I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang berpeluang sangat besar untuk dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan produk-produk peternakan akan semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi karena peternakan sebagai penyedia protein, energi, vitamin dan mineral serta untuk memenuhi kebutuhan gizi guna meningkatkan kualitas hidup. Pembangunan peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat penting, yang nantinya akan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang unggul, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, pelesatarian lingkungan hidup serta peningkatan devisa negara. Ada lima tujuan pembangunan pertanian yang dimuat dalam Rencana Pembangunan Pertanian 2010-2014 adalah pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan peningkatan kesejahteraan petani (Deptan, 2010). Meningkatnya kesejahteraan petani diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan, hal ini berkaitan dengan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan, termasuk produk peternakan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (PP No. 68/2002). Usaha ternak unggas merupakan bagian dari sektor peternakan. Usaha ternak unggas merupakan salah satu upaya memenuhi kebutuhan protein hewani. Umumnya ternak unggas ini merupakan penghasil daging dan telur, keduanya 1
2 merupakan sumber protein hewani yang baik, mengakibatkan Industri perunggasan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat khususnya di Pulau Bali. Sumber produksi daging khususnya dalam ternak unggas di Provinsi Bali menurut jenisnya adalah dari ternak ayam buras, ayam ras, dan itik. Populasi unggas menurut jenisnya di Provinsi Bali tersebut dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Populasi Unggas Menurut Jenisnya di Bali Tahun 2010-2013 Tahun Ayam Buras Perkembangan Ayam Ras Perkembangan Itik populasi (%) populasi (%) (ekor) (ekor) (ekor) Perkembangan populasi (%) 2010 4.644.548-9.080.775-726.399-2011 4.396.174-5,34 10.564.479 16,33 761340 4,81 2012 4.178.725-4,94 10.155.281-3,87 669.630-12,04 2013 4.116.138-1,49 11.533.889 13,57 692.346 3,39 Rata-rata -3,92 8,67-1,28 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2014) Berdasarkan Tabel 1.1 diatas, usaha ternak unggas di Provinsi Bali, setiap tahunnya mengalami peningkatan maupun penurunan populasi, misalkan populasi pada jenis ayam ras, rata-rata setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 8,67 %. Peningkatan populasi ayam ras di Provinsi Bali yang paling besar terjadi pada tahun 2011 sebesar 16,33% atau bertambah sebanyak 1.483.704 ekor, sedangkan jenis ayam buras dan itik rata-rata setiap tahunnya mengalami penurunan masing-masing 3.92% dan 1.28%. Populasi unggas di Provinsi Bali dalam waktu antara tahun 2010 sd 2013 terjadi fluktuasi, populasi tertinggi pada tahun 2013 yaitu jenis ayam ras yang
3 berjumlah 11.533.889 ekor, lebih banyak dibandingkan ayam buras dan itik. Hal ini berarti masyarakat juga menyadari bahwa usaha peternakan ayam ras juga dapat menjanjikan dan memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan, karena salah satu produk yang dihasilkan adalah daging maupun telor. Usaha untuk meningkatkan produksi daging khususnya daging ternak unggas menjadi hal yang perlu diperhatikan bagi semua pihak khususnya pemerintah, juga menjadi peluang tersendiri bagi masyarakat yang ingin mengembangkan sektor peternakan khususnya jenis ayam ras. Usaha ternak ayam itu diharapkan pula dapat meningkatkan kesejahteraan sosial maupun ekonomi masyarakat serta dapat memenuhi kebutuhan pokok masyarakat maupun memenuhi kebutuhan gizi berupa protein hewani. Dalam menjalani usaha dibidang peternakan, kendala serta masalah umumnya sering dialami oleh peternak yang membuat peternak sulit mengembangkan usahanya, Dalam mengelola usaha dibidang peternakan salah satu hal atau tantangan dan permasalahan mendasar bagi peternak yaitu berkaitan dengan sarana prasarana, permodalan, serta akses pasar. Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu melakukan usaha peternakan dengan pola kemitraan. Kemitraan merupakan salah satu alternatif yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak serta dapat memacu perkembangan sektor peternakan. Kemitraan adalah salah satu cara dalam memperoleh modal kerja, bagi peternak yang kesulitan memperoleh modal kerja untuk menjalankan peternakannya. Dengan melakukan kemitraan, modal kerja yang dibutuhkan tidak
4 terlalu besar. Resiko kerugian yang ditanggungpun semakin kecil dan ada jaminan dalam pemasarannya (Mauren dkk, 2010). Peternakan dengan sistem kemitraan, pihak pengusaha dengan peternak harus mempunyai posisi yang sejajar agar tujuan kemitraan dapat tercapai. Dewasa ini sistem kemitraan merupakan usaha dalam bidang peternakan, antara industri sebagai inti dan juga peternak sebagai plasma dengan prinsip kerja saling menghormati dan saling menaruh kepercayaan (Rasyid dan Sirajuddin, 2010). Kemitraan usaha pertanian merupakan salah satu bentuk kerjasama yang mengacu kepada terciptanya suasana keseimbangan, keselarasan dan keterampilan yang didasari saling percaya antara perusahaan mitra dan kelompok melalui perwujudan sinergi kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan yang saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat (Martodireso dan Suryanto, 2002). Program kemitraan diharapkan tidak hanya menguntungkan pelaku ekonomi saja, melainkan juga harus membawa dampak positif bagi seluruh kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan pelaksanaan kemitraan meliputi (1) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, (2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, (3) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, (4) meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, (5) memperluas kesempatan kerja, dan (6) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional (Hafsah, 2000). Salah satu usaha dibidang peternakan yang dapat menjanjikan dalam mendapatkan keuntungan diantaranya adalah budidaya ayam ras jantan. Ayam ras jantan memiliki nilai lebih tersendiri, tekstur daging yang lebih padat
5 dibanding jenis ayam ras lainnya menjadikan ayam ras jantan ini memiliki pangsa pasar tersendiri. Harga jual ayam ras jantan ini lebih mahal dari ayam ras lainnya misalkan ayam ras pedaging (broiler). Kisaran selisih harga di tingkat konsumen kurang lebih sebesar Rp 5.000,00 per kg, selain itu ayam ras jantan ini biasanya juga dijadikan pengganti ayam kampung oleh warung-warung makanan. Hal inilah dapat menjadi peluang usaha yang memiliki potensi cukup bagus. UD. Tunas Harapan merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan program pengembangan pola kemitraan ayam ras jantan sejak tahun 2007, yang beralamat di Jalan Raya Samplangan, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Saat ini memiliki peternak plasma berjumlah 14 peternak yang tersebar di Provinsi Bali, khususnya di Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Klungkung. Kehadiran UD. Tunas Harapan sejak tahun 2007, nampaknya merupakan wadah yang cocok bagi para peternak yang ekonominya lemah dengan bersamasama, bahu-membahu meningkatkan usaha. Keberadaan perusahaan ini diharapkan dapat menunjang kesejahteraan peternak, di samping memberikan akses modal, UD. Tunas Harapan juga membantu akses manajemen dan akses pasar. Oleh karena perlu diadakan kajian untuk mengetahui keragaman pola kemitraan yang terjadi antara pihak UD. Tunas Harapan dengan peternak ayam ras jantan di Kabupaten Gianyar agar diketahui jelas posisi dan peranan peternakan itu dalam bermitra. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
6 1. Bagaimana mekanisme pola kemitraan antara UD. Tunas Harapan dengan peternak ayam ras jantan di Kabupaten Gianyar? 2. Apa saja hak dan kewajiban UD. Tunas Harapan dan peternak ayam ras jantan di Kabupaten Gianyar dalam menerapkan pola kemitraan? 3. Bagaimana efektivitas bagi peternak ayam ras jantan di Kabupaten Gianyar dalam melakukan kemitraan dengan UD. Tunas Harapan? 4. Apa saja yang menjadi kendala bagi peternak ayam ras jantan di Kabupaten Gianyar dan UD. Tunas Harapan dalam melakukan kerjasama kemitraan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui. 1. Mekanisme kemitraan antara UD. Tunas Harapan dengan peternak ayam ras jantan di Kabupaten Gianyar. 2. Hak dan kewajiban UD. Tunas Harapan dan peternak ayam ras jantan di Kabupaten Gianyar dalam menerapkan pola kemitraan. 3. Efektivitas bagi peternak ayam ras jantan di Kabupaten Gianyar dalam melakukan pola kemitraan dengan UD. Tunas Harapan. 4. Kendala bagi peternak ayam ras jantan di Kabupaten Gianyar dan UD. Tunas Harapan dalam menjalani usaha kemitraan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak berikut. 1. Ilmu pengetahuan; menambah ilmu pengetahuan tentang pola kemitraan ayam ras jantan.
7 2. Perusahaan; dapat memberikan masukan dan informasi bagi perusahaan terhadap kinerja kemitran yang dilaksanakan. 3. Bagi peternak; memberi masukan dan informasi tentang kemitraan usaha ternak ayam ras jantan yang dilaksanakan dengan UD. Tunas Harapan. 4. Mahasiswa; memberi tambahan informasi bagi peneliti lain terutama penelitian yang ingin meneliti masalah serupa. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yang membahas tentang pola kemitraan antara UD. Tunas Harapan dengan peternak ayam ras jantan di Kabupaten Gianyar. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis mekanisme kemitraan yang terjalin antara peternak dengan pihak perusahaan, hak dan kewajiban, serta kendala-kendala yang dihadapi oleh perusahaan maupun peternak selama menjalin kerjasama kemitraan, sedangkan metode deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis efektivitas peternak ayam ras jantan dalam melakukan kemitraan dengan UD. Tunas Harapan.