STUDI PEMBUATAN BISKUIT DENGAN PENAMBAHAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa Striata) Oleh :

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN KOSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP MUTU KUE SEMPRONG. Oleh:

Pengaruh Fortifikasi Jumlah Konsentrat Protein Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) Yang Berbeda Pada Tahu Terhadap Tingkat Penerimaan Konsumen

PENGARUH FORTIFIKASI ALGA HIJAU BIRU (Spirulina) PADA MAKARONI IKAN PATIN (Pangasius hyppophthalmus) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

PEMANFAATAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) UNTUK PEMBUATAN BISKUIT DAN SNACK

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

KAJIAN MUTU MOCHI YANG DIFORTIFIKASI DENGAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) Oleh

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

METODE. Bahan dan Alat

Effect of Addition of Protein Fish Concentrates Cork (Channa striata) on Donuts Against Consumer Acceptance

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

Keywords : Fish Protein Concentrate, Pangasius hypophthalmus, Hump Banana Nugget, Consumer Acceptance and Chemical Composition

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

The Effect of Cheese Flavor on Consumer Acceptance Of Catfish Macaroni (Pangasius hypopthalmus) By: Umi Kalsum 1), Suparmi 2), Sumarto 2) ABSTRACT

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BROKOLI

Quality Characteristics of Cryptopterus Catfish Cracker Fortified With White Mushroom (Pleurotus ostreatus) by: ABSTRACT

Penambahan Konsentrat Protein Ikan Nila Terhadap Karakteristik Kimia Dan Organoleptik Biskuit

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KERUPUK ATOM YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG TULANG IKAN BANDENG (Chanos chanos) Oleh:

KAJIAN PENERIMAAN KONSUMEN DAN MUTU NUGGET UDANG REBON (Acetes erythraeus)

Putri Aulia Arza - Sepni Asmira. Stikes Perintis Padang Abstract

METODE. Waktu dan Tempat

Kajian Karakteristik Mutu Kerupuk Ikan Jelawat Leptobarbus hoevenii Selama Penyimpanan. Edison 1) dan Sumarto 1)*

KAJIAN PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP EMPEK-EMPEK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii) DENGAN PENAMBAHAN WORTEL (Daucus carota)

Sri Nova Mardayanti 1), Mirna Ilza 2), Syahrul 2) ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE

JURNAL. STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP NORI RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.) DENGAN PENAMBAHAN CABAI RAWIT OLEH FINA RAHMADHANI NIM:

PENAMBAHAN TEPUNG BIJI CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

METODE. Waktu dan Tempat

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

PENGARUH JENIS KAYU BERBEDA TERHADAP MUTU IKAN SELAIS (Cryptopterus bicirchis) ASAP. Oleh : Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

THE EFFECT OF ADDING LIMNOCHARIS POWDER (Limnocharis flava) ON THE CATFISH (Pangasius hypopthalmus) ABON QUALITY. By:

METODE. Materi. Rancangan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

THE EFFECT OF ADDITION OF SPINACH FLOUR (Amaranthus sp) ON CONSUMER ACCEPTANCE OF CATFISH BALL. Mychael F Naibaho 1), Dewita Buchari 2), Sumarto 2)

EVALUASIMUTU MIKROBIOLOGI BUBUR INSTAN YANG DIFORTIFIKASI KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATBV (Pangasius Sp.) SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG.

PENGARUH PENGGUNAAN RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA TERHADAP MUTU NUGGET IKAN GABUS (Channa striata) Oleh:

The Effect of Corn Flavor on Consumer Acceptance of Catfish Macaroni (Pangasius hyphopthalmus) by: ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Keyword : potato, wheat, characterics, flakes

III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Alat yang

PENGARUH FORTIFIKASI TEPUNG Chlorella sp TERHADAP MUTU COOKIES KONSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) Oleh

EVALUASI MUTU KUKIS YANG DISUBSTITUSI TEPUNG SUKUN

STUDI PEMBUATAN FISH CHIPS BABY IKAN MAS (Cyprinus carpio) DENGAN PENGGUNAAN JENIS TEPUNG BERBEDA TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

Fortifikasi Minyak Ikan Jambal Siam (Pangasius hypophthalmus) dan Minyak Ikan Kerapu (Chromileptes sp) Pada Biskuit

STUDI PENGARUH TEPUNG KOMPOSIT BIJI-BIJIAN DAN KONSENTRASI PENSTABIL TERHADAP MUTU MAKANAN PENDAMPING ASI-BISKUIT SKRIPSI. Oleh :

Pemotongan Daging Ikan Toman (Channa micropeltes) dalam Pembuatan Ikan Kering

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Kata kunci: Ikan Jelawat, kerupuk atom, tepung ikan, penerimaan konsumen.

JURNAL. PENGARUH PENAMBAHAN JUMLAH KARAGENAN BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO IKAN LOMEK (Harpodon neherreus) OLEH DWI MUARIF

Herry Kurniawan 1), Suparmi 2), Sumarto 2) Abstract

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

PENGARUH PENGGUNAAN BUBUR BUAH LABU KUNING KUKUS SEBAGAI FAT REPLACER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK REDUCED FAT COOKIES JAGUNG

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 01 No. 02 Tahun 2010

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Spesifikasi Tepung Jagung

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI DAGING SINTETIS DARI PERLAKUAN KONSENTRAT KEDELAI, TEPUNG TERIGU DAN METODE PEMASAKAN

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

PEMANFAATAN MIKROALGA Spirulina sp DALAM FORMULASI BUTTER COOKIES: STUDI KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

SHELF LIFE OF Spirulina BISCUIT WITH DIFFERENT PACKAGING By: ABSTRACT

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

POTENSI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.), TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG UDANG REBON DALAM PEMBUATAN KUKIS

KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BISKUIT DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG IKAN TERI NASI (Stolephorus spp.)

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret - April 2015 bertempat di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORIS PRODUK PATISERI BERBASIS MOCAF (Physicochemical and Sensory Characteristics of Patisseries Made from Mocaf)

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

OLEH : GLADYS AMANDA WIJAYA

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH PERBANDINGAN TERIGU DAN TEPUNG BEKATUL BERAS MERAH TERHADAP KARAKTERISTIK BISKUIT SKRIPSI

KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BISKUIT DENGAN FORTIFIKASI ABON IKAN SALMON (Oncorhynchus nerka)

Transkripsi:

STUDI PEMBUATAN BISKUIT DENGAN PENAMBAHAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa Striata) Oleh : Reko Putra Nando 1), Suparmi 2), Dewita Buchari 2) Email : rekoputranando@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kadar protein dan mencari formulasi terbaik pada biskuit yang ditambahkan konsentrat protein ikan gabus (Channa striata). Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan melakukan percobaan pembuatan biskuit yang ditambahkan dengan sebanyak 0%, 5%,10% dan 15%. Persentase diambil dari berat tepung terigu yang digunakan. Parameter yang dinilai adalah uji mutu secara organoleptik yaitu rupa, aroma, rasa dan tekstur yang dilakukan oleh 25 orang panelis agak terlatih, kadar protein, kadar air, kadar lemak dan kadar abu. Hasil penelitian menujukkan bahwa penambahan mampu meningkatkan kadar protein biskuit (4,02%, 9,70%, 16,50% dan 22,23%). Formulasi terbaik adalah biskuit dengan penambahan 10% (K2) dengan kadar protein 16,50%, kadar air 1,64%,kadar abu 1,49% dan kadar lemak 21,37% serta dapat diterima konsumen. Kata Kunci : Biskuit, Channa striata, Konsentrat Protein Ikan 1) Mahasiswa Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau 2) Dosen Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Unversitas Riau STUDY ON THE PROCESSING OF BISCUITS WITH THE ADDITION OF SNAKE HEAD (Channa striata ) FISH PROTEIN CONCENTRATE By : Reko Putra Nando 1), Suparmi 2), Dewita Buchari 2) Email : rekoputranando@gmail.com ABSTRACT The purpose of this study was to determine the amount of protein added and to seek the best formulations on biscuits which added with snake head fish (Channa striata) protein concentrate. The method used was experimental method by conducting experiments on the processing of biscuits treated with adding snake head fish protein concentrate at concentration of 0 %, 5 %, 10 % and 15 % based on the wheat flour used. Parameter used were sensory evaluation, including

appearance, taste, texture and odor by using scoring test on 25 semi-trained panelists and the content of protein, moisture, fat, and ash. The results showed that the addition of snake head fish protein concentrate was increasing the protein content of the biscuit (4.02 %, 9.70 %, 16.50 % and 22.23 % respectively). The best formulation was biscuits with the addition of snake head fish protein concentrate 10 % (K2) accepted by consumers, with a highest content of protein 16.50 %, moisture 1.64%, ash 1.49 % and fat 21.37 %. Keywords :Biscuit, Channa striata, Fish Concentrate Protein, 1) Studens of The Fisheries And Marine Science Faculty, University of Riau 2) Lecture of The Fisheries And Marine Science Faculty, University of Riau PENDAHULUAN Ikan gabus merupakan ikan air tawar yang banyak terdapat di Indonesia. Secara uji klinis ikan gabus memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan tubuh karena mengandung kadar protein yang tinggi. Kadar protein pada ikan gabus mencapai 25,2% b/b (Suprayitno, 2003). Protein ini sangat penting bagi tubuh karena dapat membantu pertumbuhan, sistem pergerakan dan alat pengangkut (Winarno, 2008). Konsentrat protein ikan merupakan salah satu produk yang dapat dibuat dari ikan gabus. Produk ini dibuat dari daging ikan utuh atau hewan air lainnya dengan cara memisahkan kadar lemak dan kadar air dari tubuh ikan sehingga kadar proteinnya lebih tinggi (Dewita dan Syahrul, 2010). Trilaksani et al., (2014) menyatakan bahwa kadar protein dalam konsentrat protein ikan gabus mencapai 85,17%. Pemanfaatan konsentrat protein ikan gabus dalam bidang pangan perlu ditingkatkan untuk memperbaiki gizi suatu produk.hal itu karena makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Dewita dan Isnaini (2011), melakukan penelitian tentang penambahan konsentrat protein ikan patin terhadap cookies dan creackers dengan kadar protein 19,47%. Biskuit merupakan salah contoh produk yang sangat potensial untuk ditambahkan dengan karena hampir semua kalangan menyukainya. Selain itu biskuit komersil yang beredar di pasaran masih didominasi oleh karbohidrat dan lemak, sedangkan kadar proteinnya relatif lebih rendah. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan untukmembuat biskuit adalah, tepung terigu, gula pasir, garam, telur, margarin, baking powder, soda kue,coklat bubuk dan cocho cip. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis adalah asam boraks (H 2 BO 3 ) 2%,asam sulfat H 2 SO 4, katalis (Cu kompleks), HCl 0,1 N, NaOH 50% dan Aquades. Alat yang digunakan untuk membuat biskuit adalah pisau, sendok, timbangan, mixer, talenan, mangkok, gilingan roti, termometer danoven.alatuntuk analisis adalah tabung reaksi, timbangan analitik,

cawan porselin, lemari asam, kertas saring, tanur, erlenmeyer, gelas ukur, labu kjeldahl, soxhlet dan kamera. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) non factorial dimana yang menjadi perlakuan adalah penambahan konsentrat protein ikan gabus dengan jumlah berbeda yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yanitu K0 (KPI 0%), K1 (KPI 5%), K2 (KPI 10%) dan K3 (KPI 15%) dari jumlah tepung terigu yang digunakan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. Satuan percobaannya adalah biskuit yang difortifikasikan dengan sebanyak 12 unit percobaan. Adapun model matematisnya adalah menurut Gazperzs (1991), adalah: Y ij = µ + i + ε ij Dimana :Y ij = Nilai pengamatan dari ulangan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i µ = Nilai tengah umum i = Pengaruh perlakuan ke-i ε ij =Pengaruh galat ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i Parameter yang dinilai adalah uji mutu organoleptik, analisis kadar air, analisis kadar protein, analisis kadar lemak, analisis kadar abu dan perhitungan kadar karbohidrat. Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel.kemudian dilakukan analisis variansi (anava) untuk menguji hipotesisnya. Berdasarkan hasil uji anava akan ditarik kesimpulan, apabila F hitung > F tabel pada tingkat kepercayaan 95% maka H 0 ditolak dan apabila F hitung <F tabel pada tingkat kepercayaan 95% maka H 0 diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Organoleptik Berdasarkan hasil uji mutu organoleptik terhadap rupa, aroma, rasa dan tekstur biskuit yang ditambahkan konsentart protein ikan gabus dari penilaian 25 orang panelis agak terlatih adalah sebagai berikut. Nilai Rupa Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai rupa tertinggi adalah perlakuan K0 dan K1 yaitu 8,89 dengan kriteria menarik, utuh dan rapi dan yang terendah adalah perlakuan K3 yaitu 7,66 dengan kriteria agak menarik dan utuh. Hasil analisis variansi memberikan pengaruh nyata terhadap nilai rupa biskuit, dimana F hitung (31, 76) > F tabel (4,07) pada tingkat kepercayaandari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa biskuit dengan penambahan paling tinggi memiliki bentuk yang kurang menarik. Hal itu terjadi karena penambahan konsentrat protein ikan gabus menyebabkan kadar air menjadi berkurang sehingga adonan biskuit menjadi agak padat dan retak saat dilakukan pencetakan dan pemanggangan. Dewita dan Syahrul (2010), menyatakan bahwa secara fisik konsentrat protein ikan berbentuk seperti tepung yang memiliki sifat menyerap air (higroskopis). Sifat higroskopis ini menyebabkan kadar air yang ada

dalam adonan tersebut akan diserap oleh konsentrat protein ikan. terhadap nilai aroma biskuit, dimana F hitung 75,79> F tabel 4,07 pada tingkat Tabel 1. Rata-rata nilai rupa dan aroma biskuit dengan penambahan konsentrat protein ikan gabus. Ulangan Rupa Nilai Organoleptik Aroma K 0 K 1 K 2 K 3 K 0 K 1 K 2 K 3 1 8,84 8,92 9,00 7,48 5,00 5,00 5,16 5,80 2 8,92 8,84 8,92 7,56 5,00 5,00 5,24 5,72 3 8,92 8,92 8,52 7,96 5,00 5,16 5,24 5,64 Rerata 8,89 b 8,89 b 8,81 b 7,66 a 5,00 a 5,05 ab 5,21 b 5,72 c Ket: K 0 = 0%, K 1 = 5%, K 2 = 10%, K 3 = 15% Tabel 2. Rata-rata nilai rasa dan tekstur biskuit dengan penambahan konsentrat protein ikan gabus. Ulangan Rasa Nilai Organoleptik Tekstur K 0 K 1 K 2 K 3 K 0 K 1 K 2 K 3 1 5,00 5 6,04 7,16 9,00 9,00 8,76 7,56 2 5,00 5,00 6,28 7,16 9,00 8,92 8,88 7,56 3 5,00 5,24 6,20 7,08 9,00 8,84 8,52 7,40 Rerata 5,00 b 5,08 b 6,17b 7,13 a 9,00 b 8,92 b 8,72 b 7,50 a Ket: K 0 = 0%, K 1 = 5%, K 2 = 10%, K 3 = 15% Nilai Aroma Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa rata-rata nilai aroma pada perlakuan K0 yaitu 5,00 dengan kriteria tanpa aroma ikan, perlakuan K1 yaitu 5,05 dengan kriteria tanpa aroma ikan, perlakuan K2 yaitu 5,21 dengan kriteria tanpa aroma ikan dan perlakuan K3 yaitu 5,72 dengan kriteria sedikit aroma ikan. Hasil analisis variansi memberikan pengaruh nyata kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan, maka semakin kuat aroma ikannya.hal tersebut disebabkan oleh konsentrat protein ikan gabus yang ditambahkan masih tergolong ke dalam tipe B. FAO (1976), menyatakan bahwa aroma dan rasa ikan masih ada pada produk yang ditambahkan dengan konsentrat protein ikan tipe B. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya perbedaan jumlah

penambahan konsentrat protein ikan gabus yang ada pada perlakuan tersebut sehingga aroma yang dikeluarkan tidak mampu dinetralisir oleh bahan tambahan lainnya. Nilai Rasa Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai rasa pada perlakuan K0 yaitu 5,00 dengan criteria tanpa rasa ikan, perlakuan K1 yaitu 5,08 dengan kriteria tanpa rasa ikan, perlakuan K2 yaitu 6,17 dengan criteria enak, sedikit rasa ikan dan perlakuan K3 dengan criteria enak, gurih dan sedikit rasa ikan. Berdasarkaan hasil anava berpengaruh nyata terhadap rasa biskuit, dimana F hitung 338,25 > F tabel 4,07 pada tingkat kepercayaan 95% sehingga H0 ditolak. Semakin tinggi penambahan maka semakin kuat rasa ikannya. Hal tersebut disebabkan oleh konsentrat protein ikan yang dihasilkan masih tergolong ke dalam tipe. FAO (1976) menyatakan bahwa konsentrat protein ikan tipe B apabila ditambahkan dalam jumlah tertentu dalam suatu produk masih meninggalkan aroma dan rasa. Nilai Tekstur Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai tekstur yang tertinggi adalah perlakuan K0 9,00 dengan kriteria kering, padat dan renyah dan yang terendah adalah perlakuan K3 7,50 dengan kriteria agak padat dan renyah. Hasil analisis variansi berpengaruh nyata terhadap nilai tekstur dimana F hitung 120,01> F tabel 4,07 pada tingkat kepercayaan 95%. Biskuit dengan penambahan paling tinggi memiliki tekstur yang kurang sempurna. Hal tersebut disebabkan oleh minimnya kadar air. Kadar air yang rendah disebabkan oleh sifat higroskopis pada konsentrat protein ikan (Dewita dan Syahrul, 2010). Pradipta dan Widya (2015) menyatakan bahwa kadar air yang rendah mmbutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan tekstur biskuit yang sempurna. Nilai Proksimat Kadar Air Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar air tertinggi adalah pada perlakuan K01,90% dan yang terendah adalah K3 1,55%. Hasil analisis variansi berpengaruh nyata terhadap kadar air biskuit dimana F hitung 35,49 > F tabel 4,07 pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai kadar air yang menurun disebabkan oleh perbedaan jumlah penambahan konsentrat protein ikan. Penambahan yang paling tinggi menyebabkan kadar air paling rendah. Hal itu disebabkan oleh sifat menyerap air (higroskopis) dari konsentrat protein ikan. Dewita dan Syahrul (2010), menyatakan bahwa konsentrat protein ikan memiliki sifat higroskopis atau mampu menyerap air. Kadar Protein Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar protein tertinggi adalah pada perlakuan K3 22,23% dan yang terendah adalah perlakuan K0 4,02%

Hasil analisis variansi konsentratproteien ikan gabus berpengaruh nyata terhadap kadar protein biskuit dimana F hitung 4959,663 > F tabel 4,07 pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan konsentrat protein ikan gabus mampu meningkatkan kadar protein pada biskuit. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya kadar protein dalam. Trilaksani et al., (2014), menyatakan bahwa kadar protein dalam adalah 85,17%. Sedangkan dalam penelitian ini dihasilkan konsentrat protein ikan gabus dengan kadar protein sebesar 63,57%. Tingginya nilai protein tersebut tidak semuanya terserap ke dalam biskuit. Hal tersebut terjadi karena selama proses pemanggangan biskuit dengan menggunakan suhu yang tinggi dan waktu yang lama menyebabkan kerusakan pada protein. Winarno (2008), menyatakan bahwa pemanasan dapat menyebabkan kerusakan pada protein. Sejalan dengan itu Damodaran dan Paraf (1997) juga mengatakan bahwa kerusakan pada protein dapat disebabkan oleh panas, ph, ion logam, gula dan poliyols serta sifat protein itu sendiri. Kadar protein pada biskuit yang dihasilkan berbeda-beda. Hal itu disebabkan oleh jumlah penambahan konsentrat protein ikan Tabel 3. Rata-rata kadar air dan kadar protein biskuit dengan penambahan. Ulangan Kadar Air Nilai Proksimat Kadar Protein K 0 K 1 K 2 K 3 K 0 K 1 K 2 K 3 1 1,90 1,71 1,68 1,60 4,01 9,92 16,73 22,19 2 1,96 1,70 1,64 1,54 4,12 9,39 16,45 22,10 3 1,84 1,74 1,60 1,52 3,94 9,81 16,33 22,40 Rerata 1,90 c 1,71 b 1,64 ab 1,55 a 4,02 a 9,70 b 16.50 c 22,23 d Ket: K 0 = 0%, K 1 = 5%, K 2 = 10%, K 3 = 15% Tabel 4. Rata-rata kadar lemak dan kadar abu biskuit dengan penambahan. Ulangan Kadar Lemak Nilai Proksimat Kadar Abu K 0 K 1 K 2 K 3 K 0 K 1 K 2 K 3 1 21,98 21,62 21,36 20,71 1,55 1,52 1,41 1,56 2 21,96 21,57 21,32 20,68 1,44 1,46 1,55 1,62 3 21,74 21,58 21,30 20,58 1,42 1,44 1,51 1,62 Rerata 21,89 d 21,59 c 21,32 b 20,65 a 1,47 a 1,47 a 1,49 a 1,60 a Ket: K 0 = 0%, K 1 = 5%, K 2 = 10%, K 3 = 15%

gabus yang berbeda, dimana yang paling banyak penambahannya paling tinggi proteinnya. Penambahan konsentrat protein ikan akan berpengaruh besar terhadap kadar air karena sifat higroskopisnya. Jumlah kadar air yang berada dalam suatu bahan pangan juga berpengaruh terhadap kadar protein. Hadiwiyoto (1993), menyatakan bahwa semakin tinggi kadar air dari suatu bahan pangan yang dihasilkan maka protein akan semakin rendah karena miogen dan protein akan larut dalam air begitu juga sebaliknya. Kadar Lemak Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar lemak tertinggi adalah perlakuan K0 21,89% dan rata-rata kadar lemak terendah adalah K3 20,65%. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa penambahan konsentrat protein ikan gabus berpengaruh nyata terhadap kadar lemak biskuit, dimana F hitung 138,82> F tabel 4,07 pada tingkat kepercayaan 95%. Kadar lemak biskuit mengalami penurunan seiring semakin tingginya penambahan konsentrat protein ikan gabus. Hal tersebut disebabkan oleh kadar protein yang tinggi (63,57%) dan kadar lemak yang rendah (3%). Tingginya persentase protein mampu menurunkan persentase lemak dalam biskuit.dalam konsentrat protein ikan gabus menurunkan persentase lemak dalam biskuit.dalam konsentrat protein ikan gabus biskuit.dalam dalam biskuit.dalam konsentrat protein ikan gabus biskuit.dalam konsentrat protein ikan gabus menurunkan persentase lemak dalam biskuit.dalam konsentrat protein ikan gabus. Dalam ilmu pangan dijelaskan bahwa unsur makro yang terkandung dalam bahan pangan antara lain adalah air, karbohidrat, lemak protein dan mineral. Apabila salah satu unsur ditambah atau dikurangi maka akan mempengaruhi jumlah persentase unsur lainnya. Kadar lemak dalam biskuit masih tergolong tinggi. Hal itu disebabkan oleh bahan-bahan yang digunakan mengandung lemak yang cukup tinggi seperti margarine (80%) dan telur (11,2%) (SNI, 2002; Winarno, 2008 dan Komala, 2008). Kadar Abu Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai kadar abu tertinggi adalah K3 1,60% dan terendah adalah K0 1,47%. Hasil dari analisis variansi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu biskuit dimana F hitung 3,45< F tabel 4,07 pada tingkat kepercayaan 95%. Kadar abu dalam biskuit tidak berbeda nyata. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah kadar abu yang rendah dalam konsentrat protein ikan gabus. Trilaksani et al., (2014) menyatakan bahwa kadar abu dalam sebesar 4,16%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat dismpulkan bahwa : 1. Penambahan konsentrat protein ikan gabus dapat meningkatkan kadar protein (4,02%, 9,70%, 16,50% dan 22,23%) pada biskuit serta berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar lemak dan mutu secara organoleptik.

2. Hasil uji mutu organoleptik menunjukkan bahwa secara umum panelis lebih menerima biskuit dengan penambahan 10% (K2). Karakteristik biskuit tersebut yaitu utuh, rapi, ada sedikit aroma dan rasa ikan serta tekstur yang tidak terlalu padat. 3. Formulasi terbaik pada biskuit dengan penambahan konsentrat protein ikan gabus adalah perlakuan K2 (10%) dengan kadar protein 16,50%, kadar air 1,64%, kadar abu 1,49% dan kadar lemak 21,37%. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang masa simpan biskuit dengan penambahan dalam kemasan yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Damodaran, S. and A. Paraf. 1997. Food Proteins and Their Applications.Marcel Dekker. New York. Dewita dan Syahrul, 2010. Laporan Hibah Kompetensi Kajian Diversifikasi Ikan Patin (Pangasius sp) dalam Bentuk Konsentrat Protein Ikan dan Aplikasinya pada Produk Makanan Jajanan Untuk Menanggulangi Gizi Buruk pada Anak Balita Di Kabupaten Kampar, Riau.Lembaga Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru dan Isnaini. 2011. Pemanfaatan Konsentrat Protein Ikan Patin (Pangasius Hypopthalmus) Untuk Pembuatan Biskuit dan Snack. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan IndonesiaVolume XIV Nomor 30 1 Tahun 2011: 30-34 Food And Agriculture Organization (FAO). 1976. Protein From Fish And Fish Products. Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan Untuk Ilmu-Ilmu Pertanian, Ilmu-Ilmu Teknik dan Kedokteran. Armico, Bandung Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Jilid 1. Yogyakarta: Liberty. Komala, I. 2008. Kandungan GIzi Produk Peternakan. Student Master Animal Science, Fac. Agriculture-UPM. Pradipta, I.B.Y.V dan Widya D.W.P. 2015. Pengaruh Proporsi Tepung Terigu dan Tepung Kacang Hijau Serta Subtitusi Dengan Tepung Bekatul dalam Biskuit. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol 3 No. 3 hal 793-802. Standar Nasional Indonesia. 2002. Margarin. Suprayitno, Eddy. 2003. Potensi Serum Albumin dari Ikan Gabus.http://www.gatra.com/a rtikel.php. Diakses pada tanggal 27Oktober 2014. Trilaksani, Wini, Bambang Riyanto, Wahyu Ramadhan dan Frets Jonas Rieuwpassa. 2014. Sediaan Protein Ikan Gabus Dalam Bentuk Konsentrat

Protein Ikan Gabus. Institut Pertanian Bogor. Seminar Nasional Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Pekanbaru 7-8 Oktober 2014. Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor : M-BRIO Pres.