STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER (Study on Quality and Viability of Garut Ram Cauda Epididymides Spermatozoa in Different Kind of Extender) NURCHOLIDAH SOLIHATI Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Bandung 45363 ABSTRACT The purposes of this research was to examine the quality and viability of Garut Ram cauda epididymides spermatozoa in different solution and to study the extender that can maintain the best quality and viability of Garut Ram cauda epididymides spermatozoa. In this research cauda epididymides of new slaughtered Garut Ram was used and immediately brought to laboratory. Liquid semen was produced by six kinds of extenders as treatment consisting physiologic NaCl, coconut water, coconut milk, skim milk, citrate and Tris; 20% of egg yolk was added to all of the extender. The mixture was stored at 5 o C of temperature, then both quality and viability every 24 hours. This research was designed based on Completely Randomized Design with six treatments and three replications. Result showed that extenders were significantly (p < 0.05) affecting motility, live sperm and intact plasma membrane. The extenders were also affected viability of Garut Ram cauda epididymidis spermatozoa. It is concluded that Tris and citrate egg yolk extenders were the best solution in maintaining quality and viability of Garut Ram cauda epididymides spermatozoa. Physiologic NaCl and coconut water egg yolk solution were the simplest extenders and could be choosen if Tris and citrate egg yolk solution were not available. Key Word: Extender, Cauda Epididymides Spermatozoa, Garut Ram ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas dan daya tahan hidup spermatozoa cauda epididimidis Domba Garut di dalam berbagai jenis pengencer, serta mengetahui jenis pengencer yang mampu mempertahankan kualitas dan daya tahan hidup yang paling baik. Penelitian ini menggunakan tiga buah cauda epididimidis dari tiga ekor Domba Garut yang baru dipotong dan segera diolah di laboratorium untuk dibuat semen cair menggunakan enam macam pengencer sebagai perlakuan, yaitu terdiri dari NaCl fisiologis, air kelapa, santan, susu skim, sitrat dan tris yang seluruhnya ditambah dengan kuning telur sebanyak 20%. Semen cair yang telah dibuat kemudian disimpan pada suhu 5 o C, selanjutnya dievaluasi kualitas dan daya tahan hidupnya setiap 24 jam sekali. Penelitian dirancang dengan menggunakan Rangcangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis pengencer berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap motilitas, sperma hidup dan membran plasma utuh. Jenis pengencer juga berpengaruh terhadap daya tahan hidup. Disimpulkan bahwa pengencer tris kuning telur dan sitrat kuning telur merupakan pengencer paling baik dalam mempertahankan kualitas dan daya tahan hidup. Pengencer NaCl fisiologis kuning telur dan air kelapa kuning telur merupakan pengencer sederhana yang dapat dipilih apabila pengencer tris kuning telur dan sitrat kuning telur tidak tersedia. Kata Kunci: Pengencer, Spermatozoa Cauda, Domba Garut 401
PENDAHULUAN Domba Garut merupakan plasma nutfah Indonesia yang memiliki prospek untuk dikembangkan karena keunggulannya berupa pertumbuhan yang baik, ukuran tubuh relatif lebih besar. Ukuran tubuh Domba Garut jantan yaitu sekitar 60 80 kg bahkan bisa mencapai 100 kg (TIESNAMURTI, 2002) dan 30 40 kg untuk domba betina (MULYONO, 2000). Domba Garut jantan mempunyai nilai ekonomis tinggi karena biasa digunakan sebagai domba laga yang berperan dalam industri pariwisata, sehingga dapat dijadikan komoditas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Pengembangbiakan Domba Garut dihadapkan pada masalah dalam keterbatasan jumlah pejantan unggul, terutama bila domba jantan unggul tersebut yang mengalami kesulsitan dalam ejakulasi secara alamiah, serta tidak memberikan respons terhadap penampungan semen yang menggunakan alat bantu. Kendala-kendala tersebut mempersulit upaya pelestarian mutu genetik dan peningkatan populasi Domba Garut. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemanfaatan spermatozoa dari cauda epididimidis seperti yang telah dilaporkan oleh (RIZAL dan HERDIS, 2005). Cauda epididimidis merupakan tempat penyimpanan sementara spermatozoa sebelum diejakulasikan dan telah melewati proses pematangan di bagian caput dan corpus epididimidis. Mengingat Domba Garut terutama domba jantan memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi sebagai domba laga, maka pemanfaatan spermatozoa dari epididimis pejantan tersebut tidak dapat dikawinkan, sulit ditampung semennya atau telah mati misalnya pada kejadian mati mendadak setelah diadu, sangatlah bermanfaat untuk tetap meneruskan sifat-sifat unggul yang dimilikinya melalui teknologi Inseminasi Buatan (IB). Dalam hal ini, spermatozoa epididimis yang diperoleh perlu segera mendapatkan penanganan supaya dapat bertahan hidup untuk beberapa waktu dan memiliki daya fertilitas optimum. Teknologi tepat guna yang dapat diterapkan yaitu melalui teknik pengawetan, seperti pendinginan dan pembekuan dimana sebelumnya spermatozoa telah diencerkan. Pengenceran dilakukan untuk menjamin kebutuhan fisik dan kimiawi spermatozoa. Setiap jenis pengencer umumnya memiliki komponen yang berbeda, sehingga dari setiap pengencer memiliki kemampuan dan cara yang berbeda dalam mendukung kelangsungan hidup spermatozoa. Peneliti sebelumnya telah melaporkan bahwa memiliki kualitas yang memenuhi syarat untuk diolah menjadi semen beku menggunakan modifikasi pengencer Tris (RIZAL dan HERDIS, 2005). Namun demikian, bahan pengencer yang baik untuk digunakan adalah yang murah, sederhana, praktis dibuat tetapi mempunyai daya preservasi yang tinggi, mengandung unsur-unsur yang hampir sama sifat fisika dan kimiawi dengan semen, tidak bersifat racun bagi spermatozoa dan tidak membatasi daya fertilisasi spermatozoa. Pengencer yang digunakan secara meluas adalah pengencer tris, sitrat dan susu skim sedangkan pengencer sederhana yang mudah diperoleh diantaranya adalah NaCl fisiologis, air kelapa dan santan. Informasi mengenai hal tersebut terhadap belum tersedia sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai kualitas dan daya tahan hidup spermatozoa cauda epididimidis di dalam berbagai jenis pengencer. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas dan daya tahan hidup di dalam berbagai jenis pengencer dan mengetahui pengencer yang menghasilkan kualitas dan daya tahan hidup spermatozoa Domba Garut yang paling baik. MATERI DAN METODE Bahan dan peralatan penelitian Epididimis Domba Garut diperoleh dari tempat pemotongan hewan. Epididimis dibilas dengan larutan NaCl fisiologis kemudian dimasukan ke dalam tabung gelas berisi larutan NaCl fisiologis yang ditutup rapat dan dibawa ke laboratorium. Bahan-bahan penelitian yang digunakan adalah: tiga buah epididimis yang berasal dari tiga ekor Domba Garut, NaCl fisiologik, air kelapa, santan, susu skim, pengencer sitrat, pengencer tris, kuning telur, NaCl 3%, pewarna 402
eosin, alkohol, dan lain-lain. Peralatan yang digunakan terdiri dari spuit jarum suntik, gunting stainless steel steril, syringe, timbangan mikro, tabung reaksi, rak tempat tabung, termometer, gelas piala, gelas erlenmeyer, pipet tetes, gelas ukur, mikroskop, gelas objek, gelas penutup, haemositometer, ph paper, bunsen, lemari es, styrofoam, pinset, dan lainlain. Variabel yang diamati yaitu kualitas dan daya tahan hidup spermatozoa. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan tiga kali ulangan. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali, data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Varians, dan perbedaan antar perlakuan diuji menggunakan uji jarak berganda Duncan. MATERI DAN METODE Koleksi spermatozoa dari cauda epididimis dilakukan dengan cara membuat sayatansayatan pada cauda epididimidis menggunakan gunting stainless steel steril, kemudian dibilastekan pada petridis. Spermatozoa cauda epididimidis segar yang memenuhi syarat (persentase motilitas 70%, konsentrasi 1000 juta sel per ml, gerakan massa ++ atau +++ dan persentase abnormalitas < 20%) diencerkan dengan pengencer sesuai perlakuan. Setelah itu dilakukan evaluasi. Perlakuan jenis pengencer terdiri dari: NaCl fisiologis - Kuning Telur (), Air Kelapa -, Santan Kelapa -, Susu Skim -, Sitrat -, Tris -. Semen cair yang telah dibuat kemudian disimpan di lemari es pada suhu 4º 5 o C dan dilakukan evaluasi setiap 24 jam sampai dengan motilitas minimal 40%. HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas semen segar Hasil evaluasi makroskopis terhadap semen segar cauda epididimidis domba Garut menunjukkan hasil sebagai berikut: Volume 0,5 ml; Warna krem, Konsistensi sangat kental; ph 7; dan Bau khas sperma. Hasil evaluasi mikroskopis terhadap semen segar menunjukkan hasil sebagai berikut: Konsentrasi total 8.690 x 10 6 sel/ml; Abnormalitas 10,67%; Motilitas 75,83%; Sperma Hidup 76,67%; MPU 80,33%. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dapat dinyatakan bahwa sperma segar dari cauda epididimidis domba Garut memiliki kualitas yang memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi semen cair dan selanjutnya dilakukan pendinginan dengan menyimpan pada suhu 5 o C untuk diketahui kualitas dan daya tahan hidupnya. Tabel 1: Rataan motilitas spermatozoa cauda epididimidis domba Garut di dalam berbagai jenis pengencer pada penyimpanan 5 o C Lama penyimpanan (hari) NaCl fisiologis - Air kelapa - Perlakuan Santan - Susu skim - Sitrat -... Motilitas (%)... Tris - 0 74,33 a (a) 67,33 a (b) 66,33 a (b) 73,67 a (a) 76,00 a (a) 76,67 a (a) 1 54,33 b (b) 57,67 b (b) 43,33 b (c) 62,67 b (a) 63,33 b (a) 65,67 b (a) 2 40,67 c (c) 48,00 c (b) 18,00 c (d) 51,33 c (ab) 49,33 c (ab) 54,33 c (a) 3 28,33 d (c) 34,67 d (b) 06,33 d (d) 33,33 d (b) 41,33 d (a) 41,33 d (a) 4 08,00 e (c) 00,00 e (e) 01,00 e (d) 19,67 e (b) 28,00 e (a) 28,00 e (a) Huruf kecil dalam kurung dibaca arah horizontal, huruf kecil tanpa kurung dibaca arah verikal 403
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jenis pengencer berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap motilitas. Hasil uji lanjut menunjukan bahwa setelah satu hari penyimpanan, pengencer tris -, sitrat - dan susu skim - menghasilkan motilitas yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan pengencer NaCl fisiologis -, air kelapa - dan santan -, serta pengencer NaCl fisiologis - dan air kelapa- nyata lebih tinggi dibandingkan santan -. Namun demikian seluruh pengencer masih mampu mempertahankan motilitas yang memenuhi syarat untuk IB karena motilitas masih diatas 40%. Standar motilitas yang banyak digunakan dalam program IB harus memiliki persentase motilitas paling sedikit 40% (TOELIHERE, 1993). Setelah dua hari penyimpanan, pengencer santan - sudah tidak mampu mempertahankan motilitas layak IB karena motilitas sudah dibawah 40%, sedangkan pengencer tris - nyata menghasilkan motilitas lebih tinggi dibanding pengencer lainnya. Setelah tiga hari penyimpanan, hanya pengencer tris - dan sitrat - yang masih mampu mempertahankan motilitas layak IB dan nyata lebih tinggi dibanding pengencer lainnya. Setelah lama penyimpanan empat hari, semua jenis pengencer sudah tidak mampu mempertahankan motilitas minimal 40%. Motilitas tertinggi diperoleh dari pengencer tris -, kemungkinan karena pengencer tris - memiliki komposisi bahan yang lebih lengkap (tris hydroxymethyl aminomethan, asam sitrat, fruktosa, antibiotik, lipoprotein dan lecitin) menyediakan zat makanan dan sumber energi yang penting bagi spermatozoa untuk mempertahankan kehidupannya. Lipoprotein dan lecitin yang berfungsi untuk mempertahankan serta melindungi integritas selubung lipoprotein sel spermatozoa, fruktosa dapat berfungsi sebagai sumber energi (SORENSEN, 1979). Disamping itu, tris (hydroxymethyl aminomethan) berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan ph akibat asam laktat yang dihasilkan dari metabolisme spermatozoa dan diduga dapat mempertahankan tekanan osmosa dan keseimbangan elektrolit. Hasil penelitian terhadap semen ejakulat domba priangan dilaporkan oleh EDUARD (1997) bahwa Tris - merupakan pengencer terbaik karena komposisinya lebih lengkap mengandung zat-zat makanan sebagai sumber energi dan juga terdapat unsur lain yang dapat berfungsi mempertahankan daya hidup spermatozoa, terutama lipoprotein, lecitin dan fruktosa yang berguna sebagai pelindung spermatozoa dari kerusakan selubung sel spermatozoa akibat cold shock, sedangkan unsur-unsur elektrolit seperti Na, Ca, K berfungsi sebagai agen cryoprotectant di dalam pengencer. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara pengencer susu skim -, sitrat - dan tris -, namun perlakuan pengencer susu skim - dan sitrat - menghasilkan motilitas yang lebih rendah dibandingkan tris -, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Susu skim yang berfungsi sebagai buffer tidak dapat mempertahankan perubahan ph akibat terbentuknya asam laktat sisa metabolisme yang menghasilkan energi. Pada pengencer sitrat -, ion sitrat akan berikatan dengan Ca yang terdapat dalam plasma semen, sehingga akan menghilangkan fungsi Ca sebagai pemacu motilitas. Seperti pendapat FLEIG yang dikutip oleh SALISBURY dan VANDEMARK (1985) yang menyatakan bahwa Ca berfungsi sebagai pemacu motilitas. Dengan terikatnya Ca, maka metabolisme spermatozoa yang menghasilkan energi untuk motilitas akan terhambat. Hal ini didukung oleh TOELIHERE (1993) yang menyatakan bahwa energi dari hasil metabolisme dipergunakan untuk motilitas. Terhambatnya metabolisme akan berpengaruh dalam pembentukan asam laktat. Sependapat dengan BEARDEN dan FUQUAY (1984); GILBERT (1980), menyatakan bahwa tingkatan asam laktat berkorelasi nyata dengan daya gerak spermatozoa. Hal tersebut dapat memperpendek daya tahan hidup spermatozoa. Demikian pula menurut TAMBING et al. (2004) menyatakan bahwa fruktosa yang juga menjadi salah satu komponen penyusun pengencer tris berperan sebagai substrat penghasil energi berupa ATP, sehingga menyebabkan spermatozoa dapat bergerak. Motilitas (daya gerak) spermatozoa sangat bergantung pada suplai energi berupa ATP hasil metabolisme. Pada suhu 5ºC aktivitas metabolisme yang diukur dengan perubahan-perubahan kimia akan berkurang, namun masih tetap berlangsung (SALISBURY dan VANDEMARK, 1985). Pada penelitian ini penyimpanan 404
pada suhu 5ºC menghasilkan motilitas yang masih layak untuk IB hanya sampai hari ke-3, karena standar motilitas yang banyak digunakan dalam program IB harus memiliki persentase motilitas paling sedikit sebesar 40% (TOELIHERE, 1993). Setelah hari ke-3 motilitas tidak layak untuk IB karena motilitas yang didapat < 40%. Hal ini disebabkan pendinginan semen dari suhu tubuh ke suhu lemari es dapat menyebabkan spermatozoa kehilangan motilitas secara gradual sampai pergerakan terhenti sama sekali (TOELIHERE, 1993). Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa persentase sperma hidup tertinggi diperoleh dari perlakuan pengencer sitrat - dibanding perlakuan lainnya, sedangkan pengencer santan - menghasilkan persentase sperma hidup yang paling rendah. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pengencer berpengaruh nyata (p < 0.05) terhadap persentase sperma hidup. Hasil uji lanjut menggunakan uji jarak bergandan Duncan menunjukkan bahwa setelah penyimpanan, pengencer tris - mampu mempertahankan sperma hidup yang lebih tinggi dibanding pengencer lainnya, sedangkan antara pengencer sitrat - dan susu skim - tidak berbeda nyata namun keduanya mampu mempertahankan sperma hidup yang nyata lebih tinggi dibanding pengencer NaCl fisiologis -, air kelapa - maupun santan -. Demikian pula tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pengencer NaCl fisiologis - dan air kelapa -. Pengencer santan - nyata lebih rendah dalam mempertahankan sperma hidup dibanding kelima pengencer lainnya. Tabel 2. Rataan spermatozoa hidup di dalam berbagai jenis pengencer pada penyimpanan 5 o C Lama Penyimpanan (Hari) NaCl fisiologis - Air kelapa - Perlakuan Santan - Susu skim - Sitrat -... Sperma hidup (%)... Tris - 0 76,67 a (ab) 77,67 a (ab) 71,33 a (c) 75,33 a (bc) 80,33 a (a) 74,67 a (bc) 1 68,67 b (ab) 71,33 b (a) 66,00 b (b) 69,67 b (ab) 70,67 b (a) 70,67 b (a) 2 59,67 c (bcd) 57,00 c (d) 58,33 c (cd) 63,00 c (b) 62,33 c (bc) 67,33 b (a) 3 50,00 d (cd) 47,33 d (d) 23,67 d (e) 52,33 d (bc) 55,33 d (b) 61,00 c (a) 4 31,67 e (c) 30,33 e (c) 13,00 e (d) 39,67 e (b) 43,00 e (b) 49,00 d (a) Huruf kecil dalam kurung dibaca arah horizontal, huruf kecil tanpa kurung dibaca arah verikal Tabel 3. Rataan membran plasma utuh (MPU) spermatozoa Cauda epididimidis domba Garut di dalam berbagai jenis pengencer pada penyimpanan 5 o C Lama Penyimpanan (Hari) NaCl fisiologis - Air kelapa - Perlakuan Santan - Susu skim - Sitrat -... MPU (%)... 0 80,330 a (abc) 78,33 a (bc) 77,33 a (c) 80,67 a (abc) Tris - 81,67 a (ab) 83,67 a (a) 1 73,67 b (b) 72,67 b (bc) 68,67 b (c) 75,00 b (a) 77,00 b (ab) 79,33 b (a) 2 59,00 c (c) 65,33 c (b) 50,33 c (d) 68,33 c (b) 69,67 c (ab) 73,00 c (a) 3 50,33 d (c) 51,67 d (b) 29,00 d (d) 57,00 d (b) 61,33 d (ab) 64,67 d (a) 4 32,33 e (b) 34,00 e (b) 15,67 e (c) 36,00 e (b) 41,33 e (a) 44,67 e (a) Huruf kecil dalam kurung dibaca arah horizontal Huruf kecil tanpa kurung dibaca arah verikal 405
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pengencer tris - menghasilkan MPU yang lebih tinggi dibanding pengencer lainnya pada setiap lama penyimpanan. Sebaliknya, pengencer santan menghasilkan MPU yang paling rendah dibanding pengencer lainnya. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pengencer berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap MPU. Hasil uji lanjut menggunakan uji jarak bergandan Duncan menunjukkan bahwa pengencer tris- menghasilkan MPU yang nyata lebih tinggi dibanding pengencer lainnya, pengencer sitrat - nyata lebih tinggi dibanding pengencer susu skim -, NaCL fisiologis -, air kelapa - dan santan -. Antara pengencer NaCl fiologis - dan air kelapa - tidak terdapat perbedaan yang nyata (P < 0,05), sedangkan pengencer santan - nyata lebih rendah dalam menghasilkan MPU dibandingkan kelima pengencer lainnya. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kualitas sperma yang meliputi motilitas, sperma hidup dan MPU, pengencer tris - dan sitrat - merupakan pengencer terbaik dibandingkan dengan keempat pengencer lainnya, sedangkan pengencer santan - menghasilkan kualitas sperma yang paling rendah. Diantara pengencer NaCl fisiologis - dan air kelapa - tidak ada perbedaan yang nyata dalam menghasilkan kualitas sperma. Ditinjau dari segi ketersediaan dan kemudahan memperolehnya, kedua pengencer tersebut banyak tersedia dan mudah didapat serta lebih murah. Daya tahan hidup spermatozoa Cauda epididimidis domba Garut di dalam berbagai jenis pengencer pada penyimpanan 5 o C Pada penelitian ini daya tahan hidup spermatozoa diamati sampai dengan motilitas minimal 40% yang didasarkan pada syarat kelayakan semen untuk IB yaitu motilitas minimal 40%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap motilitas. Bertambahnya lama penyimpanan setiap satu hari nyata menurunkan motilitas sperma di dalam seluruh pengencer yang diuji. Berdasarkan Gambar 1 tampak bahwa daya tahan hidup paling lama ditunjukkan oleh pengencer tris - dan sitrat - (3 hari) disusul oleh pengencer susu skim -, air kelapa - dan NaCL fisiologis - (2 hari) dan yang terpendek adalah pengencer santan kelapa - (1 hari). Pengencer tris dan sitrat merupakan pengencer terbaik karena komposisinya lebih lengkap mengandung zat-zat makanan sebagai sumber energi dan juga terdapat unsur lain yang dapat berfungsi mempertahankan daya hidup spermatozoa, terutama lipoprotein, lecitin dan fruktosa yang berguna sebagai pelindung spermatozoa dari kerusakan selubung sel spermatozoa akibat cold shock, merupakan pengencer yang lebih lengkap dibandingkan dengan pengencer lainnya sehingga menghasilkan daya tahan hidup yang lebih lama. Sedangkan pengencer santan - diduga mengandung lemak yang cukup tinggi sehingga meningkatkan viskositas larutan yang menyulitkan pergerakan sperma. Selain itu kandungan lemak yang relatif tinggi menyebabkan rentan terhadap peristiwa ketengikan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kestabilan ph larutan. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kematian sperma yang lebih cepat. Berdasarkan pengamatan terhadap daya hidup sperma tersebut, dapat dikatakan bahwa pengencer tris - dan sitrat - menghasilkan daya tahan hidup terbaik dibandingkan dengan keempat pengencer lainnya, sedangkan pengencer santan - menghasilkan daya tahan hidup terendah. Pengencer NaCl fisiologis -, air kelapa - dan susu skim - menghasilkan daya tahan hidup sperma yang lebih rendah dibandingkan dengan pengencer tris - dan sitrat -. 406
Jenis pengencer 1 TRIS - SITRAT - SUSU SKIM - SANTAN- AIR KELAPA - NaCL FIS.- Tris Sitrat Susu skim Santan Air kelapa NaCl 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Daya tahan hidup (hari) Gambar 1. Daya tahan hidup spermatozoa Cauda epididimidis domba Garut sampai motilitas minimal 40% di dalam berbagai jenis pengencer pada penyimpanan 5 o C KESIMPULAN Terdapat perbedaan kualitas dan daya tahan hidup spermatozoa Domba Garut di dalam berbagai jenis pengencer yang digunakan. Pengencer tris - dan sitrat - merupakan pengencer paling baik dalam mempertahankan ualitas dan daya tahan hidup spermatozoa cauda epididimidis Domba Garut dibandingkan dengan pengencer susu skim -, NaCl fisiologis -, air kelapa - dan santan -. Pengencer tris - dan sitrat - disarankan untuk digunakan sebagai pengencer semen domba Garut. Apabila pengencer tris - dan sitrat - tidak tersedia, disarankan menggunakan pengencer NaCl fisiologis - dan air kelapa - karena murah, banyak tersedia dan mudah memperolehnya. DAFTAR PUSTAKA BEARDEN, H.J. and J.W. FUQUAY. 2000. The Male Reproduction System. In: Applied Animal Reproduction, 5 th Edition. Prentice Hall. p. 29. EDUARD, G. 1997. Pengaruh Jenis Pengencer dan Kadar Gliserol Tehadap Kualitas Semen Domba Priangan Pasca Pembekuan. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung. GILBERT, A.B. 1980. Poultry. In: Reproduction in Farm Animals 4 th Edition. HAFEZ, E.S.E. (Ed.) Philadelphia: Lea and Febiger. pp. 436 438. MULYONO, S. 2000. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan ke-3. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. RIZAL, M. dan HERDIS. 2005. Daya Hidup Spermatozoa Epididimis Domba Garut yang Dikriopreservasi Menggunakan Modifikasi Pengencer Tris. Hayati. hlm. 61 66. 407
SALISBURRY, G.W. dan N.L. VAN DEMARK. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. SORENSEN. 1979. Animal reproduction principle and practices. Mc Graw-Hill Publication. J. Agricultural Sci. pp. 42 75. TAMBING, S.N., M.R. TOELIHERE, T.L. YUSUF and I.K. SUTAMA. 2000. Effects of glycerol in tris extender on frozen semen quality of crossbred Etawah bucks. JITV 5(2): 84 91. TIESNAMURTI, B. 2002. Kajian Genetik Terhadap Induk Domba Priangan Peridi Ditinjau dari Aspek Kuantitatif dan Molekuler. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. TOELIHERE, M.R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung. 408