BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh Pendapatan..., Fani, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada tahun 2000, Banten merupakan wilayah pemekaran dari Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Diana Sari, 2013:40). Selanjutnya Diana Sari menyatakan, sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan Otonomi Daerah membuat Pemerintah menggantungkan sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan yang berlaku (Chaizi dalam Susanti, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dimana Pemerintah Daerah mempunyai wewenang untuk mengatur daerahnya sendiri baik dari sektor keuangan maupun dari sektor non keuangan. 1 Pelaksanaan otonomi daerah yang dititik beratkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan atau urusan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan. Sumber pembiayaan yang paling penting adalah Pendapatan Asli Daerah yang dikenal dengan istilah PAD di mana komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah. Dalam hal ini pajak daerah dan retribusi daerah diatur dalam UU no 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah dengan UU no 34 tahun 2000 dan terakhir diubah dengan UU no 28 tahun 2009. 1 Sulistyowati, Diah. 2011. Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah,DAU dan DAK Terhadap Alokasi Belanja Modal. FE UNDIP hal 1 1

2 Desentralisasi atau otonomi daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengatur urusan rumah tanggannya. Hal ini menuntut Pemerintah Daerah untuk lebih bijak dalam hal pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Selain itu Pemerintah Daerah juga dituntut untuk dapat mengalokasikan hasil penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan pemerintah daerah terdiri atas PAD, dana perimbangan, pinjaman daerah dan pendapatan lain-lain yang sah. Pendapatan Asli Daerah salah satunya berupa pajak daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Dengan demikian, penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah diharapkan nantinya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap PAD dalam hal pencapaian dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. 2 PAD sebagai salah satu sumber penerimaan daerah sebelumnya kurang mendapat perhatian, keadaan ini disebabkan ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, sumber dana pembangunan daerah sebagian besar diperoleh dari pemerintahan pusat sementara kewenangan pemerintah daerah dalam mengatur penggunaan dana tersebut relatif terbatas. 3 Semakin 2 Mayasari, Dian.2009. Kontribusi Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (Analisis terhadap kabupaten dan kota di Jawa Timur). FE UMM. Hal 3 3 Rangga Diza, Mohd.2009. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Sumatera Utara FE USU. Hal 2

3 besar pajak dan retribusi daerah yang diterima maka akan semakin meningkatnya PAD kabupaten atau kota tersebut. Kemandirian suatu kabupaten atau kota dapat dilihat dari besarnya PAD yang diperoleh dan dalam membiayai pengeluaran untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya kepada masyarakat untuk membantu dan menfasilitasi sarana dan prasana masyarakat. Kabupaten Banyuasin dibentuk berdasarkan pertimbangan pesatnya perkembangan dan kemajuan pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan umumnya dan khususnya di Kabupaten Musi Banyuasin yang diperkuat oleh aspirasi masyarakat untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan guna menjamin kesejahteraan masyarakat. Status daerah yang semula tergabung dalam Kabupaten Musi Banyuasin berubah menjadi Kabupaten tersendiri yang memerlukan penyesuaian, peningkatan maupun pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan. 4 Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Sumatera Selatan sebagai besar penduduknya memiliki mata pencarian sebagai nelayan dan petani. Perkembangan dan Pemekaran di Wilayah Kabupaten Banyuasin berdampak pada industri, karena di kabupaten Banyuasin banyak didirikan perusahaan-perusahaan industri baik dalam skala 4 Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin. www.banyuasinkab.bps.go.id (diakses 12 november) 2014 jam 21.00 wib

4 besar maupun home industri kemudian disusul oleh bidang pertanian dan perkebunan 5. Kabupaten Banyuasin berada pada posisi potensial dan strategis dalam hal perdagangan dan industri, maupun pertumbuhan sektor-sektor pertumbuhan baru. Yang merupakan daerah penyelenggara pertumbuhan Kota Palembang terutama untuk sektor industri. Bila dikaitkan dengan rencana Kawasan Industri dan pelabuhan Tanjung Api-api Kabupaten Banyuasin sangat besar peranannya bagi kabupaten di sekitarnya sebagai pusat industri hilir, jasa distribusi produk sumber daya alam baik pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan, dan pertambangan sehingga akan melahirkan kembali kemasyuran Bandar Sriwijaya milik Kabupaten Banyuasin 6. Sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Banyuasin (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2013 mencapai Rp 16,92 milyar, sedangkan pada tahun 2012 sebesar Rp 15,12 milyar. Struktur ekonomi Kabupaten Banyuasin masih didominasi oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan)sebesar 44,03% PDRB Banyuasin di sumbang oleh sektor ini. Sumbangan sektor primer terutama berasal dari sektor pertanian sebesar 30,54% sedangkan sektor pertambangan sebesar 13,49%. 7 Sektor sekunder (sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor bangunan) yang memberikan kontribusi sebesar 33,86% pada PDRB banyuasin. Sumbangan sektor sekunder terutama diberikan oleh 5 Lembaga Pemetaan Sosial Daerah-daerah penghasil Minyak dan gas www.migas.bisbak.com/1607.html (diakses 25 agustus 2014) jam 20.00 wib 6 Pemerintah Kabupaten Banyuasin. www.banyuasinkab.go.id (diakses 12 november 2014) jam 15.00 wib wib 7 Banyuasin dalam Angka 2014. www.banyuasinkab.bps.go.id (diakses 12 november 2014) jam 13.00

5 sektor industri pengolahan sebesar 24,13%. Sumbangan sektor tersier (sektor perdagangan, hotek dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa) terhadap PDRB Banyuasin sebesar 22,12%. Pada sektor ini sumbangan terbesar berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 13.67% Gambar 1.1 Distribusi Persentase Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha ADHB Dengan Migas Tahun 2013 Pertanian 0,71% 0,77% 13,67% 7% 30,54% Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan 0,05% 9,68% 24,13% 13,49 Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Data Sekunder, Sumber : Badan Pusat Statistik,2014 8 Pada tahun 2013 tingkat pertumbuhan riil banyuasin sektor ekonomi di Kabupaten Banyuasin sebesar 6,18% dengan migas dan bila tanpa migas mencapai 7,26%. Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 mengalami perlambatan 8 Badan Pusat Statistik. Banyuasin dalam Angka. 2014 www.banyuasin.bps.go.id (diakses 12 november 2014) jam 14.00 wib

6 dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 6,18% sedangkan bila dibandingkan dengan tanpa migas terjadi sedikit perlambatan yang sebesar 7,26%. Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuasin Data sekunder, Sumber : Badan Pusat Statistik, Banyuasin dalam Angka 2014 Biaya pembangunan suatu daerah diperoleh dari dua sumber yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas Pendapatan, Pengelolaan dan Asset Daerah 9, Realisasi penerimaan pendapatan daerah tahun 2013 mencapai Rp 1,39 triliun. Nilai tersebut meningkat sebesar 10,99% dari yang ditargetkan, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya realisasi penerimaan pendapatan daerah tahun 2013 ini meningkat sebesar 31,14% Gambar 1.3 wib 9 Banyuasin dalam Angka 2014. www.banyuasinkab.bps.go.id (diakses 13 november 2014) jam 14.30

7 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Banyuasin Tahun 2010-2013 (Milyar Rupiah) 1800 1600 1400 1200 1056.53 1061.89 1254.66 1362.94 1669.31 1655.71 1000 800 600 400 200 0 2011 2012 2013 Realisasi Target Data Sekunder, Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dalam otonomi daerah, Kabupaten Banyuasin mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, Pemerintah Daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat sebagaimana ketentuan dalam Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Mengingat perpajakan daerah merupakan salah satu bentuk pembebanan kepada rakyat, maka pajak dan pungutan lain yang memaksa ditetapkan dalam Peraturan Daerah sebagaimana perintah dari ketentuan undang undang tersebut diatas.

8 Hasil penerimaan Pajak Daerah diakui belum memadai dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Banyuasin. Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat melalui berbagai mekanisme. Dalam banyak hal, dana alokasi dari pusat tidak sepenuhnya dapat diharapkan menutup seluruh kebutuhan pengeluaran daerah. Guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah Kabupaten Banyuasin berusaha untuk meningkatkan pendapatan asli daerah salah satunya melalui pajak dan retribusi daerah. Dan diharapkan akan meningkatkan pendapatan asli daerah dari pajak daerah dan retribusi daerah. Terdapat kaitan erat antara penerimaan daerah, pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dimana semakin tinggi penerimaan yang diterima daerah maka semakin tinggi peluang untuk membangun perekonomian daerah dan mensejahterakan masyarakat. Potensi-potensi yang ada di Banyuasin seharusnya bisa dimaksimalkan lagi untuk menambah sumber penerimaan yang diterima oleh daerah. Tujuan adanya peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah adalah untuk mendorong perekonomian Kabupaten Banyuasin melalui pembangunan sarana prasarana yang menunjang perekonomian. Dengan adanya pembangunan tersebut diharapkan perekonomian dapat berkembang dan tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat. PAD kabupaten Banyuasin dari tahun 2010-2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukan dengan naiknya besaran Rupiah

9 Murni yang diperoleh dari berbagai sektor dan ditunjang oleh sumber keuangan yang masuk melalui pengembangan berbagai sektor baik industri maupun non industri. peningkatan ini juga tidak lepas dari pembangunan dan pengembangan wilayah industrial serta semakin banyak dibuka perusahaanperusahaan di wilayah. 10 Tabel 1.1 Realisasi APBD Kabupaten Banyuasin Tahun 2010-2013 (dalam jutaan rupiah) Jenis Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Tahun 2010 2011 2012 2013 Pajak Daerah 6.564 10.445 25.771 31.068 Retribusi Daerah 5.350 6.130 12.737 30.835 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 972 1.596 2.809 1.891 Pendapatan Asli Daerah 9.612 10.611 15.110 17.569 Lainnya yang sah Data sekunder, Sumber : Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,2014 11 Dari hasil Realisasi PAD tahun 2010-2013 dapat terbaca bahwa pendapatan Kabupaten Banyuasin tertinggi terjadi pada tahun 2013. Hal ini sebanding pula dengan Pajak Daerah yang menyatakan bahwa tahun 2013 Pajak Daerah mencapai angka Rp 31.068.000, ini artinya PAD Banyuasin mengalami peningkatan yang sangat pesat. Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH PAJAK 10 Lembaga Pemetaan Sosial Daerah-daerah penghasil Minyak dan gas www.migas.bisbak.com/1607.html (diakses 25 agustus 2014) jam 15.40 wib 11 Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan www.depkeu.dpjk.go.id (diakses 13 november 2014) jam 19.00 wib

10 DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BANYUASIN (Periode 2010-2013). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa pajak daerah dan retribusi daerah dapat berpeluang untuk mempunyai pengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pajak daerah berpengaruh secara signifikan positif terhadap Pendapatan Asli Daerah? 2. Apakah retribusi daerah berpengaruh secara signifikan positif terhadap Pendapatan Asli Daerah? 3. Apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh bersama-sama terhadap Pendapatan asli Daerah? C. Batasan Masalah Penulis memberikan batasan masalah terhadap penelitian ini yaitu : 1. Variabel Independent yang diteliti adalah pajak daerah dan retribusi daerah untuk Kabupaten Banyuasin. 2. Objek penelitian adalah Kabupaten Banyuasin. 3. Data yang digunakan data realisasi APBD per triwulan tahun 2010-2013 yang merupakan data time series yang direkap dan sehingga dianggap sebagai data resprentif semenjak adanya otonomi daerah. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

11 Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris pada: 1. Pengaruh Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah 2. Pengaruh Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah 3. Pengaruh kesamaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini diantaranya adalah: 1. Untuk melengkapi penelitian serupa yang telah dilakukan terdahulu serta membuktikan apakah dengan variabel yang lebih spesifik akan tetap mendukung hasil dari penelitian sebelumnya atau bahkan dapat memberikan hasil yang berbeda. 2. Dapat digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuasin sebagai bahan pertimbangan untuk pengelolaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Pendapatan Asli Daerah sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada publik. E. Kontribusi Penelitian 1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah daerah (Khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin) dalam pengambilan keputusan kebijakan di waktu yang akan datang khususnya dalam penerimaan pajak dan retribusi daerah.

12 2. Bagi Ilmu Pengetahuan. Penelitian ini bisa dijadikan referensi dalam ilmu pengetahuan, khususnya di bidang perpajakan. Dengan membandingkan teori-teori yang ada dengan hasil dari penelitian ini. 3. Bagi Lembaga ( IAIN Raden Fatah Palembang ). Sebagai bahan perbandingan dari produk pendidikan Universitas, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut khususnya pada pembahasan bidang yang sama sehingga diharapkan munculnya generasi bangsa yang lebih baik dan bertanggung jawab F. Sistematika Penulisan Penelitian ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika penelitian sebagai berikut : 1. BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan secara singkat isi dari penelitian yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. 2. BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini memaparkan teori-teori yang telah diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai literatur, yang berkaitan dengan masalah penelitian yang telah diterapkan untuk selanjutnya digunakan dalam landasan pembahasan dan pemecahan masalah, serta berisi penelitian terdahulu.

13 3. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang definisi operasional variable yang terdapat dalam penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan, metode pengumpulan data, populasi dan sampel, serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian. 4. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian serta menguraikan pembahasan mengenai pengaruh penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Pembahasan masalah ini dilakukan atas analisis data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis yang telah ditetapkan. 5. BAB V : KESIMPULAN Bab ini adalah bab terakhir dan sekaligus menjadi penutup dari skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang bersifat membantu dalam penelitian mengenai pengaruh penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Banyuasin.