INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LOKASI SERANGAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO DI KABUPATEN BATUBARA

dokumen-dokumen yang mirip
Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT Vascular Streak Dieback (VSD) PADA TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK

ANCAMAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum gloeosporioides) PADA TANAMAN KAKAO DAN PENGENDALIANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) : PENYAKIT BARU PADA TANAMAN KAKAO DI SULAWESI

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

Alumnus Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan,

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX

II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

Biocelebes, Desember 2017, ISSN-p: Vol. 12 No. 2 ISSN-e :

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

LAMPIRAN 1 DAFTAR PUBLIKASI ILMIAH PENULIS (TESIS)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000)

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

Bakar Serangan Luka Api pada Tebu

Gambar. Karat Daun Kopi (H. vastatrix)

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYAKIT Fusarium spp. PADA TANAMAN KARET. Hilda Syafitri Darwis, SP.MP. dan Ir. Syahnen, MS.

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT VASCUAR STREAK VSD PADA BEBERAPA KLON KAKAO DI DESA SIDONDO III

Gontor AGROTECH Science Journal Vol. 3 No. 1, Juni 2017

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani

TINJAUAN PUSTAKA. Stadium ini ditemukan pada daun daun tua yang sedang membusuk. Jamur ini

PERKEMBANGAN SERANGAN PENYAKIT CACAR DAUN CENGKEH (Phyllosticta sp.) PADA TANAMAN CENGKEH TRIWULAN II TAHUN 2013 WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

Peluang dan Tantangan Perbenihan Kakao di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman No.

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

TEMUAN PENYAKIT BARU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

INSIDENSI PENYAKIT BUSUK BUAH (Phythopthora palmivora BULT.) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI SENTRA PRODUKSI KAKAO KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANGKASAN KOPI. Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : Penyuluh Pertama

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

SERANGAN BAKTERI PEMBULUH KAYU CENGKEH (BPKC) DI JAWA TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2014

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

PENYAKIT TANAMAN KOPI DAN PENGENDALIANNYA Oleh : Abd. Muis, SP

Transkripsi:

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LOKASI SERANGAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO DI KABUPATEN BATUBARA Christina Oktora Matondang, SP dan Ir. Syahnen, MS BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN Jl. Asrama No. 124 Medan Kelurahan Cinta Damai Kecamatan Medan Helvetia 20126 Telp. (061) 8470504, Fax. (061) 8466771, 8445794, 8458008, 8466787 http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpmed/ ABSTRAK Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui lokasi serangan penyakit VSD pada tanaman kakao di Kabupaten Batubara, biologi jamur penyebab penyakit VSD, siklus hidup, epidemiologi dan gejala serangan serta upaya pengendalian penyakit VSD pada tanaman kakao. Metode yang digunakan adalah metode surveylance ke beberapa desa di 7 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Batubara dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System) dan Program MapSource. Identifikasi jamur dilakukan secara makroskopis dengan melihat gejala serangan yang terdapat pada daun, ranting dan batang serta mikroskopis dengan menggunakan mikroskop binokuler. Hasil inventarisasi menunjukkan lokasi serangan penyakit VSD telah menyebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Batubara antara lain : Kecamatan Talawi, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Air Putih, Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Sei Balai dan Kecamatan Medang Deras kecuali Kecamatan Tanjung Tiram. Sedangkan hasil identifikasi menunjukkan gejala serangan VSD telah menyebar pada pertanaman kakao. Luas lahan/areal tanaman kakao di Kabupaten Batubara adalah sebesar 1553 Ha, sedangkan luas lahan yang diperkirakan terserang penyakit VSD adalah sebesar 231,7 Ha. Kata kunci : Inventarisasi Lokasi, Identifikasi Penyakit VSD. PENDAHULUAN Latar Belakang Vascular streak dieback (VSD) merupakan penyakit yang paling ditakuti petani kakao saat ini. Penyakit ini diakibatkan infeksi jamur Oncobasidium theobromae. Penyakit ini dapat menyerang tanaman mulai dari bibit hingga tanaman dewasa. Tanaman kakao yang terserang VSD akan meranggas dan kemudian mati secara perlahan. (Aska, 2008) Kehilangan hasil akibat serangan VSD untuk area Asia pada tahun 2001 ditaksir mencapai 30.000 ton biji kering yang setara dengan US $ 20.000.000 (Bowers et al., 2001). Di Sulawesi kehilangan hasil oleh VSD belum banyak

dianalisis, namun dari pengamatan di lapangan banyak tanaman menjadi gundul dan berakibat pada sedikitnya buah yang diproduksi. Penyakit ini nampaknya lebih berbahaya bila dibandingkan dengan serangan penggerek buah kakao, karena serangan VSD akan memperlemah tanaman yang berakibat tidak hanya penurunan produksi tanaman, tetapi juga secara perlahan dapat membunuh tanaman secara keseluruhan. (Rosmana, 2005) Salah satu komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah usaha pengendalian preventif, yaitu upaya pengendalian sebelum terjadinya serangan hama ataupun penyakit. Untuk itu diperlukan beberapa informasi mengenai lokasi daerah penyebaran hama dan penyakit, yang nantinya dapat dibuat dalam bentuk peta lokasi penyebaran penyakit VSD di Kabupaten Batubara. Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui lokasi serangan penyakit VSD pada tanaman kakao di Kabupaten Batubara, mengetahui biologi jamur penyebab penyakit VSD, siklus hidup, epidemiologi dan gejala serangan serta upaya pengendalian penyakit VSD pada tanaman kakao. PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) Klasifikasi Klasifikasi penyakit VSD menurut Wood and Lass (1985) termasuk dalam Kingdom Fungi, Divisio Basidiomycota, Kelas Basidiomycetes, Subkelas Agaricomycetidae, Ordo Ceratobasidiales, Genus Oncobasidium, Spesies Oncobasidium theobromae. Gambar 1. Hifa O. theobromae menginfeksi xylem Jamur ini mempunyai hifa yang halus, berdinding tipis, hialin atau kekuningan, tidak berbutir dan tidak membentuk hubungan ketam. Septa (sekat) hifa kurang

teratur, lubang pori banyak terdapat pada septa. Garis tengah hifa 5-6 µm. Percabangan hifa membentuk sudut yang besar. (Wood and Lass, 1985) Tubuh buah berbentuk bantalan jamur berwarna putih krem. Disini dibentuk banyak basidium, yang masing-masing membentuk basidiospora bulat telur, salah satu sisinya mendatar, dengan ukuran 15-25 x 6,5-8,5 µm. Oncobasidium berarti mempunyai basidium besar (Keane dan Prior, 1991). Gejala Serangan Menurut Syahnen (2011) gejala serangan VSD adalah sebagai berikut : a. Daun-daun menguning dengan bercak-bercak berwarna hijau. Biasanya daun tersebut terletak pada daun kedua atau ketiga di belakang titik tumbuh. Gejala daun menguning kelihatan 3-5 bulan setelah terjadi infeksi pada daun flush. b. Daun gugur setelah beberapa hari menguning, ranting menjadi kelihatan ompong sebab pada bagian ujung dan pangkal ranting masih terdapat daun. c. Daun menunjukkan gejala nekrosis diantara tulang daun seperti gejala defisiensi hara Calsium dan dapat menyebabkan daun gugur dan mati ranting. d. Pada bekas dudukan tangkai daun, bila disayat terlihat tiga titik (noktah) berwarna coklat kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tangkai daun terinfeksi menjadi jalan masuk penyakit ke ranting. e. Bila ranting dibelah terlihat garis-garis coklat kehitaman pada jaringan kayu (xylem) yang bermuara ke bekas dudukan daun yang terserang. f. Pada serangan lanjut, kematian jaringan dapat menjalar sampai ke cabang bahkan ke batang. Pada tingkat ini tanaman hampir mati. Gambar 2. Gejala Serangan pada (a) dan (b)

Gambar 3. Gejala Serangan pada (c) dan (d) Gambar 4. Gejala Serangan pada (e) dan (f) Penyebaran Penyakit Penyakit VSD menular dari pohon satu ke pohon yang lain melalui spora yang diterbangkan oleh angin pada tengah malam hari. Pada saat itu angin biasanya bertiup perlahan-lahan sehingga spora yang diterbangkan juga tidak jauh, kira-kira hanya 10 m dari sumbernya. Akan tetapi bila ada angin yang kencang spora dapat terbawa sampai 182 m menurut Prior (1985) dalam Semangun (2000). Spora-spora sangat peka terhadap cahaya dan menjadi tidak infektif setelah terkena sinar matahari selama 30 menit (Keane dalam Semangun, 1981). Spora yang jatuh pada daun muda akan segera berkecambah apabila tersedia air dan akan tumbuh masuk kedalam jaringan xylem. Di dalam xylem, jamur tumbuh ke batang pokok walaupun kadang-kadang dijumpai pula tumbuh kearah sebaliknya. Setelah 3-5 bulan baru tampak pertumbuhan jamur penyebab penyakit VSD. (Semangun, 2000) Faktor yang Mempengaruhi Menurut Varghese (1985) dalam Semangun (2000) berkembangnya penyakit disebabkan interaksi beberapa faktor antara lain : klon yang ditanam, iklim yang lebih basah, sistem budidaya tanaman yang tidak tepat (jarak tanam, pohon penaung, terasering, drainase), dan pemeliharaan tanaman yang minim

(pemangkasan tanaman dan penaung, pemupukan, sanitasi kebun dan pengendalian hama dan penyakit). Varghese (1985) dalam Semangun (2000) menyatakan bahwa selain kelembaban yang tinggi, sporulasi juga memerlukan suhu yang rendah. Oleh karena itu penyakit VSD lebih mudah tersebar di daerah beriklim basah dengan curah hujan yang tersebar merata sepanjang tahun daripada di daerah beriklim kering. Pengendalian Penyakit VSD a. Penanaman klon moderat atau toleran Tindakan yang paling efektif dalam pengendalian penyakit VSD adalah penanaman klon moderat. Klon-klon yang moderat VSD antara lain : DRC 15, PA 300, NIC7, ICCRI 03, ICCRI 04, ICS 6 x Sca 6, ICS 13 x Sca 6/Sca 12, ICS 60 x Sca 6/Sca 12, GC 7 x Sca 6/Sca 12, DR 1 x Sca 6/Sca 12 dan DR 2 x Sca 12 (Sulistyowati, 2006). Untuk mendapatkan bahan tanaman /bibit klon moderat VSD sebaiknya dikonsultasikan dengan Pusat Penelitian Kakao dan Kopi (Puslit Koka) Jember. (Syahnen, 2011) b. Penanaman bibit sehat Untuk areal tanaman baru, bibit yang ditanam haruslah betul-betul sehat dan bukan berasal dari areal yang terserang VSD. Bibit yang berasal dari lokasi serangan VSD sebaiknya tidak digunakan lagi. Biji tidak menularkan penyakit sehingga pengambilan biji dari daerah terserang untuk dijadikan bibit di daerah tidak terserang tidak menjadi masalah. (Syahnen, 2011) c. Pangkasan sanitasi Pangkasan sanitasi bertujuan menghilangkan ranting atau cabang sakit yang mengandung jamur (tindakan sanitasi) dan untuk mengurangi kelembapan kebun agar tidak sesuai untuk perkembangan penyakit. (Sulistyowati, 2002) Menurut Sulistyowati (2002) pangkasan sanitasi dilakukan dengan cara memotong ranting sakit sampai batas garis coklat pada jaringan kayu (xylem) ditambah 30 cm kearah cabang atau batang. Untuk daerah beriklim basah, pangkasan sanitasi dilakukan 1-2 minggu sekali. d. Memperbaiki kultur teknis/sistem budidaya tanaman Perbaikan kultur teknis dilakukan dengan perbaikan drainase pada lahan datar yang sering tergenang, pembuatan terasering pada lahan miring, pemangkasan pelindung yang terlalu lebat/rimbun, penggantian pelindung yang

tidak sesuai, penjarangan tanaman yang terlalu rapat dan pemberian pupuk yang berimbang. Secara umum pemberian pupuk Kalium 1,5 kali dosis dianjurkan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit. (Syahnen, 2011) Smith (1981) menyatakan bahwa tanaman kakao di bawah tanaman penutup yang tinggi seperti kelapa lebih sedikit terserang OPT bila dibandingkan tanaman kakao dengan tanaman penutup yang tidak terlalu tinggi seperti Leucaena. e. Rehabilitasi tanaman Strategi yang paling baik untuk pengendalian jangka panjang adalah penggunaan tanaman resisten. Hal ini dilakukan dengan cara mencari klon resisten di lapangan atau mendapatkannya dari Puslitbun Koka Jember atau pun dari institusi lain. Klon tahan yang telah diperbanyak selanjutnya ditanam langsung pada lahan atau side grafting pada tanaman terserang VSD pada lahan lama. (Sulistiowaty, 2002) Untuk mendapatkan entres klon yang tahan perlu dibangun kebun entres klon tahan di beberapa lokasi sentra kakao sehingga petani mudah memperoleh sumber mata entres. (Syahnen, 2011) Untuk tanaman yang sudah tua dan tidak produktif sebaiknya dilakukan replanting dengan klon tahan. f. Secara Biologi Pengendalian biologi menggunakan musuh alami yang bersifat endofit untuk bisa berkompetisi dalam jaringan tanaman seperti Colletotrichum, Botryospharia, Nectria dan Trichoderma (Mejia et al., 2004). Penggunaan cendawan endofit ini dilakukan melalui daun-daun terserang atau melalui penginfusan (Bowers et al., 2001). Selain itu dapat juga menggunakan Pseudomonas fluorescens (Pf) untuk mengendalikan penyakit VSD. (BBP2TP Medan, 2009) g. Penggunaan fungisida kimia Menurut Varghese et., al (1992) dalam Semangun (2000) di Malaysia senyawa Triazol digunakan dalam kebun dewasa untuk mengurangi sumber penyakit dan intensitas penyakit. Bila digunakan fungisida kimia tujuannya adalah untuk penyemprotan perlindungan yang ditujukan kepada daun flush.

Dengan penyemprotan ini diharapkan spora yang jatuh di daun flush tidak berkecambah dan tidak menginfeksi daun. (Syahnen, 2011) h. Pengamatan (monitoring) serangan penyakit Untuk mengetahui ada tidaknya serangan penyakit di dalam kebun perlu dilakukan pengamatan serangan penyakit secara teratur. Interval pengamatan yang dianjurkan adalah 1-2 minggu sekali. Pada areal yang telah terserang, pengamatan dapat dilakukan bersamaan dengan saat panen buah dan mewiwil. Bila ditemukan gejala serangan segera dilakukan pemangkasan sanitasi. (Syahnen, 2011) i. Pelatihan petugas dan petani Bentuk pelatihan yang dianjurkan adalah SL-PHT, karena hingga saat ini, SL-PHT merupakan bentuk pelatihan terbaik yang pernah dijalankan dan cukup berhasil dalam melatih petugas dan petani. (Syahnen, 2011) METODOLOGI Kegiatan dilaksanakan di beberapa kecamatan, Kabupaten Batubara pada bulan Maret s/d November 2011. Pada kegiatan ini digunakan metode pengamatan dengan GPS dan Mikroskop binokuler Olympus digunakan untuk mengidentifikasi jamur penyebab penyakit VSD. Adapun metode pelaksanaan sebagai berikut : 1. Metode Inventarisasi OPT di Lapangan Inventarisasi dilakukan dengan pengamatan langsung ke lokasi. Lokasi yang diamati terdapat serangan VSD ditandai dengan menggunakan GPS. Data yang terdapat pada alat GPS ditransfer ke komputer kemudian dibuat peta lokasi serangan VSD pada tanaman kakao di Kabupaten Batubara. Hasil pengamatan dicatat pada form pengamatan yang terdiri dari lokasi, luas kebun, tingkat serangan dan keterangan lainnya (OPT lain yang menyerang tanaman, pupuk dan varietas yang ditanam oleh petani). 2. Identifikasi O. theobromae di Laboratorium Bagian-bagian tanaman yang sakit seperti ranting dan daun diambil dengan menggunakan pisau/cutter. Bahan tersebut dimasukkan kedalam kantongan plastik putih untuk dibawa ke laboratorium dan diidentifikasi dengan menggunakan Mikroskop Binokuler Olympus. Identifikasi jamur O. theobromae

mengacu pada buku identifikasi seperti buku Illustrated for Genera Fungy karangan Burnett & Hunter. INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LOKASI SERANGAN PENYAKIT VSD Inventarisasi Lokasi Serangan VSD di Kabupaten Batubara telah dilakukan di beberapa Kecamatan sentra penanaman kakao. Hasil rekapitulasi dan tabulasi data inventarisasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi Luas Serangan Penyakit VSD Pada Tanaman Kakao di Wilayah UPPT Sei Balai, Kabupaten Batubara Tahun 2011 No Lokasi yang disurvei Luas Kebun (rante) Tingkat Serangan (batang) Ringan Berat Persentase Serangan (%) 1 Kec. Sei Balai 26 160 55 17,4 2 Kec. Talawi 106 540 255 18,5 3 Kec. Lima Puluh 239 1426 1206 17,9 4 Kec. Air Putih 35 61 22 7,5 5 Kec. Sei Suka 43 117 20 10,6 6 Kec.Medang Deras 14 34 7 6,3 Jumlah 463 2338 1565 78,2 Rata-rata 77,17 389,67 260,83 13,03 Pada Tabel 1 dapat dilihat saat ini intensitas serangan utamanya berada pada tingkat ringan. Diduga ada kecenderungan intensitas serangan akan meningkat dan berada pada tingkat berat. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian hama secara terpadu untuk mengurangi ataupun menekan tingkat kerugian. Tabel 2. Perkiraan Luas Serangan Penyakit VSD Pada Tanaman Kakao di Wilayah UPPT Sei Balai, Kabupaten Batubara Tahun 2011 No Kecamatan Luas Tanaman *) (Ha) Persentase Serangan (%) Perkiraan Luas Serangan (Ha) 1. Sei Balai 192 17,4 35,3 2. Talawi 312 18,5 52,1 3. Lima Puluh 442 17,9 108,3 4. Air Putih 98 7,5 5,2 5. Sei Suka 312 10,6 22,2 6. Medang Deras 132 6,3 8,6 7. Tanjung Tiram 65 - - Total 1553 231,7 Sumber *) : (Data Statistik Disbun Kabupaten Batubara, 2010)

Pada Tabel 2 dapat dilihat persentase serangan dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah adalah Kecamatan Talawi, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Sei Balai, Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Air Putih dan Kecamatan Medang Deras. Persentase serangan masing-masing adalah 18,5%; 17,9%; 17,4%; 10,6%; 7,5% dan 6,3%. Menurut data statistik Disbun Kabupaten Batubara (2010) luas tanaman kakao di Kabupaten Batubara ± 1553 Ha. Dari luas tanaman kakao dan persentase serangan dapat diperkirakan luas serangan VSD pada setiap kecamatan (Tabel 2). Total perkiraan luas serangan VSD di Kabupaten Batubara adalah 231,7 Ha. Peta penyebaran VSD yang dihasilkan pada kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Lokasi Serangan Penyakit VSD Pada Tanaman Kakao di Kabupaten Batubara dengan menggunakan alat GPS dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada kegiatan ini telah dilakukan isolasi ranting dan daun sakit dengan media water agar 1,5 %. Hasil isolasi koloni jamur berwarna putih sampai putih agak kekuningan dan berupa benang-benang tidak beraturan. Jamur tumbuh sangat lambat pada media agar, pada umur 37 hari panjang (diameter) koloni jamur baru mencapai kurang lebih 2,5 cm (Lampiran 3). Diduga jamur tidak dapat ditumbuhkan pada media yang lebih kaya nutrisi, misal Potato Dextrose Agar (PDA), karena jamur yang kontaminan akan terlebih dulu tumbuh memenuhi cawan petri. Dengan media yang miskin nutrisi, maka jamur lain yang pertumbuhannya cepat pada media yang kaya nutrisi tidak dapat tumbuh, sehingga O. theobromae tumbuh optimum. Data menunjukkan tingkat serangan masih sedang, namun perlu dilakukan pengendalian supaya tingkat serangan dapat ditekan. Sebelum dilakukan pengendalian maka terlebih dulu dilakukan pengamatan yang teratur dan rutin. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui tanaman yang terserang penyakit VSD. Dengan begitu dapat dicegah meluasnya serangan penyakit ini ke lahan yang belum terserang.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Penyakit VSD telah menyebar di Kabupaten Batubara meliputi beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Talawi, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Air Putih, Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Sei Balai dan Kecamatan Medang Deras, kecuali di Kecamatan Tanjung Tiram 2. Luas lahan/areal tanaman kakao di Kabupaten Batubara adalah sebesar 1553 Ha. Dari luas tersebut diperkirakan luas yang terserang penyakit VSD adalah 231,7 Ha. 3. Persentase serangan penyakit VSD pada tanaman kakao di Kabupaten Batubara rata-rata 13,03 % dengan intensitas serangan yang bervariasi, mulai dari ringan sampai berat. 4. Kecenderungan serangan akan meningkat atau menurun tergantung pada pengelolaan kebun yang dilakukan oleh petani. Berkembangnya penyakit di lapangan disebabkan pengelolaan penyakit tidak dilakukan dengan semestinya dalam hal jenis bibit dan klon yang ditanam, pengaturan drainase, pemupukan, pemangkasan, sanitasi, eradikasi, jarak tanam, pengaturan naungan, aplikasi agens hayati dan fungisida. B. Saran 1. Saran kepada petani kakao : a. Disarankan kepada petani kakao agar mengelola tanaman kakao miliknya dengan baik di setiap waktu, tidak hanya pada saat harga kakao tinggi. b. Agar dalam pengendalian penyakit VSD menggunakan sistim pengelolaan penyakit secara terpadu. c. Senantiasa melaporkan serangan OPT di kebun dan melakukan konsultasi dengan petugas lapangan dalam hal pengendalian OPT. 2. Saran kepada Pemerintah cq. Dinas Perkebunan Kabupaten Batubara : a. Segera memberikan informasi/sosialisasi bahaya serangan penyakit VSD pada tanaman kakao dan cara menanggulanginya. Informasi/sosialisasi dapat diberikan kepada petani dalam bentuk brosur/leaflet dan lain-lain.

b. Memberikan bantuan bibit tanaman kakao yang tahan terhadap penyakit VSD dan antraknosa serta tidak menggunakan bibit tanaman kakao dari daerah serangan VSD. c. Melaksanakan pelatihan bagi petani/kelompok tani tentang cara budidaya kakao yang benar dan dapat mencegah berkembangnya OPT khususnya penyakit VSD. d. Memberdayakan tenaga pemandu lapang kakao yang ada di Kabupaten Batubara untuk aktif dalam upaya pengendalian OPT kakao khususnya penyakit VSD. DAFTAR PUSTAKA Amarta Sulawesi Kakao Alliance (ASKA), 2008. Lokakarya Hasil dan Rekomendasi Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) Pada Kakao. Makassar. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan, 2009. Pseudomonas fluorescens (Pf). Brosur, BBP2TP Medan. Bowers, J.H., Bailey, B.A., Hebbar, P.K., Sanogo, S., and Lumsden, R.D. 2001. The impact of plant diseases on world chocolate production. Online. Plant Health Progress. Haryoko, E., 2010. Pengendalian Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) dengan Menggunakan Senyawa Pengimbas Ketahanan Pada Beberapa Klon Kakao. Universitas Jember. http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?modbrowse&op=read&id-gdlhub-gdl-edyharyoko-2705 diakses tanggal 26 Oktober 2011 Keane, P. J and Prior, C. 1991. Vascular Streak Dieback of cacao. Phytophatological Papers No.33 International Mycological Institute, UK. Meija, L.C., Rojas, E.I., Maynard, Z., Arnold, A.E., Kyllo, D., Robbins, N., and Herre, E.A., 2004. Inoculation of beneficial endophytic fungi into Theobromae cacao tissues. Online Publication. 8 pp. Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta. Smith, E.S.C. 1981. An integrated control scheme for cocoa pests and diseases in Papua New Guinea. Tropical Pest Management 27 : 351-359. Sulistyowati, E. 2002. Perkembangan hasil-hasil penelitian pengendalian hama penggerek buah kakao. Lokakarya Tengah Periode Proyek Success dan

Pertemuan Internasional Masa Depan Pengembangan Kakao di Indonesia, Makassar, Indonesia, 15-18 Januari 2002. Syahnen, 2011. Rekomendasi Pengendalian Penyakit VSD Pada Tanaman Kakao di Kabupaten Pasaman-Sumatera Barat. http://ditjenbun.deptan.co.id/bbp2tpmed/index.php?option-comcontent&view=article&id=116:pengendalian-penyakit-vascular-streak-diebackvsd-secara-secara-terpadu-di-sumatera-utara Wood, G.A.R. and Lass, R.A. 1985. Cocoa. Longman, London and New York. 620 pp. GAMBAR Gambar 5. Isolasi daun yang terserang penyakit VSD ke dalam petridish Gambar 6. Pelabelan dan hasil isolasi jamur pada media water agar Gambar 7. Identifikasi O. theobromae di bawah mikroskop binokuler

Lampiran 1. Peta Penyebaran Lokasi Serangan Penyakit VSD Tanaman Kakao di Kabupaten Batubara