BAB IV ANALISIS STRUKTUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS BEBAN GEMPA Analisis Beban Gempa Berdasarkan SNI

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

PEMODELAN DINDING GESER BIDANG SEBAGAI ELEMEN KOLOM EKIVALEN PADA MODEL GEDUNG TIDAK BERATURAN BERTINGKAT RENDAH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Bentuk portal 5 tingkat

BAB IV PEMODELAN DAN PERANCANGAN STRUKTUR. Dalam Tugas Akhir ini, akan dilakukan analisis dinamis untuk bangunan Rumah

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

Laporan Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Apartemen Salemba Residences 4.1 PERMODELAN STRUKTUR Bentuk Bangunan

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

ANALISIS STRUKTUR TERHADAP BEBAN GEMPA (SNI )

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Perhitungan Balok Existing WI = WF-400x200x8x13 (tabel baja) mm mm

3. BAB III LANDASAN TEORI

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Perencanaan Struktur Tahan Gempa. digunakan untuk perencanaan struktur terhadap pengaruh gempa.

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statik Ekivalen

TESIS EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN ANALISIS NONLINEAR STATIK DAN YIELD POINT SPECTRA O L E H

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS BANGUNAN ASIMETRIS TERHADAP TINJAUAN DELATASI AKIBAT GAYA HORIZONTAL

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE GEDUNG PERLUASAN PABRIK BARU PT INTERBAT - SIDOARJO YANG MENGACU PADA SNI

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Denah Eksisting dan Denah Per Lantai

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

STUDI KOMPARASI PERENCANAAN GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN SNI

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT RENDAH DENGAN SOFTWARE ETABS V.9.6.0

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

f ' c MPa = MPa

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Termasuk di dalamnya berat sendiri struktur dan beban mati. jenis material yang digunakan adalah sebagai berikut:

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK. Kata kunci: perkuatan, struktur rangka beton bertulang, dinding geser, bracing, pembesaran dimensi, perilaku. iii

Peraturan Gempa Indonesia SNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG TINGKAT TINGGI

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

GAYA GESER DASAR SEISMIK BERDASARKAN SNI DAN SNI PADA STRUKTUR GEDUNG GRAND EDGE, SEMARANG

ANALISA PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR PADA GEDUNG DENGAN VARIASI BENTUK PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG HOTEL IBIS PADANG MENGGUNAKAN FLAT SLAB BERDASARKAN SNI

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKUATAN SEISMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG MENGGUNAKAN BREISING BAJA TIPE-X TUGAS AKHIR

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi

Peraturan Gempa Indonesia SNI

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Denah Lantai Dua Existing Arsitektur II-3. Tegangan dan Gaya pada Balok dengan Tulangan Tarik

Gambar 2.1 Spektrum respons percepatan RSNI X untuk Kota Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. program ETABS V Perencanaan struktur dengan sistem penahan-gaya

UCAPAN TERIMA KASIH. Jimbaran, September Penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR & TEKNIK GEMPA

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR & TEKNIK GEMPA

PERHITUNGAN BEBAN GEMPA PADA BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN STANDAR GEMPA INDONESIA YANG BARU 1

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN SISTEM BREISING KONSENTRIK TIPE-X DAN SISTEM BREISING EKSENTRIK V-TERBALIK

APLIKASI SAP2000 UNTUK PEMBEBANAN GEMPA STATIS DAN DINAMIS DALAM PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BAJA

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN STRUKTUR SHEARWALL PADA BANGUNAN GARDU INDUK TINJAUAN TERHADAP PERATURAN GEMPA SNI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR ( MENGGUNAKAN LANTAI BETON BONDECK ) Sebuah gedung perhotelan 9 lantai direncanakan dengan struktur baja.

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS STRUKTUR 4.1 Deskripsi Umum Model Struktur Dalam tugas akhir ini, struktur hotel dimodelkan tiga dimensi (3D) sebagai struktur portal terbuka dengan sistem rangka pemikul momen khusus (SPRMK) dengan bantuan program ETABS 9.7.3. Struktur bangunan hotel ini terdiri dari 16 lantai dengan tinggi rata rata 3,20 m. Denah struktur bangunan yang direncanakan dapat dilihat pada lampiran A. Perencanaan dilakukan sesuai ketentuan ketentuan sebagai berikut : 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002; 2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 1726-2012; 3. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Bangunan Gedung (PPIUG) 1983. Analisis dimulai dengan memodelkan struktur pada program ETABS 9.7.3 4.2 Data Struktur Pada Tugas Akhir ini akan dimodelkan stuktur hotel 16 lantai di Jakarta. Data karakteristik bangunan adalah sebagai berikut ( lihat gambar 4.1) : 1. Bangunan Hotel 16 lantai dengan tinggi total 56.1 m. 2. Tinggi lantai pertama dan lantai dua adalah 3,3 m yang difungsikan untuk restoran, tinggi lantai tiga dan empat adalah 3,3 m yang difungsikan sebagai ruang rapat (meeting room), dan tinggi lantai lima sampai atap adalah 3,3 m yang difungsikan sebagai hotel. 3. Lokasi pembangunan terletak di Jalan Ciledug Raya, Jakarta Selatan dengan kondisi tanah sedang. 4. Struktur Utama direncanakan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus, kontruksi kolom dan balok menggunakan struktur beton bertulang, pelat atap dan pelat lantai menggunakan pelat beton bertulang. IV-1

Pada gambar di bawah ini dapat dilihat model denah struktur lantai dasar sampai lantai atap dari Hotel Kebayoran. Tebal pelat lantai yang digunakan adalah 12 cm untuk lantai dasar sampai lantai 16, dan 15 cm untuk ketebalan pelat lantai atap. Penjelasan tentang sifat dan permodelan pelat dapat dilihat pada Bab II sub bab 2.11. Gambar 4.2.1 Denah Arsitektur Lantai Dasar Gambar 4.2.2 Model Denah Lantai Dasar IV-2

Gambar 4.2.3 Denah Arsitektur Lantai 2 Gambar 4.2.4 Model Denah Lantai 2 IV-3

Gambar 4.2.5 Denah Arsitektur Lantai 3 Gambar 4.2.6 Model Denah Lantai 3 IV-4

Gambar 4.2.7 Denah Arsitektur Lantai 4 Gambar 4.2.8 Model Denah Lantai 4 IV-5

Gambar 4.2.9 Denah Arsitektur Lantai typical 5-11 Gambar 4.2.10 Model Denah Lantai typical 5-11 IV-6

Gambar 4.2.11 Denah Arsitektur Lantai typical 12-14 Gambar 4.2.12 Model Denah Lantai typical 12-14 IV-7

Gambar 4.2.13 Denah Arsitektur Lantai 15-16 Gambar 4.2.14 Model Denah Lantai 15-16 IV-8

Gambar 4.2.15 Denah Arsitektur Lantai Atap Gambar 4.2.1 Model Denah Lantai Atap IV-9

Berikut ini adalah tampak potongan arsitektur dan struktur A-A dan B-B, pada potongan struktur terlihat perbedaan warna pada balok dan kolom. Perbedaan warna membedakan mutu beton yang digunakan, warna abu abu menunjukkan balok dan kolom yang digunakan adalah fc = 35 MPa sedangkan warna biru menunjukkan kolom yang digunakan adalah fc = 30 MPa. Gambar 4.2.17 Potongan A-A Arsitektur Gambar 4.2.18 Potongan A-A Model Struktur IV-10

Gambar 4.2.19 Potongan B-B Arsitektur Gambar 4.2.20 Potongan B-B Model Struktur IV-11

Gambar 4.2.19 Model 3D IV-12

4.3 Permodelan Struktur Deskripsi Umum Model Struktur Dalam studi ini, struktur dimodelkan sebagai struktur portal terbuka dengan sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK) pada arah Utara Selatan atau searah sumbu-y dan dual sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus (SRPMK) dengan dinding geser beton bertulang khusus pada arah Barat- Timur searah sumbu-x. Permodelan struktur gedung menggunakan software ETABS 9.73. Model struktur dibuat sebanyak 2 buah yang identik, tetapi tiap model struktur tersebut dikenakan dengan gaya gempa yang berbeda, yaitu dengan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012. Permodelan gedung beracuan kepada contoh desain gedung tahan gempa pada FEMA 451. Dengan menggunakan software Spektra Indo, dicari zona wilayah di Indonesia yang memiliki percepatan batuan dasar yang mendekati percepatan batuan dasar pada contoh desain gedung tahan gempa pada FEMA 451. IV-13

Berikut ini adalah tampak 3D dari permodelan strukur Gedung Hotel Kebayoran: 4.4 Pembebanan Struktur Perencanaan pembebanan adalah pendefinisian beban beban yang bekerja pada struktur sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983. Seluruh beban yang telah didefinisikan akan bekerja pada model struktur bangunan ini. Beban beban yang akan bekerja pada bangunan ini adalah sebagai berikut : IV-14

4.4.1 Beban Mati Beban mati adalah sendiri dari bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian - penyelesaian, mesin mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari bangunan itu sendiri selama batas layannya. Dalam perencanaan ini beban mati dibagi menjadi dua, yaitu berat stuktur tersebut yang berupa beton bertulang (2400 kg/m 3 ), dan beban tetap diluar berat sendiri struktur bangunan itu sendiri. Beban mati yang diperhitungkan dalam tugas akhir ini dapat dilihat pada tabel di lampiran A-1. Berat sendiri bangunan dapt dihitung melalui program ETABS dengan menginput data material yang digunakan dan dimensi komponen struktur yang digunakan. Berikut ini adalah contoh input material dan dimensi kolom dan balok yang digunakan. Gambar 4.41.1 Input kolom tipe C40/90 fc = 35 MPa IV-15

Gambar 4.41.2 Input Balok tipe B40/80 fc = 35 MPa Beban mati akibat finishing lantai, maupun beban mati tambahan akibat mesin mesin ME yang digunakan diinput sebagai beban mati tambahan atau ADL ( Additional Dead Load ). Berikut ini adalah input beban ADL pada program ETABS dalam satuan (kg/m 2 ). Gambar 4.41.3 Beban Mati pada Denah Lantai Dasar Gambar 4.41.4 Beban Mati pada Denah Lantai 2 IV-16

Gambar 4.41.5 Beban Mati pada Denah Lantai 3 Gambar 4.41.6 Beban Mati pada Denah Lantai 4 Gambar 4.41.7 Beban Mati pada Denah Lantai 5 Gambar 4.41.8 Beban Mati pada Denah Lantai 6 - Lantai 16 IV-17

Gambar 4.41.9 Beban Mati pada Denah Lantai Atap 4.4.2 Beban Mati Tambahan Beban mati tambahan atau Additional Dead Load (ADL) adalah beban yang bersifat tetap pada suatu bangunan tetapi bukan merupakan berat sendiri bangunan tersebut. Contohnya beban rooftank dan Gondola pada atap. Beban yang digunakan bersifat variatif. Beban tersebut bergantung pada kapasitas yang diperlukan pada suatu bangunan. Besarnya kapasitas yang dibutuhkan sudah diperhitungan oleh perencana MEP ( Mechanical Electrical and Plumbing ). Untuk beban Gondola sebesar 1638 kg/m 2 dan beban rooftank sebesar 1138 kg/m 2. Input beban mati tambahan pada model struktur dapat dilihat pada gambar 4.41.3 sampai dengan gambar 4.41.9. IV-18

4.4.3 Beban Hidup Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, di dalamnya termasuk beban beban pada lantai yang berasal dari barang barang yang dapat berpindah, mesin mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu. Beban hidup yang diperhitungkan dapat dilihat pada tabel Lampiran A-2. Beban hidup yang digunakan pada model struktur Hotel Kebayoran ini adalah sebesar 250 kg/m 2 untuk lantai yang difungsikan sebagai hotel, 400 kg/m 2 untuk lantai yang difungsikan sebagai ruang rapat ( berdasarkan PPIUG 1983). 4.5 Deformasi Struktur Akibat Beban Mati Deformasi (perubahan bentuk struktur) dipengaruhi oleh beban beban yang bekerja pada input ETABS 9.73. Untuk mengetahui perilaku yang terjadi pada struktur bangunan tersebut, dalam tugas akhir ini dibuat dua model yang sama dengan pembebanan gempa yang berbeda. Berikut ini adalah gambar - gambar dari perubahan deformasi yang terjadi akibat beban mati pada kedua model struktur tersebut. Dari hasil permodelan ETABS, deformasi terbesar terdapat pada lantai atap yaitu sebesar 0,00532 m arah x (gambar 4.52), 0,00315 m arah y (gambar 4.51) dan 0,00054 m arah z. Besarnya deformasi yang terjadi dapat dilihat pada lampiran B. IV-19

Gambar 4.51 Model Potongan A-A Sebelum dan Sesudah Dibebani Beban Mati Gambar 4.52 Model Potongan B-B Sebelum dan Sesudah Dibebani Beban Mati IV-20

4.6 Gaya Gaya Dalam Akibat Beban Mati Beban beban yang diinput ke dalam model ETABS 9.73 mempengaruhi perilaku struktur bangunan hotel 16 lantai tersebut. Perubahan struktur yang terjadi akibat beban mati akan terlihat pada kedua model. Berikut ini adalah gaya gaya dalam yang diakibatkan oleh beban mati pada kedua model, baik berdasarkan SNI 03-1726-2002 maupun berdasarkan SNI 03-1726-2012. Gaya Gaya dalam yang terjadi akibat beban mati pada model berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012. Gambar 4.6.1 Denah arah potongan A-A dan Potongan B-B IV-21

Gambar 4.6.2 Gaya Momen pada potongan A-A (Lt. Basement Lt.6) akibat beban mati IV-22

Gambar 4.6.3 Gaya Momen pada potongan A-A (Lt.7 Lt. Atap) akibat beban mati Gaya dalam yang terjadi pada struktur bangunan dapat disimpulkan sebagai berikut : Gaya Momen maksimum yang terjadi adalah sebesar 20,08 ton m yang terletak pada balok pada lantai atap bangunan ini. IV-23

Gambar 4.6.4 Gaya Momen pada potongan B-B (Lt.Basement Lt. 6) akibat beban mati IV-24

Gambar 4.6.5 Gaya Momen pada potongan B-B (Lt. 7 Lt.Atap) akibat beban mati Gaya dalam yang terjadi pada struktur bangunan dapat disimpulkan sebagai berikut : Gaya Momen maksimum yang terjadi adalah sebesar 12,44 ton m yang terletak pada balok pada lantai atap bangunan ini. IV-25

Gambar 4.6.6 Gaya Geser pada potongan A-A (Lt.Basement Lt. 6) akibat beban mati IV-26

Gambar 4.6.7 Gaya geser pada potongan A-A (Lt. 7 Lt. Atap ) akibat beban mati Gaya dalam yang terjadi pada struktur bangunan dapat disimpulkan sebagai berikut : Gaya Geser maksimum yang terjadi adalah sebesar 9,17 ton yang terletak pada Balok di lantai atap bangunan ini. IV-27

Gambar 4.6.8 Gaya geser pada potongan B-B (Lt. Basement Lt. 7 ) akibat beban mati IV-28

Gambar 4.6.9 Gaya geser pada potongan B-B (Lt. 8 Lt. Atap ) akibat beban mati Gaya dalam yang terjadi pada struktur bangunan dapat disimpulkan sebagai berikut : Gaya Geser maksimum yang terjadi adalah sebesar 8,69 ton yang terletak pada Balok di lantai atap bangunan ini. IV-29

4.7 Beban Gempa 4.7.1 Analisis gempa berdasarkan SNI 03 1726-2002 : Kestabilan lateral dalam desain struktur merupakan faktor yang sangat penting, karena gaya lateral tersebut akan mempengaruhi elemen elemen vertikal dan horizontal dari struktur. Beban lateral yang sangat berpengaruh adalah beban gempa dimana efek dinamisnya menjadikan analisisnya lebih kompleks. Pada dasarnya ada dua buah moteda analis yang digunakan untuk menghitung pengaruh beban gempa pada struktur berdasarkan SNI 1726-2002 yaitu : 1. Metode analisis statik Analisa statik merupakan analisa sederhana untuk menentukan pengaruh gempa yang hanya digunakan pada bangunan sederhana dan simetris, penyebaran kekakuan massa merata, dan tinggi struktur kurang dari 40 meter. Analisa statik pada prinsipnya adalah menggantikan beban gempa dengan gaya-gaya statik ekivalen yang bertujuan menyederhanakan dan memudahkan perhitungan. Metode ini disebut juga Metode Gaya Lateral Ekivalen (Equivalent Lateral Force Method), yang mengasumsikan besarnya gaya gempa berdasarkan hasil perkalian suatu konstanta / massa dari elemen tersebut. IV-30

Besarnya beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi di tingkat dasar menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002 pasal 6.1.2) dapat dihitung menurut persamaan: Dimana : V = Beban gempa dasar nominal Wt = Berat total struktur sebagai jumlah dari beban beban berikut ini : 1. Beban mati total dari struktur bangunan gedung 2. Beban tetap total dari seluruh peralatan dalam struktur bangunan gedung harus diperhitungkan. C = Faktor spectrum respon gempa yang didapat dari spectrum respon gempa rencana menurut grafik C-T (gambar 2.1) I = Faktor keutamaan struktur ( Tabel 2.1 ) R = Faktor reduksi gempa ( Tabel 2.2 ) IV-31

IV-32

IV-33

2. Metode analisis dinamik Analisa dinamik pada perencanaan gedung tahan gempa diperlukan untuk evaluasi yang lebih akurat dari gaya-gaya gempa yang bekerja pada struktur serta untuk mengetahui perilaku dari struktur akibat pengaruh gempa yang sifatnya berulang. Analisa dinamik perlu dilakukan pada struktur bangunan tidak beraturan dengan karakteristik sebagai berikut: - Gedung dengan konfigurasi struktur yang tidak beraturan - Gedung dengan loncatan bidang muka yang besar - Gedung dengan kekakuan tingkat yang tidak merata - Gedung yang tinngginya lebih dari 40 meter Daktilitas struktur bangunan gedung tidak beraturan harus ditentukan yang representative mewakili daktilitas struktur 3D. Tingkat daktilitas tersebut dapat dinyatakan dalam faktor reduksi gempa R representative, yang nilainya dapat dihitung sebagai nilai rerata berbobot dari faktor reduksi gempa untuk 2 arah sumbu koordinat ortogonal dengan gaya geser dasar yang dipikul oleh struktur bangunan gedung dalam masing-masing arah tersebut sebagai besaran pembobotnya menurut persamaan: dimana Rx dan Vx adalah faktor reduksi gempa dan gaya geser dasar untuk pembebanan gempa dalam arah sumbu-x, sedangkan Ry dan Vy faktor reduksi gempa dan gaya geser dasar untuk pembebanan gempa dalam arah sumbu-y. IV-34

Metoda ini hanya dipakai apabila rasio antara nilai-nilai faktor reduksi gempa untuk reduksi dua arah pembebanan gempa tersebut tidak lebih dari 1,5. Nilai akhir respon dinamik struktur bangunan gedung terhadap pembebanan gempa nominal dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respon gempa yang pertama. Bila respon dinamik struktur bangunan gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal Vt maka persyaratan tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan: Vt 0.8V1 (2.9) dimana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang pertama terhadap pengaruh Gempa Rencana menurut persamaan : dengan C1 adalah nilai Faktor Respon Gempa yang di dapat dari spektrum Respons Gempa Rencana (gambar 2.1) untuk waktu getar alami pertama T1. Perhitungan respon dinamik struktur bangunan gedung tidak beraturan terhadap pembebanan Gempa Nominal, dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam spektrum respon dengan memakai diagram spektrum respon gempa rencana berdasar wilayah gempa dengan periode ulang 500 tahun pada Gambar 2.1. Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respon ragam menurut metode ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa ragam efektif dalam menghasilkan respon total harus mencapai sekurang-kurangnya 90%. IV-35

3. Simpangan antar tingkat Pemeriksaan antar tingkat (story drift) dilakukan pada 2 (dua) kondisi, yaitu : Kondisi Layan Untuk kondisi layan, batas maksimum simpangan antar tingkat yang diperbolehkan adalah nilai terkecil dari : Kondisi Ultimit Pada kondisi ultimit, nilai simpangan antar tingkat terlebih dahulu dikalikan dengan faktor pengali : 0,7 x R Batas maksimum simpangan yang diperbolehkan dalam kondisi ini adalah sebesar: 4. Kombinasi Pembebanan δ < 0,02 x H 1. 1,4 DL 2. 1,2 DL + 1,6 LL 3. 1,2 DL + 1 LL ± 0,3 EX ± 1 EY 4. 1,2 DL + 1 LL ± 1 EX ± 0,3 EY 5. 0,9 DL ± 0,3 EX ± 1 EY 6. 0,9 DL ± 1 EX ± 0,3 EY IV-36

5. Data bangunan : Ar = 0.33 (Tabel 6 SNI 03-1728-2002) Ca = Ao= 0.23 (Tanah Sedang) R = 5.5 (Tabel 3 SNI 03-1728-2002) I = 1 (Tabel 1 SNI 03-1728-2002) Lantai tinggi Lantai (m) Berat (Wi) (ton) ATAP 3.30 627.87 17TH 3.30 417.6 16TH 3.30 418.47 15TH 3.30 421.25 14TH 3.30 421.25 12TH 3.30 421.28 11TH 3.30 423.87 10TH 3.30 427.33 9TH 3.30 427.33 8TH 3.30 427.33 7TH 3.30 427.33 6TH 3.30 434.06 5TH 3.30 452.05 4TH 3.30 476.97 3RD 3.30 576.65 2ND 3.30 545.66 LT.DASAR 3.30 543.11 Total 56.10 7889.41 Dimana, Ar :Pembilang dalam persamaan hiperbola Faktor Respons Gempa C pada Spektrum Respons Gempa Rencana Ca=Ao :Percepatan puncak muka tanah akibat pengaruh Gempa Rencana yang bergantung pada wilayah Gempa dan jenis tanah tempat struktur gedung berada R : Faktor reduksi gempa, rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung elastik penuh dan beban gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung daktail, bergantung pada faktor daktilitas struktur gedung tersebut; faktor reduksi gempa representatif struktur gedung tidak beraturan. IV-37

I : Faktor Keutamaan gedung, faktor pengali dari pengaruh Gempa Rencana pada berbagai kategori gedung, untuk menyesuaikan perioda ulang gempa yang berkaitan dengan penyesuaian probabilitas dilampauinya pengaruh tersebut selama umur gedung itu dan penyesuaian umur gedung itu. Dari model ETABS, diperoleh data periode struktur pada bangunan, berikut ini adalah tabel periode pada struktur bangunan dengan 3 mode ragam periode pertama. Mode Period UX UY UZ 1 3.123 1.36 69.01 0.00 2 2.581 72.07 2.17 0.00 3 2.375 0.73 9.05 0.00 Dari tabel di atas didapat periode struktur pada arah x adalah sebesar 2,581 karena nilai ux pada mode 2 lebih besar daripada uy, dan periode struktur arah y adalah sebesar 3,123. Maka bisa dihitung Faktor Respons Gempa C sebagai berikut : Arah X Arah Y = = 0.1278 = = 0.1057 Dari Faktor Respons Gempa C dapat dihitung V yaitu Beban (gaya) geser dasar nominal statik ekuivalen akibat pengaruh Gempa Rencana yang bekerja di tingkat dasar struktur gedung beraturan dengan tingkat daktilitas umum, dihitung berdasarkan waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan tersebut. Arah x Vx =. I. Σ Wt Vx =. 1. 7889.41 ton IV-38

Vx = 183,37 ton Arah y Vy =. I. Σ Wt Vy =. 1. 7889.41 ton Vy = 151,57 ton Tabel 4.7.11 Perhitungan Gaya Gempa Statis Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Lantai Berat (Wi) ketinggian (Zi) Wi.Zi Fi X Fi Y Gaya geser lantai X Qx Gaya geser lantai Y Qy tinggi Lantai (m) (ton) (m) (ton-m) (ton) (ton) (ton) (ton) ATAP 3.30 627.87 56.10 35223.51 29.71 24.56 29.71 24.56 17TH 3.30 417.6 52.80 22049.28 18.60 15.37 48.31 39.93 16TH 3.30 418.47 49.50 20714.27 17.47 14.44 65.79 54.38 15TH 3.30 421.25 46.20 19461.75 16.42 13.57 82.20 67.95 14TH 3.30 421.25 42.90 18071.63 15.24 12.60 97.45 80.55 12TH 3.30 421.28 39.60 16682.69 14.07 11.63 111.52 92.18 11TH 3.30 423.87 36.30 15386.48 12.98 10.73 124.50 102.91 10TH 3.30 427.33 33.00 14101.89 11.90 9.83 136.39 112.74 9TH 3.30 427.33 29.70 12691.70 10.71 8.85 147.10 121.59 8TH 3.30 427.33 26.40 11281.51 9.52 7.87 156.62 129.45 7TH 3.30 427.33 23.10 9871.32 8.33 6.88 164.94 136.34 6TH 3.30 434.06 19.80 8594.39 7.25 5.99 172.19 142.33 5TH 3.30 452.05 16.50 7458.83 6.29 5.20 178.48 147.53 4TH 3.30 476.97 13.20 6296.00 5.31 4.39 183.79 151.92 3RD 3.30 576.65 9.90 5708.84 4.82 3.98 188.61 155.90 2ND 3.30 545.66 6.60 3601.36 3.04 2.51 191.65 158.41 LT.DASAR 3.30 543.11 3.30 1792.26 1.51 1.25 193.16 159.66 Total 56.10 7889.41 504.90 228987.69 Dimana, Fi : Beban gempa nominal statik ekuivalen yang menangkap pada pusat massa pada taraf lantai tingkat ke-i struktur atas gedung. Fi =. V (SNI 03-1726-2002 Pasal 6.1.3) IV-39

V =. Wt di mana C1 adalah nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum Respons Gempa Rencana menurut Gambar 4.7.15 untuk waktu getar alami fundamental T1, sedangkan Wt adalah berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai. Gambar 4.7.1 Respon Spektrum Gempa Rencana Tabel 4.7.12 Analisa Gempa statis Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Lantai Gempa Statis (ton) 0,8 Qx 0,8 Qy ATAP 23.77 19.65 17TH 38.65 31.95 16TH 52.63 43.50 15TH 65.76 54.36 14TH 77.96 64.44 12TH 89.21 73.74 11TH 99.60 82.32 10TH 109.11 90.19 9TH 117.68 97.27 8TH 125.29 103.56 7TH 131.95 109.07 6TH 137.75 113.86 5TH 142.79 118.02 4TH 147.04 121.54 3RD 150.89 124.72 2ND 153.32 126.73 LT.DASAR 154.53 127.73 IV-40

Analisa Gempa Dinamis Dari program ETABS dihasilkan gaya geser lantai akibat beban gempa dinamis dengan menginput respon spektrum gempa yang digunakan berdasarkan zona gempa yang digunakan. Berikut ini adalah grafik respon spektrum input ETABS. Tabel 4.7.13 Analisa Gempa Dinamis Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Gaya Gempa x SF Gaya Dinamis yang digunakan Lantai Gaya Geser Dinamis (kg) Gempa Dinamis (ton) (ton) Dx Dy Dx Dy Dx-SU Dy-SU Qx (ton) Qy (ton) ATAP 225,010.47 160,010.22 225.01 160.01 36.52 27.79 36.52 27.79 17TH 332,705.70 237,715.17 332.71 237.72 54.01 41.28 17.48 13.49 16TH 406,299.58 295,021.86 406.30 295.02 65.95 51.23 11.95 9.95 15TH 458,700.80 340,716.86 458.70 340.72 74.46 59.17 8.51 7.94 14TH 499,142.36 378,114.30 499.14 378.11 81.02 65.66 6.56 6.49 12TH 562,778.80 441,127.69 562.78 441.13 91.35 76.60 10.33 10.94 11TH 593,019.12 468,402.70 593.02 468.40 96.26 81.34 4.91 4.74 10TH 623,585.49 495,549.99 623.59 495.55 101.22 86.05 4.96 4.71 9TH 652,607.51 521,759.92 652.61 521.76 105.93 90.61 4.71 4.55 8TH 680,419.51 546,945.49 680.42 546.95 110.45 94.98 4.51 4.37 7TH 709,583.57 570,508.49 709.58 570.51 115.18 99.07 4.73 4.09 6TH 742,311.30 593,665.71 742.31 593.67 120.49 103.09 5.31 4.02 5TH 779,782.35 619,497.67 779.78 619.50 126.58 107.58 6.08 4.49 4TH 820,698.43 643,416.18 820.70 643.42 133.22 111.73 6.64 4.15 3RD 876,988.33 676,740.17 876.99 676.74 142.36 117.52 9.14 5.79 2ND 926,819.96 707,845.68 926.82 707.85 150.44 122.92 8.09 5.40 LT.DASAR 951,973.99 735,533.63 951.97 735.53 154.53 127.73 4.08 4.81 IV-41

Keterangan : SFx, SFy : Faktor skala untuk gaya gempa dinamis arah X dan arah Y SFx = 0,8 Qx / Dx = 154.53/ 951.97 = 0,1623 SFy = 0,8 Qy / Dy = 127.73 / 735.53 = 0,1737 Qxi = Qxi Q(xi-1) Qyi = Qyi Q(yi-1) Perhitungan gaya gempa dinamis di atas kemudian diinput ke program ETABS untuk mengetahui perilaku struktur pada analisa berikutnya. 4.7.2 Analisis gempa berdasarkan SNI 1726-2012 : Berikut ini adalah tahapan analisis beban gempa statis berdasarkan SNI 1726-2012: 1. Menentukan Geser Dasar Seismik ( V ). Berdasarkan SNI-1726-2012 geser dasar seismik (V) dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan dengan persamaan berikut ini : V = C s W t Dimana : Wt Cs : Berat total bangunan : Koefisien respons seismik yang ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : Dimana : I : Faktor keutamaan gempa (1,0) IV-42

R : faktor modifikasi respons yang ditentukan berdasarkan Tabel 9 SNI- Sehingga : 1726-2012, untuk sistem rangka beton bertulang pemikul momen khusus mempunyai faktor modifikasi respons 8. = 0,0571 Nilai Cs yang dihitung pada persamaan diatas tidak perlu melebihi nilai berikut ini : Dimana : T : Perioda fundamental struktur (detik) yang didapat dari hasil analisis ETABS. Berdasarkan SNI-1726-2012 pasal 7.8.2, terdapat dua nilai batas untuk periode bangunan, yaitu nilai minimum periode bangunan (Ta minimum) dan nilai maksimum periode bangunan (Ta maksimum), Nilai Ta minimum ditentukan dengan rumus : Ta minimum = C t h n x IV-43

Dimana : h n : ketinggian struktur dalam satuan meter (m) di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur C t : Ditentukan berdasarkan Tabel 15 SNI-1726-2012. Untuk rangka beton pemikul momen nilai C t = 0,0466 x : Ditentukan berdasarkan Tabel 15 SNI-1726-2012. Untuk rangka beton pemikul momen nilai x = 0,9 Ta minimum = 0,0466 x 56.1,000 0,9 = 1,748 detik Nilai Ta maksimum ditentukan dengan rumus : Ta maksimum = Cu Ta minimum Dimana : Cu : Ditentukan berdasarkan Tabel 14 SNI-1726-2012, untuk S D1 = 0,2 Nilai Cu = 1,5 Ta maksimum = 1,5 x 1,748 = 2,621 detik Nilai Cs yang dihitung pada persamaan di atas tidak kurang dari nilai berikut ini : Cs = 0,044 S DS I 0,01 = 0,044 x 0,457 x 1 0,01 IV-44

Cs = 0,02 = 0,02 0,01 Berikut ini adalah tahapan analisis beban gempa dinamis berdasarkan SNI 1726-2012: 1. Menentukan Faktor Keutamaan Gempa (I e ) Dalam tugas akhir ini, direncanakan gedung hotel 16 lantai. Pada SNI 1726-2012 pasal 4.1.2 tabel 1 menyebutkan bahwa struktur gedung ini termasuk dalam kategori risiko II yang mempunyai faktor keutamaan gempa (I e ) sebesar 1,0. 2. Menentukan Parameter Percepatan Gempa Batuan Dasar (S s, S 1 ) Parameter percepatan gempa batuan dasar periode pendek 0,2 detik (S s ) ditentukan menggunakan peta MCE-R (Maximum Considered Earthquake) untuk periode pendek (T = 0,2 S), sedangkan parameter percepatan gempa batuan dasar perioda 1,0 detik (S 1 ) ditentukan menggunakan peta MCE-R untuk periode 1,0 detik. Dari peta untuk masing masing percepatan tersebut untuk area Jakarta didapat S s = 0,6-0,7 g, dan S 1 = 0,25-0,3g. 3. Menentukan klasifikasi situs. Klasifikasi situs ditentukan berdasarkan tabel 3 pada SNI-1726-2012 (lihat Lampiran A- 3), pada tabel ini kelas situs ditentukan berdasarkan jenis profil lapisan tanah. Berdasarkan hasil penyelidikan tanah, tanah pada area bangunan ini diklasifikasikan IV-45

dalam jenis tanah sedang, dan untuk tanah sedang bedasarkan SNI-1726-2012 masuk dalam kelas situs SD (tanah sedang). 4. Menentukan faktor amplifikasi seismik (Fa, Fv). Faktor amplifikasi yang diperlukan meliputi amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek ( Fa ) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik ( Fv ). Faktor amplifikasi seismic ditentukan berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 SNI-1726-2012 (lihat Lampiran A-4). Parameter yang dibutuhkan untuk menentukan Fa adalah percepatan gempa batuan dasar perioda pendek (Ss) dan kelas situs, sedangkan Fv adalah percepatan gempa batuan dasar perioda pendek (Ss) dan kelas situs 1,0 detik (S 1 ). 5. Menentukan Parameter Percepatan Spektral Desain Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek, S DS dan pada perioda 1 detik S D1, harus ditentukan melalui perumusan berikut ini : S DS = S MS S D1 = S M1 Dimana : S MS = Fa S s S M1 = Fv S 1 IV-46

6. Menentukan spektrum respon desain Spektrum respon desain merupakan grafik hubungan antara percepatan respon spectra ( Sa ), dan periode ( T ). Untuk perioda yang lebih kecil dari T 0, spectrum respon percepatan desain, S a, harus diambil dari persamaan : S a = ( 0,4 + 0,6 ) Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T 0 dan lebih kecil dari atau sama dengan T s, spektrum respons percepatan desain, S a, sama dengan S DS. Untuk perioda lebih besar dari T s, spectrum respon percepatan desain, S a, diambil berdasarkan persamaan : S a = Dimana : T 0 = 0,2 T s = Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, Kementrian Pekerjaan Umum menyediakan software Spektra Indonesia yang dapat diakses pada puskim.pu.go.id/aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011. IV-47

Input data nama kota dan jenis tanah pada software Spektra Indonesia seperti terlihat di bawah ini : Setelah input data yang dibutuhkan telah lengkap, maka akan diperoleh grafik desain spektra zonasi gempa berdasarkan jenis tanah dan hasil perhitungan respon spektra untuk wilayah tersebut. Hasilnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini : IV-48

Dari hasil Percepatan spektrum desain untuk berbagai T diatas, akan diinput ke permodelan struktur menggunakan program ETABS. 7. Menentukan Kategori Desain Seismik, KDS. Parameter yang diketahui berdasarkan input kota dan jenis tanah adalah sebagai berikut : Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai PGA (g) 0.361 CR1 0.939 PSA (g) 0.411 SS (g) 0.686 FPGA 1.039 SMS (g) 0.858 S1 (g) 0.3 FA 1.126 SM1 (g) 0.54 CRS 0.995 FV 1.5 SDS (g) 0.572 CR1 0.939 PSA (g) 0.375 SD1 (g) 0.36 FPGA 1 SMS (g) 0.772 T0 (detik) 0.126 FA 1 SM1 (g) 0.45 TS (detik) 0.629 FV 1 SDS (g) 0.515 PGA (g) 0.361 PSA (g) 0.361 SD1 (g) 0.3 SS (g) 0.686 SMS (g) 0.686 T0 (detik) 0.116 S1 (g) 0.3 SM1 (g) 0.3 TS (detik) 0.582 CRS 0.995 SDS (g) 0.457 PGA (g) 0.361 CR1 0.939 SD1 (g) 0.2 SS (g) 0.686 FPGA 1.018 T0 (detik) 0.087 S1 (g) 0.3 FA 1.329 TS (detik) 0.437 CRS 0.995 FV 2.802 PGA (g) 0.361 CR1 0.939 PSA (g) 0.367 SS (g) 0.686 FPGA 1.139 SMS (g) 0.911 S1 (g) 0.3 FA 1.252 SM1 (g) 0.839 CRS 0.995 FV 1.801 SDS (g) 0.607 SD1 (g) 0.56 T0 (detik) 0.184 TS (detik) 0.921 IV-49

Kategori Desain Seismik ditentukan berdasarkan Tabel 6 dan tabel 7 SNI-1726-2012 (lihat Lampiran A-4). Parameter yang dibutuhkan dalam tabel tersebut adalah parameter percepatan spektral desain pada perioda pendek (S DS ), spektral desain untuk pada perioda 1 detik (S D1 ), dan kategori resiko bangunan. Berdasarkan nilai FA dan FV ( lihat sub bab 4.7.2. Poin 4 ) maka dari tabel di atas diperoleh S DS = 0,457 g, S D1 = 0,2 dan ketegori resiko bangunan II maka perencanaan ini masuk dalam kategori desain seismic D. 8. Perhitungan Gaya Gempa Berdasarkan SNI 03-1726-2012 Untuk menghitung gaya gempa berdasarkan SNI 03-1726-2012, diperlukan hasil output ETABS yaitu Story Shear (Gaya Geser Lantai) yang diperoleh dari input respon spektrum yang digunakan yang dijelaskan pada sub bab 4.7.2 pada tugas akhir ini. Berikut ini adalah tabel perhitungan gaya gempa berdasarkan SNI 03-1726-2012. Tabel 4.7.21 Analisa Gempa Dinamis Berdasarkan SNI 03-1726-2012 Gaya Geser dinamis output ETABS x SF Gaya Dinamis yang Gaya Dinamis Gempa Geser Dinamis output ETABS(ton) (ton) digunakan Dx Dy Dx-SU Dy-SU Qx (ton) Qy (ton) Qx (ton) Qy (ton) 225.01 160.01 36.52 27.79 36.52 27.79 50.769 38.901 332.71 237.72 54.01 41.28 17.48 13.49 24.299 18.891 406.30 295.02 65.95 51.23 11.95 9.95 16.605 13.932 458.70 340.72 74.46 59.17 8.51 7.94 11.823 11.109 499.14 378.11 81.02 65.66 6.56 6.49 9.125 9.092 562.78 441.13 91.35 76.60 10.33 10.94 14.358 15.319 593.02 468.40 96.26 81.34 4.91 4.74 6.823 6.631 623.59 495.55 101.22 86.05 4.96 4.71 6.897 6.600 652.61 521.76 105.93 90.61 4.71 4.55 6.548 6.372 680.42 546.95 110.45 94.98 4.51 4.37 6.275 6.123 709.58 570.51 115.18 99.07 4.73 4.09 6.580 5.729 742.31 593.67 120.49 103.09 5.31 4.02 7.384 5.630 779.78 619.50 126.58 107.58 6.08 4.49 8.455 6.280 820.70 643.42 133.22 111.73 6.64 4.15 9.232 5.815 876.99 676.74 142.36 117.52 9.14 5.79 12.701 8.102 926.82 707.85 150.44 122.92 8.09 5.40 11.244 7.562 951.97 735.53 154.53 127.73 4.08 4.81 5.676 6.731 IV-50

Keterangan : SFx, SFy : Faktor skala untuk gaya gempa dinamis arah X dan arah Y SFx = 0,8 Qx / Dx = 154.53/ 951.97 = 0,1623 SFy = 0,8 Qy / Dy = 127.73 / 735.53 = 0,1737 Qxi = Qxi Q(xi-1) Qyi = Qyi Q(yi-1) Untuk memperoleh gaya gempa yang digunakan, gaya dinamis yang didapat dikalikan dengan faktor pengali pada kombinasi pembebanan yang dijelaskan pada sub bab 4.8.2 pada tugas akhir ini. Faktor pembebanan struktur yang digunakan untuk gaya gempa berdasarkan SNI 03-1726- 2002 adalah 1 EX ± 0,3 EY dan 0,3 EX ± 1 EY, sedangkan pada SNI 03-1726-2012 menjadi 1,39 EX ± 0,42 EY dan 0,42 EX ± 1,39 EY, hal ini disebabkan karena ada beberapa faktor seperti spektral desain pada perioda pendek (S DS ) dan faktor redundansi (ρ) yang dijelaskan pada sub bab 4.72. Dari perbandingan gaya gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012 dapat diketahui bahwa gaya gempa berdasarkan SNI 03-1726-2012 lebih besar sekitar 28% dari gaya gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002. 4.8. Pembebanan Kombinasi 4.8.1 Kombinasi Pembebanan Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Berdasarkan SNI 03-1726-2002, faktor faktor dan kombinasi beban mati nominal, beban hidup nominal, dan gempa nominal adalah : 1. 1,4 DL 2. 1,2 DL + 1,6 LL 3. 1,2 DL + 1 LL ± 0,3 EX ± 1 EY 4. 1,2 DL + 1 LL ± 1 EX ± 0,3 EY 5. 0,9 DL ± 0,3 EX ± 1 EY 6. 0,9 DL ± 1 EX ± 0,3 EY IV-51

Untuk input pembebanan ke dalam software ETABS, kombinasi pembebanannya setelah dijabarkan adalah : 1. 1,4 DL 2. 1,2 DL + 1,6 LL 3. 1,2 DL + 1 LL + 0,3 EX + 1 EY 4. 1,2 DL + 1 LL - 0,3 EX - 1 EY 5. 1,2 DL + 1 LL + 0,3 EX - 1 EY 6. 1,2 DL + 1 LL - 0,3 EX + 1 EY 7. 1,2 DL + 1 LL + 1 EX + 0,3 EY 8. 1,2 DL + 1 LL + 1 EX + 0,3 EY 9. 1,2 DL + 1 LL + 1 EX - 0,3 EY 10. 1,2 DL + 1 LL - 1 EX + 0,3 EY 11. 0,9 DL + 0,3 EX + 1 EY 12. 0,9 DL - 0,3 EX - 1 EY 13. 0,9 DL + 0,3 EX - 1 EY 14. 0,9 DL - 0,3 EX + 1 EY 15. 0,9 DL + 1 EX + 0,3 EY 16. 0,9 DL - 1 EX - 0,3 EY 17. 0,9 DL + 1 EX - 0,3 EY 18. 0,9 DL - 1 EX + 0,3 EY 4.8.2 Kombinasi Pembebanan Berdasarkan SNI 03-1726-2012 Berdasarkan SNI 03-1726-2012, faktor faktor dan kombinasi beban untuk beban mati nominal, beban hidup nominal, dan beban gempa nominal sama dengan SNI 03-1726-2002, akan tetapi pada kombinasi yang terdapat beban gempa di dalam persamaannya harus didesain berdasarkan pengaruh beban seismik yang ditentukan seperti ini. Untuk penggunaan dalam kombinasi beban (3) dan (4) subbab 4.11.1, E harus didefinisikan sebagai : E = E h + E V Untuk penggunaan dalam kombinasi beban (5) dan (6) subbab 4.11.1, E harus didefinisikan sebagai : E = E h - E V Dimana : E = Pengaruh beban seismic E h = Pengaruh beban seismic horizontal yang akan didefinisikan selanjutnya E V = Pengaruh beban seismic vertikal yang akan didefinisikan selanjutnya E h adalah pengaruh gaya seismik horizontal. Pengaruh beban seismik E h harus ditentukan dengan rumus berikut ini. E h = ρ - Q E IV-52

E V adalah pengaruh gaya seismik vertikal. Pengaruh beban seismik E v harus ditentukan dengan rumus berikut ini. E v = 0,2 S DS DL Oleh karena itu, kombinasi pembebanannya menjadi seperti penjabaran di bawah ini. 1. 1,4 DL 2. 1,2 DL + 1,6 LL 3. 1,2 DL + 1 LL ± 0,3 (ρ Q E + 0,2 S DS DL) ±1 (ρ Q E + 0,2 S DS DL) 4. 1,2 DL + 1 LL ± 1 (ρ Q E + 0,2 S DS DL) ± 0,3(ρ Q E + 0,2 S DS DL) 5. 0,9 DL ± 0,3 (ρ Q E + 0,2 S DS DL) ±1 (ρ Q E + 0,2 S DS DL) 6. 0,9 DL ± 1 (ρ Q E + 0,2 S DS DL) ± 0,3(ρ Q E + 0,2 S DS DL) Untuk redunansi sama dengan 1,3 (ρ = 1,3) dan S DS = 0,457, hasil penjabarannya adalah seperti pada tabel 4.8.2 berikut ini. Kombinasi Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien COMB 1 1.4 DL 0 LL 0.00 EX 0.00 EY COMB 2 1.2 DL 1.6 LL 0.00 EX 0.00 EY COMB 3 1.2 DL 1 LL 0.42 EX 1.39 EY COMB 4 1.2 DL 1 LL -0.42 EX -1.39 EY COMB 5 1.2 DL 1 LL 0.42 EX -1.39 EY COMB 6 1.2 DL 1 LL -0.42 EX 1.39 EY COMB 7 1.2 DL 1 LL 1.39 EX 0.42 EY COMB 8 1.2 DL 1 LL -1.39 EX -0.42 EY COMB 9 1.2 DL 1 LL 1.39 EX -0.42 EY COMB 10 1.2 DL 1 LL -1.39 EX 0.42 EY COMB 11 0.9 DL 0 LL 0.36 EX 1.21 EY COMB 12 0.9 DL 0 LL -0.36 EX -1.21 EY COMB 13 0.9 DL 0 LL 0.36 EX -1.21 EY COMB 14 0.9 DL 0 LL -0.36 EX 1.21 EY COMB 15 0.9 DL 0 LL 1.21 EX 0.36 EY COMB 16 0.9 DL 0 LL -1.21 EX -0.36 EY COMB 17 0.9 DL 0 LL 1.21 EX -0.36 EY COMB 18 0.9 DL 0 LL -1.21 EX 0.36 EY IV-53

4.9 Perbandingan Story Drift antara SNI 03-1726-2002 dengan SNI 03-1726-2012 4.9.1 Simpangan Antar Tingkat berdasarkan SNI 03-1726-2002 a. Kinerja Batas Layan Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar tingkat akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, disamping untuk mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Menurut SNI 03-1726-2002 pasal 8.1.2 Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat tidak boleh melampaui kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm, bergantung mana yang nilainya terkecil. b. Kinerja Batas Ultimit Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia untuk mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (dilatasi). Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar tingkat dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan. Simpangan antar tingkat yang terjadi pada model struktur bangunan Hotel dapat dilihat pada lampiran C-1 dalam laporan tugas akhir ini. Dari tabel di pada lampiran C-1 dilihat bahwa story drift maksimal yang terjadi adalah sebesar 0.003105 mm pada arah x yang terdapat di lantai 11 bangunan hotel ini, dan sebesar 0.003753 mm pada arah y yang terdapat di lantai 3. IV-54

4.9.2 Simpangan Antar Lantai berdasarkan SNI 03-1726-2012 Simpangan antar lantai adalah perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Simpangan antar lantai tingkat desain ( ) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Lihat Gambar 4.9.2. Apabila pusat massa tidak terletak segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk menghitung defleksi di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa tingkat di atasnya. Jika desain tegangan ijin digunakan, harus dihitung menggunakan gaya gempa tingkat kekuatan yang ditetapkan dalam Pasal 7.8 SNI 03-1726-2012 tanpa reduksi untuk desain tegangan ijin. Gambar 4.9.2 Penentuan simpangan antar lantai Simpangan antar tingkat yang terjadi pada model struktur bangunan Hotel ini dapat dilihat pada tabel 4.9.2 dan dapat dilihat lebih lengkap pada lampiran C-2. IV-55

Dari tabel 4.9.2 dapat dilihat bahwa simpangan antar tingkat maksimal yang terjadi adalah sebesar 0.003268 mm pada arah x yang terdapat di lantai 11 bangunan hotel ini, dan sebesar 0.004533 mm pada arah y yang terdapat di lantai 3. Tabel 4.9.2 Perbandingan Simpangan antar tingkat berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012 Lantai Drift x (mm) Drift y (mm) 2002 2012 2002 2012 ATAP 0.002757 0.002859 0.002055 0.002472 17TH 0.002844 0.003102 0.00236 0.002818 16TH 0.002934 0.003138 0.002656 0.003133 15TH 0.003015 0.003182 0.002892 0.003404 14TH 0.003072 0.003239 0.003081 0.003644 12TH 0.003101 0.003239 0.003228 0.003838 11TH 0.003105 0.003272 0.003343 0.003793 10TH 0.003049 0.003268 0.003278 0.003932 9TH 0.003013 0.003256 0.003369 0.004060 8TH 0.002954 0.003216 0.003447 0.004165 7TH 0.002865 0.003137 0.003441 0.004164 6TH 0.00272 0.002983 0.002955 0.003554 5TH 0.002643 0.002909 0.003343 0.004054 4TH 0.002451 0.002791 0.00338 0.004055 3RD 0.002159 0.002869 0.003753 0.004533 2ND 0.001787 0.002541 0.003431 0.004217 LT.DASAR 0.000912 0.001312 0.001945 0.002650 Drift x SNI 2002 < SNI 2012 Keterangan Drift Y SNI 2002 <SNI 2012 Dari hasil model struktur berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan model struktur berdasarkan SNI 03-1726-2012 dapat diketahui bahwa besarnya simpangan antar tingkat pada model SNI 03-1726-2012 lebih besar dibandingkan dengan model struktur berdasarkan SNI 03-1726-2002 IV-56

4.10 Perbandingan Gaya dalam yang terjadi antara SNI 03-1726-2002 dengan SNI 03-1726-2012 4.10.1 Gaya Dalam Balok Gaya Dalam Balok Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Gaya dalam yang terjadi pada balok yang digunakan adalah hasil dari output model struktur pada program ETABS akibat beban yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Gaya dalam pada balok yang di dapat adalah gaya geser, gaya momen, dan torsi. Gaya dalam yang digunakan adalah gaya terbesar akibat beban kombinasi. Tabel gaya dalam pada balok yang terjadi pada model struktur bangunan hotel berdasarkan SNI 03-1726- 2002 dapat dilihat pada lampiran D-1. Berdasarkan tabel pada lampiran D-1, didapat gaya dalam pada balok, yaitu gaya geser maksimum yang terjadi sebesar 87,751.27 kg, torsi sebesar 38,565.04 m, dan gaya momen sebesar 105,170.28 kg m. Gaya Dalam Balok Berdasarkan SNI 03-1726-2012 Gaya dalam yang terjadi pada balok berdasarkan SNI 03-1726-2012 dapat dilihat pada lampiran D-1. Berdasarkan tabel pada lampiran tersebut didapat gaya geser maksimum yang terjadi sebesar 114.187 kg, torsi sebesar 49.985,62 m, dan gaya momen sebesar 125.377,89 kg m. IV-57

Dari Perbandingan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa gaya dalam yang terjadi pada balok berdasarkan SNI 03-1726-2012 lebih besar dari gaya dalam pada balok berdasarkan SNI 03-1726-2002. 4.10.2 Gaya Dalam Kolom Gaya Dalam Kolom SNI 03-1726-2002 Gaya dalam yang bekerja pada kolom adalah gaya normal (P), gaya geser (V), torsi (T), dan gaya momen (M). Gaya dalam yang digunakan adalah gaya terbesar akibat beban kombinasi. Tabel gaya dalam pada kolom yang terjadi pada model struktur bangunan hotel berdasarkan SNI 03-1726-2002 dapat dilihat pada lampiran D-2. Berdasarkan tabel pada lampiran D-2 didapat gaya normal (P) maksimum sebesar 1.075.935,86 Kg, gaya geser maksimum sebesar 43.087,7 Kg, torsi (T) maksimum sebesar 1.574,59 m, dan gaya momen sebesar 114.028,37 Kgm. Gaya Dalam Kolom SNI 03-1726-2012 Gaya dalam pada kolom berdasarkan SNI 03-1726-2012 dapat dilihat pada lampiran D-2. Berdasarkan tabel tersebut didapat gaya normal sebesar 1.137.998 kg, gaya geser maksimum sebesar 61.410,92 kg, torsi sebesar 2.466,65 m, dan gaya momen sebesar 160.210,50 kg m. IV-58

IV-59