BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di samping penyakit gigi dan mulut lainnya. Hasil survei penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An-

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perawatan ortodontik pada pasien periodontal kompromi

BAB 1 PENDAHULUAN. anatomi dan hormonal. Efek perubahan hormonal akan mempengaruhi hampir semua

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

Perawatan ortodontik pada pasien periodontal kompromi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki permasalahan pada gigi dan mulut sebesar 25,9%,

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bagi remaja, salah satu hal yang paling penting adalah penampilan fisik.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

hiperplasia gingiva pada daerah interdental, labial dan lingual. Terlihat juga gingiva berwarna merah dan 4,5 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

Rata-rata nilai plak indeks (%)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menua adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus secara

Pergerakan Gigi Dalam Bidang Ortodonsia Dengan Alat Cekat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

PERUBAHAN JARAK INTERMOLAR SELAMA PEMAKAIAN PIRANTI ORTODONSI CEKAT DENGAN SISTEM PERLEKATAN LANGSUNG (Kajian Analisis Model studi) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN RONGGA MULUT DAN STATUS GINGIVA PADA MAHASISWA DENGAN GIGI BERJEJAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penampilan fisik yang baik terutama penampilan gigi-geligi adalah salah

Bab I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang bersifat progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sebanyak 91% dari orang dewasa pernah mengalami karies, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehilangan gigi menyebabkan pengaruh psikologis, resorpsi tulang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. humor. Apapun emosi yang terkandung didalamnya, senyum memiliki peran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 6 Evaluasi pasca perawatan penting untuk mendeteksi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMELIHARAAN ORAL HYGIENE DAN PENANGGULANGAN KOMPLIKASI PERAWATAN ORTODONTI SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat

Kata kunci: status periodontal, molar band, molar tube, indeks gingiva, bleeding score, poket periodontal.

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. Gigi dengan susunan yang rapi dan

Status Kesehatan Periodontal dan Tingkat Kebutuhan Perawatan Periodontal pada Pasien RSGM Universitas Jember Oktober-November Tahun 2015

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB I PENDAHULUAN. pada saluran pencernaan disamping fungsi psikis dan sosial (Tampubolon,

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap individu. Individu yang mengalami masalah terhadap susunan giginya cenderung tidak nyaman untuk berinteraksi dengan individu lain, lebih suka berdiam diri bahkan memilih untuk menyendiri. Rata-rata usia 18-25 tahun adalah usia yang sering mengalami masalah psikologis tidak percaya diri karena masalah susunan gigi yang tidak teratur (Nissa, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Munizeh dan Firda ( 2008 ) di Universitas Hospital, menunjukan 14,6 % individu tidak puas terhadap keadaan gigi geliginya yang tidak teratur yang dapat mempengaruhi penampilan fisik estetik individu. Dinyatakan pada penelitian menurunnya kepercayaan diri individu tersebut diakibatkan gigi yang tidak teratur atau maloklusi (Primarta, 2013 ). Maloklusi merupakan penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung geligi (rahang) diluar batas kewajaran yang dapat diterima (Rahardjo, 2012). Menurut studi Longitudinal dampak psikologi dari maloklusi menimbulkan reaksi sosial yang berpengaruh buruk terhadap aspek psikososial remaja. Dapat menyebabkan kurang percaya diri dan mempengaruhi kehidupan sosial. Dampak psikologi ini mendorong

mereka untuk mencari perawatan untuk memperbaiki penampilan mereka. (Primarta, 2013) Prevalensi penderita maloklusi di indonesia 80% dan maloklusi merupakan masalah bagi kesehatan gigi dan mulut terbesar ketiga setelah prevalensi karies dan penyakit periodontal. Akibat dari maloklusi dapat mengganggu estetis, fungsi bicara, serta fungsi pengunyahan ( Nissa, 2008). Keadaan maloklusi dapat diperbaiki dengan perawatan orthodonti. Perawatan ini dimulai dari yang sederhana sampai yang komprehensif seperti perawatan yang menggunakan othodonti cekat. Perawatan ortodontik dapat memperbaiki kesehatan rongga mulut, fungsi rongga mulut dan penampilan pribadi (Foster, 1997). Perawatan orthodontik juga untuk mendapatkan oklusi yang sehat secara fungsional dan estetik yang baik (Houston, 1990). Pergerakan gigi pada perawatan orthodonti dilakukan dengan memberikan tekanan. Tekanan orthodonti yang terlalu besar justru dapat merusak struktur gigi dan jaringan pendukungnya. Tekanan ini dapat menyebabkan peradangan gingiva dan infeksi jaringan peridontal (Rahardjo, 2012). Kekuatan yang besar menyebabkan terjadinya undermining resorption sedangkan kekuatan kecil menyebabkan resorpsi langsung. Gerakan gigi yang sering terjadi adalah gerakan tipping, translasi, rotasi, intrusi dan ekstrusi (Rahardjo, 2012). Alat ortodontik cekat juga bisa menghasilkan gerakan gigi yang merugikan karena alat ini dicekatkan pada 2

gigi geligi, tekanan yang terlalu besar tidak akan menyebabkan pesawat terungkit tetapi justru dapat merusak struktur pendukung gigi (Foster, 1997). Gingivitis mengenai lebih dari 80% anak umur muda, sedangkan hampir semua populasi dewasa sudah pernah mengalami ginivitis, periodontis atau keduanya. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2011 60% penduduk Indonesia mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut, dimana salah satunya adalah penyakit periodontal sebesar 87,84%. Penyakit peridontal merupakan suatu penyakit penyangga gigi melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar. Faktor penyebab seperti plak, bakteri, hormonal, maloklusi, bad habit dan tekanan yang berlebihan dari alat orthodonti. Inflamasi berasal dari gingiva yang tidak terawat dan apabila proses berlanjut maka akan menginfasi struktur dibawahnya sehingga akan berbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dilakukan tindakan pencabutan (Eley, 2010). Perubahan yang terjadi pada ligamen periodontal karena pengaruh tekanan alat ortodontik cekat juga dapat meningkatkan vaskularisasi, pembentukan osteoid pada tulang dan meningkatkan proliferasi sel yang akan berlanjut menjadi hiperplasi gingiva (Singh, 2004). Menurut Centers for Disease Control and Preventation ( CDC ) pada tahun 2009 2010, setiap dua orang Amerika dewasa yang berumur 30 tahun menderita penyakit periodontal. Sekitar 42% atau 64,7 juta orang dewasa Amerika memiliki mild Periodontitis dan moderate periodontitis. Pada orang dewasa yang berumur 65 tahun atau lebih tua prevalensi 3

meningkat 70,1%. Berdasarkan jenis kelamin, secara umum presentase gingivitis pada laki laki ( 54,47% ) sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan ( 45,53% ). Data ini berhubungan dengan keadaan oral hygine ( OH ) dimana perempuan memiliki OH yang baik dibandingkan dengan laki laki seperti yang sudah diteliti pada 100 sampel dikota Yogyakarta pada tahun 2008. Keadaan OH inilah yang merupakan mempengaruhi keparahan gingivitis ( Syafri, 2008 ). Respon jaringan perodontal yang diterima tergantung pada besarnya tekanan yang diberikan. Tekanan yang besar dapat menyebabkan rasa sakit, nekrosis elemen seluler dalam ligamen periodontal dan terjadinya undermining resorption atau indirect resorption pada tulang alveolar. Kerusakan pada gingival yang akan terjadi akibat kekuatan orthodonti yang besar akan menyebabkan gigi bergerak dari soketnya dan jaringan gingiva akan tertekan dan terdesak. Jaringan-jaringan gingiva akan berubah sesuai dengan kekuatan yang di terimanya. Dari pergerakan alat orthodonti cekat menyebabkan terjadinya hiperplasia gingiva pada daerah interdental, labial, dan lingual terlihat juga gingiva berwarna merah (Singh 2006 ). Selain tekanan dari alat orthodonti jenis kelamin, umur dan lama pemakian juga dapat mempengaruhi terjadinya gingivitis pada pengguna alat orthodonti cekat. Hasil penelitian dari Regina Mercelina ( 2016 ) menyebutkan bahwa 83,87% responden mengalami masalah gingivitis, dimana pada penelitian tersebut jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki yang menggunakan alat orthodonti cekat. Pada umumnya kondisi rongga mulut pada laki-laki lebih buruk dibandingkan perempuan,namun 4

hormon pada perempuan dapat mempengaruhi kondisi rongga mulutnya, pada saat perempuan sedang dalam masa menstruasi maka akan terdapat manifestasi pada rongga mulut berupa pembengkakan pada gingiva ( Adrial Efendy,2011 ). Selaian jenis kelamin umur juga dapat mempengaruhi terjadinya gingivitis pada penggua alat orthondonti cekat, penelitian yang dilakukan oleh Fahren Batch ( 2002 ) menunjukan bahwa pertambahan usia mempengaruhi angka resiko terkena gingivtis. Penelitian yang dilakukan oleh Cecilia Panioan ( 2012 ) menyebutkan bahwa usia remaja juga memiliki resiko gingivitis yang disebut dengan gingivitis pubertas, dimana gingivitis ini terdapat pada usia remaja 11 17 tahun. Identifikasi yang dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas angkatan 2012 s/d angkatan 2015 pada bulan Oktober 2015 didapatkan sebanyak 45 orang mahasiswa menggunakan alat Orthodonti cekat untuk mengembalikan fungsi fungsional oklusi giginya. Mahasiswa Fakultas Kedokteran gigi dipandang sebagai kelompok/golongan masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dan oleh sebab itu ia memiliki kesedaran yang lebih tinggi untuk memelihara kesehatan giginya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran gingiva pada pengguna alat orthodonti cekat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas. 5

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka di dapatkan rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana gambaran gingiva pada pengguna alat orthodonti cekat di FKG Unand? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya gingivitis pada pengguna alat orthodonti cekat di FKG Unand. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Melihat Kesehatan Gingiva Pengguna Alat Orthodonti Cekat Berdasarkan Jenis Kelamin 2. Melihat Kesehatan Gingiva Pengguna Alat Orthodonti Cekat Berdasarkan Umur 3. Melihat Kesehatan Gingiva Pengguna Alat Orthodonti Cekat Berdasaarkan Lama Pemakaian. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pengguna Alat Orthodonti cekat Memberi informasi dan wawasan bagi pengguna alat orthodonti cekat tentang kondisi gingiva pada pengguna alat orthodonti cekat. 6

2. Bagi Dokter Gigi Memberi informasi kepada dokter gigi mengenai kondisi gingiva pemakaian alat orthodonti cekat. 3. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan refensi tambahan terhadap peneliti selanjutnya yang memiliki hubungan dengan keadaan gingiva pada pengguna alat orthodonti cekat. 4. Bagi Peneliti Sebagai media pengaplikasian ilmu kedokteran gigi yang telah di pelajari selama bangku perkuliahan dan penambahan wawasan dengan melakukan penelitian. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ini mengenai gambaran jaringan periodontal secara klinis pada pengguna alat orthodonti cekat di fkg unand. 7