PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PEMBERDAYAAN KELOMPOK USAHA JASA PARIWISATA DI OBYEK WISATA CANDI CETO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,

MEMBANGUN SINERGI BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK PELESTARIAN BENDA CAGAR BUDAYA DI KAWASAN CANDI CETO

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh wilayah Indonesia terdapat 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Fakultas Keÿuruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

MENUMBUHKAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN KEBUDAYAAN DAN BENDA CAGAR BUDAYA MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KAWASAN WISATA DUSUN CETO

UPAYA MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN DI KAWASAN CANDI CETO BERBASIS KEARIFAN LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

FUNGSI DAN MAKNA KESENIAN BALEGANJUR BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DUSUN CETO DESA GUMENG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

PENDAMPINGAN PERCAKAPAN BAHASA INGGRIS BAGI PEDAGANG ASONGAN DI KAWASAN WISATA SENGGIGI

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Lot merupakan salah satu daya tarik wisata (DTW) di Bali yang

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. besar sehingga menjadikannya sebagai salah satu industri dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini tidak dapat dipungkiri lagi jika dunia pariwisata Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi. ASEAN (MEA) secara efektif berpotensi mendorong pertumbuhan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Destiana, 2015

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, pendapatan pemerintah, dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

Pengelolaan Kelembagaan dan Pemasaran Desa Wisata Kedunggudel Kenep Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa akomodasi (kamar) yang dikelola

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Wisatawan Di Cikole Jayagiri Resort Bandung

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

BAB V KESIMPULAN & SARAN. Jawa Barat. Kampung Adat Pulo memilki karakteristik yang unik yang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat tetapi telah menjadi kebutuhan seluruh masyarakat

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

Konsep Design Mikro (Bangsal)

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DI KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB I. mendorong tumbuhnya berbagai industri sebagai upaya dalam memenuhi. Persaingan dalam dunia industri sebagai dampak dari beragamnya

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

2016 STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA RUMAH MAKAN SAUNG POJOK DADAHA KOTA TASIKMALAYA

PEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun Bulan Tingkat Hunian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

Transkripsi:

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO Oleh: Wahyu Purwiyastuti, S.S., M.Hum Dra. Emy Wuryani, M.Hum Disampaikan dalam Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat (IbM) Bekerjasama dengan ASITA Di Hotel Pose In Surakarta, 17 Januari 2014 1

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO Wahyu Purwiyastuti dan Emy Wuryani UKSW Salatiga PENDAHULUAN Dusun Ceto, desa Gumeng, kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Jawa Tengah merupakan desa adat yang mayoritas penduduknya memeluk agama Hindu-Jawa. Masyarakat dusun Ceto terdiri dari 140 KK dan 436 jiwa, laki-laki berjumlah 211 jiwa dan perempuan 225. Agama dan kepercayaan yang dianut mayoritas warga dusun Ceto adalah Hindu. Jumlah umat Hindu di dusun Ceto adalah 431 jiwa dan sisanya beragama Islam yang berjumlah 5 orang (wawancara dengan Kepala Dusun Ceto). Di lokasi ini terdapat candi Ceto yang digunakan oleh penduduk sebagai tempat pemujaan dan tempat pertapaan bagi kalangan penganut agama asli Jawa atau Kejawen. Selain candi Ceto, terdapat pula patung dewi Saraswati, sumber mata air dan Candi Kethek yang memiliki bentuk seperti punden berundak dan puncak tertinggi yang diyakini sebagai lambang kekuasaan. Candi Ceto termasuk kawasan Cagar Budaya dan salah satu obyek wisata yang dikunjungi wisatawan, karena itu pengunjung yang masuk ke sana dikenai tiket masuk sebesar Rp 3.000/orang untuk wisatawan domestik dan Rp 10.000 untuk wisatawan asing. Pada saat hari besar umat Hindu, tradisi dan upacara-upacara yang dilaksanakan dipusatkan di candi Ceto. Peserta yang secara rutin mengikuti prosesi tradisi dan upacara berasal dari kecamatan Jenawi, Ngargoyoso, dan dari luar daerah antara lain dari Bali. Dalam sebulan rata-rata ada 100 wisatawan yang datang langsung dari Bali untuk melakukan ritual di komplek Candi Ceto. Mereka menginap di rumah-rumah penginapan yang ada di tempat itu. Mulai 2

tahun 2007 jumlah pengunjung di kompleks candi ini meningkat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Jumlah Wisatawan Candi Ceto No Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Domestik 1 2006 443 13.537 2 2007 610 15.765 3 2008 824 13.851 4 2009 1.239 17.029 5 2010 1.935 15.803 6 2011 2.328 20.108 JUMLAH 7.379 96.093 Pada umumnya wisatawan berkunjung di tempat ini berkisar 1 3 hari. Pada tahun 2004 terdapat 3 usaha penginapan yang mendapat bantuan 10 juta rupiah dari pemerintah Kabupaten Karanganyar untuk membangun kamar untuk penginapan yaitu Mekarsari, Adem Ayem dan Puri Lawu. Pada tahun 2012 jumlah penginapan bertambah menjadi 11. Mutu akomodasi dan pelayanan masih sangat sederhana. Kebersihan kamar dan kamar mandi, maupun penataan tempat tidur masih belum memadai. PEMBERDAYAAN DAN MOTIVASI Pemberdayaan merupakan bentuk dari proses perubahan sosial menuju ke arah masyarakat yang hidup lebih baik dan sejahtera. Salah satu ciri utama dari pemberdayaan adalah menitikberatkan pada peran dan partisipasi masyarakat sejak dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan pemeliharaan. Pemerintah dan instansi lain mempunyai tugas sebagai fasilitator dan motivator bagi masyarakat yang menjadi sasaran pemberdayaan. Menurut Moh. Ali Aziz dalam buku Model model Pemberdayaan Masyarakat (Suhartini dkk., 2009: 135) ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam melakukan pemberdayaan: 1) Membantu masyarakat menemukan masalahnya. 2) Melakukan kajian permasalahannya secara partisipatif dengan cara diskusi kelompok, curah 3

pendapat, maupun pertemuan pertemuan secara periodik. 3) Menentukan skala prioritas masalah, memilah dan memilih maslah yang paling mendesak untuk diselesaikan. 4) Mencari cara penyelesaian masalah yang sedang dihadapi antara lain dengan cara pendekatan sosio kultural yang ada dalam masyarakat. 5) Melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, dan 6) mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya. Merujuk pada teori pemberdayaan tersebut di atas, maka keterlibatan akademisi dalam memberdayakan masyarakat pelaku bisnis di kawasan candi Ceto sangat diperlukan. Sepanjang sejarahnya, masyarakat Hindu Ceto secara tidak langsung mendapat mandat dari para leluhur untuk tetap melestarikan warisan budaya leluhur. Salah satu contoh adalah mereka bertanggungjawab mengelola kompleks Candi Ceto, peninggalan Brawijaya V. Masyarakat Ceto sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan yang direpresentasi melalui figur Dewi Saraswati yang dilukiskan berada di atas angsa dan disebelahnya ada burung merak. Angsa adalah jenis binatang unggas yang memiliki sifat-sifat yang baik yaitu tidak suka berkelahi dan suka hidup harmonis. Angsa juga memiliki kemampuan memilih makanan. Meskipun makanan itu bercampur dengan air kotor tetapi yang masuk ke perutnya adalah hanya makanan yang baik saja, sedangkan air yang kotor keluar dengan sendirinya. Dalam melayani wisatawan, kelompok pelaku usaha warung setiap hari melayani wisatawan dengan menyediakan aneka makanan dan minuman. Tamu, ibaratnya adalah Raja yang wajib dilayani dengan baik dan bertanggunggjawab. Pelaku usaha warung di kawasan candi Ceto wajib menyediakan sajian makanan dan minuman yang sehat dan berkualitas. Hal ini perlu diperhatikan supaya kesan yang diperoleh wisatawan selama berkunjung ke area candi bersifat positif, bahkan bisa menjadi sarana promosi yang hidup bagi kawasan wisata candi Ceto. Salah satu jenis kegiatan yang diarahkan untuk memberdayakan masyarakat adalah pelatihan tentang kemasan produk makanan. Pengetahuan 4

tentang bahaya produk kemasan makanan ternyata masih sangat awam bagi masyarakat. Pemahaman yang diberikan dalam pelatihan bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam kepada kelompok usaha homestay dan kuliner sehingga pelayanan kepada wisatawan akan diberikan secara berkualitas pada sisi kesehatan dan penampilan. Kegiatan memotivasi masyarakat merupakan bagian penting selain memberdayakan masyarakat. Motivasi merupakan suatu kekuatan seseorang yang dapat menentukan kualitas perilaku dalam melaksanakan kegiatan dan kehidupannya di masyarakat. Menurut Victor H. Vroom, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Maksudnya adalah jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah. Pada prinsipnya kegiatan akademisi dalam membangun motivasi terhadap pelaku usaha di kawasan candi Ceto selama ini tidak mengalami kendala. Pendekatan partisipatif merupakan pilihan yang tepat untuk memulai interaksi dan sosialisasi. Berbagai permasalahan terkait aktivitas berwirausaha telah ditemukan selama proses pemberdayaan sehingga motivasi yang diberikan adalah memperkuat rasa percaya diri yang dibangun berbasis potensi sosial budaya masyarakat Ceto. MENUJU PERUBAHAN Meski sudah berlangsung cukup lama, bisnis penginapan dan kuliner di kawasan candi Ceto sampai sekarang dikelola sebagai usaha sampingan. 5

Masyarakat secara umum belum memiliki perhatian dan pengertian tentang masalah-masalah standar kebutuhan pada bisnis penginapan (homestay) terutama untuk kebutuhan tanggung jawab pelayanan pada wisatawan, kebersihan dan kerapian penginapan, dekorasi yang ada di kamar tamu, maupun di ruang tamu atau lobby penginapan, jendela terlalu kecil, bahkan ada yang tanpa jendela, kamar mandi terlalu kecil/sempit. Sikap dan tingkah laku yang ramah kepada wisatawan juga masih kurang, bahkan disiplin diri dalam melayani dan komunikasi dengan tamu dianggap tidak penting. Dalam bidang kuliner, sarana warung makanan dan cinderamata juga berlangsung secara konvensional. Komponen ini sangat penting karena erat kaitannya dengan kebutuhan makan dan minum serta oleh-oleh atau kenangkenangan dalam bentuk barang tertentu. Di kawasan candi Ceto, wisatawan pada umumnya kurang tertarik untuk membeli cinderamata. Jenis barang yang diminati wisatawan umumnya tongkat kayu bertuah dan tasbih. Komponen lainnya adalah sarana makan dan minum. Di lokasi ini terdapat 13 warung yang menjual kebutuhan tersebut. Semua pemilik warung tidak memiliki pembukuan untuk usaha warungnya. Dalam hal sarana makan dan minum hal yang sangat perlu diperhatikan adalah variasi barang, menu, fasilitas, harga, dan kebersihan lingkungan. Mereka pada umumnya tidak mencantumkan harga barang yang dijual sehingga apabila wisatawan akan membeli barang yang dijual selalu menanyakan harga barang tersebut. Permasalahan yang dihadapi kelompok ini umumnya ketidaktahuan mereka mengenai berbagai cara memasarkan barang yang dijualnya, tidak tahu jenis makanan atau minuman yang dibutuhkan wisatawan, cara membuat aneka makanan dan masakan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan, serta bagaimana mengelola sebuah usaha warungan. Pemberdayaan yang dilakukan terhadap pelaku usaha di kawasan candi Ceto antara lain: 1) mengelola sebuah usaha jasa penginapan yang professional untuk 6

dapat meningkatkan layanan dan lama tinggal wisatawan di lokasi dusun Ceto; dan 2) mengelola usaha warung makan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berkunjung di lokasi itu sehingga wisatawan mau datang dan membeli produk yang dijajakan oleh pemilik warung. Permasalahan dalam bidang kewirausahaan tersebut diatasi menggunkan pendekatan partisipatif dalam bentuk kegiatan-kegiatan sarasehan, pelatihan-pelatihan, dan pendampingan. Beberapa kegiatan telah dilaksanakan dalam memberdayakan masyarakat antara lain: Membangun motivasi berwirausaha melalui pengenalan kewirausahaan; Memberikan pengetahuan pentingnya mengelola sebuah usaha jasa yang professional melalui workshop manajemen usaha jasa pariwisata; Memberikan keterampilan usaha jasa pariwisata melalui pelatihan-pelatihan untuk jasa penginapan dan warung. Pemberdayaan di kalangan pelaku usaha penginapan dan kuliner candi Ceto menciptakan situasi perubahan yang sangat signifikan. Dengan segala keterbatasan, perubahan yang dilakukan telah membuka wawasan pelaku bisnis untuk meningkatkan kegiatan dan pelayanannya. Dalam memberdayakan para pelaku usaha penginapan dan kuliner di kawasan candi Ceto, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah bagaimana pariwisata bisa dinikmati masyarakat dan bukan sebagian masyarakat saja. Pariwisata dalam konsep seperti ini diharapkan akan berdampak secara berkesinambungan. Dampak yang nyata adalah meningkatnya pendapatan bagi masyarakat lokal. Pada usaha jasa penginapan misalnya, konsep homestay diharapkan dapat memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Lebih menarik karena ada interaksi dengan tuan rumah (karakter) b. Salah satu upaya seperti orang yang datang lebih tertarik untuk tinggal lebih lama. c. Karakter yang dimaksud adalah karakter asli yang kemudian dimodifikasi. 7

Pelaku usaha penginapan dan kuliner dapat memulai untuk menghitung peluang bisnis pariwisata di kawasan Ceto bisa dimulai dari langkah mereaksi jumlah kunjungan wisata yang semakin meningkat ke arah candi. Sebuah penginapan bisa dikelola dengan memenuhi beberapa target berikut ini: a. Apakah penginapan tersebut bersih? Hygene dan sanitasinya harus diperhatikan. b. Bagaimana masyarakat pelaku usaha menonjolkan potensi mereka dan mengembangkan dusun? c. Apakah masyarakat merasa perlu menciptakan merk dagang terhadap usaha mereka? d. Apakah persoalan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat menjadi kendala dalam mengembangkan usaha serta meningkatkan motivasi berwirausaha. SIMPULAN Pemberdayaan yang dilakukan terhadap pelaku bisnis penginapan dan warung di kawasan candi diakui masyarakat merupakan media yang sangat efektif dalam meningkatkan layanan pada wisatawan. Motivasi yang diberikan oleh kalangan akademisi secara realistis mampu membangun rasa percaya diri yang kuat bagi kelompok pelaku bisnis. Dalam pertemuan rutin antara kelompok pelaku bisnis direspons positif karena unsur-unsur perubahan dalam perilaku bisnis mampu memberikan nilai tambah secara ekonomi maupun kepuasan rohani. Pemberdayaan yang telah berlangsung pada tahun 2013 diharapkan direspons oleh berbagai pihak terkait sehingga semangat serta keahlian masyarakat dalam melayani wisatawan dapat terus diperbaharui sesuai standar pelayanan yang dibutuhkan masyarakat. 8