BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Anna Kurnia, 2013 Profil Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan Slameto (2003), belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

PENDAHULUAN. Layanan pendidikan menyangkut tentang keseluruhan upaya yang. dilakukan untuk mengubah tingkah laku manusia demi menjaga kesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap anak berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LARAS SURYA SADEWI,2014

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. yang kurang, tetapi karena tidak adanya motivasi belajar, sehingga ia tidak berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

Fungsi dan tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

Model pembelajaran ini juga dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam berinteraksi dengan teman sebaya serta aktif berkomunikasi di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar

2013 EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. untuk memotivasi siswa agar dapat meningkatkan ketertarikan mereka untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdullah Qurbi, 2015

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.

PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar merupakan key term, istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan (Muhibbin, 2003 : 59). Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Wortman, Liftus, dan Marshal (Supartin, 2005: 2), bahwa belajar merupakan proses mental individu yang kompleks dan biasanya menghasilkan perubahan tingkah laku dan pola pikir pelajar, sehingga adanya perubahan dapat dikatakan sebagai kegiatan belajar. Sukmadinata (2003: 177) menyatakan bahwa : Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja, direncanakan dengan bimbingan guru serta pendidik lainnya. Apa yang hendaknya dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar), bahan apa yang harus dipelajari (bahan ajaran), bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode pembelajaran), serta bagaimana cara mengetahui kemajuan belajar siswa (evaluasi), telah direncanakan dengan seksama dalam kurikulum sekolah. Kegiatan belajar yang dilaksanakan disekolah benar-benar disengaja dan direncanakan. Senada dengan pendapat Sukmadinata (Djamarah, 2008 : 148-149) memaparkan dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Namun pada kenyataanya masih banyak ditemukan bahwa hasil belajar siswa tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

2 Karena masih banyak ditemukan siswa yang menunjukkan tidak dapat mencapai hasil belajar dengan baik ataupun tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik di sekolahnya. Pernyataan ini berkenaan dengan motivasi belajar siswa yang rendah. Fenomena yang seringkali mendasari terkait dengan rendahnya motivasi belajar siswa yaitu perilaku membolos sekolah. Diduga membolos merupakan salah satu faktor yang timbul dari faktor personal yakni terkait dengan menurunnya motivasi belajar siswa yang mengakibatkan ketinggalan pelajaran (Kristiyani,2009). Fenomena lain juga ditemukan di SMP Negeri 22 Semarang menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang memiliki motivasi belajar rendah terjadi pada siswa yang tingkat intelegensinya rendah. Fenomena lemahnya motivasi belajar juga ditemui di SMP Negeri 1 Lembang berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling ditemukan terdapat adanya permasalahan belajar yang muncul terkait dengan tingkat motivasi belajar siswa. Adapun perilaku yang tampak terkait dengan rendahnya motivasi belajar siswa ini ditandai dengan kurang semangatnya siswa mengikuti kegiatan belajar, malas mengerjakan tugas sekolah, membolos pada jam pelajaran tertentu, seringkali berbicara dengan teman ketika kegiatan belajar sedang berlangsung serta tidak konsentrasi ketika menerima pelajaran di kelas. Dalam kegiatan belajar motivasi memiliki peranan penting, dalam Journal Hong Kong Institute of Education hal: 1 memaparkan bahwa : Motivasi memiliki pengaruh yang besar secara psikologis melalui para pendidik sebagai faktor penting yang mempengaruhi proses pembelajaran dan prestasi siswa. Berdasarkan model sosial kognitif dari motivasi, motivasi itu dinamis, beragam fenomena yang menjelaskan bagaimana dan mengapa terikat pada aktivitas belajar mereka. Motivasi yang tinggi dalam belajar dapat ditunjukkan yakni melalui keinginannya untuk mengikuti pelajaran. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Anderson C.R dan Faust G.W pada tahun 1979 memaparkan bahwa motivasi belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut ketabahan, perhatian, konsentrasi dan ketekunan siswa dalam

3 mengikuti pelajaran. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan menunjukkan keinginan yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugastugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal rasa bosan apalagi menyerah. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi rendah menampakkan keengganannya, cepat bosan dan berusaha menghindari dari proses kegiatan belajar mengajar. Motivasi merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran karena keberadaanya sangat berarti bagi perbuatan belajar (Uno, 2007: 23). Selain itu motivasi belajar merupakan faktor psikis yang dapat menumbuhkan gairah, menimbulkan perasaan senang dan semangat untuk belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan berhasil pula proses belajar siswa. Menurut Driscoll, Jetton, Alexander dan Pintrich pada tahun 2003 memaparkan bahwa motivasi bukan hanya berperan penting dalam mengupayakan siswa terlibat ke dalam kegiatan akademis, tetapi juga dalam menentukan seberapa banyak akan dipelajari siswa dari kegiatan yang mereka lakukan atau dari informasi yang dihadapkan pada mereka. Siswa yang termotivasi untuk mempelajari sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi mempelajarinya dan menyerap dan mengingat lebih banyak darinya (Slavin, 2011: 100). Menurut Schunk,et.all 2008 (Hartnett,et.all,2011:4) mendefinisikan motivasi sebagai "proses dimana diarahkan pada tujuan aktivitas menghasut dan berkelanjutan". Motivasi dapat mempengaruhi apa yang kita pelajari, bagaimana kita belajar, dan ketika kita memilih untuk belajar. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri individu. Terhadap denaga-tenaga tersebut beberapa ahli memberikan istilah yang berbeda, seperti : desakan (drive), motif (motive), kebutuhan (need) dan keinginan (wish) (Sukmadinata, 2003 : 61). Hal senada juga dipaparkan Sardiman (2011:75) yang mengatakan bahwa motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin untuk melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan

4 atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Surya (2003: 106) memaparkan bahwa : motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu. Motivasi mempunyai karakteristik : (1) sebagai hasil dari kebutuhan, (2) terarah pada suatu tujuan, (3) menopang perilaku. Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan dan penaksiran perilaku. Adapula beberapa hal yang membuat siswa memiliki motivasi belajar yang rendah yaitu karena tidak siap untuk menerima materi pelajaran di sekolahnya ataupun tidak siap untuk mengikuti aturan belajar yang ditetapkan di sekolahnya. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas yakni untuk menimbulkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2011: 75). Motivasi belajar merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar siswa. Karena motivasi belajar dapat memunculkan dorongan bagi siswa untuk mengikuti proses kegiatan belajarnya dikelas. Siswa yang memiliki dorongan yang kuat akan memiliki semangat untuk mengikuti kegiatan belajar dikelas. Menurut Ali Imron pada tahun 1987 (Soedihardjo 2011: 46) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dari diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Penurunan yang terjadi terhadap kondisi siswa terbukti dari belasan studi yang dilakukan Ecless, et al Hattip pada tahun 1997 (Pamela Sari, 2012 : 4) disimpulkan bahwa kebanyakan remaja mengalami masalah, yakni (1) kurang minat bersekolah; (2) lemahnya motivasi konsep diri akademik; (3) dan persepsi dirinya; (4) gampang menurun rasa percaya dirinya setelah mengalami kegagalan; (5) merespon kegagalan dengan helplesness; (6) gampang membolos.

5 Motivasi belajar merupakan permasalahan yang seringkali dialami siswa pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan permasalahan yang penting untuk ditangani bersama oleh pihak sekolah. Dalam hal ini bimbingan dan konseling memiliki peranan penting dalam menangani permasalahan belajar dengan memiliki prinsi bahwa layanan bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua siswa baik yang memiliki permasalahan ataupun tidak di sekolah. Salah satu tugas dari bimbingan dan konseling adalah mengarahkan dan membantu siswa-siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik. Dengan demikian memberikan motivasi kepada siswa dapat dijadikan langkah awal dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling terutama bimbingan belajar. Yusuf (2009 : 51) mengemukakan pengertian bimbingan dan konseling akademik (belajar) sebagai berikut : Bimbingan dan konseling belajar memiliki peranan penting untuk membantu mengembangkan potensi yang dimiliki. Meningkatkan motivasi belajar siswa merupakan salah satu bagian dari layanan bimbingan dan konseling belajar. Bimbingan belajar adalah proses bantuan untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar dan memecahkan masalah-masalah belajar. Terdapat beragam layanan bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Layanan bimbingan dapat dilakukan dengan oleh guru pembimbing atau konselor melalui layanan dasar, layana responsif ataupun perencanaan individual. Adapun implementasi dari pelayanan tersebut yang sangat menarik untuk dikaji lebih dalam untuk penelitian ini yaitu melalui layanan bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar. Layanan bimbingan teman sebaya merupakan salah satu implementasi dari pelayanan responsif di mana layanan ini merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan (Kartadinata,2008:209). Lebih lanjut Kartadinata (2008:228) memaparkan bimbingan teman sebaya (peer guidance/peer facilitation) adalah bimbingan yang dilakukan oleh peserta

6 didik terhadap peserta didik lainnya. Peserta didik yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. peserta didik yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu peserta didik lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Dalam hal ini upaya konselor yang digunakan untuk membantu siswa meningkatkan motivasi belajar yaitu melalui layanan bimbingan teman sebaya karena dalam bimbingan teman sebaya siswa lebih merasa memiliki teman yang mempunyai nasib yang sama dengan dirinya serta merasa bahwa dirinya tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan yang dialaminya. Diharapkan melalui bimbingan teman sebaya siswa, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dapat lebih terbuka untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya dan bisa saling mendukung serta memberikan penguatan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Menurut Winkel (Asmara,2007:50) memaparkan tujuan bimbingan kelompok adalah agat setiap anggota kelompok dapat memahami dan menerima dirinya sendiri, lebih peka terhadap kebutuhan orang lain, lebih mampu menghayati perasaan orang lain dan lebih berani melangkah maju serta menerima resiko yang wajar dalam bertindak. Pada umumnya usia remaja lebih senang menghabiskan waktunya bersama kelompok dibandingkan bersama dengan orang tua ataupun keluarganya. Karena tuntutan yang ada dikelompok tidak terlalu terasa dibandingkan dengan tuntutan yang berasal dari orang tua, sehingga remaja lebih merasa nyaman dan bebas ketika berada dalam kelompok teman sebayanya. Hasilnya, remaja menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua mereka (Santrock, 2003). Menurut Caims & Neckermen pada tahun 1988 (Ristianti, 2009:3) melalui berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah kebiasan-kebiasan hidupnya dan dapat mencoba

7 berbagai hal yang baru serta saling mendukung satu sama lain. Hal senada dikemukakan oleh Tarakanita pada tahun 2001 (Ristianti,2009:3) yang mengatakan bahwa, teman sebaya selain merupakan sumber referensi bagi remaja mengenai berbagai macam hal, teman sebaya juga dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang baru melalui pemberian dorongan. Selain itu juga menurut Eccles, Wigfield dan Sciefele pada tahun 2008 memaparkan bahwa teman sebaya (peer) dapat mempengaruhi motivasi anak melalui perbandingan sosial, kompetensi dan motivasi sosial, belajar bersama dan pengaruh kelompok teman sebaya (Santrock,2007 : 533). Teman sebaya dalam lingkup pergaulan siswa dianggap sebagai orang yang mau mengerti dan paling perduli terhadap permasalahan yang sedang dihadapi tanpa harus memarahi atau menggurui. Teman sebaya dapat dianggap sebagai teman curhat yang paling aman dan teman untuk bertanya keika ada pelajaran yang kurang dimengerti oleh siswa. Adapun kelebihan yang didapatkan melalui bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu melalui teman sebaya akan terjalin suasana hubungan yang lebih akrab dan dekat antara siswa yang dibantu dengan siswa sebagai tutor yang membantu, bagi tutor sendiri kegiatannya merupakan pengayaan dan menambah motivasi belajar, membangkitkan kemauan belajar dengan sungguh-sungguh serta dapat meningkatkan rasa tanggung jawab akan kepercayaan dengan sesama teman (Saputra, 2011). Dukungan interpersonal yang positif dari teman sebaya, pengaruh keluarga, dan proses pembelajaran yang baik dapat meminimalisir faktor-faktor penyebab kegagalan prestasi siswa seperti keyakinan negatif tentang kompetensi dalam mata pelajaran tertentu serta kecemasan yang tinggi dalam menghadapi tes (Santrock, 2007: 167). Berdasarkan pemaparan diatas bimbingan teman sebaya dipandang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam bimbingan teman sebaya ini siswa diharapkan memiliki motivasi yang lebih baik lagi yang ditandai dengan

8 siswa memiliki kemauan untuk belajar, tekun dalam belajar serta tekun dalam mengerjakan tugas sekolah. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Pada penelitian ini yang menjadi fokus penelitian yakni mengenai motivasi belajar siswa dan bimbingan teman sebaya. Dimana bimbingan teman sebaya merupakan salah satu suatu teknik atau pendekatan dalam bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Cronbach (Djamarah, 2008:13) menyatakan bahwa : belajar merupakan suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Suatu hal yang tak asing dalam pembelajaran bagi setiap siswa yang mengalami proses belajar akan mengalami perubahan perilaku. Beragam faktor pun dapat mempengaruhi dalam proses kegiatan belajar salah satunya adalah motivasi belajar. Motivasi dalam belajar tidak saja berperan sebagai kekuatan dari dalam diri siswa yang akan menggerakan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar di kelas, tetapi juga berperan sebagai suatu kekuatan untuk menggerakkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar yang dimiliki oleh siswa untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar (Djamarah,2008 : 148). Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Maslow sangat percaya bahwa tingkah laku manusi dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan, aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang menurut Maslow yang mempu memotivasi tingkah laku individu. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yangs angat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari

9 luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar (Djamarah, 2008: 148-149). Pendapat senada juga diungkapkan oleh Stipek pada tahun 2006 (Slavin, 2009:103) peran penting teori Maslow bagi pendidikan terdapat dalam hubungan antara kebutuhan defisiensi dan kebutuhan pertumbuhan. Siswa yang sangat lapar atau berada dalam bahaya fisik akan mempunya sedikit energi psikologis untuk dikerahkan dalam pembelajaran. Kebutuhan defisiensi terpenting terpenting adalah kebutuhan akan cinta dan harga diri. Siswa yang tidak merasa bahwa mereka dicintai dan bahwa mereka mampu tidak akan mungkin mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan pertumbuhan yang lebih tinggi. Upaya yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan bimbingan teman sebaya karena dalam lingkup lingkungan teman sebaya dapat membantu siswa yang lainnya dalam mempelajari materi pelajaran melalui diskusi kelompok kecil selain itu siswa yang diterima oleh teman sebayanya dan memiliki keahlian sosial yang baik seringkali belajarnya lebih bagus dan memiliki motivasi akademik yang positif. (Santrock, 2008 : 533). Fokus dari penelitian eksperimen kuasi ini adalah mengetahui gambaran tingkat motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014 dan bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Tujuan utamanya adalah agar siswa mampu meningkatkan motivasi belajar untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan yang diharapkan oleh siswa melalui layanan bimbingan belajar melalui pendekatan bimbingan teman sebaya. Bimbingan teman sebaya dipandang efektif untuk digunakan sebagai pendekatan dalam aktivitas belajar dalam layanan bimbingan belajar karena dalam bimbingan teman sebaya, siswa merasa memiliki tutor yang usianya sama yang dapat memberikan pengarahan tanpa harus mendikte seperti orang dewasa, merasa memiliki teman yang jalan pemikirannya sehingga dapat lebih mudah untuk menceritakan permasalahannya, merasa memiliki teman dengan kesulitan

10 yang sama dengan dirinya dan tidak merasa sendirian dalam menghadapi kesulitan yang dialaminya. Diharapkan melalui bimbingan teman sebaya siswa dapat lebih terbuka untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya dan dapat saling memberi dukungan dan menguatkan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Berdasarkan identifikasi masalah, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian, yaitu: bagaimana efektivitas metode bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014? Berdasarkan rumusan masalah, diturunkan menjadi tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut ini. 1. Seperti apa gambaran umum motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014? 2. Seperti apa rancangan bimbingan teman sebaya untuk siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014? 3. Apakah metode bimbingan teman sebaya efektif untuk meningkatkan motivasi belajar terhadap siswa kelas VII SMP Negeri Lembang Tahun Ajaran 2013/2014? C. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian adalah mendapatkan gambaran efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar. Secara khusus sebagai berikut ini. 1. Memperoleh gambaran umum motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013/2014. 2. Memperoleh rancangan bimbingan teman sebaya untuk kelas VII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013/2014. 3. Mendapatkan gambaran mengenai efektivitas metode bimbingan teman sebaya terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013/2014.

11 D. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam mengetahui tingkatan motivasi belajar. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu quasi experimental design dengan Nonequivalent Control Group Design dimana terdapat pretest sebelum diberikan perlakuan atau intervensi. Metode Nonequivalent Control Group Design digunakan untuk mengetahui ketepatan dan keefektifan metode bimbingan teman sebaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian adalah menggunakan alat atau instrumen berupa angket. Butir-butir pernyataan pada angket merupakan gambaran mengenai motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup karena peneliti sudah menyediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Angket yang digunakan untuk mengungkap motivasi belajar siswa. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian mengenai efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis Secara teoritis bimbingan teman sebaya ini dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan dalam bimbingan belajar terutama untuk meningkatkan motivasi belajar siswa karena dalam lingkup teman sebaya, siswa dapat saling memberi dukungan dan membantu siswa lainnya ketika mengalami kesulitan dalam belajar.

12 2. Manfaat Praktis a. Bagi konselor sekolah Bimbingan teman sebaya dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan bimbingan belajar dengan metode bimbingan kelompok teman sebaya. b. Bagi siswa Diharapkan siswa memiliki keterampilan dan pengalaman belajar yang efektif yang didapatkan melalui bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. c. Bagi sekolah Dapat memfasilitasi pembimbing sebaya untuk memberikan pelayanan kepada siswa/i yang memiliki permasalahan dalam belajar seperti motivasi belajar rendah. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan penggunaan intervensi bimbingan teman sebaya dengan variabel yang berbeda dalam keterampilan belajar. F. Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah Bimbingan Teman Sebaya Efektif untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. G. Sistematika Penulisan Adapun bagian sistematika skripsi meliputi Bab I: Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II: Landasan Teori. Bab III: Metode Penelitian meliputi definisi operasional,instrumen penelitian, pengujian validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data yang digunakan. Bab IV: Hasil Penelitian meliputi paparan gambaran umum motivasi belajar dan analisis data yang diperoleh untuk membuktikan kebenaran hipotesis sebagai hasil pembahasan. Bab V: Penutup, membuat simpulan dan rekomendasi atas dasar temuan dari hasil penelitian.