Pertemuan III Statistika Dasar (Basic Statistics)

dokumen-dokumen yang mirip
25/09/2013. Metode Statistika (STK211) Pertanyaan. Modus (Mode) Ukuran Pemusatan. Median. Cara menghitung median contoh

Metode Statistika (STK211) Statistika Deskriptif (2) Dr. Ir. Kusman Sadik Dept. Statistika IPB, 2015

Metode Statistika STK211/ 3(2-3)

Short Quiz. TIME LIMIT: 10 minutes

STATISTIKA DESKRIPTIF. Wenny Maulina, S.Si., M.Si

STK 211 Metode statistika. Materi 2 Statistika Deskriptif

STK 211 Metode statistika. Agus Mohamad Soleh

Statistika Deskriptif

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

STATISTIKA DESKRIPTIF. Wenny Maulina, S.Si., M.Si

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

Statistika I. Pertemuan 2 & 3 Statistika Dasar (Basic( Ari Wibowo, MPd Prodi PAI Jurusan Tarbiyah STAIN Surakarta. Konsep Peubah

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 2 Review Statistika Dasar

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

STK511 Analisis Statistika. Bagus Sartono

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH. TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah)

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING BERDASARKAN KEJADIAN BENCANA ALAM PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

PENEMPATAN TENAGA KERJA

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

Jumlah No. Provinsi/ Kabupaten Halaman Kabupaten Kecamatan 11. Provinsi Jawa Tengah 34 / 548

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB IV GAMBARAN UMUM

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO.

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

GUBERNUR JAWA TENGAH

KANAL TRANSISI TELEVISI SIARAN DIGITAL TERESTERIAL PADA ZONA LAYANAN IV, ZONA LAYANAN V, ZONA LAYANAN VI, ZONA LAYANAN VII DAN ZONA LAYANAN XV

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

Lampiran Surat No : KL /BIII.1/1022/2017. Kepada Yth :

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

ANALISIS STATISTIKA. Pertemuan 2 Statistika Dasar (Basic Statistics)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

GUBERNUR JAWA TENGAH,

GERHANA MATAHARI CINCIN 1 SEPTEMBER 2016

RINCIAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DALAM APBN T.A. 2018

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

BERITA RESMI STATISTIK

PEMODELAN KEMISKINAN DAERAH MENGGUNAKAN METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) (STUDI KASUS : PROPINSI JAWA TENGAH)

APLIKASI PENGGUNAAN METODE KOHONEN PADA ANALISIS CLUSTER (Studi Kasus: Pendapatan Asli Daerah Jawa Tengah Dalam Menghadapi Asean Community 2015)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

LAMPIRAN 1 DATA KABUPATEN/KOTA PENERIMA PENGALIHAN PENGELOLAAN PBB-P2 SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4 KINERJA PDAM Kantor BPPSPAM

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

Metode Statistika STK211/ 3(2-3)

ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2011 NO PROVINSI/KABUPATEN/KOTA JUMLAH

Metode Statistika (STK211)

Transkripsi:

Pertemuan III Statistika Dasar (Basic Statistics)

Jika punya data mengenai daya hidup dari baterai HP merk XXX Dimana lokasi atau pusat dari data? ukuran pemusatan Seberapa besar variasi dari data ukuran penyebaran

Modus (Mode): Nilai pengamatan yang paling sering muncul Median: Pengamatan yang ditengah-tengah dari data terurut Quartil: Nilai-nilai yang membagi data terurut menjadi 4 bagian yang sama Mean: merupakan pusat massa (centroid) sehingga simpangan kiri dan simpangan kanan sama besar

Merupakan nilai pengamatan yang paling sering muncul Dalam satu gugus data dapat mengandung lebih dari satu modus Dapat digunakan untuk semua jenis data, tapi paling banyak digunakan untuk data kategorik atau data diskret dengan hanya sedikit nilai yang mungkin muncul Modus

Pengamatan yang ditengah-tengah dari data terurut Nama lain dari percentil ke-50 Nama lain dari kuartil 2 (Q2) Digunakan untuk menggambarkan lokasi dari data numerik Kekar terhadap adanya pencilan

Urutkan data dari terkecil sampai terbesar Jika jumlah data ganjil, nilai median merupakan nilai di tengah Data I: 2 8 3 4 1 Data terurut: 1 2 3 4 8 Median

Urutkan data dari terkecil sampai terbesar Jika jumlah data genap, nilai median merupakan rataan dari dua nilai di tengah Data II: 2 8 3 4 1 8 Data terurut: 1 2 3 4 8 8 Median=(3+4)/2 = 3.5

Data I terurut: 1 2 3 4 8 Median Data III terurut: 1 2 3 4 100 Median

Urutkan data dari kecil ke besar Cari posisi median (n med =(n+1)/2) Nilai median Jika n med bulat, maka Median=X (n+1)/2 Jika n med pecahan, maka Median=(X (n)/2 + X (n)/2+1 )/2 (rata-rata dua pengamatan yang berada sebelum dan setelah posisi median)

Nilai-nilai yang membagi data terurut menjadi 4 bagian yang sama Q0 (dibaca kuartil 0) merupakan nilai minimum dari data Q1(dibaca kuartil 1) merupakan nilai yang membagi data 25% data di kiri dan 75% data di kanan Q2 (dibaca kuartil 2) merupakan median, membagi data menjadi 50% Q3 (dibaca kuartil 3) merupakan nilai yang membagi data 75% data di kiri dan 25% data di sebelah kanan Q4 (dibaca kuartil 4) merupakan nilai maksimum dari data Nilai Q1, Q2, dan Q3 kekar terhadap pencilan

Metode Belah dua Urutkan data dari kecil ke besar Cari posisi kuartil n Q2 =(n+1)/2 n Q1 =(n Q2* +1)/2= n Q3, n Q2* posisi kuartil dua terpangkas (pecahan dibuang) Nilai kuartil 2 ditentukan sama seperti mencari nilai median. Kuartil 1 dan 3 prinsipnya sama seperti median tapi kuartil 1 dihitung dari kiri, sedangkan kuartil 3 dihitung dari kanan.

Posisi Q2 = n Q2 = (5+1) / 2 =3 Posisi Q1 = Posisi Q3 = (3+1)/2 = 2 Data terurut: 1 2 3 4 8 Median Q1 Q3

Posisi Q2 = n Q2 = (6+1) / 2 =3.5 Posisi Q1 = Posisi Q3 = (3+1)/2 = 2 Data terurut: 1 2 3 4 8 8 Median Q1 Q3

Metode Interpolasi Urutkan data dari kecil ke besar Cari posisi kuartil n q1 =(1/4)(n+1) n q2 =(2/4)(n+1) n q3 =(3/4)(n+1) Nilai kuartil dihitung sebagai berikut: X qi =X a,i + h i (X b,i -X a,i ) X a,i = pengamatan sebelum posisi kuartil ke-i, X b,i = pengamatan setelah posisi kuartil ke-i dan h i adalah nilai pecahan dari posisi kuartil

Posisi Q2 = n Q2 = (5+1) / 2 =3 Posisi Q1 = ¼(5+1) = 1.5 Posisi Q3 = ¾(5+1) = 4.5 Data terurut: 1 2 3 4 8 Median Q1= 1 + 0.5(2-1) = 1.5 Q3=4+ 0.5(8-4)=6

Posisi Q2 = n Q2 = (6+1) / 2 =3.5 Posisi Q1 = ¼(6+1) = 1.75 Posisi Q3 = ¾(6+1) = 5.25 Data terurut: 1 2 3 4 8 8 Median Q1= 1 + 0.75(2-1) = 1.75 Q3=8+ 0.25(8-8)=8

Q2 Q1 Q0 Q3 Q4 Berdasarkan metode Interpolasi Data I 3 1.5 6 1 8 Data II 3.5 1.75 6 1 8

Merupakan pusat massa (centroid) Jika menggambarkan populasi di tuliskan sebagai, huruf yunani mu Jika menggambarkan contoh dituliskan sebagai, disebut xbar x Digunakan untuk tipe data numerik Tidak bisa digunakan untuk tipe data kategorik dan diskret Sangat resisten terhadap pencilan

Rata-rata (Mean) Populasi: Sampel: x N i 1 n N i 1 n x i x i Data I (merupakan data contoh): 2 8 3 4 1 2 8 3 4 1 x 5 3.6 Jangan dibulatkan!!!!

Data I terurut: 1 2 3 4 8 x 1 2 3 4 8 5 3.6 Median Data III terurut: 1 2 3 4 100 x 1 2 3 4 100 5 22 Median

Mean = Median = Mode

Menggambarkan suatu UKURAN KUANTITATIF tingkat penyebaran atau pengelompokan dari data Keragaman biasanya didefinisikan dalam bentuk jarak : Seberapa jauh jarak antar titik-titik tersebut satu sama lain Seberapa jauh jarak antara titik-titik tersebut terhadap rataannya Bagaimana tingkat keterwakilan nilai tersebut terhadap kondisi data keseluruhan

Merupaka selisih dari nilai terbesar nilai terkecil R=Xmax Xmin Hanya memperhitungkan nilai terkecil dan terbesar, sedangkan sebaran nilai antara dua nilai tersebut tidak diperhitungkan Resisten terhadap nilai yang ekstrim Data I terurut: 1 2 3 4 8 R = 8-1 = 7 Data III terurut: 1 2 3 4 100 R = 100-1 = 99

Merupakan selisih antara kuartil 3 dengan kuartil 1 IQR = Q 3 - Q 1 Memperhitungkan sebaran antara nilai minimum dan nilai maksimum Kekar terhadap adanya nilai-nilai yang ekstrim (pencilan) Statistik 5 serangkai dari data I (metode belah dua) 3 2 4 1 8 Statistik 5 serangkai dari data III (metode belah dua) 3 2 4 1 100 IQR = 4-2 = 2 IQR = 4-2 = 2

Ukuran penyebaran yang lebih kompleks adalah bagaimana data tersebut mengelompok di sekitar rataannya Deviasi merupakan selisih dari data terhadap rataannya. Ukuran keragaman dari deviasi adalah rataan deviasi = (x - ) / n (x - ) / n 0 Data 1 Data Deviasi 1-2.6 2-1.6 3-0.6 4 0.4 8 4.4 Rataan 3.6 0.000000000000000178

Data 1 Data (X-) (X-) 2 1-2.6 6.76 2-1.6 2.56 3-0.6 0.36 4 0.4 0.16 8 4.4 19.36 Rataan 3.6 5.84 Untuk menghilangan +/- maka deviasi dikuadratkan terlebih dahulu sebelum dirataratakan. Ukuran semacam ini disebut ragam = (x - ) 2 / n (x - ) 2 merupakan jumlah kuadrat dari deviasi disekitar rataannya

Ragam (Variance) Populasi Contoh N x N i i 1 2 2 1 1 2 2 n x x s n i i Derajat bebas = db Untuk menghitung ragam contoh maka perlu dihitung rataan contoh, maka data terakhir tergantung dari datadata sebelumnya. Hanya 1 yang tidak bebas, sedangkan n-1 data lainnya bebas variasinya 5.84 5.2 29 1 2 2 N x N i i Data 1 7.3 4.2 29 1 1 2 2 n x x s n i i

Banu mengajak Anda main tebak-tebakan. Banu mempunyai tiga kaleng. Salah satu dari kaleng tersebut berisi bola. Yang manakah yang berisi bola? Jika kaleng I dan II Anda angkat namun tidak terdapat bola maka sudah pasti kaleng ke-3 yang berisi bola Jika bola tersebut dianggap sebagai rataan sampel maka ada sebanyak 3-1 = 2 kaleng yang ditebak bebas db = n-1

Simpangan baku (standard deviation) Ragam merupakan ukuran jarak kuadrat, sehingga untuk mendapatkan jarak yang sebenarnya adalah dengan mengakarkan ragam simpangan baku simpangan baku populasi dan s simpangan baku sampel

a. 3 9 7 4 10 3 b. 4 9 3 8 6 Tentukan nilai : Mean, Median, Q1, Q3, Ragam, Simpangan Baku, Range, dan IQR untuk kedua gugus data di atas

Ilustrasi Data No Sex Tinggi Berat Agama 1 1 167 63 Islam 2 1 172 74 Islam 3 0 161 53 Kristen 4 0 157 47 Hindu 5 1 165 58 Islam 6 0 167 60 Islam 7 1 162 52 Budha 8 0 151 45 Katholik 9 0 158 54 Kristen 10 1 162 63 Islam 11 1 176 82 Islam 12 1 167 69 Islam 13 0 163 57 Kristen 14 0 158 60 Islam 15 1 164 58 Katholik 16 0 161 50 Islam 17 1 159 61 Kristen 18 1 163 65 Islam 19 1 165 62 Islam 20 0 169 59 Islam 21 1 173 70 Islam

Data pada ilustrasi data diolah menggunakan MINITAB Descriptive Statistics: Tinggi, Berat Variable N Mean StDev Variance Minimum Q1 Median Q3 Maximum Tinggi 21 163.81 5.85 34.26 151.00 160.00 163.00 167.00 176.00 Berat 21 60.10 8.86 78.49 45.00 53.50 60.00 64.00 82.00 Variable Range IQR Tinggi 25.00 7.00 Berat 37.00 10.50

Melihat ukuran penyebaran dan ukuran pemusatan data Melihat adanya data pencilan Sebagai alat pembandingan sebaran dua kelompok data atau lebih

Penyajian Dengan Box-plot(1) Boxplot of data 1 Q1 Q2 Q3 Min Max Interquartli Range 40 45 50 data 1 55 60

CARA MEMBUAT BOX PLOT Hitung Statistik lima serangkai Me Q1 Q3 Q0 Q4 Hitung Pagar Dalam Atas (PAD1) : Q3 +1.5(Q3-Q1) Hitung Pagar Dalam Atas (PAD2) : Q3 +3(Q3-Q1) Hitung Pagar Dalam Bawah (PBD1): Q1-1.5(Q3-Q1) Hitung Pagar Dalam Bawah (PBD)2: Q1-3(Q3-Q1) Identifikasi data. Jika data < PBD atau data > PAD maka data dikatakan outlier Gambar kotak dengan batas Q1 dan Q3 Jika tidak ada pencilan : Tarik garis dari Q1 sampai data terkecil dan tarik garis dari Q3 sampai data terbesar Jika ada pencilan : Tarik garis Q1 dan atau Q3 sampai data sebelum pencilan Pencilan digambarkan dengan asterik

ILUSTRASI (1) Statistik 5 serangkai dari data sbb: Me 48 Q1 Q3 43 55 Min Max 40 59 PDA = 55 + 1.5 (55 43) = 73 PDB = 43 1.5 (55-43) = 25 Tidak ada pencilan

Boxplot of data 1 40 45 50 data 1 55 60 Sebaran data tidak simetrik, karena nilai median lebih dekat ke Q1 miring ke kanan Tidak ada pencilan

Stem-and-leaf of data 1 N = 23 Leaf Unit = 1.0 9 4 002233344 (5) 4 68899 9 5 02 7 5 556788 1 6 1 6 1 7 1 7 1 8 0 Me 48 Q1 Q3 43 55 Min Max 40 80 PDA = 55 + 1.5 (55 43) = 73 PDB = 43 1.5 (55-43) = 25 Pencilan : 80

Boxplot of data 1 40 50 60 data 1 70 80 Sebaran data tidak simetrik, karena nilai median lebih dekat ke Q1 miring ke kanan Terdpat nilai pencilan (80)

Jawa Barat Jawa Tengah No. Kota/Kab Pert. Pend. No. Kota/Kab Pert. Pend. 1 Pandenglang 2.15 1 Cilacap 1.28 2 Lebak 2.48 2 Banyumas 1.78 3 Bogor 4.52 3 Prubalingga 1.42 4 Sukabumi 2.51 4 Banjarnegara 1.49 5 Cianjur 2.33 5 Kebumen 1.09 6 Bandung 3.31 6 Purworejo 0.62 7 Garut 2.35 7 Wonosobo 1.64 8 Tasikmalaya 2.15 8 Magelang 1.31 9 Ciamis 1.21 9 Boyolali 1.08 10 Kuningan 1.97 10 Klaten 1.19 11 Cirebon 2.73 11 Sukoharjo 2.10 12 Majalengka 2.01 12 Wonogiri 0.51 13 Sumedang 1.41 13 Karanganyar 2.07 14 Indramayu 2.53 14 Sragen 1.85 15 Subang 1.89 15 Grobogan 1.52 16 Purwakarta 2.32 16 Blora 1.27 17 Karawang 2.31 17 Rembang 2.08 18 Bekasi 3.57 18 Pati 1.62 19 Tangerang 4.04 19 Kudus 2.03 20 Serang 2.85 20 Jepara 1.87 21 Kota Bogor 2.60 21 Demak 1.38 22 Kota Sukabumi 1.48 22 Semarang 0.46 23 Kota Bandung 2.20 23 Temanggung 1.83 24 Kota Cirebon 2.51 24 Kendal 0.83 25 Batang 1.70 Rata-Rata: 26 Pekalongan 1.80 Jabar 2.48 27 Pemalang 1.79 Jateng 1.68 28 Tegal 2.67 Minimum : 29 Brebes 2.09 Jabar 1.00 30 Kota Magelang 1.25 Jateng 1.00 31 Kota Surakarta 1.39 Maksimum: 32 Kota Slatiga 2.30 Jabar 23.00 33 Kota Semarang 5.21 Jateng 34.00 34 Kota Pekalongan 1.95 35 Kota Tegal 2.44

Boxplot of pertumbuhan pendd vs prop 5 Kota Semarang Bogor pertumbuhan pendd 4 3 2 Tangerang 1 0 Jawa Barat prop Jawa Tengah Pertumbuhan penduduk di Jawa Barat relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah. Secara umum, tingkat keragaman pertumbuhan penduduk antar kabupaten, di Jawa Tengah sedikit lebih besar dibanding dengan Jawa Barat. Kab Bogor dan Tangerang merupakan daerah yang tingkat pertumbuhan pendudukya cukup tinggi. Di Jawa Tengah Kota Semarang yang pertumbuhan penduduknya paling tinggi.

Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Aritmatika 11 11 14 8 19 17 15 13 11 8 Skor Aljabar 0 0 1 0 5 3 4 2 0 2 Nomor 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Skor Aritmatika 9 19 19 18 19 14 14 16 20 16 Skor Aljabar 2 5 7 9 7 0 4 1 9 4