I. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. peranan sangat strategis dalam struktur perekonomian nasional. Karena

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya suatu Bank adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

I. PENDAHULUAN. Industri perbankan masih mendominasi aset sektor keuangan. Penguasaan aset

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

I. PENDAHULUAN. lain risiko kredit, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty

I. PENDAHULUAN. pada dua alasan utama yaitu adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB I PENDAHULUAN. negeri mengalami stagnasi bahkan mengalami pertumbuhan negatif. Sektor yang paling parah adalah sektor properti dan sektor industri

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Sebelum krisis moneter pada tahun 1997, sebagian besar. perbankan di Indonesia berekspansi usaha ke kredit korporasi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. atau gulung tikar, sehingga mengakibatkan meningkatnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak dimana 99,7% atau

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN II 2008 MAKIN EKSPANSIF

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN I 2008 TETAP EKSPANSIF

Boks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian lndonesia pasca krisis ekonomi masih belum. sepenuhnya pulih, namun berdasarkan Laporan Statistik Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I. Industri perbankan dapat dikatakan sebagai Financial Intermediary yaitu. yang membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman untuk kepentingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

I. PENDAHULUAN. membiayai usaha yang dijalankan. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha. permodalan dan pengembangan usaha masyarakat.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

I. PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di dunia bisnis. Ketatnya persaingan bisnis tersebut

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

I. PENDAHULUAN. menggerakan roda perekonomian (Undang-Undang No.7 tahun 1992 pasal 1).

BAB I PENDAHULUAN. Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara. sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Krisis keuangan dunia yang dipicu oleh kasus subprime mortgage di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di DIY (Jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat guna menunjang jalannya proses pembangunan.

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ketimpangan Komposisi Kredit Perbankan. Oleh M. Firdaus (Deputy SEN ASPPUK)

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah melalui Perbankan dan Lembaga Kredit Mikro (LKM) berusaha meningkatkan perekonomian di Indonesia. Bukti bahwa pemerintah memiliki keinginan untuk mengembangkan Kredit Usaha Mikro, pada tanggal 4 Juli 2008 telah disahkan Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Undang-undang tersebut merupakan revisi dari undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. Perbaikan yang terjadi di dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2008 adalah pada definisi dan kriteria ditambahkan mengenai Usaha Mikro selain Usaha Kecil dan Menengah. Usaha Mikro didefinisikan sebagai usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Adapun definisi Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 menyatakan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Dunia usaha dan masyarakat juga diminta untuk berperan aktif membantu para pelaku usaha mikro dan usaha kecil untuk mendapatkan pembiayaan dan jasa/produk keuangan lainnya. Bank dan lembaga keuangan lainnya berperan penting dalam mengembangkan dan memperkuat permodalan usaha mikro, kecil dan menengah (MKM), baik yang menggunakan sistem konvensional maupun sistem syariah. Dukungan lainnya 1

diharapkan datang dari lembaga penjaminan kredit seperti Askrindo dan Jamkrindo yang akan memperbesar kesempatan UMKM memperoleh pinjaman untuk memperkuat permodalannya dalam bentuk modal kerja dan/atau investasi. Kementerian Negara Koperasi dan UKM (2009)menyatakan bahwa sekitar 51 juta unit usaha mikro dan kecil dan menengah (UMKM) masih membutuhkan modal buat pengembangan usahanya. Modal yang dibutuhkan totalnya mencapai Rp598,6 triliun. Namun demikian kebutuhan tersebut tidak seluruhnya harus dipenuhi oleh pemerintah dan lembaga keuangan, karena UMKM juga memiliki modal sendiri. Modal yang diperlukan untuk usaha mikro Rp506,97 triliun, untuk usaha kecil sebesar Rp52,02 triliun, dan Rp39,65 triliun untuk usaha menengah (Muharam, 2009). Dukungan pemerintah dan lembaga keuangan sangat penting dalam rangka memenuhi kebutuhan modal tersebut. Dari sisi lembaga keuangan baik bank maupun non bank, kondisi demikian dapat diartikan sebagai peluang pasar untuk masuk memberikan pembiayaan kepada usaha mikro. Bank Indonesia, dalam hal ini sebagai regulator perbankan mendukung perbankan untuk dapat menyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil dan menengah. Penyaluran kepada sektor tersebut dikelompokan berdasarkan jumlah plafon kredit yang diberikan. Kredit mikro adalah kredit yang diberikan dengan plafon sampai dengan Rp50 juta, kredit kecil adalah kredit yang diberikan dengan plafon lebih dari Rp50 juta sampai dengan Rp500 juta, dan kredit menengah yakni kredit yang diberikan dengan plafon lebih dari Rp500 juta sampai dengan maksimum Rp5 miliar. Penyaluran kredit oleh perbankan pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah sampai dengan posisi Desember 2008 masih belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan UMKM. Salah satu pertimbangan perbankan tetap menyalurkan kredit pada segmen ini adalah tingkat keuntungan yang cukup tinggi. 2

Beberapa bank yang fokus pada pelayanan usaha mikro, kecil dan menengah selama periode 2008 menghasilkan pendapatn bungan bersih (net interest margin/nim) yang baik. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1. Data yang tersaji adalah data pada tingkat korporasi sehingga tidak sepenuhnya mencerminkan kinerja segmen mikro namun dapat memberikan gambaran tentang posisi Bank Bukopin dalam lingkungan industri dan persaingannya. Tabel 1. Penyaluran Kredit UMKM dibeberapa Bank (Posisi Desember 2008) (Miliar Rupiah,kecuali persentase dan unit) Deskripsi DANAMON NISP MEGA BUKOPIN MAYA- PADA BRI Total Aset 104.822 34.246 34.861 32.649 5.513 246.026 Total Kredit Yang Diberikan 64.983 20.810 19.000 22.856 3.981 161.061 Kredit UMKM 44.202 11.859 9.810 7.639 757.544 127.899 Kredit Usaha Kecil (KUK) 11.392 508 464 4.375 358 45.129 Persentase KUK Terhadap Total Kredit Yang Disalurkan (%) 17,53 2,44 2,44 19,14 9,00 28,02 Persentase UMKM Terhadap Total Kredit (%) 68,02 56,99 51,63 33,42 19,03 79,41 Net Interest Margin/NIM (%) 8,15 5,40 5,44 4,80 7,57 10,18 Jumlah Jaringan Kantor (unit) 370 370 130 327 107 5.306 Sumber : www. bi.go.id (2009) Sektor usaha mikro saat ini masih sulit untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan. Kesulitan tersebut pada umumnya disebabkan karena sebagian besar pengusaha mikro memiliki kelemahan dalam hal pengetahuan perbankan dan kepemilikan agunan, sehingga dianggap tidak memenuhi persyaratan teknis perbankan dan pada akhirnya usaha ini susah untuk mengakses pinjaman modal kepada bank (Wardoyo dan Hendro, 2002). Data Bank Indonesia pada tahun 3

2008, seperti yang terlihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kredit kepada usaha mikro, kecil dan menengah (MKM) sesungguhnya tumbuh cukup besar dan tidak berbeda jauh dari pertumbuhan kredit non MKM. Hal ini memperlihatkan bahwa perbankan cukup tertarik dan ekspansif dalam membiayai sektor MKM. Tabel 2. Perkembangan Net Ekspansi Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) dan Kredit Perbankan Net Ekspansi Total Pangsa Total Pangsa Kriteria 2007 2007 2008 2008 (Miliar Rp) (%) (Miliar Rp) (%) Kredit MKM 96.178 45,0 136.271 43,8 Kredit Non MKM 112.649 52,7 169.021 54,4 Kartu Kredit MKM 4.797 2,3 5.735 1,8 Kredit Perbankan 213.614 100,0 311.027 100,0 Sumber : TW I MKM-SIPUK Bank Indonesia (2009) Dari sisi pengelompokan plafon sesuai kriteria MKM Bank Indonesia dalam tahun yang sama penyaluran kredit MKM terbanyak disalurkan kepada segmen kredit kecil (Rp50-Rp500 juta) sebesar 48,9% seperti terlihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Net Ekspansi Kredit Mikro, Kecil & Menengah (MKM) Menurut Plafon Net Ekspansi Akumulasi Pangsa Akumulasi Pangsa Kriteria 2007 2007 2008 2008 (Miliar Rp) (%) (Miliar Rp) (%) Kredit Mikro (Rp 0-Rp 50 juta) 20.561 21,3 31.551 23,1 Kredit Kecil (>Rp 50 jt- Rp500jt) 38.636 40,2 66.576 48,9 Kredit Menengah (>Rp500 jt-rp5m) 36.981 38,5 38.144 28,0 Ekspansi Kredit MKM 96.178 100,0 136.271 100,0 Sumber : TW I MKM-SIPUK Bank Indonesia (2009) 4

Dalam Tabel 4 dibawah ini disajikan data penyaluran kredit MKM berdasarkan sektor ekonomi. Penyaluran kredit didominasi sektor perdagangan, restoran dan hotel. Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa-jasa dunia usaha, sektor perindustrian dan sektor konstruksi. Tabel 4. Perkembangan Net Ekspansi Kredit Mikro, Kecil & Menengah (MKM) Menurut Sektor Ekonomi Net Ekspansi Akumulasi Pangsa Akumulasi Pangsa Sektor 2007 2007 2008 2008 Ekonomi (Miliar Rp) (%) (Miliar Rp) (%) Pertanian, perburuan dan sarana pertanian 2.479 2,6 3.732 2,7 Pertambangan 217 0,2 296 0,2 Perindustrian 1.222 1,3 8.349 6,1 Listrik, Gas dan Air -1.197-1,2 274 0,2 Konstruksi 3.128 3,3 3.883 2,8 Perdagangan, restoran dan hotel 28.320 29,4 24.103 17,7 Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi 595 0,6 1.448 1,1 Jasa Dunia Usaha 7.345 7,6 10.922 8,0 Jasa Sosial 650 0,7 932 0,7 Lain-lain 53.419 55,5 82.331 60,5 Ekspansi Kredit MKM 96.178 100,0 136.270 100,0 Sumber : TW I MKM-SIPUK Bank Indonesia (2009) Adi (2000), menyatakan bahwa Lembaga Keuangan Mikro (LKM) selain memiliki fungsi utama sebagai financial intermediary (perantara di bidang keuangan), juga berfungsi sebagai agent of trust (lembaga yang landasannya adalah kepercayaan) baik dalam menghimpun maupun dalam menyalurkan dana. Kedua, LKM juga berfungsi sebagai agent of development (lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi bangsa). Ketiga, berfungsi sebagai agent of services (agen jasa pelayanan), memberikan penawaran jasa kepada masyarakat atau lembaga jasa, sehingga LKM dituntut untuk menjadi lembaga yang profesional memiliki integritas luar dan dalam. 5

Integritas yang dimaksud adalah memiliki kejujuran, tulus dalam pelayanan dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian dan juga memberikan pelayanan yang prima (service excellent). Bank Bukopin merupakan salah satu bank swasta nasional devisa yang sejak berdirinya memfokuskan diri pada segmen usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK), saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang masuk dalam kelompok bank menengah di Indonesia dari sisi aset yaitu sebesar Rp32 triliun pada akhir 2008. Seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan pula usahanya ke segmen komersial dan konsumer. Ketiga segmen tersebut merupakan pilar bisnis Bank Bukopin dengan pelayanan secara konvensional maupun syariah yang didukung oleh sistem pengelolaan dana yang optimal, kehandalan teknologi informasi dan kompetensi sumber daya manusia. Bank Bukopin telah menyalurkan kredit kepada ketiga segmen tersebut sampai dengan akhir tahun 2008 sebesar Rp23 triliun. Porsi terbesar diberikan kepada segmen usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK) sebesar 58%, segmen komersial sebesar 33% dan sisanya sebesar 9% diberikan kepada segmen konsumer (Gambar 1). Penyaluran kredit kepada segmen UMKMK terdiri dari segmen UKMK sebesar 70% dan sisanya sebesar 30% kepada segmen mikro. Kredit mikro yang dimaksud adalah kredit berdasarkan kriteria segmentasi Bank Bukopin sendiri yaitu kredit dengan plafon sampai dengan Rp500 juta. 6

Gambar 1. Komposisi Kredit Bank Bukopin Kredit mikro Bank Bukopin dijalankan dengan dua model yaitu pola kredit langsung (direct loan) dan pola kredit tidak langsung (indirect/two step loan). Pola kredit langsung dilakukan dengan menyalurkan kredit secara langsung kepada pengusaha mikro, sedangkan kredit tidak langsung dijalankan dengan cara two step loan melalui Swamitra. Swamitra adalah lembaga keuangan mikro yang dikelola dengan manajemen perbankan modern dan mutakhir yang dibentuk berdasarkan adanya kerjasama antara koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam koperasi dengan Bank Bukopin. Swamitra beroperasi sebagai sebuah bank mikro (micro banking) berlandasan prinsip-prinsip perkoperasian yang diatur dalam Undang-undang No. 25 tahun 1992. Nama Swamitra adalah merek dagang milik Bank Bukopin yang telah terdaftar sebagai paten di Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia. Melalui Swamitra, sebagai jembatan bagi pengusaha mikro yang tidak dapat memenuhi ketentuan perbankan (non-bankable), Bank Bukopin, secara tidak langsung, tetap dapat menyalurkan pembiayaan kepada usaha mikro di perkotaan maupun di pedesaan dengan tanpa harus melanggar ketentuan 7

perbankan termasuk ketentuan yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian. Dengan demikian Swamitra merupakan perpanjangan tangan (indirect outlet) pelayanan Bank Bukopin kepada usaha mikro yang belum dapat terjangkau secara langsung oleh Bank Bukopin. Dalam perkembangannya sampai dengan posisi Desember 2008 jumlah Swamitra di Bank Bukopin adalah 621 unit dengan debitur sebanyak 88.313 orang dan nasabah sebanyak 274.182 orang. Adapun pertumbuhan jumlah Swamitra sejak tahun 2005 sampai dengan Desember 2008 dapat dilihat pada Gambar 2. Penyederhanaan sistem dan prosedur serta kemudahan akses, menyebabkan lembaga keuangan mikro seperti Swamitra memiliki pelayanan layaknya perbankan pada umumnya. Swamitra dalam hal ini bertindak sebagai intermediasi (penghubung) dengan masyarakat bawah sehingga terbentuk pola kemitraan ini, sudah semakin dikenal masyarakat karena secara nyata telah berhasil memenuhi harapan peningkatan pelayanan kepada para anggotanya. Anggota Swamitra diantaranya adalah para petani, nelayan, pedagang, pengrajin dan pengusaha kecil pada umumnya. Kepercayaan yang semakin tumbuh kepada Swamitra telah berhasil menghimpun dana, yang tercatat dari Rp167 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp392 miliar pada posisi Desember 2008. Untuk kredit/pinjaman Swamitra ke anggotanya telah meningkat dari Rp301 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp692 miliar pada Desember 2008. Swamitra sebagai unit usaha Koperasi dituntut juga untuk dapat menghasilkan laba usaha dan telah berhasil menghimpun laba dari sebesar Rp13 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp38 miliar pada Desember 2008. 8

Pertumbuhan Jumlah Swamitra Sumber : data internal Bank Bukopin (2009) Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Jumlah Swamitra Sebagai bank yang memiliki fokus usaha pada segmen usaha mikro, kecil dan menengah, senantiasa berupaya mengembangkan segmen ini untuk menjadi sumber pendapatan bank dan menjalankan misi untuk membantu memenuhi kebutuhan modal usaha bisnis mikro. Adapun pangsa pasar kredit mikro Bank Bukopin dibandingkan bank swasta nasional selama periode Desember 2008 sampai dengan April 2009 dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai penyaluran kredit mikro ini didominasi oleh kredit langsung (92%) sisanya sekitar 8% disalurkan kepada Swamitra (two step loan). Tabel 5. Pangsa Pasar Kredit Mikro *) Bank Bukopin Periode Bank Swasta Nasional Bank Bukopin Pangsa (Miliar Rp) (Miliar Rp) (%) Des-08 65.411 3.998 6,11 Jan-09 65.424 3.902 5,96 Mar-09 64.717 3.781 5,87 Jun-09 64.784 3.649 5,84 Sep-09 67.365 3.437 5,63 Sumber : Bank Indonesia - Statistik Perbankan Indonesia - September 2008 Keterangan *) : Kredit yang diberikan dengan plafon sampai dengan Rp 500 juta 9

Komposisi dan pangsa pasar penyaluran kredit mikro yang masih rendah, menuntut Bank Bukopin untuk dapat mengembangkan strategi tepat dalam upaya peningkatan porsi penyaluran kredit mikro. Persaingan penyaluran kredit kepada usaha mikro saat ini sangat tinggi. Semua bank berlomba-lomba untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada usaha mikro dengan memperbanyak unit dan mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan usaha mikro. Menghadapi hal tersebut, Bank Bukopin perlu melakukan analisis strategik pengembangan bisnis mikro. Penentuan strategi tersebut diharapkan mampu meningkatkan pangsa pasar dan pendapatan Bank Bukopin. 1.2. Perumusan Masalah Bank Bukopin merupakan bank yang telah lama menggeluti segmen pasar UMKMK. Pangsa pasar dalam kredit mikro Bank Bukopin relatif kecil yaitu sebesar 6,11% dan terus menurun memasuki tahun 2009 (Tabel 5). Secara umum potensi pembiayaan kepada kelompok usaha mikro yang layak usaha saat ini berjumlah lebih kurang 15,21 juta unit sangat besar dengan total kebutuhan modal usaha diperkirakan sebesar Rp91,26 triliun. Jumlah tersebut akan lebih besar bila ditambah dengan kelompok usaha mikro yang belum layak usaha yang saat ini berjumlah 35,49 juta, dengan kebutuhan modal usaha sebesar Rp212,93 triliun (Muharam, 2009). Besarnya potensi tersebut membuat Bank Bukopin sebagai bagian dari perbankan nasional perlu menentukan strategi yang tepat sasaran yang mampu mengembangkan bisnis/usaha mikro dalam rangka meningkatkan daya saing serta memberikan kemampulabaan yang berkelanjutan. Untuk itu perumusan masalah diformulasikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 10

1. Bagaimana kinerja bisnis mikro Bank Bukopin pada saat ini dibandingkan dengan bank pesaing? 2. Faktor-faktor penting apa saja yang berperan dalam bisnis mikro berdasarkan analisis terhadap faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal? 3. Faktor-faktor penting apa saja yang menjadi kekuatan bisnis perusahaan untuk pengembangan bisnis mikro dan daya tarik industri? 4. Bagaimana formulasi strategi pengembangan yang harus ditetapkan oleh Bank Bukopin untuk pengembangan bisnis mikro untuk meningkatkan pendapatan perusahaan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengevaluasi kinerja bisnis mikro Bank Bukopin saat ini dibandingkan dengan bank pesaing. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal dalam bisnis mikro. 3. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor daya tarik industri dan kekuatan bisnis perusahaan dalam pengembangan bisnis mikro. 4. Merumuskan strategi pengembangan bisnis mikro yang dapat diterapkan Bank Bukopin guna meningkatkan pendapatan perusahaan. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Bank Bukopin adalah adanya masukan berupa informasi dan juga hasil kajian sehingga Bank Bukopin dapat memiliki strategi yang optimal dalam meningkatkan pendapatannya dari bisnis mikro. 11

2. Bagi Penulis adalah merupakan sebagai sarana dan wahana pembelajaran dan pengalaman praktis dalam bidang manajemen strategi khususnya strategi pengembangan bisnis mikro dengan mencoba mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan di Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Perkembangan data usaha mikro sejak tahun 2007-2008 berdasarkan data dari Kantor Kementerian Negara Koperasi & UKM tahun 2009 bahwa unit usaha mikro mengalami peningkatan dari 49.287.276 di tahun 2007 menjadi 50.697.659 pada tahun 2008. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa bisnis/usaha mikro berpotensi besar untuk mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan. Dari sisi perbankan kebutuhan modal usaha bisnis mikro merupakan potensi yang terbuka luas untuk digali dalam rangka memperbesar pangsa dan meningkatkan pendapatan bank. Masih rendahnya penyaluran kredit mikro Bank Bukopin mendorong perlu dilakukannya strategi pengembangan segmen bisnis/usaha mikro. Fokus penelitian ini adalah pada bagaimana membangun dan menetapkan strategi pengembangan bisnis mikro dalam upaya meningkatkan penyaluran kredit mikro dan strategi meningkatkan kemampulabaan perusahaan. 12

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB