MODEL SAJIAN VERBAL MODEL ABSTRAK DAN MODEL VERBAL ABSTRAK UNTUK MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI PECAHAN

Penggunaan Model Kooperatif Tipe CIRC Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN ALTERNATIVE SOLUTIONS WORKSHEET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

MENGATASI KESULITAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL DENGAN PENDEKATAN ANTISIPASI DIDAKTIS MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN DI SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

P 46 PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG TERINTEGRASI DENGAN SOFT SKILL

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis

PENGARUH METODE MIND MAPPING DAN KETRAMPILAN PROSES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DALAM PERTIDAKSAMAAN PECAHAN DI KELAS X SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HIMPUNAN

PERAN PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI TERHADAP PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN DAYA REPRESENTASI PADA SISWA SLTP

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

bahwa kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan berbagai cara. Hal ini terkait erat dengan kemampuan representasi

( 1 Dosen Pendidikan Matematika pada Jurusan PMIPA FKIP Universitas Halu Oleo,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. observasi digunakan oleh peneliti untuk mengamati kondisi sekolah meliputi

Kata kunci : Pendekatan pembelajaran Matematika (PBM), Pemecahan Masalah Matematika, Komunikasi matematik.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

BAB IV HASIL PENELITIAN

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

BAB IV HASIL PENELITIAN

Volume 2 Nomer 1 Juli 2016

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 PAKISJAYA

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik melalui Pendekatan Problem Posing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Subjek Penelitian No Kelas / Sekolah Kelompok model

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MEDIA BERBASIS KOMPUTER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF DENGAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN DI SMP

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal SAP Vol. 1 No. 3 April 2017 p-issn: X e-issn: PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN SISWA

EdyTandililing 1. Jurusan PMIPA FKIP UNTAN ABSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP PENCAWAN MEDAN. Arisan Candra Nainggolan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia Volum 2 Nomor 2 bulan September Page p-issn: e-issn:

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

HUBUNGAN ANTARA SELF-CONFIDENCE DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH CHALLENGE BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 GETASAN KABUPATEN SEMARANG

KANDUNGAN KONEKSI MATEMATIS DALAM LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA MATERI PERBANDINGAN BERBALIK NILAI DI SMP. Lusiana, Sugiatno dan Bistari

PENGARUH PEMBELAJARAN SCAFOLDING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP INTEGRAL MAHASISWA. Satrio Wicaksono Sudarman 1), Nego Linuhung 2)

Sinta Dameria Simanjuntak Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH METODE PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN GRAPHMATICA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FUNGSI KUADRAT

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DAN MEDIA PRESENTASI

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

PENGARUH MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 35 AMPENAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SELING Jurnal Program Studi PGRA ISSN (Print): ; ISSN (Online): X Volume 4 Nomor 1 Januari 2018 P

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN MATEMATIS SISWA SMA MELALUI MODELPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Resy Nirawati, Edy Tandililing, Dede Suratman PPS Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI NUMBER SENSE PADA MATERI BILANGAN DI SMP NEGERI 8 SINGKAWANG

Analisis Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa pada Mata Kuliah Geometri Transformasi Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Menengah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square merupakan model

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Peluang, Volume 1, Nomor 2, April 2013, ISSN:

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENDEKATAN CTL

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

Jaya Dwi Putra. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Korespondensi:

MATERI STATISTIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

BAB I I METODOLOGI 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian

Transkripsi:

MDEL SAJIAN VERBAL MDEL ABSTRAK DAN MDEL VERBAL ABSTRAK UNTUK MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI SEKLAH MENENGAH PERTAMA leh Sugiatno (Matematika, PMIPA, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak:Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memverifikasi dan menelusuri manfaat teori Bruner (1996) dan Thornton et al (1983) mengenai pendekatan mode sajian: verbal model abstrak dan model verbal abstrak dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan. Desain kuasi eksperimen digunakan untuk memverifikasi kedua teori tersebut. Eksperimen ini secara random assignment melibatkan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua pendekatan sajian tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi matematika siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan di Sekolah Menengah Pertama. Kata Kunci: mode sajian: verbal model abstrak dan model verbal abstrak Pendahuluan Materi penjumlahan dan pengurangan pecahan sebenarnya bukan merupakan materi baru bagi siswa SMP, karena materi tersebut di Sekolah Dasar (SD) telah dipelajari oleh mereka. Namun demikian kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit siswa SMP yang kurang memiliki kompetensi materi tersebut. Hal ini terungkap melalui hasil Ujian Nasional tahun 2008 bahwa siswa SMP di Kalimantan Barat memiliki daya serap dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan kurang dari 75 (daya serap minimal), yaitu 54.66 (LPMP, 2008). Ternyata dalam tahun 2009 hasil observasi peneliti di SMP Negeri 1 Menjalin menunjukkan adanya konsistensi bahwa daya serap siswa terhadap materi penjumlahan dan pengurangan pecahan, juga berada di bawah daya serap minimal. Kenyataan ini terungkap dari 36 siswa yang diberi soal penjumlahan dan pengurangan pecahan hanya 13 siswa atau 36.11% siswa yang dapat mencapai daya serap minimal. Hasil ini menyiratkan bahwa kesulitan siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan cenderung terjadi berulang pada subjek yang berbeda. Kesulitan siswa dalam mempelajari pecahan ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di manca negara (misalnya studi Kieren, 1993; Moss dan Case, 1999; Martinie dan Bay-Williams, 2003; Thompson dan Saldanha, 2003). Hasil studi ini juga menyiratkan bahwa kesulitan siswa dalam pecahan terjadi secara berulang.

Model Sajian Untuk Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Pecahan (Sugiatno) 183 Kesulitan berulang siswa dalam mempelajari penjumlahan dan pengurangan pecahan diduga disebabkan antara lain oleh monotonnya cara guru di dalam menyajikan materi tersebut. Cara guru mengajarkannya cenderung memanipu-lasi simbolsimbol sebagaimana yang disajikan oleh buku teks. Di dalam memanipulasi simbol-simbol penjumlahan maupun pengurangan pecahan, sajian buku teks lebih menekankan pada pengetahuan prosedural daripada pemahaman konseptual. Akibatnya, konsep pecahan yang dipelajari siswa cenderung bersifat hafalan dan karnanya mudah untuk dilupakan mereka. Untuk mengatasi kesulitan berulang tersebut, diperlukan upaya perbaikan dengan cara pemilihan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dipandang sesuai dengan permasalahan yang ada, yaitu model pembelajaran langsung menggunakan pendekatan mode sajian: verbal-model-abstrak. Penggunaan model tersebut didasarkan pada suatu pertimbangan bahwa model pembelajaran langsung telah akrab bagi guru. Sedangkan penggunaan pendekatan mode sajian: verbal-model-abstrak dan mode sajian: model-verbal-abstrak didasarkan pada teori Bruner (1996) dan teori Thornton et al (1983). Pertimbangan digunakannya kedua pendekatan tersebut juga didasarkan pada gagasan NCTM (1989) mengenai standar proses pembelajaran matematika dan hasil penelitian Gagatsis dan Elia (2004) mengenai mode representasi yang memberi efek terhadap hasil belajar matematika. Metode Untuk menguji hipotesis penelitian ini, bentuk penelitian yang dipilih adalah quasy experiment menggunakan rancangan desain seperti berikut. Kelompok Eksperimen 1 Eksperimen 2 Tabel 1 Rancangan Penelitian Pemilihan Subjek Acak Acak Tes Awal Perlakuan Tes Akhir X 1 X 2 X 1 X 2 : Tes awal sama dengan tes akhir : Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan mode sajian: verbal model abstrak : Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan mode sajian: model verbal abstrak Subjek populasi adalah siswa kelas VII SMPN Menjalin yang terdiri dari lima kelas, yaitu kelas VII A, VII B, VII C, VII D, dan VII E. Sedangkan sampelnya adalah dua kelas dari populasi, yang diambil secara acak dalam penelitian ini menggunakan kelas eksperimen 1 (kelas VII B) dan kelas eksperimen 2 (kelas VII E).

184 Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol. 8. No. 2. September 2010:101-200 Ada dua kelompok instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pertama, instrumen yang berupa perangkat pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran langsung dalam mode sajian: verbalmodel-abstrak dan mode sajian: model-verbal-abstrak. Kedua, instrumen hasil belajar yang berupa perangkat tes kemampuan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan. Instrumen yang berupa perangkat pembelajaran dan instrumen yang berupa perangkat tes operasi penjumahan dan pengurangan bilangan pecahan divalidasi secara logis dan empiris. Validasi logis dilakukan (ditimbang) oleh para ahli di bidangnya terhadap perangkat pembelajaran dan tes untuk mengkaji apakah semua komponen yang terdapat dalam instrumen tersebut terbebas (lulus) dari konflik penalaran. Sedangkan validasi empiris dilakukan untuk menguji apakah instrumen yang telah lulus dari validasi logis itu layak digunakan di lapangan (kelas). Setelah instrumen penelitian memenuhi syarat, selanjutnya dilakukan tes awal, eksperimen, dan tes akhir. Data yang diperoleh dari semua kegiatan ini selanjutnya dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian. leh karena data-data yang diperoleh memenuhi syarat normalitas dan homogonitas, maka untuk pengujian hipotesis digunakan statistik paramatrik (uji anova) berbantuan progam SPSS (Statistical Packer For Social Science) for windows versi 15. Hasil dan Pembahasan Penelitian Ada dua kelompok data yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu data pre-test dan post-test (berupa skor) dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Untuk masingmasing kemampuan subjek peserta tes, kemudian dikelompokkan menurut tingkat kemampuan (atas, tengah, dan bawah) siswa. Secara umum histogram untuk mendeskripsikan skor rerata yang sesuai dengan hasil pre-test, post-test disajikan melalui Gambar 1. PRETES PSTES 60.00 Mean 40.00 68.82 59.64 20.00 38.95 32.18 0.00 EKSPERIMEN KELMPK KNTRL Gambar 1. Histogram Rerata Hasil Pre-test dan Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dari Gambar 4.1. Tampak bahwa rerata skor pre-test kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 masingmasing 38.95 dan 32.18. Secara deskriptif kedua skor ini berbeda, namun secara inferensial kedua skor tersebut belum tentu berbeda. leh karena itu, untuk mengujinya terlebih

Model Sajian Untuk Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Pecahan (Sugiatno) 185 dahulu perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Dengan menggunakan SPSS for windows versi 15, ternyata data hasil pre-test maupun post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal (karena masing-masing, yaitu sig. = 0.200 > 0.05 dan sig. = 0.200 > 0.05 ). Demikian juga, kedua kelompok penelitian adalah homogen (sebab masing-masing sig. Yaitu 0.503 dan 0.153 > 0.05 ). leh karena itu, data pre-test dan post-test dapat diolah menggunakan statistik parametrik. Untuk menguji apakah kedua kelompok penelitian (eksperimen 1, eksperimen 2) sebelum perlakuan itu sama, maka diperlukan uji kesamaan varians. Ternyata hasil uji ini diperoleh bahwa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol itu adalah sama (sebab sig. = 0.063 > 0.05 ). Hasil uji ini memberi jaminan bahwa sebelum pelaksanaan eksperimen kedua kelompok penelitian sama. Jaminan bahwa kedua kelompok sama diperlukan untuk menguji bahwa treatment (berupa penerapan model pembelajaran langsung menggunakan mode sajian: verbal-model-abstrak dan mode sajian: model-verbal-abstrak) berpengaruh terhadap kompetensi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan. Dari Gambar 1. juga mendeskripsikan bahwa setelah treatment dan post-test diperoleh bahwa rerata skor post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing 68.82 dan 59.64. Secara deskriptif kedua skor ini berbeda, namun secara inferensial belum dapat dikatakan demikian. leh karena itu, untuk menguji kedua perbedaan skor tersebut diperlukan suatu analisis data yang lebih rinci dan teliti. Telah dikemukakan bahwa data hasil pretest dan post-test berdistribusi normal, dan homogen. leh karena itu, uji statistik yang telah direncanakan (uji anova) dapat dilakukan. Rangkuman hasil uji anova diberikan berikut. Tabel 2. Rangkuman Uji Anova dan Effect Size (ES) Source Sum of Mean df Squares Square F Sig. Ho ES Kelompok 820.089 1 820.089 3.771 0.060 Diterima 0.090 Tingkat Kemampuan (TK) 355.211 2 177.606 0.817 0.450 Ditolak Kelompok * TK 578.727 2 289.364 1.331 0.276 Ditolak Total 191754.000 44 Corrected Total 10247.727 43 Berdasarkan Tabel 2 dapat dirangkum hal-hal sebagai berikut. 1. Dari Tabel 2 diperoleh bahwa Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifykan antara peningkatan kompetensi matematika siswa dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan yang mendapatkan pembelajaran langsung menggunakan pendekatan mode sajian: verbalmodel-abstrak dan mode sajian

186 Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol. 8. No. 2. September 2010:101-200 model-verbal-abstrak diterima, sebab sig. = 0.06 > 0.05. 2. Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifykan antara peningkatan kompetensi matematika siswa dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan siswa yang memiliki tingkat kemampuan awal (atas, tengah, bawah) setelah masing-masing dari mereka mendapatkan model pendekatan mode sajian: verbal-model-abstrak dan siswa yang mendapatkan model pembelajaran langsung menggunakan mode sajian: model-verbalabstrak ditolak, sebab sig. = 0.045 < 0.05. 3. Ho yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh interaksi yang signifikan antara perbedaan tingkat kemampuan awal (atas, tengah, bawah) dan penerapan model pendekatan mode sajian: verbal-model-abstrak dan mode sajian: model-verbal-abstrak terhadap peningkatan kompetensi matematika dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan ditolak, sebab sig. = 0.0276 < 0.05. Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa kontribusi (ES) penerapan model mode sajian: verbal-modelabstrak dan mode sajian: modelverbal-abstrak terhadap peningkatan kompetensi siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan adalah 0.090 (tergolong rendah). leh karena penelitian ini mengungkap efek penerapan model mode sajian: verbal-model-abstrak dan mode sajian: model-verbalabstrak terhadap kompetensi siswa dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan, maka beberapa pembahasan yang terkait dengan permasalahan penelitian dan analisis data diberikan berikut. 1. Kompetensi Awal Matematika Siswa Kondisi awal siswa yang didasarkan pada hasil pre-test menunjukkan bahwa rerata skor kempetensi awal siswa dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan antara kedua kelompok penelitian ini tidak terdapat perbedaan secara signifikan. Hal ini dapat diketahui dari uji-t seperti rangkuman tabel berikut. Pre-test Tabel 3 Uji Kesamaan Rerata Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2 t-test for Equality of Means Equal variances assumed t df Sig. (2- tailed) Mean Difference 1.909 42 0.063 6.77273 Ho Diterima, karena 0.063>0.05

2. Peningkatan Kompetensi Siswa dalam Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Secara umum, ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Artinya secara inferensial kompetensi siswa dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan yang pembelajarannya menggunakan mode sajian: verbalmodel-abstrak dan mode sajian: model-verbal-abstrak adalah sama. Namun demikian, secara deskriptif rerata hasil post-test kelompok eksperimen 1 maupun kelompok eksperimen 2 masing-masing menunjukkan skor 68.82 dan skor 59.64. Hal ini mendeskripsikan bahwa penerapan model mode sajian: verbal-modelabstrak menghasilkan skor yang lebih besar daripada mode sajian: modelverbal-abstrak. Meskipun antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tidak terdapat perbedaan kompetensi dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan, tetapi masing-masing mode sajian: verbal-model-abstrak dan mode sajian: model-verbal-abstrak tetap berpengaruh terhadap kompetensi tersebut. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan skor pre-test ke skor post-test baik kelompok eksperimen 1 maupun kelompok eksperimen 2. Masing-masing peningkatan kedua kelompok tersebut adalah 29.87 dan 27.76. Skor peningkatan ini menyiratkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung menggunakan mode sajian: verbal-model-abstrak dan mode sajian: model-verbal-abstrak dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kedua sajian itu dapat meningkatkan kompetensi siswa diduga disebabkan oleh menurunnya derajat keabstrakan konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan. Dikaji dari variabel tingkat kemampuan siswa (atas, tengah, bawah), ternyata variabel ini tidak berinteraksi dengan variabel penerapan model pembelajaran langsung menggunakan mode sajian: verbalmodel-abstrak dan mode sajian: model-verbal-abstrak dalam mempengaruhi kompetensi siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa potensi siswa yang memiliki tingkat kemampuan (atas, tengah, bawah) terakomodasi oleh penerapan penerapan model pembelajaran langsung menggunakan mode sajian: verbalmodel-abstrak dan mode sajian: model-verbal-abstrak. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan masingmasing kemampuan siswa dari sebelum diberikan treatment ke setelah diberikan treatment. Masing-masing peningkatan tersebut adalah: (1) untuk kelas eksperimen 1 tingkat kemampuan atas dari 57.50 menjadi 83.25, tingkat kemampuan tengah dari 36.71 menjadi 63.35, dan tingkat kemampuan bawah dari 3.00 menjadi 70.00; (2) untuk kelas eksperimen 2 tingkat kemampuan atas dari 50.67 menjadi 58.00, tingkat kemampuan tengah dari 31.35 menjadi 60.12, dan tingkat kemampuan bawah dari 11.50 menjadi 58.00. Penutup 1. Simpulan a. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kompetensi matematika siswa dalam penjumlahan dan pengu-

188 Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol. 8. No. 2. September 2010:101-200 rangan pecahan yang mendapatkan pendekatan mode sajian: verbal-model-abstrak dan mode sajian model-verbal-abstrak. b. Ada perbedaan yang signifikan antara peningkatan kompetensi matematika siswa dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan siswa yang memiliki tingkat kemampuan awal (atas, tengah, bawah) setelah masing-masing dari mereka mendapatkan model pendekatan mode sajian: verbal-model-abstrak dan siswa yang mendapatkan model pembelajaran langsung menggunakan pendekatan mode sajian: modelverbal-abstrak. c. Secara bersama variabel tingkat kemampuan awal (atas, tengah, bawah) dan variabel penerapan model pembelajaran langsung menggunakan pendekatan mode sajian: verba-model-abstrak dan mode sajian: verbal-modelabstrak mempengaruhi peningkatan kompetensi matematika dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan. 2. Saran a. Model pembelajaran langsung yang selama ini dipergunakan guru dalam pembelajaran matematika sebaiknya ditambah dengan pendekatan mode sajian: verbal-model-abstrak maupun pendekatan mode sajian: modelverbal-abstrak. b. Ada penelitian lanjutan menggunakan subjek populasi yang lebih luas mengenai model pembelajaran langsung menggunakan pendekatan mode sajian: verbalmodel-abstrak maupun pendekatan mode sajian: model-verbalabstrak. Daftar Pustaka Bruner, J. (1996). The culture of education. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press. Gagatsis, A., dan Elia, I. (2004). The Effect of Different Modes of Representation on Mathematical Problem Solving. Dalam Proceedings of the 28th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, Vol 2 (pp. 447 454) Kieren, TE (1993). Rational and fractional numbers: From quotient fields to recursive understanding. In TP Carpenter, E. Fennema, & TA Romberg (Eds.), Rational numbers: An integration of research (pp. 49-84). Hillsdale, NJ: Erlbaum. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (2008). Rangkuman Hasil Ujian Nasional Provinsi Kalimantan Barat. Martinie, SL, dan Bay-Williams, JM (2003) Investigating students conceptual understanding of decimal fractions using multiple representations. Mathematics Teaching in the Middle School, 8 (5), 244-248. Moss, J., dan Case, R. (1999). Developing children's understanding of the rational numbers: A new model and an experimental curriculum. Journal for Research in Mathematics Education, 30 (2), 122-147. National Council of Teachers of Mathematics (1989). Curriculum

Model Sajian Untuk Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Pecahan (Sugiatno) 189 and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics. Thompson, PW, & Saldanha, LA (2003). Fractions and multiplicative reasoning. In J. Kilpatrick, WG Martin, & D. Schifter (Eds.), A research companion to principles and standards for school mathematics (pp. 95 113). Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics. Thornton C. et al (1983). Teaching Mathematics ti Children with Special Needs. USA: Addison- Wesley Publishing Company.