BAB I PENDAHULUAN. didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan sangat

dokumen-dokumen yang mirip
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di RB Harapan Bunda di Surakarta

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

ROSLENA Mahasiswa. Kata Kunci: Posisi Partus, Berat Badan Lahir, Teknik Mengedan, Rupture Perineum

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

KUESIONER PENDATAAN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Universitas UBudiyah Indonesia

Apakah ibu menanyakan pada ibu hamil mengenai riwayat. kehamilan (perdarahan, hipertensi, dsb)

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERAWATAN KEHAMILAN PADA IBU HAMIL YANG MENGALAMI ABORTUS SPONTAN TAHUN 2013

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PRIMIPARA DI BPS BENIS JAYANTO TAHUN 2012

HUBUNGAN POSISI MENERAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI RB KARTINI PUTRA MEDIKA KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Anatomi Perineum Wanita

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

GAMBARAN RESPONDEN DENGAN ROBEKAN PERINEUM DI RB PANJAWI SUKOHARJO

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. I. DATA PRIBADI : Mahdalin Husna Tempat/Tanggal lahir : Banda Aceh/ 15 Oktober 1993 : 2 dari 4 bersaudara

BAB I PENDAHULUAN. riwayatkan dalam hadist. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

RENCANA KEGIATAN PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR DI KLINIK HARYANTARI MEDAN. Waktu. Februar

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DAN PARITAS IBU DENGAN ROBEKAN PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN PARITAS DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN SPONTAN DI RSIA BUNDA ARIF PURWOKERTO TAHUN 2010

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bernama Fatimah / adalah mahasiswi D-IV Bidan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178).

BAB I PENDAHULUAN. hamil saat proses melahirkan adalah episiotomi. Episiotomi yaitu tindakan bedah

Nomor Kuisioner : tanggal Pengisian : DATA UMUM RESPONDEN

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) : Efektifitas Pemijatan Perineum Terhadap Ruptur Perinneum


Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di Rsud Dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama Saya Fauziah, sedang menjalani sedang menjalani pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. I dan II jarang terjadi perdarahan postpartum. morbiditas lainnya meliputi macam-macam infeksi dan penyakit yang

KUESIONER PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN JAMPERSAL DI PUSKESMAS PARONGIL KABUPATEN DAIRI

BAB 1. yang telah ditentukan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN TERJADINYA ROBEKAN PERINEUM SPONTAN DI BPM WIWIK AZIZAH SAID DESA DURIWETAN KECAMATAN MADURAN KABUPATEN LAMONGAN

Nunung Nurjanah Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

BIODATA MAHASISWA. : Jln Karya Setuju Gg Bilal no16 Medan TELEPON : : KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN REPRODUKSI

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN : HUBUNGAN POSISI BERSALIN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI (BPM) KASIYATI SUKOHARJO

DAFTAR PUSTAKA. APN, Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta: JNPK-KR.

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN BERAT BAYI LAHIR DENGAN KEJADIAN LASERASI PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK SWASTA Hj. SRI WAHYUNI, S.SiT SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI RSUD KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPLIKASI PASSENGER PADA IBU BERSALIN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. Yayuk Norazizah, Ristitiati, Ummu Latifah

Lampiran 1. KUESIONER PENILAIAN STRES KERJA PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) RANTAUPRAPAT

PENILAIAN PENGGUNAAN PARTOGRAF APN OLEH BIDAN PUSKESMAS PONED KOTA MEDAN

Universitas Sumatera Utara

CUT ROSMAWAR¹ ¹Tenaga Pengajar Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

KUESIONER PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA AWAL KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH ABSTRAK

1. Pendahuluan. STIKES Widyagama Husada Malang

Primigravida. Relationship With Birth Weight Normal On Labor Perineal Rupture Primigravida

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

Universitas Sumatera Utara

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara

Hubungan Paritas Dengan Derajat Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin Normal Di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhi oleh 3P yaitu janin (passenger), jalan lahir (passage) dan tenaga (power)

I. Identitas Informan 1. Nama : Umur : Pendidikan : Alamat :...

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI RSUD KEBUMEN TAHUN 2013

PENGARUH DERAJAT LASERASI PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU POST PARTUM

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK


HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

Jurnal Kebidanan 08 (02) Jurnal Kebidanan http : / HUBUNGAN POSISI MENERAN DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang kelima. Indonesia berada

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

(Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban yang anda rasa benar) 1. Apa yang ibu ketahui tentang kantong plastik?

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI BPM NY. NATALIA KECAMATAN GENUK KOTA SEMARANG

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF BIDAN TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI USIA0-6

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST

BAB I PENDAHULUAN kelahiran dibandingkan 16 per kelahiran di negara maju. Indonesia

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTUSAN MEMILIH PIL KB DI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2014

Jurnal Siklus Volume 6 No 1 Januari 2017

Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Rupture Perineum pada Persalinan Normal

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU BIDAN PRAKTEK SWASTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Nifas

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PIJAT PERINEUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di bagian Rekam Medik RSUP dr. Kariadi

Lampiran 2


Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi, yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan sangat di pengaruhi oleh 3P yaitu janin (passenger), jalan lahir (passage) dan tenaga (power) dan 2P yaitu position dan phsycologi (Manuaba,2005). Persalinan dengan berat badan janin besar dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan dan persalinan seperti hipertensi dalam kehamilan, polihidramnion (cairan ketuban berlebih), persalinan lama, persalinan sulit misalkannya karena bahu macet, perdarahan pasca persalinan dan Ruptur perineum (Krisnadi, 2009), selain itu resiko berat badan janin besar pada janin itu sendiri adalah terjadinya patah tulang selangka pada saat persalinan (Andro, 2012). Ruptur perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat. Ruptur perineum disebabkan paritas, jarak kelahiran, berat badan bayi, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, ekstraksi cunam, ekstraksi fakum, trauma alat dan episiotomy (Winkjosastro,2005). Ruptur perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Ruptur perineum dapat terjadi karena adanya robekan spontan maupun episiotomi. Ruptur 1

2 perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan dan perdarahan, sedangkan Ruptur perineum spontan terjadi karena ketegangan pada daerah vagina pada saat melahirkan, juga bisa terjadi karena beban psikologis mengahadapi proses persalinan dan yang lebih penting lagi Ruptur perineum terjadi karena ketidaksesuaian antara jalan lahir dan janinnya, oleh karena efek yang ditimbulkan dari Ruptur perineum sangat kompleks (Partiwi, 2009). Menurut Stefen, seorang tokoh WHO dalam bidang Obgyn, jumlah patatulang osteoporotik meningkat dengan cepat. Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050, seiring dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan dengan baik. (Hilmy, 2010). Di Amerika 26 juta ibu bersalin yang mengalami rupture perineum, 40 % diantaranya mengalami rupture perineum karena kelalaian bidannya. 20 juta diantaranya adalah ibu bersalin. Dan ini akan membuat beban biaya untuk pengobatan kira-kira 10 juta dolar pertahun (Heimburger, 2009).

3 Menurut penelitian di Australia, setiap tahun 20.000 ibu bersalin akan mengalami rupture perineum ini disebabkan oleh ketidaktahuan bidan tentang asuhan kebidanan yang baik. Di Asia rupture perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum didunia terjadi di Asia (Campion, 2009). Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24 % sedang pada ibu bersalin usia 32 39 tahun sebesar 62 %. Ruptur perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bandung, yang melakukan penelitian dari tahun 2009-2010 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima ibu bersalin yang mengalami rupture perineum akan meninggal dunia dengan persen ( 21,74 % ) (Siswono, 2003 ). Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan pervaginam. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan di tahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam

4 tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena direnggangkan terlalu lama. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa sehinga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang dari pada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vagina (Sarwono Prawirohardjo, 2002). Ruptur perineum merupakan yang terjadi sewaktu persalinan dan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain posisi persalinan, cara meneran, pimpinan persalinan dan berat badan bayi baru lahir. Selain itu bayi lahir yang terlalu besar atau berat badan lahir dari 4000 gram akan meningkatkan resiko proses persalinan yaitu kemungkinan terjadi bahu bayi tersangkut, bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadang bayi lahir dengan trauma leher, bahu dan syarafnya. Hal ini terjadi karena berat bayi yang besar sehingga sulit melewati panggul dan menyebabkan terjadinya ruptur pada ibu bersalin. Persalinan dengan rupture perineum apabila tidak ditangani secara efektif menyebabkan pendarahan dan infeksi menjadi lebih berat, serta jangka waktu panjang dapat mengganggu ketidaknyamanan ibu dalam hal hubungan seksual (Muchtar, 2002). Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi. perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan

5 atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan. Faktor resiko untuk terjadi robekan perineum ialah pada nulliparitas, berat janin lebih dari 4000 gram, dan persalinan pervaginam memakai alat. Resiko dari robekan perineum dapat dikurangi dengan proteksi perineum yang adekuat atau sokongan sebelum melahirkan kepala bayi. Robekan spontan biasa terjadi pada wanita primipara dengan pengalaman kala II yang terlalu cepat sehingga tidak ada kesempatan untuk distensi dan relaksasi dasar panggul atau kala II memanjang dengan edema perineal. Faktor-faktor penyebab rupture perineum pada persalinan normal antara lain perineium kaku, kepala janin terlalu cepat melewati dasar panggul, berat badan bayi yang dilahirkan, leher perineum dan paritas posisi partus, berat badan lahir serta teknik mengedan (Suwito, 2009). Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi. Perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila

6 episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti bahwa, angka kejadian rupture perineum spontan yang dialami ibu di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan tahun 2015 sebanyak 12 orang (33,3%) dari 36 persalinan normal. Sedangkan yang tidak mengalami ruptur perineum berjumlah 28 orang. Kejadian rupture yang terjadi terkait dengan posisi partus, berat badan lahir dan teknik mengedan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan posisi partus dan berat badan lahir serta teknik mengedan dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu adakah hubungan posisi partus dan berat badan lahir serta teknik mengedan dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan.

7 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan posisi partus dan berat badan lahir serta teknik mengedan dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk menganalisis hubungan posisi partus dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 2. Untuk menganalisis hubungan berat badan lahir dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 3. Untuk menganalisis hubungan teknik mengedan dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah sebaga sumbangan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Aplikatif a. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang ruptur perineum.

8 b. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya bidan diharapkan dapat lebih meningkatkan kewaspadaan dalam melakukan pertolongan persalinan sehingga tidak terjadi ruptur perineum. c. Bagi Ibu Dapat menambah wawasan khususnya para ibu bersalin diharapkan mematuhi anjuran bidan sehingga dapat mengantisipasi kejadian rupture perineum.

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal 2.1.1. Pengertian Persalinan Normal Persalinan merupakan proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu (Saifuddin, 2002). Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Mochtar, 2002). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sumarah, 2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa persalinan normal adalah persalinan yang terjadi secara proses alamiah tanpa bantuan alat-alat dimana terjadi dilatasi serviks lahirnya bayi dan plasenta yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). 2.1.2. Macam-macam Persalinan Macam-macam, persalinan menurut Prawirohardjo (2002) dan Martadjisoebrata (2002) di antaranya : 9

10 1. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi. 2. Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir. 3. Persalinan buatan adalah persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan dengan oprasi section caesarea. 4. Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. 2.1.2. Faktor Penting yang Berperan Pada Persalinan Faktor-faktor yang penting dalam persalinan adalah sebagai berikut : 1. Power (kekuatan mendorong janin keluar) Power (kekuatan mendorong janin keluar) terdiri dari : a. His (kontraksi uterus) Merupakan kontraksi dan relaksasi otot uterus yang bergerak dari fundus ke korpus sampai dengan ke serviks secara tidak sadar. b. Kontraksi otot dinding rahim. c. Kontraksi diafragma pelvis/kekuatan mengejan.

11 2. Passanger Passanger meliputi : a. Janin b. Plasenta 3. Passage (jalan lahir) Passage terdiri dari : a. Jalan lahir keras yaitu tulang pinggul (os coxae, os sacrum/promontorium, dan os coccygis) b. Jalan lahir lunak : yang berperan dalarn persalinan adalah segmen bahwa rahim, seviks uteri dan vagina, juga otot-otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat urogenital (Manuaba, 2001). 2.2. Perineum Perineum adalah merupakan bagian permukaan pintu bawah panggul, yang terletak antara vulva dan anus. Panjangnya rata-rata 4 cm (Wiknjosastro, 2006). Menurut Sarwono (2005), perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang terletak dari vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis. Perineum terdiri dari otot-otot dan fascia dari diafragma urogenitalis dan diafragma pelvis. Diafragma urogenitalis terbentang melintasi arkus pubis diatas fascia perinea superfisialis yang terdiri dari dua otot, yakni muskulus koksigeus dan muskulus pubokokssigeus dan muskulus puborektalis bersama-sama mendukung

12 perineum yang fungsional merupakan sfingter ani dari rectum. Rafe mediana dan muskulus elevator ani diantaranya anus dan vagina diperkuat oleh tendon otot muskulus bulbokavernosus, muskulus perinea transversalis dan sfingter ani eksterna berlekatan satu sama lain yang kemudian membentuk perineal body yang turut ambil bagian mendukung perineum. 2.2.1. Anatomi Perineum Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis. Diafragma urogenitalis terletak menyilang arkus pubis diatas fascia superfisialis perinei dan terdiri dari otot-otot transversus perinealis profunda. Diafragma pelvis dibentuk oleh otot-otot coccygis dan levator ani yang terdiri dari 3 otot penting yaitu: 1. Muskulus puborektalis 2. Muskulus pubokoksigis 3. Muskulus iliokoksigis Perineum berbatas sebagai berikut : 1. Ligamentum arkuata dibagian depan tengah. 2. Arkus ischiopubic dan tuber ischii dibagian lateral depan 3. Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral belakang 4. Tulang koksigis dibagian belakang tengah

13 Daerah perineum terdiri dari 2 bagian, yaitu: 1. Regio anal disebelah belakang Disini terdapat mukosa sfingter ani eksterna yang melingkari anus 2. Regio urogenitalis. Disini terdapat mukosa bulbokavernosus, mukosa transverses perinealis superfisialis dan mukosa ischiocavernosus. 2.2.2. Ruptur Perineum Spontan Ruptur perineum spontan adalah perlukaan jalan lahir atau robekan perineum secara tidak sengaja karena persalinan dan terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Wiknjosastro, 2006). Ruptur perineum spontan adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan terjadi pada hampir semua primipara (Wiknjosastro, 2005). Menurut Wiknjosastro (2007), ruptur spontan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana : 1. Kepala janin terlalu cepat lahir 2. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya 3. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut 4. Pada persalinan distosia bahu Sedangkan menurut Henderson (2006), yang termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi risiko terjadinya ruptur perineum spontan, yaitu :

14 1. Paritas Daerah perineum bersifat elastic, tapi dapat juga ditemukan perineum yang kaku, terutama pada nullipara yang baru mengalami kehamilan pertama (primigravida). 2. Pertolongan/penatalaksanaan persalinan Melindungi perineum dan menggunakan tarikan untuk melahirkan bahu, serta cara meneran yang salah. Selain itu pada sejumlah penelitian menunjukkan bahwa posisi seorang wanita saat melahirkan terkait dengan kejadian ruptur perineum. 3. Berat Badan Bayi Baru Lahir berdasarkan Oxorn, 2010 a. Pengertian Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24 jam pertama kelahiran. Semakin besar berat bayi yang dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum. Bayi besar adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Robekan perineum terjadi pada kelahiran dengan berat badan bayi yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ibu menderita Diabetes Melitus, ibu yang memiliki riwayat melahirkan bayi besar, faktor genetik, pengaruh kecukupan gizi. Berat bayi lahir normal adalah sekitar 2500 sampai 4000 gram (Saifuddin, 2002).

15 b. Klasifikasi berat badan bayi baru lahir pada saat kelahiran menurut Saifuddin, 2002 sebagai berikut : 1. Bayi besar adalah bayi lebih dari 4000 gram. 2. Bayi cukup adalah bayi berat badan lebih dari 2500 sampai 4000 gram. 3. Bayi berat lahir rendah adalah bayi berat badan 1500 sampai 2500 gram. 4. Bayi berat sangat rendah sekali adalah bayi dengan berat badan 1000 sampai kurang dari 1500 gram. 2.2.3. Klasifikasi Ruptur Perineum Spontan Menurut Wiknjosastro (2006), ruptur perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa meluas apabila kepala janin lahir, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir kebelakang dari biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmantika, atau anak dilahirkan dengan tindakan. Robekan perineum dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Derajat satu : suatu robekan yang melibatkan : a. Mukosa vagina b. Komisura posterior c. Kulit perineum. 2. Derajat dua : suatu robekan yang melibatkan : a. Mukosa vagina b. Komisura posterior c. Kulit perineum.

16 d. Otot perineum 3. Derajat tiga : suatu robekan yang melibatkan : a. Mukosa vagina b. Komisura posterior c. Kulit perineum. d. Otot perineum e. Otot sfingter ani 4. Derajat empat : suatu robekan yang melibatkan : a. Mukosa vagina b. Komisura poste]['rior c. Kulit perineum. d. Otot perineum e. Otot sfingter ani f. Dinding depan rektum (Wiknjosastro, 2008). Menurut Soepardiman (2006) klasifikasi robekan perineum berdasarkan luasnya adalah sebagai berikut: 1. Derajat satu: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum 2. Derajat dua: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum dan otot-otot perineum 3. Derajat tiga: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum, otot-otot perineum, dan sfingter ani eksterna

17 4. Derajat empat: robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingter ani yang meluas sampai ke mukosa. Menurut Santosa (2008), klasifikasi rupture perineum adalah sebagai berikut 1. Laserasi epitel vagina atau laserasi pada kulit perineum saja 2. Melibatkan kerusakan pada otot-otot perineum, tetapi tidak melibatkan kerusakan sfingter ani 3. Kerusakan pada otot sfingter ani : a. Robekan < 50% sfingter ani eksterna b. Robekan > 50% sfingter ani ekterna c. Robekan juga meliputi sfingter ani interna 5. Robekan stadium tiga disertai robekan epitel anus 2.3. Kerangka Konsep Posisi Partus Berat Badan Lahir Kejadian Ruptur Perineum Teknik Mengejan Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

18 2.4. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan posisi partus dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 2. Ada hubungan berat badan lahir dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 3. Ada hubungan teknik mengedan dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan.

19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan desain cross sectional, yaitu untuk menganalisa hubungan posisi partus dan berat badan lahir serta teknik mengedan dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei Tahun 2015. 3.3. Populasi Dan sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dengan persalinan normal di Klinik Musfi Langga Payung tahun 2011 sebanyak 86 orang. 3.3.2. Sampel Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel (total sampling) yaitu sebanyak 86 orang. 19

20 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Yaitu sumber data langsung dari subyek penelitian diperoleh dari kuesioner yang telah dibagikan kepada ibu dengan persalinan normal. Cara pengambilan data dengan melihat alamat responden dari Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan kemudian didatangi ke rumah-rumah responden. 3.4.2. Data Sekunder Sumber data yang digunakan pada penelitian adalah dokumen atau catatan yang diperoleh dari Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 3.5. Variabel dan Definisi Operasional 1. Posisi partus adalah posisi yang dilakukan ibu untuk kenyamanan dirinya saat persalinan. Kategori Posisi Partus : 0. Tidak terlentang, bila memilih posisi lain seperti semi fauler, jongkok, berdiri, berbaring miring 1. Terlentang, bila memilih posisi litotomi/supine tidak terlentang 2. Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang pada waktu 24 jam pertama kelahiran. Kategori Posisi Partus : 0. 2.500-4.000 gram 1. > 4.000 gram

21 3. Cara mengedan adalah cara mengedan ibu dalam persalinan. Kategori cara mengedan : 0. Baik, bila melakukan semua teknik yang dianjurkan 1. Tidak Baik, bila salah satu teknik yang dianjurkan tidak dilakukan. 4. Ruptur perineum adalah robekan perineum secara tidak sengaja karena persalinan Kategori cara mengedan : 0. Tidak Ruptur 1. Ruptur 3.6. Metode Pengukuran Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Variabel Bebas Posisi Partus Berat Badan Lahir Cara Mengedan Variabel Terikat Ruptur perineum Cara dan Alat Ukur Wawancara (kuesioner) Wawancara (kuesioner) Wawancara (kuesioner) Wawancara (kuesioner) Skala Ukur Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Hasil Ukur 0. Tidak Terlentang 1. Terlentang 0. 4000 gram 1. > 4000 gram 0. Baik 1. Tidak Baik 0. Tidak ruptur perineum 1. Ruptur perineum 3.7. Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan data Data yang terkumpul selanjutnya diolah secara komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

22 a. Proses Editing Adalah memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan, apakah telah sesuai seperti yang diharapkan atau tidak. Dalam melakukan editing ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni : 1. Memeriksa semua jawaban responden dapat dibaca 2. Memeriksa semua pertanyaan sudah terjawab 3. Memeriksa hasil isian sesuai dengan tujuan yang dicapai peneliti 4. Memeriksa apakah masih ada kesalahan lain yang terdapat pada kusioner b. Proses Coding Adalah melakukan pengkodean data. Cara melakukan koding adalah a. Memberi simbol-simbol tertentu b. Kelompokkan menurut kategori c. Proses Data Entri (processing) yaitu : jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer. Program yang sering digunakan untuk penelitian adalah program SPSS for Window. d. Proses Cleaning yaitu mengecek semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan untuk melihat kemungkinan adanya kesalahankesalahan kode, ketidaklengkapan dan selanjutnya dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2010).

23 3.7.2. Analisa Data 1. Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik masing-masing variabel independen dan dependen. Mengingat data kategorik maka hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan menggunakan SPSS untuk melihat ada tidaknya hubungan posisi partus dan berat badan lahir serta teknik mengedan dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan dengan menggunakan uji statistik Chi Square dengan α = 0,05

24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Lhok Bengkuang terletak di Kabupaten Aceh Selatan. Puskesmas ini di kepalai oleh seorang dokter umum. Puskesmas Lhok Bengkuang merupakan salah satu puskesmas rawat inap malam di Kabupaten Aceh Selatan. 4.2. Analisis Univariat Setelah dilakukan pengumpulan, pengolahan dan analisa data maka variabel bebas yang diperoleh meliputi : posisi partus, berat badan lahir, tehnik mengedan, dan variabel terikat yaitu rupture perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 4.2.1. Posisi Partus Untuk mengetahui posisi partus pada ibu saat bersalin di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Posisi Partus pada Ibu Saat Bersalin di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 No Posisi Partus Jumlah % 1 Tidak Terlentang 10 11,6 2 Terlentang 76 88,4 Total 86 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa posisi partum pada persalinan di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan terdapat mayoritas dengan posisi

25 dilakukan terlentang sebanyak 76 orang (88,4%) dan minoritas dengan posisi tidak terlentang sebanyak 10 orang (11,6%). 4.2.2. Berat Badan Lahir Untuk mengetahui berat badan lahir pada bayi di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.2. Distribusi Berat Badan Lahir Pada Bayi di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 No Berat Badan Lahir Jumlah % 1 4000 gram 32 37,2 2 < 4000 gram 54 62,8 Total 86 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa berat badan lahir pada bayi di Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan terdapat mayoritas dengan berat badan lahir < 4000 gram sebanyak 54 orang (62,8%) dan minoritas dengan berat badan lahir 4000 gram sebanyak 32 orang (37,2%). 4.2.3. Cara Mengedan Untuk mengetahui cara mengedan pada ibu saat bersalin di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Cara Mengedan Pada Ibu Saat Bersalin di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 No Cara Mengedan Jumlah % 1 Baik 68 79,1 2 Tidak Baik 18 20,9 Total 86 100

26 Dari tabel diatas terlihat bahwa cara mengedan ibu saat bersalin di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan terdapat mayoritas dengan baik sebanyak 68 orang (79,1%) dan minoritas dengan tidak baik sebanyak 18 orang (20,9%). 4.2.4. Distribusi Ruptur Perineum Untuk mengetahui ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Ruptur Perineum Persalinan Normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan No Ruptur Perineum Persalinan Normal Jumlah % 1 Ruptur 8 9,3 2 Tidak Ruptur 78 90,7 Total 86 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa rupture perineum persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan terdapat mayoritas dengan tidak terjadi rupture perineum sebanyak 78 orang (90,7%) dan minoritas dengan terjadi rupture perineum sebanyak 8 orang (9,3%). Jenis rupture perineum yang terjadi pada ibu bersalin mayoritas dengan derajat 2 sebanyak 5 orang dan minoritas derajat 1 sebanyak 3 orang. 4.3. Analisis Bivariat Untuk melihat ada tidaknya hubungan posisi partus, berat badan lahir dan teknik mengedan dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

27 4.3.1. Hubungan Posisi Partus dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 Untuk melihat hubungan posisi partus dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.5. Hubungan Posisi Partus dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 No Posisi Partus Ruptur Perineum Persalinan Normal Total p Ruptur Tidak Ruptur f % f % f % 1 Tidak Terlentang 0 0 10 11,6 10 11,6 0,031 2 Terlentang 8 9,3 68 79,1 76 88,4 Total 8 9,3 78 90,7 86 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 10 orang dengan posisi partus tidak terlentang terdapat tidak terjadi ruptur perineum sebanyak 10 orang (11,6%). Kemudian dari 76 orang dengan posisi partus terlentang terdapat mayoritas tidak terjadi ruptur perineum sebanyak 68 orang (79,1%) dan minoritas dengan terjadi ruptur perineum sebanyak 8 orang (9,3%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,031) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat posisi partus dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan.

28 4.3.2. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 Untuk melihat hubungan berat badan lahir dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.6. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 No Berat Badan Ruptur Perineum Persalinan Normal Total P Lahir Ruptur Tidak Ruptur f % f % f % 1 4000 gram 7 8,1 25 29,1 32 37,2 0,002 2 < 4000 gram 1 1,2 53 61,5 54 62,8 Total 8 9,3 78 90,7 86 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 32 orang dengan berat badan lahir 4000 gram terdapat mayoritas tidak terjadi ruptur perineum sebanyak 25 orang (29,1%) dan minoritas dengan terjadi ruptur perineum sebanyak 7 orang (8,1%). Kemudian dari 54 orang dengan berat badan lahir < 4000 gram terdapat mayoritas tidak terjadi ruptur perineum sebanyak 53 orang (61,5%) dan minoritas dengan terjadi ruptur perineum sebanyak 1 orang (1,2%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,002) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015.

29 4.3.3. Hubungan Cara Mengedan dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 Untuk melihat hubungan cara mengedan dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.7. Hubungan Cara Mengedan dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 No Cara Ruptur Perineum Persalinan Normal Total P Mengedan Ruptur Tidak Ruptur f % f % f % 1 Baik 2 2,3 66 76,7 68 79,1 0,000 2 Tidak Baik 6 7,0 12 14,0 18 20,9 Total 8 9,3 78 90,7 86 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 68 orang dengan cara mengedan dengan baik terdapat mayoritas tidak terjadi ruptur perineum sebanyak 66 orang (76,7%) dan minoritas terjadi ruptur perineum sebanyak 2 orang (2,3%). Kemudian dari 18 orang dengan cara mengedan tidak baik terdapat mayoritas terjadi tidak ruptur perineum sebanyak 12 orang (14,0%) dan minoritas dengan terjadi ruptur perineum sebanyak 6 orang (7,0%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,000) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara cara mengedan dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan.

30 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Hubungan Posisi Partus dengan Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 Hasil penelitian diperoleh bahwa dari 10 orang dengan posisi partus tidak terlentang terdapat tidak terjadi ruptur perineum sebanyak 10 orang (11,6%). Kemudian dari 76 orang dengan posisi partus terlentang terdapat mayoritas tidak terjadi ruptur perineum sebanyak 68 orang (79,1%) dan minoritas dengan terjadi ruptur perineum sebanyak 8 orang (9,3%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,031) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat posisi partus dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan hubungan posisi partus berbanding lurus dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal, artinya semakin baik posisi partus saat bersalin maka akan semakin sedikit kemungkin akan kejadian rupture perineum pada persalinan normal dan sebaliknya semakin tidak bagus posisi partus maka akan semakin tinggi terjadi kejadian rupture perineum pada persalinan normal. Penelitian ini sesuai menurut Winkjosastro (2005), mengemukakan bahwa rupture perineum selain disebabkan oleh faktor ibu, pimpinan persalinan yang tidak sebagaimana mestinya seperti posisi saat persalinan (Posisi partus) yang tidak benar yakni posisi terlentang dapat menyebabkan rupture perineum yang lebih berat,

31 sehingga untuk menghindari terjadinya rupture yang berat dengan memimpin persalinan secara benar yakni sebaiknya posisi setengah duduk atau berbaring miring. Hasil penelitian Rahmi, F (2006), bahwa ada hubungan antara Posisi persalinan dengan rupture perineum pada ibu primigraviga di Bps. Sri Hariati Bandung. Dimana ibu ibu primigravida yang melakukan posisi persalinan secara tidak terlentang umumnya 13 responden (64,2%) mengalami rupture perineum ringan, sedangkan ibu yang melahirkan dengan posisi terlentang 18 (68,6%) responden yang mengalami rupture perineum berat. Menurut asumsi peneliti posisi partus ibu saat bersalin di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan mempengaruhi kejadian rupture perineum terutama pada ibu pada kehamilan primigravida, Hal ini menunjukkan semakin tidak tepat posisi partus akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan posisi yang salah pada ibu saat bersalin. 5.2. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 Hasil penelitian diperoleh bahwa dari 32 orang dengan berat badan lahir 4000 gram terdapat mayoritas tidak terjadi ruptur perineum sebanyak 25 orang (29,1%) dan minoritas dengan terjadi ruptur perineum sebanyak 7 orang (8,1%). Kemudian dari 54 orang dengan berat badan lahir < 4000 gram terdapat mayoritas tidak terjadi ruptur perineum sebanyak 53 orang (61,5%) dan minoritas dengan terjadi

32 ruptur perineum sebanyak 1 orang (1,2%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,002) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan hubungan berat badan lahir berbanding lurus dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal, artinya semakin tinggi berat badan lahir bayi maka akan semakin tinggi kejadian rupture perineum pada persalinan normal dan sebaliknya semakin rendah berat badan lahir bayi maka akan semakin kecil kemungkinan akan terjadi kejadian rupture perineum pada persalinan normal. Hal ini sesuai menurut Wiknjosastro (2002) berat badan janin dapat mengakibatkan terjadinya ruptur perineum yaitu berat badan janin lebih dari 3500 gram. Selain itu menurut Saifuddin (2002), semakin besar berat bayi yang dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum. Robekan perineum terjadi pada kelahiran dengan berat badan bayi yang besar. Berat badan janin dapat mengakibatkan terjadinya rupture perineum yaitu pada berat badan janin diatas 3500 gram, karena risiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Persalinan normal bisa mengakibatkan terjadinya kasus ruptur perineum pada ibu primipara maupun multipara. Lapisan mukosa dan kulit perineum pada seorang ibu primipara mudah terjadi ruptur yang bisa menimbulkan perdarahan pervaginam.

33 Faktor-faktor yang mempengaruhi rupur perineum antara lain berat badan bayi baru lahir, posisi ibu bersalin, cara meneran dan pimpinan persalinan (Wiknjosastro, 2006). Penelitian ini sesuai dengan penelitian Tetty (2010) di RSUD Dr. Pirngadi Medan bahwa berat badan lahir yang dilahirkan ibu berhubungan dengan kejadian rupture perineum. Berat badan lahir yang berisiko yang beresiko terhadap rupture perineum adalah dengan berat badan lahir 4000 gram. Menurut asumsi peneliti berat badan lahir pada bayi di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan mempengaruhi kejadian rupture perineum terutama pada ibu pada kehamilan primigravida dengan berat badan bayi yang dilahirkan 4000 gram, Hal ini menunjukkan semakin besar berat bayi yang dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. 5.3. Hubungan Cara Mengedan dengan Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2015 Hasil penelitian diperoleh bahwa dari 68 orang dengan cara mengedan dengan baik terdapat mayoritas tidak terjadi ruptur perineum sebanyak 66 orang (76,7%) dan minoritas terjadi ruptur perineum sebanyak 2 orang (2,3%). Kemudian dari 18 orang dengan cara mengedan tidak baik terdapat mayoritas terjadi tidak ruptur perineum

34 sebanyak 12 orang (14,0%) dan minoritas dengan terjadi ruptur perineum sebanyak 6 orang (7,0%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,000) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara cara mengedan dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan hubungan cara mengedan berbanding lurus dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal, artinya semakin baik cara mengedan saat bersalin maka akan semakin sedikit kemungkin akan kejadian rupture perineum pada persalinan normal dan sebaliknya semakin tidak baik cara mengedan saat partus maka akan semakin tinggi terjadi kejadian rupture perineum pada persalinan normal. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2003), mengemukakan bahwa mengedan yang benar dengan mengedan sesuai dengan dorongan alamiah selama kontaksi. Selain itu juga ibu tidak di anjurkan untuk menahan nafas pada saat mengedan atau nafas jangan terengahengah. Teknik mengedan yang benar yakni dimana saat ibu mengedan tidak mengangkat bokongnya. Berdasarkan uji hipotesis ada hubungan yang kuat antara teknik meneran dengan kejadian ruptur perineum yang selama kehamilan mengikuti senam hamil Pada ibu bersalin dengan melakukan teknik meneran dengan benar dan terjadi ruptur perineum terdapat 3 responden (23%) hal ini dapat terjadi pada ibu primigravida, usia yang terlalu muda dan bayi dengan berat lahir besar, pada ibu bersalin yang tidak ada ruptur perineum terdapat 10 responden (77%) pada ibu bersalin yang mengikuti

35 senam hamil secara rutin, hal ini terjadi pada ibu yang menerapkan senam hamil dirumah, berkonsentrasi saat mengikuti kelas senam hamil, pada ibu yang berusia cukup untuk hamil dan pada ibu yang multipara atau grandemultipara, pada ibu dengan melakukan teknik meneran yang salah dan terjadi rupture perineum terdapat 14 responden (82%) terjadi pada ibu yang tidak mengikuti senam hamil secara rutin, dapat terjadi saat mengikuti senam hamil kurang berkonsentrasi, tidak menerapkannya dirumah, dan ibu bersalin yang tidak terjadi ruptur perineum terdapat 3 responden (18%) terjadi pada ibu dengan kehamilan grandemultipara. Menurut Mandriawati (2008) tujuan senam hamil untuk memperkuat dan mempertahankan elatisitas otot-otot dinding perut, ligament-ligamen, otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan serta latihan mengejan, latihan ini khusus untuk menghadapi persalinan, agar mengejan secara benar sehingga bayi dapat lancer keluar dan tidak tertahan di jalan lahir. Dampak meneran yang salah menurut Dini (2011) salah satunya adalah bila mengejan sambil mengangkat bokong, selain membuat proses mengejan tidak maksimal, juga bisa memperparah robekan perineum (daerah antara vagina dengan anus). Berdasarkan data yang diperoleh teknik meneran pada ibu bersalin mayoritas melakukan teknik meneran yang salah yang berpontensi terjadi ruptur perineum hal ini terjadi pada ibu yang tidak melakukan senam hamil secara rutin, sehingga senam hamil sangat berpengaruh pada teknik meneran dengan kejadian ruptur perineum. Menurut asumsi peneliti cara mengedan ibu saat bersalin di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan mempengaruhi kejadian rupture perineum

36 terutama pada ibu pada kehamilan primigravida, Hal ini menunjukkan semakin tidak baik cara mengedan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum dan semakin baik cara mengedan maka akan menurunkan terjadinya rupture perineum. Dampak meneran yang salah satunya adalah bila mengejan sambil mengangkat bokong, selain membuat proses mengejan tidak maksimal, juga bisa memperparah robekan perineum (daerah antara vagina dengan anus).

37 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Ada hubungan posisi partus dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 2. Ada hubungan berat badan lahir dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 3. Ada hubungan teknik mengedan dengan ruptur perineum pada persalinan normal di Puskesmas Lhok Bengkuang Kabupaten Aceh Selatan. 6.2. Saran 1. Bagi ibu perlu peningkatan pengetahuan ibu tentang kenaikan berat badan pada saat kehamilan untuk mencegah terjadinya rupture perineum dan perlu peningkatan pengetahuan ibu tentang rupture perineum melalui penyuluhan dari tenaga kesehatan 2. Kepada ibu yang akan bersalin agar melakukan posisi persalinan secara tidak terlentang dan teknik mengedan secara benar untuk mengurangi resiko terjadinya rupture perineum spontan saat persalinan normal. 3. Kepada petugas kesehatan agar menganjurkan pasien untuk melakukan posisi tidak terlantang saat persalinan agar mengurangi frekuensi rupture perineum derajat 3 dan 4. 37

38 4. Kepada institusi pendidikan agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya rupture perineum. 5. Bagi tempat penelitian diharapkan perlunya penyebaran informasi tentang rupture perineum.

39 DAFTAR PUSTAKA Abdul bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.YBPSP. Jakarta Depkes RI, 2008, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta. Hanafi Wiknjosastro, 2004, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Yogyakarta --------------------------, 2005, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Yogyakarta Manuaba I.B.G, 2002, Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta. Oxorn H, dkk, 1010, Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan, Yayasam Essentia Medika, Yogyakarta. Prawiroharjo Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, EGC, Jakarta ---------------------------, 2004, Ilmu Kebidanan, EGC, Jakarta ---------------------------, 2005, Ilmu Kebidanan, EGC, Jakarta Rustam Mochtar, 2002, Obstetri dan Ginekologi, Sinopsis I, Jakarta Soekidjo, Notoatmodjo, 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta Soepardiman, 2006, Pengantar Ilmu Bedah Obstetri, http://www.geocities.com, diperoleh tanggal 10 Oktober 2009). Sumarah, dkk, 2009, Peran Ibu Bersalin; Askeb Pada Ibu Bersalin, Fitramaya, Yogyakarta. 39

40 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POSISI PARTUS DAN BERAT BADAN LAHIR SERTA TEKNIK MENGEDAN DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI PUSKESMAS LHOK BENGKUANG KABUPATEN ACEH SELATAN A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : 2. Umur :. tahun 3. Pendidikan : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. PT 4. Pekerjaan : 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja B. DATA POSISI PARTUS 1. Posisi ibu saat melahirkan? a. Semi Fowler b. Jongkok c. Berdiri d. Berbaring miring e. Litotomi f. Supine C. DATA BERAT BADAN LAHIR 1. Berat badan lahir? a. < 4000 gr b. 4000 gr D. DATA TEKNIK MENGEDAN 1. Ibu dalam meneran pada saat persalinan dengan teknik yang benar? a. Ya b. Tidak

E. DATA RUPTURE PERINEUM 1. Apakah ibu mengalami rupture perineum? a. Ruptur b. Tidak ruptur 41

42 MASTER DATA PENELITIAN No BB Lahir Posisi Partus Teknik Mengedan Ruptur Perineum 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 4 2 2 1 2 5 2 2 1 2 6 1 2 2 1 7 1 1 1 2 8 1 2 1 2 9 2 2 1 2 10 1 2 2 2 11 2 2 1 2 12 2 2 1 2 13 2 1 1 2 14 2 1 1 2 15 1 2 2 2 16 2 2 1 2 17 2 2 1 2 18 2 2 1 2 19 2 2 1 2 20 1 2 2 1 21 2 2 1 2 22 2 2 1 2 23 2 2 1 2 24 2 2 1 2 25 1 2 2 1 26 1 2 1 2 27 2 2 1 2 28 1 2 1 2 29 2 2 1 2 30 1 1 1 2 31 2 2 1 2 32 2 2 1 2 33 2 2 2 2 34 2 2 2 2 35 1 2 2 1 42

36 1 2 1 2 37 2 2 2 2 38 2 2 1 2 39 2 2 1 2 40 2 2 1 2 41 2 1 1 2 42 1 2 2 1 43 2 2 1 2 44 2 1 1 2 45 2 1 1 2 46 2 1 1 2 47 1 2 2 1 48 2 2 1 2 49 2 2 1 2 50 2 2 1 2 51 2 2 1 1 52 1 2 1 2 53 2 2 1 2 54 1 2 1 2 55 1 2 1 2 56 1 2 2 2 57 1 2 1 2 58 1 2 1 2 59 1 2 2 2 60 2 2 1 2 61 2 1 1 2 62 1 2 1 1 63 1 2 2 2 64 1 2 2 2 65 1 2 1 2 66 2 2 2 2 67 2 2 2 2 68 2 2 1 2 69 1 2 1 2 70 1 2 1 2 71 1 2 1 2 72 2 2 1 2 73 2 2 1 2 43

74 2 2 1 2 75 2 2 1 2 76 2 2 1 2 77 2 2 1 2 78 2 2 1 2 79 1 2 1 2 80 2 2 1 2 81 2 2 1 2 82 2 2 1 2 83 1 2 1 2 84 2 2 1 2 85 2 2 1 2 86 1 2 1 2 44

45 Frequencies Valid Tidak terlentang Terlentang Episiotomi Total Posisi Partus Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 10 11.6 11.6 11.6 76 88.4 88.4 100.0 86 100.0 100.0 Valid > = 3000 gr < 3000 gr Total Berat Badan Lahir Cumulativ e Frequency Percent Valid Percent Percent 32 37.2 37.2 37.2 54 62.8 62.8 100.0 86 100.0 100.0 Valid Baik Tidak Baik Total Teknik Mengedan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 68 79.1 79.1 79.1 18 20.9 20.9 100.0 86 100.0 100.0 Ruptur Perineum Val id Valid Percent Cumulative Percent Frequency Percent Terjadi Ruptur Perineum Spontan 8 9.3 9.3 9.3 Tidak Terjadi Ruptur Perineum 78 90.7 90.7 100.0 Spontan Total 86 100.0 100.0

46 Crosstabs Berat Badan Lahir * Ruptur Perineum Berat Badan Lahir > = 4000 gr Count Crosstab Ruptur Perineum Ruptur Tidak Ruptur Total 7 25 32 Expected Count 3.0 29.0 32.0 % of Total 8.1% 29.1% 37.2% < 4000 gr Count 1 53 54 Expected Count 5.0 49.0 54.0 % of Total 1.2% 61.6% 62.8% Total Count 8 78 86 Expected Count 8.0 78.0 86.0 % of Total 9.3% 90.7% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 9.548(b) 1.002 Continuity Correction(a) 7.322 1.007 Likelihood Ratio 9.650 1.002 Fisher's Exact Test.004.004 Linear-by-Linear Association 9.437 1.002 N of Valid Cases 86 a Computed only for a 2x2 table b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.98.

47 Posisi Partus * Ruptur Perineum Posisi Partus Crosstab Ruptur Perineum Ruptur Tidak Ruptur Total Tidak Terlentang Count 0 10 10 Expected Count.9 9.1 10.0 % of Total.0% 11.6% 11.6% Terlentang Count 8 68 76 Expected Count 7.1 68.9 76.0 % of Total 9.3% 79.1% 88.4% Total Count 8 78 86 Expected Count 8.0 78.0 86.0 % of Total 9.3% 90.7% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 11.161(b) 1.031 Continuity Correction(a).248 1.618 Likelihood Ratio 2.083 1.149 Fisher's Exact Test.588.355 Linear-by-Linear Association 1.147 1.284 N of Valid Cases 86 a Computed only for a 2x2 table b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is.93.

48 Teknik Mengedan * Ruptur Perineum Teknik Mengedan Crosstab Ruptur Perineum Ruptur Tidak Ruptur Total Baik Count 2 66 68 Expected Count 6.3 61.7 68.0 % of Total 2.3% 76.7% 79.1% Tidak Baik Count 6 12 18 Expected Count 1.7 16.3 18.0 % of Total 7.0% 14.0% 20.9% Total Count 8 78 86 Expected Count 8.0 78.0 86.0 % of Total 9.3% 90.7% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 15.582(b) 1.000 Continuity Correction(a) 12.188 1.000 Likelihood Ratio 12.270 1.000 Fisher's Exact Test.001.001 Linear-by-Linear Association 15.401 1.000 N of Valid Cases 86 a Computed only for a 2x2 table b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.67.