengan Sistem Logistik Nasional 8.PMKPMK tentang pemberian fasilitas fiskal sesuai peraturan perungungan skema pembiayaan infrastruktur ke di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 9.PMK untuk memadukan Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di 5 lokasi (di Jawa Sumatra) Persentase rekomen dasi kebijakan Urusan Penataan Ruang Pengembangan Wilayah yang terimplementasi 6. KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN: Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan iklim usaha dalam rangka penciptaan lapangan kerja. Penyempurnaan Peraturan Ketenagakerjaan Peraturan yang dapat mendorong penciptaan kesempatan kerja memperkuat lembaga HI Tersusunnya peraturan kompensasi & penetapan PHK, hubungan kerja (PKWT & outsour cing), pengupahan, perlindungan pekerja, mogok kerja 75% 85% 90% 22,65 Kemenko Perekonomian Persentase peraturan pelaksanan UU KEK yang 70% 90% 95% terselesaikan Jumlah lokasi KEK yang ditetapkan 2 2 Naskah Akademis UU aman demen Peraturan pelaksanaa n, sosialisasi konsolidasi Peraturan pelaksanaan, sosialisasi, konsolidasi Peraturan pelaksanaan,so sialisasi, konsolidasi 82,0 Kemenakertrans I.M 96

2 Sinkronisasi Kebijakan Ketengakerjaan (Pusat) dengan Kebijakan / Peraturan Daerah 3. Pengelolaan Kelembagaan Pemasyarakatan Hubungan Industrial Tersusunnya peraturan ketenagakerjaan pusat daerah yang sinergis Tercapainya kesepakatan dalam hubungan kerja Diterapkannya manajemen standar K3. Peraturan tentang organisasi pekerja/ buruh Kajian & Naskah Akademis Peraturan tentang penyelesaian perselisihan HI Kajian & Naskah Akademis Harmonisasi kebijakan jaminan sosial 4 rancangan naskah Selarasnya peraturan big HI I.M 97 UU Sosialisasi,Ko amande nsolidasi men Inven tarisasi perda HI Review & assessm ent UU aman demen Sosialisasi konsolidasi dengan pemda Peraturan pelaksanaan, Sosialisasi, Konsolidasi Peraturan pelaksanaan, Sosialisasi, Konsolidasi Sosialisasi konsolidasi dengan pemda Sosialisasi, Konsolidasi Sosialisasi konsolidasi dengan pemda Mekanisme perundinan secara bipartit, pencatatan, keterwakilan verifikasi SP/SB 2 naskah 2 naskah Jumlah lembaga kerjasama (LKS) bipartit di naik 5% naik 5% naik 5% naik 5% naik 5% perusahaan Jumlah perwakilan pekerja, SP/SB & pengusaha yang 500 750.000.250.500 mendapat pendidikan teknik bernegosiasi Jumlah perusahaan yang menerapkan manajemen K3 % % % % % perusah perusaha perusah perusahaan perusahaan aan naik an naik aan naik naik 0% naik 0% 0% 0% 0% % kenaikan tenaga pengawas K3 bersertifikat 20% naik 20% naik naik naik 50% 45,0 Kemenakertrans 368,5 Kemenakertrans 460,0 Kemenakertrans

kompetensi 30% I.M 98