PERANCANGAN INTERIOR PADA MUSEUM LUKISAN TRADISIONAL BALI DI ULUWATU

dokumen-dokumen yang mirip
berpengaruh terhadap gaya melukis, teknik pewarnaan, obyek lukis dan lain sebagainya. Pembuatan setiap karya seni pada dasarnya memiliki tujuan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

PERANCANGAN INTERIOR LOBBY, LOUNGE DAN RESTAURANT HOTEL COURTYARD MARRIOTT, UBUD, BALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB I PENDAHULUAN. membantu manusia dalam melakukan segala kegiatannya sehari-hari. Pertama kali,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR. Denpasar, Juni 2016 Penulis. Perdana Putra NIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB V KONSEP PERANCANGAN

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

PERANCANGAN INTERIOR SEKOLAH TAMAN KANAK-KANAK DIAN HARAPAN BAB 1 PENDAHULUAN

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan

Gambar 4.20 Gallery National of Indonesia s Coffee Shop

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I Pendahuluan. 4. Sarana : Segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM TEH DI BOGOR BAB I PENDAHULUAN

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN INTERIOR LEGO DISCOVERY CENTRE

ABSTRAK. Kata kunci: Museum, Moluccas, History, Era

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

U N I V E R S I T A S K R I S T E N M A R A N A T H A ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FESTIVAL PARK m pax

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai denah khusus dengan tujuan pendalaman lebih pada kedua bidang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perancangan

BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GEDUNG PENJUALAN SARANA PENDIDIKAN DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar belakang proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini

Transkripsi:

PERANCANGAN INTERIOR PADA MUSEUM LUKISAN TRADISIONAL BALI DI ULUWATU Nitya Purusartha Anak Agung Ayu Wulandari dan Fauzia Latif Desain Interior Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9 Kemanggisan Palmerah Jakarta Barat 11480, (021) 53696969 / (021) 53696999, nitya.purusartha@hotmail.com ABSTRAK Museum lukisan merupakan alternatif tempatrekreasi yang sarat akan informasi dan mengenai koleksi lukisan dari zaman pra sejarah hingga ke zaman sejarah. Tujuan lain museum lukisan adalah sebagai lembaga tempat merawat dan melestarikan koleksi lukisan dan patung. Lukisan tradisional Bali merupakan satu-satunya karya lukis tradisional yang ada di Indonesia yang mendapat pengaruh dari gaya barat tanpa kehilangan unsur tradisionalnya. Penggunaan pencahayaan yang menonjolkan warna asli lukisan dan desain interior yang menarik membuat pengunjung semakin antusias untuk berkunjung. Bentuk-bentuk yang sederhana dan warnawarna yang yang lembut membantu pengunjung untuk memahami cerita lukisan Tradisional Bali dan detail lukisan yang rumit. Kata kunci: rekreasi, museum lukisan, lukisan Tradisional Bali, pencahayaan. ABSTRACT Paintings museum is an alternative recreation area, will be full of information about the collection of paintings from pre historic times to the era of history. The other goal of paintings museum is as an institution to treat and preserve the collections of paintings and sculptures. Balinese traditional paintings is the only works sof traditional paintings in Indonesia that are under of the West influence without losing its traditional elements. The use of lighting that accentuates the original color of the paintings and interesting interior design make visitors more excited to visit. Simple shapes and soft colors help visitors to understand the story of Balinese paintings and paintings intricate details. Keywords : recreation, paintings museum, Balinese Traditional Paintings, lighting. PENDAHULUAN Dewasa ini masyarakat Indonesia secara umum kian menurun tingkat ketertarikannya dengan dunia seni, khususnya pada dua cabang seni murni yaitu seni lukis dan seni patung. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern pula, opsi untuk mengunjungi museum dan galeri lukisan sebagai alternatif tempat rekreasi semakin berkurang. Banyak sekali dibangun tempat-tempat rekreasi yang dapat kita jumpai saat ini. Selain itu, rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan benda-benda seni, semakin membuat dunia seni dan museum lukisan semakin berkurang peminatnya. Padahal, seni lukis dan seni patung ini sudah ada dan dibuat oleh nenek moyang kita sejak zaman pra sejarah berdasarkan prasasti-prasati dan lukisan-lukisan di gua yang ditemukan. Hal ini menunjukkan

bahwa merupakan kebutuhan dasar manusia untuk membuat, menciptakan dan mengkreasikan sesuatu. Seni merupakan hal yang nyata dan penting dalam kehidupan manusia yang harus terus menerus dilestarikan, dijaga dan dirawat agar dapat selalu dinikmati keindahannya. Selain itu, seni lukis tradisional hanya ada di Bali. Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa harus merawat dan melestarikan seni lukis tradisional Bali. Seni lukis tradisional Bali merupakan satu-satunya seni lukis tradisional yang dapat kita jumpai di Indonesia. Fungsi dari seni lukis tradisional Bali ini sendiri adalah digunakan untuk pada upacara-upacara keagaman yang sarat dengan ritual sakral. Seni lukis tradisional Bali ini sendiri pada awalnya diambil dari seni wayang yang ceritanya diambil dari cerita Ramayana dan Mahabharata. Seiring dengan perkembangan zaman pada saat itu, dalang atau seniman wayang mulai membuat lukisan-lukisan tradisional Bali yang bertemakan cerita wayang untuk kebutuhan upacara keagamaan seperti upacara potong gigi, upacara pernikahan, upacara kremasi, dal lain-lain. Seni lukis dan seni patung di Ubud secara terus menerus mengalami perkembangan-perkembangan yang dipengaruhi oleh seniman-seniman yang ada di Ubud dan seniman asing yang tinggal di Bali. Perkembangan yang ada berpengaruh terhadap gaya melukis, teknik pewarnaan, obyek lukis dan lain sebagainya. Pembuatan setiap karya seni pada dasarnya memiliki tujuan khusus. Contohnya adalah tujuan pembuatan karya seni lukis klasik Bali menampilkan kisah pewayangan zaman dahulu yang ditujukan sebagai penyampaian pesan-pesan moral yang dapat dipetik oleh kita sebagai pengamat lukisan. Berkunjung ke museum lukisan tidak hanya untuk menyegarkan pikiran saja tetapi kita juga dapat belajar mengenai cerita lukisan tersebut. Salah satu penyebab lain kurangnya minat masyarakat terhadap museum lukisan yang dirasa adalah tidak terawatnya interior museum sehingga kurang menarik untuk dikunjungi. Indonesia sendiri memiliki beberapa museum lukisan yang sudah terkenal yang menyimpan karya lukis dan patung dari seniman terkenal di Indonesia, beberapa di antaranya adalah Museum Neka di Ubud, Agung Rai Museum of Art, Museum Puri Lukisan, Museum Affandi yang menyimpan karya pelukis Affandi pribadi, museum Antonio Blanco yang juga memajang karya pribadi sang maestro lukis dan masih banyak lagi. Beberapa diantara museum-museum itu memiliki desain interior yang baik penataannya tetapi ada pula yang tidak terawat dan tidak menarik padahal museum tersebut memajang beberapa karya dari pelukis tersohor di Bali. Sehingga, banyak museum lukisan mulai dilupakan keberadaannya oleh msyarakat kita. Pentingnya desain interior sebuah tempat dapat dilihat dari; apabila kita sebagai seseorang yang belum pernah datang ke suatu tempat tertentu, hal pertama yang akan kita kenali secara psikologis adalah lingkungan di sekitar tempat tersebut yakni desain interiornya. Desain interior yang baik akan menimbulkan suatu ambience tertentu yang diinginkan sesuai dengan keinginan desainer berdasarkan kebutuhan dan kenyamanan calon pengunjung yang dituju. Apabila ambience tersebut tepat sasaran sesuai dengan fungsi dan tujuannya, maka pengunjung akan merasa betah dan ingin melakukan kunjungan berikutnya ke tempat tersebut. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk memperbaiki desain interior museum lukisan sebagai faktor pendukung untuk menarik masyarakat untuk datang berkunjung ke museum lukisan. Sedangkan dari latar belakang pemilihan judul yang dijabarkan di atas, dapat disimpulkan rumusan permasalahan penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya minat pengunjung lokal yang datang ke Museum Lukisan untuk mengamati dan mempelajari sejarah perkembangan lukisan di Ubud, Bali. 2. Kurangnya penerangan yang baik untuk menonjolkan warna asli lukisan yang usianya sudah puluhan tahun dan tidak memberikan efek bayangan. Oleh karena itu, dalam penyusunan penelitian guna perancangan interior desain museum lukisan ini perlu memperhatikan kedua rumusan permasalahan tersebut. Kedua rumusan masalah di atas gunanya sebagai acuan standar-standar yang diperlukan dalam perancangan interior sebuah museum lukisan. Di samping itu, tujuan dan manfaat dari penyusunan skripsi perancangan museum lukisan ini adalah sebagai berikut : Tujuan 1. Bagaimana merancang interior sebuah museum lukisan yang menarik minat masyarakat untuk datang berkunjung. 2. Bagaimana merancang interior sebuah museum lukisan dengan teknik pencahayaan yang menonjolkan warna asli lukisan. Manfaat 1. Membantu pengunjung untuk memahami cerita dari koleksi-koleksi museum yang saling berkaitan. 2. Membantu memaksimalkan efisiensi dan efektivitas kerja pengelola dengan program ruang yang lebih teratur.

METODE PENELITIAN Ada dua metode yang digunakan dalam pengumpulan data-data dalam penyusunan skripsi perancangan interior pada museum lukisan ini, yaitu : Metode Pengumpulan Data 1. Studi Literatur Studi literatur adalah bentuk suatu pengumpulan data yang berhubungan dengan museum lukisan pada umumnya dan museum lukisan yang berhubungan baik dengan fungsi dan kebutuhan yang ada yang dapat membantu dalam perancangan museum lukisan tersebut. 2. Survey Lapangan Survey lapangan dibutuhkan untuk mendapatkan data informasi lain yang berhubungan dengan museum lukisan. Dari data tersebut mencakup foto, aktivitas yang dilakukan, fasilitas yang dibutuhkan dari sebuah museum lukisan serta flow activity dari sebuah museum lukisan. 3. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan sebuah informasi mengenai museum lukisan yang akan disurvey. Informasi tersebut berupa informasi informasi yang kelak dibutuhkan dalam perancangan interior. Metode Perancangan Setelah pengumpulan data dilakukan maka selanjutnya adalah menganalisis masalah yang terdapat pada museum lukisan tersebut. Analisis segala macam permasalahan yang didapat yang akan sangat berguna dalam proses perancangan interior nantinya. Lalu setelah analisis permasalahan selesai dilakukan dengan membuat program ruang, yang terdiri dari diagram matriks, total program ruang, diagram bubble, dan hubungan antar ruang. Selanjutnya, setelah program ruang adalah konsep. Konsep merupakan bagian penting dalam perancangan sebuah interior, karena dengan konsep yang telah ditentukan maka perancangan sebuah interior akan lebih terarah dengan baik. Perancangan interior dapat dimulai setelah konsep didapatkan, yaitu pembuatan layout. Layout dibuat berdasarkan kebutuhan fasilitas dan aktivitas yang disesuaikan dengan data - data yang telah didapatkan. Gambar kerja lain seperti floor and wall plan, reflected ceiling plan, dan mechanical and electrical plan dapat dikerjakan setelah pembuatan layout selesai. Setelah pengerjaan gambar kerja selesai, maka untuk realisasi perancangan dapat dilanjutkan dengan pembuatan 3D dari ruang khusus yang telah ditentukan. Pembuatan 3D ini akan sangat membantu dalam perancangan karena dapat dilihat langsung pemilihan material dan warna dari desain yang telah ditentukan. Metode pengumpulan data yang terdiri dari studi literatur, survey lapangan dan wawancara telah penulis lakukan pada kesempatan survey ke beberapa museum lukisan yang ada di Ubud, Bali. Beberapa museum lukisan menyetujui adanya survey peninjauan ke museum lukisan dan adanya wawancara dengan pengelola museum lukisan. Museum-museum lukisan yang telah disurvey adalah sebagai berikut : 1. Museum Neka Nama museum : Museum Neka Alamat : Jalan Raya Campuhan Ubud, Bali Pendiri Koleksi museum Jam operasional Data statistik pengunjung : Suteja Neka : Karya lukis seniman Bali dan internasional dari zaman sebelum adanya organisasi seni Pitamaha sampai ke zaman modern, keris, seni patung. : 9.00 WITA 17.00 WITA. : 60% orang dewasa, 25% pelajar dan mahasiswa, 15% anak-anak. 80% wisatawan internasional, 20 wisatawan lokal. Museum Neka terletak di Jalan Raya Campuhan Ubud, Bali. Museum ini berada di pinggir jalan raya yang mudah ditemukan. Museum ini dapat dijangkau sekitar 2 jam perjalanan dari pusat kota Denpasar. Museum Neka didirikan oleh Suteja Neka sejak tahun 1976 yang baru diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1982. Seiring dengan perkembangan seni lukis di Ubud dari zaman pra sejarah hingga zaman sejarah muncullah keinginan Suteja Neka untuk

membangun museum lukisan. Sebelum berkeinginan untuk membuat museum, beliau tergabung dalam organisasi seniman lukis di ubud yang bernama Pitahama. Dalam organisasi tersebut, sering dilakukan pameran-pameran untuk memperjualbelikan hasil karya seniman Ubud. Suteja Neka kemudian berpikir bahwa dengan memperjualbelikan hasil karya tersebut kepada pihak lain, lama kelamaan hasil karya seniman Bali akan habis. Maka dari itu, Suteja Neka berinisiatif untuk membuat museum lukisan di bawah pengelolaan Yayasan Dharma Seni. Gambar 1 Eksterior Bangunan Museum Neka (http://warisanindonesia.com/en/2012/03/neka-museum-revealing-the-ancestor s-glory/, 9 Maret 2013) Eksterior bangunan museum ini berbentuk bangunan tradisional Bali dengan bentuk atap limasan modern. Bentuk bangunan tradisional ini memberikan kesan teduh dan bernilai seni tinggi karena kolom-kolom di area lobby penuh dengan ukiran-ukiran Bali yang khas. Warna bangunan yang digunakan adalah warna teracota dan warna semen alami yang tidak dicat sehingga kesan tradisional sangat dirasakan pengunjung. Eksterior bangunan museum juga terlihat teduh dan rindang ditunjang dari banyaknya pepohonan di sekitar bangunan museum. Bangunan museum terdiri dari 6 gedung pameran, yaitu Gedung I yang berisi ragam seni lukis bali tradisional, Gedung II yang merupakan paviliun Arie Smith pelukis asal Belanda, Gedung III Ruang Pameran Foto karya Robert Koke dari Amerika, Gedung IV paviliun Gusti Nyoman Lempad, Gedung V yang berisi karya seni lukis Indonesia masa kini, gedung VI yang berisi penggabungan seni lukis barat dan timur. Gambar 2 Interior Museum Neka (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013)

Museum Neka ini terdiri dari beberapa bangunan utama yang membedakan isi dari koleksi-koleksi lukisan yang ada. Museum Neka ini memiliki story line dengan alur linear yang dimulai dari koleksi-koleksi lukisan tradisional Bali yaitu lukisan Kamasan hingga ke lukisan kontemporer di gedung yang terakhir. Di bawah ini merupakan struktur organisasi Museum Neka : Diagram 1 Struktur Oeganisasi Museum Neka (sumber : Museum Neka) Metode wawancara dilakukan oleh Bapak Wayan selaku pengelola museum sehingga penulis mendapatkan data-data yang diperlukan untuk merancang museum lukisan. 2. Museum Puri Lukisan Data Museum Puri Lukisan Lokasi Pendiri Koleksi museum Jam Operasional Data Statistik Pengunjung : Jalan Raya Ubud, Gianyar : Yayasan Ratna Wartha : Lukisan-lukisan tradisional Bali dari zaman pra sejarah hingga zaman sejarah, karya seni patung dari beberapa seniman Ubud, museum marketing berisi profil-profil wirausahawan terkenal dunia. : 09.00 WITA 17.00 WITA : 70% dewasa, 20% pelajar, 10% anakanak. Lokasi Museum Puri Lukisan ini berada di Jalan Raya Ubud Gianyar, Bali. Letaknya persis di lewati oleh jalan utama dan dapat dengan mudah ditemukan oleh pengunjung. Lokasi museum ini berada di kawasan Ubud yang rindang dan sejuk. Di area museum ini juga banyak pepohonan dan taman yang membuat lokasi ini asri. Gambar 3 Gerbang Utama Menuju Gedung Pameran (Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Eksterior bangunan museum ini masih mengandung arsitektur tradisional Bali dilihat dari gerbang utama menuju ke area gedung pameran yang berupa gapura Bali. Gerbang ini sangat

menarik perhatian karena desainnya yang masih mencampurkan gaya tradisional dengan sentuhan modern yang dilihat dari penggunaan material dan warnanya. Bangunan receptionist dan ticket box terpisah dengan bangunan ruang pamer yang mengusung konsep outdoor tetap dengan adanya sentuhan tradisional Bali. Sejarah Puri Lukisan : Sejak terbentuknya organisasi seniman-seniman di Ubud yang bernama Pitamaha pada tahun 1936, para pendiri organisasi tersebut (Tjokorda Gde Agung Sukawati dan dua seniman asing lainnya yaitu Walter Spies dan Rudolf Bonnet) menginginkan berdirinya sebuah museum yang memajang karya-karya terbaik dari para seniman dan pematung terbaik Bali. Museum Puri Lukisan ini mewujudkan keinginan para seniman tersebut. 1936 Organisasi seniman Pitamaha didirikan oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati (Raja Ubud) dan Tjokorda Gde Raka Sukawati (saudara laki-laki dari Raja Ubud) bersama-sama dengan dua seniman asing yang bekerja di Bali pada saat itu yaitu Walter Spies dan Rudolf Bonnet. Misi dari organisasi ini adalah untuk melindungi dan mengembangkan tradisional-modern karya seni Bali. Organisasi ini mempersempahkan 125 membernya kepada pasar mancanegara dengan menyelenggarakan pameran-pameran. Pertemuan diadakan setiap minggu oleh seniman-seniman lukis dan seniman patung yang ada di Ubud untuk mendiskusikan karya mereka. Seiring dengan terjadinya Perang Dunia II, seniman-seniman tersebut, termasuk I Gusti Nyoman Lempad, membentuk suatu organisasi baru yaitu The Ubud Painters Group, di bawah pengawasan Tjokorda gde Agung Sukawati dan Rudolph Bonnet. Meskipun memiliki banyak anggota, organisasi tersebut tidak lama kemudian bubar dan seniman-seniman menunjukkan keinginannya akan sebuah museum tradisional-modern Bali. 1936 Organisasi Yayasan Ratna Wartha terbentuk pada tahun 1953 untuk mewujudkan ide-ide dan misi dari Pitamaha. Selama berlangsungnya periode ini, rencana dan persiapan dibuat untuk membentuknya Museum Puri Lukisan ini dengan desain dari Rudolph Bonnet. 1954 Perdana Menteri Indonesia, Bapak Ali Sastroamidjojo, meletakkan batu pertama, yang berarti dimulainya pembuatan konstruksi awal museum ini pada 31 Januari 1954. Tjokorda Gde Agung Sukawati menjadi direktur museum ini dan Rudolph Bonnet menjadi kuratornya. Perkembangan museum ini berkat dorongan dari Gubernur Sarimin Reksodiharjo. 1956 Museum Puri Lukisan secara resmi dibuka untuk public oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Mohammad Yamin pada 31 Januari 1956. Koleksinya dimulai dari sumbangan beberapa lukisan yang dilakukan oleh Rudolph Bonnet. Sumbangan-sumbangan selanjutnya diberikan oleh seniman-seniman dan teman-temannya yang ingin membantu museum. Organisasi yayasan kemudian membeli beberapa koleksi seni untuk beberapa koleksi. 1972 Dua sayap baru bangunan museum ditambahkan, termasuk sebuah ruang pameran temporer. 1978 Tjokorda Gde Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad dan Rudolph Bonnet meninggal. Sebuah upacara adat Ngaben digelar untuk memberi penghormatan kepada mereka. Memori dari kontribuso mereka kepada dunia seni dan efeknya secara lokal dan global, tetap tinggal melalui yayasan Ratna Wartha dan Museum Puri Lukisan. 2008 Area parkir museum dibangun dalam rangka memperingati ulang tahun ke 50 Museum Puri Lukisan. Museum Puri Lukisan merupakan museum seni tertua di Ubud, Bali. Misinya adala untuk melindungi, mengembangkan, dan menjadi dokumentasi dari tradisional-modern karya seni Bali. Museum ini merupakan tempat tinggal dari karya seni murni dari koleksi lukisan tradisionalmodern Bali dan karya seni patung yang ada di Pulau Bali yang berkembang dari zaman sebelum perang kemerdekaan (1930-1954) sampai ke zaman kemerdekaan (1945-sekarang). Koleksikoleksinya termasuk contoh koleksi yang penting dari seluruh gaya seni lukis di Bali termasuk Sanur, Batuan, Ubud, Seniman-seniman Muda, dan Sekolah Keliki.

Gambar 4 Interior Museum Puri Lukisan (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 21 Februari 2013) Metode wawancara dilakukan penulis dengan Ibu Nyoman selaku pengelola museum lukisan Puri Lukisan ini guna mendapatkan data-data yang diperlukan untuk merancang interior dari sebuah museum lukisan yang berkaitan dengan periode penggantian lukisan, cara merawat lukisan, tempat untuk menyimpan lukisan, kegiatan di dalam museum lukisan, dan lainnya. HASIL DAN BAHASAN Gambar 5 Mind Map Perancangan Interior Museum Lukisan (Sumber : Data Pribadi)

Dari penelitian mengenai karya lukis tradisional Bali, didapatkan bahwa seni lukis tersebut merupakan seni plastis yang berarti karya seni yang mendapatkan pengaruh dari barat tanpa kehilangan unsur tradisionalnya. Sehingga, penulis mendapat kata kunci seni plastis yang kemudian dikembangkan menjadi konsep utama yaitu The Traditional Evolving Art. Konsep utama ini dikembangkan lagi menjadi gaya desain dengan mind map sebagai berikut : Gambar 6 Mind Map Konsep Perancangan Aplikasi Desain (Sumber : Data Pribadi) Dari mind map di atas didapatkan konsep-konsep dasar dalam perancangan interior museum lukisan yaitu material dinding, ceiling dan lantai, bentuk-bentuk desain, warna-warna yang digunakan, dan sebagainya. Garuda Wisnu Kencana Gambar 7 Peta Lingkungan Garuda Wisnu Kencana (Dokumentasi Pribadi, 18 Februari 2013) Terletak di sebelah selatan Pulau Bali tepatnya di Jalan Raya Uluwatu Jimbaran, Badung. Taman Garuda Wisnu Kencana dibangun dalam suatu wilayah tanah seluas lebih dari 240 hektar. Gambar 3.1.2 Peta Wilayah Garuda Wisnu Kencana (Dokumentasi Pribadi, 2 April 2013) Gedung yang akan digunakan sebagai museum lukisan ini adalah gedung Pedestal & GWK Statue yang merupakan bangunan bertingkat 3 ditambah dengan 1 lantai basement. Di bagian atas gedung ini adalah patung GWK dapat diakses oleh msyarakat umum sampai ke bagian patung melalui lift yang

ada di kor bangunan. Sebelah utara gedung Pedestal & GWK Statue ini adalah Festival & Water Park yang tak lain adalah area lapang untuk diadakannya acara khusus seperti sendra tari dan lain-lain. Sebelah timur gedung ini adalah Convention pencapaiannya harus melalui area lapang terlebih dahulu. Sebelah barat dan selatan bangunan Pedestal ini berbatasan dengan lahan penduduk sekitar yang membangun perumahan pribadi. Iklim Kawasan Garuda Wisnu Kencana Kawasan GWK terletak di sebelah selatan Pulau Bali yang terkenal dengan keindahan pantai bertebingnya. Sehingga, iklim dan cuaca di kawasan ini cenderung panas lembab. Suhu tropis di kawasan ini sekitar 28 o C 35 o C. Meskipun demikian, curah hujan di kawasan ini cenderung relatif lebih rendah dibandingkan dengan kawasan Bali yang lainnya. Lingkungan Pedestal & GWK Statue Lingkungan ini berdekatan dengan kawasan convention dan festival and waterpark yang masih berada dalam satu lingkungan Taman Garuda Wisnu Kencana. Gedung 4 lantai ini berada cukup jauh dari main access Taman Garuda Wisnu Kencana. Pengunjung harus melewati receiving area, Lotus Pond, dan Tirta Agung untuk menuju ke lingkungan Pedestal dan Garuda Wisnu Kencana statue. Gambar 3.1.3 Tampak Potongan Gedung Pedestal GWK (Dokumentasi Pribadi, 22 Juni 2013) Arah Mata Angin Gedung Pedestal & GWK Statue ini menghadap ke utara, sedangkan pintu masuk ke dalam gedung Pedestal ini menghadap ke arah timur. Sehingga cahaya matahari dapat masuk ketika pagi hingga siang hari. Jalur Keluar Darurat Gedung Jalur pintu keluar darurat gedung ini bisa diakses melalui tangga-tangga darurat yang ada di sisi samping dan belakang gedung. Akan tetapi, pintu keluar utama gedung tetap berada di lantai Ground floor. Sehingga jalur evakuasi utama tetap melalui lantai Ground yang dapat dicapai melalui tangga-tangga darurat terdekat. Perencanaan Desain Gambar 8 Layout Lobby (Sumber : Data Pribadi)

Gambar 9 Perspektif Lobby (Sumber : Data Pribadi) Gambar 10 Aksonometri Lobby (Sumber : Data Pribadi) Gambar 10 Layout Lobby (Data Pribadi) Gambar 11 Perspektif Area Pamer Lukisan Kamasan (Sumber : Data Pribadi)

Gambar 12 Layout Area Pamer Lukisan Pitamaha Gambar 13 Perspektif Area Pamer Pitamaha Gambar 14 Aksonometri Area Pamer Pitamaha SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Terlepas dari fungsinya sebagai lembaga pengkonservasian lukisan-lukisan, museum lukisan Tradisional Bali dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat lokal dan wisatawan asing yang datang berkunjung ke Bali untuk sekedar berekreasi atau untuk mengamati benda seni. Desain interior yang menarik dan tidak monoton dengan memperhatikan kenyamanan pengunjung yang mengamati lukisan, akan membuat pengunjung antusias untuk mengakses area pamer. Teknik pencahayaan ikut serta dalam membangun sebuah ambience yang diinginkan oleh desainer berdasarkan kepentingan pengunjung yang datang. Teknik pencahayaan yang baik untuk lukisan yang dapat menonjolkan warna asli dapat menggunakan lampu spotlight yang berwarna putih dengan intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux agar tidak merusak lukisan. Untuk dapat merancang interior sebuah museum lukisan, perlu adanya penelitian yang mendalam mengenai obyek lukisan yang akan dipajang. Dari segi cerita, warna, filosofi, dan kegunaan lukisan tersebut dapat menentukan rancangan desain interior yang tepat bagi sebuah museum lukisan. Saran Saran penulis untuk Universitas dan Jurusan adalah agar dapat memberikan waktu dan pengarahan yang lebih baik lagi sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan lebih maksimal.

REFERENSI Akmal, Imelda. 2006. Lighting. Edisi Pertama. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Akram, Basrul. 1994. Pedoman Tata Pameran di Museum. Edisi Pertama. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Koperasi. 1991. Pokok Museum-Museum Daerah Propinsi. Edisi Kedua. Jakarta:Departemen Koperasi. Departemen Koperasi. 1995. Pedoman dan Standarisasi Pengadaan Sarana Peralatan Djelantik, A.A.M. 1993. Balinese Paintings. Edisi Kedua. Oxford:Oxford University Press. Neka, Suteja. 1992. Pengantar Koleksi Lukisan Museum Neka. Edisi Pertama. Ubud:Yayasan Dharma Seni Museum Neka. Prawira, Dra. Sulasmi Darma. 1989. Warna Sebagai Salah Satu Unsur Seni dan Desain. Edisi Kedua. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suptandar, J. Pamuji. 2004. Faktor Akustik dalam Perancangan Desain Interior. Edisi Pertama. Jakarta:Penerbit Djambatan. Sutaarga, Drs. Moh. Amir. 1989. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Edisi Pertama. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Toko Bangunan Andalan. 2012. Bahan Material Lantai (Bagian Kedua: Marmer). Retrieved/Diperoleh (03-18-13) from/dari http://andalan68.wordpress.com/2012/12/27/bahan-material-lantai-bagian-kedua-marmer/ Bali Post. 2012. Percantik Dinding Rumah Dengan Wallpaper Dinding. Retrieved/Diperoleh (03-12-13) from/dari http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=14&id=61573 Arya Persada. 2012. Jenis-Jenis Plafon Rumah Keunggulan dan Kelemahannya. Retrieved/Diperoleh (03-21-13) from/dari http://aryapersada.com/jenis-jenis-plafon-rumah-keunggulan-dan-kelemahannya.html Yudhi. 2008. Pengudaraan/Penghawaan. Retrieved/Diperoleh (03-21-13) from/dari http://yudhim.blogspot.com/2008/01/pengudaraan-penghawaan.html RIWAYAT PENULIS Nitya Purusartha lahir di kota Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 21 Juni 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang desain interior pada 2013.